Anda di halaman 1dari 18

ANALISIS DAN REFLEKSI FENOMENA GURU TERPUJI

ATAU TELADAN

KELOMPOK 9
---------------------------------------------------------------------------------------------------

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pahlawan Tanpa Tanda Jasa adalah salah satu julukan yang dapat
disematkan kepada sosok guru. Julukan ini mengisyaratkan bahwa betapa besar
peran dan jasa yang dilakukan oleh guru selayaknya seorang pahlawan. Namun,
penghargaan terhadap guru nyatanya tidaklah sebanding dengan besarnya jasa
yang telah diberikan. Guru adalah sosok yang dengan tulus mencurahkan sebagian
waktu yang dimilikinya untuk mengajar dan mendidik siswa, sementara dari sisi
finansial yang didapatkan sangat jauh dari harapan. Gaji seorang guru rasanya
terlalu jauh untuk mencapai kesejahteraan hidup layak sebagaimana profesi
lainnya. Hal itulah kiranya menjadi salah satu yang melatarbelakangi mengapa
guru disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa.
Peningkatan kualitas guru memang masih kurang memperoleh perhatian
optimal dari pemerintah. Hal ini tercermin dari politik anggaran pemerintah yang
dialokasikan untuk guru dalam setiap tahun yang masih jauh dari angka layak,
apalagi ideal. Kesejahteraan guru memang sangat dipengaruhi oleh kondisi
moneter Indonesia yang belum stabil. Akibatnya, target 20 persen anggaran
negara untuk pendidikan belum bisa terpenuhi. Selain itu, program sertifikasi guru
yang dicetuskan untuk meningkatkan profesionalitas dan mendongkrak
kesejahteraan pendidik juga belum terbukti secara merata (Ngainun Naim,
2009:3).
Mengingat begitu besarnya peran guru seyogianya diimbangi dengan
penghargaan yang diberikan kepadanya. Walaupun kenyataannya menunjukkan
bahwa secara finansial profesi guru belumlah mampu mengantarkan kepada
kehidupan yang sejahtera. Namun demikian, bukan berarti hal ini mengurangi
penghargaan yang selayaknya diberikan. Bahkan di era sekarang sumber belajar

1
telah berkembang dan melimpah sedemikian pesat, peran guru sebagai sumber
belajar utama tidaklah dapat tergantikan.
Guru atau pendidik merupakan sosok yang seharusnya mempunyai banyak
ilmu, mau mengamalkan dengan sungguh-sungguh ilmu yang dimilikinya dalam
proses pembelajaran dalam makna yang luas, toleran, dan senantiasa berusaha
menjadikan siswanya memiliki kehidupan yang lebih baik. Secara prinsip, mereka
yang disebut sebagai guru bukanlah hanya mereka yang memiliki kualifikasi
keguruan secara formal yang diperoleh lewat jenjang pendidikan di perguruan
tinggi saja, tetapi yang terpenting adalah mereka yang mempunyai kompetensi
keilmuan tertentu dan dapat menjadikan orang lain pandai dalam matra kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Matra kognitif menjadikan siswa cerdas dalam aspek
intelektualnya, matra afektif menjadikan siswa mempunyai sikap dan perilaku
yang sopan, dan matra psikomotorik menjadikan siswa terampil dalam
melaksanakan aktifitas secara efektif dan efisien, serta tepat guna. Guru tidaklah
cerdas untuk dirinya sendiri namun dapat menyebarkan virus kecerdasan untuk
orang lain (anak didiknya).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana analisis dan refleksi seorang guru?
2. Bagaimana manfaat refleksi diri guru?
3. Bagaimana tugas dan tanggung jawab seorang guru?
4. Bagaimana fenomena guru terpuji atau teladan pada masa sekarang?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan pembahasan makalah untuk:
1. Mengetahui analisis dan refleksi seorang guru.
2. Mengetahui manfaat refleksi diri guru.
3. Mengetahui tugas dan tanggung jawab seorang guru.
4. Mengetahui fenomena guru terpuji dan teladan pada masa sekarang.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Analisis dan Refleksi Seorang Guru


Refleksi adalah sebuah kegiatan yang dilakukan dalam proses
belajar mengajar berupa penilaian tertulis maupun lisan (umumnya tulisan)
oleh anak didik kepada guru/dosen, berisi ungkapan kesan, pesan, harapan
serta kritik membangun atas pembelajaran yang diterimanya. Bahasa yang
paling sederhana dan mudah dipahami adalah refleksi ini sangat mirip
dengan curhatan anak didik terhadap guru/dosennya tentang hal-hal yang
dialami dalam kelas sejak dimulai hingga berakhirnya pembelajaran.
Jika tercapai dengan baik dan disenangi oleh peserta didik, maka
guru/dosen dapat mempertahankannya, tetapi jika masih kurang diminati
oleh peserta didik, maka kewajiban guru/dosen yang bersangkutan adalah
segera mengubah model pembelajaran dengan memadukan metode-
metode atau teknik-teknik yang sesuai berdasarkan kesimpulan dari hasil
refleksi yang dilakukan sebelumnya. Sebagai tambahan, apapun hasil
refleksi peserta didik seharusnya dihadapi dengan bijaksana dan positif
thinking, karena tujuan akhir dari ini semua tidak lain dan tidak
bukan,justforoureducation.
Agar guru bijaksana dalam mengatasi permasalahan pembelajaran,
maka guru perlu melakukan refleksi setelah melakukan pembelajaran di
kelas. Refleksi diri ini penting dilakukan oleh guru karena dengan
melakukan hal tersebut, guru akan bisa melakukan perbaikan dalam
pelaksanaan tugas. Logikanya, guru akan jujur ketika melakukan refleksi,
karena memang tidak ada yang mengawasi. Dan pekerjaan yang dilakukan
atas dasar kejujuran ini, akan berdampak pada tindak lanjut yang tepat,

3
sehingga akan menghasilkan kinerja yang baik. Hasilnya mutu pendidikan
akan meningkat. Pada prinsipnya yang dimaksud refleksi adalah evaluasi
yang dilakukan oleh para kolaborator atau partisipan yang terkait dengan
suatu PTK yang dilakukan. Refleksi dalam PTK dilakukan pada saat
memikirkan tindakan yang akan di lakukan, ketika tindakan sedang
dilakukan dan setelah tindakan dilakukan. Ruang lingkup kegiatan refleksi
sendiri bukan berada pada diri guru sendiri namun mencakup keseluruhan
konteks pembelajaran yang dilakukan, termasuk siswa dan
lingkungannya.
Kegiatan refleksi mencakup kegiatan analisis, interpretasi dan
evaluasi yang diperoleh dari kegiatan observasi. Data yang telah
terkumpul dalam kegiatan observasi harus secepatnya dianalisa dan
dinterpretasi sehingga dapat segera diketahui tindakan tersebut terhadap
pencapaian tujuan. Interpretasi hasil observasi ini menjadi dasar untuk
melakukan evaluasi sehingga dapat disusun langkah-langkah berikutnya
dalam pelaksanaan tindakan. Istilah refleksi dalam konteks ini merujuk
pada upaya berpikir secara mendalam atas apa yang telah dilakukan. Guru
yang melakukan refleksi adalah guru yang berpikir ulang tentang
pembelajaran yang telah dilakukan. Dalam hal ini, guru memikirkan ulang
tentang semua hal yang telah terjadi ketika proses pembelajaran
berlangsung.
Menurut Charlotte Danielson dalam buku Enhancing Professional
Practice: a framework for teaching (2007:169), agar produktif refleksi
atas pembelajaran harus sistematis dan analitis. Ketika pelajaran tidak
berjalan sebagaimana mestinya, seorang guru tidak cukup jika hanya
mengenali bahwa pembelajaran tidak berhasil melainkan juga harus
mampu menentukan alasan untuk hasil dimaksud. Hanya apabila alasan-
alasan tidak berhasilnya pembelajaran tersebut dipahami, guru akan dapat
meningkatkan pelajaran atau hal-hal lain pada pelajaran yang akan datang.
Sebab itu, untuk meningkatkan keterampilan dalam refleksi, seseorang
harus belajar bagaimana menganalisis semua keputusan yang dibuat dalam
merancang pembelajaran dan pengaturan seketika yang dibuat sepanjang

4
proses pembelajaran itu sendiri. Dalam melakukan refleksi, harus
dipahami bahwa poin pentingnya bukan apakah proses pembelajaran
berjalan lancar atau tidak. Yang terpenting dari diskusi tentang refleksi
adalah guru mampu menentukan mengapa pelajaran tidak memuaskan
(aktivitas atau materi pelajaran yang tidak tepat, langkah-langkah yang
lemah, atau pengelompokan siswa yang tidak tepat) sehingga dapat
diperbaiki pada waktu mendatang.

B. Manfaat Refleksi Diri Guru


Pengajaran melibatkan semacam seperangkat keterampilan yang
kompleks sehingga pelajaran hampir tidak pernah sempurna. Kunci untuk
menjadi guru yang berhasil adalah memperoleh keterampilan untuk terus
meningkatkan praktik seseorang dan alat penting untuk hal ini adalah
refleksi. Ketika seorang guru telah melakukan refleksi diri, apabila
ditanyakan kepadanya apa yang akan dilakukan jika guru tersebut harus
mengajarkan ulang materi yang sama kepada siswa yang sama di waktu
yang akan datang, maka guru tersebut akan dapat memberikan gambaran
yang jelas mengenai apa yang akan dilakukan, bagaimana dengan
pengelompokan siswa, alat apa yang perlu disediakan, langkah-langkah
(skenario) pembelajaran, metode atau model pembelajaran yang
digunakan. Gambaran yang diberikan guru tersebut, apabila dibandingkan
dengan skenario pembelajaran sebelumnya, pasti ada perubahan yang
mengarah pada perbaikan. Hasil alami dari refleksi atas praktik
pembelajaran adalah guru dapat merasakan di area mana dari pembelajaran
yang paling penting untuk diperkuat. Dengan demikian, guru akan
senantiasa memperbaiki diri dalam pembelajaran, yang pada gilirannya
akan meningkan hasil belajar siswa. Dengan demikian, mutu pendidikan
pun akan meningkat.
Untuk lebih memperjelas penjelasan refleksi berikut ini contoh
yang dikutip dari karya Noeng Muhadjir (1996). Seorang guru SD
merasakan bahwa interaksi yang terjadi di dalam kelas lebih didominasi
guru.Ia ingin mengubah kondisi ini dengan cara mencermati rancangan

5
kegiatan pembelajaran yang akan dilakukannya. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan partisipasi siswa dengan menambah alat peraga dan dialog.
Dari hasil pengkajian terhadap tindakan yang telah dilakukan, ternyata
partisipasi yang lemah belum Nampak. Guru merancang lagi kegiatan
pembelajaran berikutnya dengan memasukan kegiatan memberikan
motivasi dan pujian kepada siswa yang lemah. Hasilnya cukup
mengembirakan. Anak yang lemah menjadi semakin aktif dalam proses
pembelajaran. Dari kegiatan observasi diketahui diketahui bahwa
pemberian motivasi dan pujian kepada siswa yang lemah menimbulkan
masalah baru. Anak yang cerdas menjadi bosan karena guru banyak
meladeni siswa yang lemah sehingga pelajaran berjalan dengan sangat
lamban. Hal ini mendorong guru untuk melakukan refleksi untuk
menganalisis dan mengevaluasi tindakan yang telah diambil. Akhirnya ia
sampai kepada kesimpulan bahwa proses pembelajaran berikutnya harus
diupayakan untuk melibatkan siswa yang cerdas. Tindakan yang ditempuh
adalah meminta siswa yang cerdas membantu siswa yang lemah melalui
kegiatan kerja kelompok.
Dalam proses pembelajaran ada anak yang cerdas cukup antusias
membantu teman-temannya yang lemah, tetapi ada pula anak yang cerdas
lainnya tidak nampak antusias. Ternyata terdapat lagi permasalahan.Anak
cerdas yang antusias ternyata ada yang sabar, ada yang otoriter dan ada
lagi yang bersifat egois. Ia kerjakan kelompoknya seorang diri tanpa
mengikutsertakan temannya yang lain. Sementara itu, satu anak cerdas
yang tidak antusias terlihat malas dan tidak mau membantu teman-
temannya. Pada kesempatan pembelajaran berikutnya. Guru menyisipkan
penjelasan tentang pentingnya solidaritas antar warga masyarakat yang
diwujudkan dalam bentuk kerja sama dan saling membantu. Yang pandai
dimisalkan sebagai mata air yang diambil terus menerus tidak habis,
melainkan mata air tersebut menjadi semakin besar dan semakin jernih.
Anak yang pandai jika mau membantu yang lemah menyebabkan ia
menjadi semakin cermat dan mantap pemahamannya terhadap materi yang
dipelajari sehingga dia justru akan semakin pandai. Ketika kerja kelompok

6
diadakan lagi, anak yang cerdas di kelas terbeut telah berubah sehingga
kerja kelompok menjadi hidup dan berubah menjadi kompetensi antar
kelompok.

C. Tugas dan Tanggung Jawab Seorang Guru


1. Tugas Guru
John P. Dececco William Crowfort, dalam bukunya The
Psychology of Learning and Instruction Education Educational
Psychology, sebagaimana dikutip oleh Marasudin Siregar (1985:8),
menyatakan bahwa pendapat Bugelsky, bahwa guru dalam proses
pembelajaran berfungsi sebagai motivator (pendorong), reinforce
(pemberdaya), dan instructor (pelatih).
Pada tataran parktis, menurut Muhammad Ali, proses pembelajaran
yang berlangsung dalam kelas pada dasarnya merupakan interaksi yang
berlangsung secara intensif antara guru, siswa, dan materi. Dalam
melaksanakan tugasnya, seorang guru harus melandaskan diri pada prinsip
profesionalitas. Prinsip profesionalitas ini dapat diwujudkan dalam
beberapa sikap. Pertama, mengajar hanya berdasarkan pengalaman guru
yang dimiliki dari siswa. Kedua, pengetahuan dan keterampilan yang
diajarkan harus bersifat praktis. Ketiga, mengajar harus memerhatikan
terhadap perbedaan individu siswa. Keempat, mengajar harus berdasarkan
kesiapan siswa. Kelima, tujuan pengajaran harus diketahui oleh siswa.
Keenam, mengajar harus mengikuti prinsip psikologis tentang belajar
(Ngainun Naim, 2009:18).
Mulyasa berpendapat bahwa tugas dan peran guru di dalam
masyarakat tidak terbatas, bahkan guru pada hakikatnya merupakan
komponen strategi yang memiliki peran penting dalam menentukan gerak
maju kehidupan bangsa. Bahkan keberadaan guru merupakan faktor
condisio sine quanon yang tidak mungkin digantikan oleh komponen mana
pun dalam kehidupan bangsa sejak dulu, terlebih-lebih pada era
kontemporer ini (Harsono & MJ. Susilo, 2010:49).

7
Mulyasa juga mengidentifikasi tiga jenis tugas guru, yaitu tugas
dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan, dan tugas dalam bidang
kemasyarakatan. Tugas dalam bidang profesi meliputi: tugas mendidik,
mengajar, dan melatih. Tugas kemanusiaan ditunjukkan dengan peran guru
sebagai orang tua kedua siswa, transformasi diri, dan autoidentifikasi.
Sedangkan tugas dalam bidang kemasyarakatan adalah mendidik dan
mengajar masyarakat untuk menjadi warga negara Indonesia yang
bermoral Pancasila, serta ikut membantu mencerdaskan bangsa Indonesia
(Harsono dan MJ. Susilo, 2010:49-50).
2. Tanggung Jawab Guru
Manusia dapat disebut sebagai manusia yang bertanggung jawab
apabila dia mampu membuat pilihan dan membuat keputusan atas dasar
nilai-nilai dan norma-norma tertentu, baik yang bersumber dari dalam
dirinya maupun yang bersumber dari lingkungan sosialnya. Dengan kata
lain manusia bertanggung jawab apabila dia mampu bertindak atas dasar
keputusan moral atau moral decision (Kirschenbaum & SB Simon). Dalam
Pasal 20 UU No. 14 tahun 2005 disebutkan bahwa guru berkewajiban: (1)
merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang
bermutu, serta menilai dan mengavaluasi hasil pembelajaran; (2)
meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik sejalan dengan
perkembangan ilmu, teknologi, dan seni.
Sebagai guru profesional maka harus memenuhi persyaratan
sebagai manusia yang bertangung jawab dalam bidang pendidikan, tetapi
di pihak lain dia juga mengemban sejumlah tanggung jawab dalam bidang
pendidikan. Guru selaku pendidik bertanggung jawab mewariskan nilai-
nilai dan norma-norma kepada generasi muda sehingga terjadi proses
konservasi nilai, bahkan melalui proses pendidikan diusahakan terciptanya
nilai-nilai baru. Guru akan mampu melaksanakan tangung jawabnya
apabila dia memiliki kompetensi untuk itu. Setiap tangung jawab
memerlukan sejumlah kompetensi. Setiap kompetensi dapat dijabarkan
menjadi sejumlah kompetensi yang lebih kecil dan lebih khusus.
a. Tanggung Jawab Moral

8
Elaine B, Johson, seperti yang telah dikutip Ngainun Naim
(2009:15) mengatakan: Guru yang bermutu memungkinkan siswanya
untuk tidak hanya dapat mencapai standar nilai akademik secara nasional,
tetapi juga mendapatkan pengetahuan dan keahlian yang penting untuk
belajar selama hidup mereka. Inilah kiranya yang menjadikan bahwa
tugas guru tidak hanya membuat siswanya cerdas secara intelektual saja
namun bagaimana agar siswanya kelak dapat menolong diri dalam
kehidupannya melalui pengetahuan yang didapatkannya itu.
Di Indoensia, setiap guru profesional berkewajiban
menghayati dan mengamalkan pancasila dan bertanggung jawab
mewariskan moral pancasila itu serta nilai Undang-Undang Dasar 1945
kepada generasi muda. Tanggung jawab ini merupakan tanggung jawab
moral bagi setiap guru di Indonesia. Dalam hubungan ini, setiap guru
harus memiliki kompetensi dalam bentuk kemampuan menghayati dan
mengamalkan pancasila. Kemampuan menghayati berarti kemampuan
untuk menerima, mengingat, dan meresapkan ke dalam pribadinya.
b. Tanggung Jawab dalam Bidang Pendidikan di Sekolah
Guru bertanggung jawab melaksanakan kegiatan
pendidikan di sekolah dalam arti memberikan bimbingan dan pengajaran
kepada siswanya. Tanggung jawab ini direalisasikan dalam bentuk
melaksanakan pembinaan kurikulum, menuntun siswa belajar membina
pribadi, watak, dan jasmaninya, menganalisis kesulitan belajar, serta
menilai kemajuan belajar mereka. Agar guru mampu mengemban dan
melaksanakan tanggung jawab ini, maka setiap guru harus memiliki
berbagai kompetensi yang relevan dengan tugas dan tanggung jawab
tersebut. Dia harus menguasai cara belajar efektif, harus mampu membuat
model satuan pelajaran, mampu memahami kurikulum secara baik, mampu
mengajar di kelas, mampu menjadi model bagi siswa, mampu memberikan
nasihat dan petunjuk yang berguna, menguasai teknik-teknik, memberikan
bimbingan dan penyuluhan, mampu menyusun dan melaksanakan
prosedur penilaian kemajuan belajar, dan sebagainya.

9
Terkait dengan kompetensi penguasaan cara-cara belajar
yang baik, misalnya, maka setiap guru berarti harus berkompeten
memberikan petunjuk tentang bagaimana membuat rencana belajar,
berkompeten memberikan petunjuk tentang bagaimana mempelajari buku
bacaan dan cara membaca yang efisien, cara menghafal, cara menilai
sendiri, dan sebagainya. Lalu terkait dengan kompetensi dalam pembinaan
kurikulum sekolah, berarti guru harus berkompeten menerjemahkan GBPP
menjadi satuan-satuan pembelajaran sesuai dengan bidang studi yang
menjadi tugasnya, berkompeten dalam hal cara menerapkan berbagai
metode mengajar yang relevan untuk mencapai tujuan instruksional
khusus, berkompeten menyusun pertanyaan sesuai dengan tujuan yang
hendak dicapai, berkompeten merelevansikan bahan pelajaran dengan
kebutuhan /masalah-masalah sosial dengan lingkungannya, dan
sebagainya.
c. Tanggung Jawab Guru dalam Bidang Pendidikan
Guru profesional tidak dapat melepaskan dirinya dari
bidang kehidupan kemasyarakatan. Di satu pihak guru adalah warga
masyarakat dan di lain pihak guru bertanggung jawab turut serta
memajukan kehidupan masyarakat. Guru turut bertanggung jawab
memajukan kesatuan dan persatuan bangsa, menyukseskan pembangunan
nasional, serta menyukseskan pembangunan daerah, khususnya yang
dimulai dari daerah di mana dia tinggal.
Untuk melaksankan tanggung jawab turut serta memajukan
persatuan dan kesatuan bangsa, guru harus menguasai atau memahami
semua hal yang bertalian dengan kehidupan nasional misalnya tentang
suku bangsa, adat istiadat, kebiasaan, norma-norma, kebutuhan, kondisi
lingkungan dan lain sebagainya. Selain itu, guru harus mampu bagaimana
menghargai suku bangsa lainnya, menghargai sifat dan kebiasaan suku
lain, dan lain sebagainya. Pengetahuan dan sikap hendaknya
dicontohkannya terhadap anak didik dalam pergaulannya sehari-hari dan
dalam proses pendidikan di sekolah.

10
Sedangkan untuk melaksanakan tanggung jawab turut serta
menyukseskan pembangunan dalam masyarakat, guru harus kompeten
bagaimana cara memberikan pengabdian terhadap masyarakat, kompeten
bagaimana melaksanakan kegiatan gotong royong di desanya, mampu
bertindak turut serta mejaga tata tertib di desanya, mampu bertindak dan
memberikan bantuan kepada yang miskin, pandai bergaul dengan
masyarakat sekitarnya dan sebagainya.
d. Tanggung Jawab dalam Bidang Keilmuan
Ikhwanush Shaffa, seperti yang dikutip Abidin Ibn Rusn
(2009:65), mengatakan bahwa guru yang bisa membahagiakan murid ialah
mereka yang pintar, bagus perangainya dan akhlaknya, suci hatinya, cinta
terhadap ilmu, senantiasa mencari kebenaran, dan tidak memihak kepada
salah satu mazhab. Hal ini mengandung pengertian bahwa guru senantiasa
mengajarkan akan sebuah kebenaran yang didapatkan melalui metode-
metode ilmiah.
Guru selaku ilmuan bertanggung jawab turut memajukan
ilmu, terutama ilmu yang telah menjadi spesialisasinya. Tanggung jawab
ini dilaksanakan dalam bentuk mengadakan penelitian dan pengembangan.
Untuk dapat melaksanakan tanggung jawab dalam bidang penelitian, guru
harus memiliki kompetensi tentang cara mengadakan penelitian, seperti
cara membuat desain penelitian, cara merumuskan masalah, cara
menentukan alat pengumpul data, cara mengdakan sampling dan cara
mengolah data dengan teknik statistik yang sesuai. Selanjutnya, dia harus
mampu menyusun laporan hasil penelitian agar dapat disebarluaskan.
Demikianlah dari analisis tersebut kiranya kompetensi yang harus dimiliki
oleh setiap guru profesional sesungguhnya sangat luas jika ditinjau dalam
hubungan dengan tanggung jawab profesionalnya.
Terkait dengan kompetensi pengetahuan guru, Haberman
berpendapat bahwa pengetahuan guru paling tidak memiliki 12 komponen
yang menggambarkan seorang guru yang baik, yaitu: keterampilan, etika,
disiplin ilmiah, konsep-konsep dasar, pelajar/siswa, suasana sosial, belajar,
pedagogik atau metodologi pengajaran, proses, teknologi, pengembangan

11
diri, dan perubahan/inovasi. Keduabelas komponen tersebut harus
ditindaklanjuti oleh guru dengan seoptima mungkin (Harsono & MJ.
Susilo, 2010:55-67).

D. Fenomena Guru Terpuji atau Teladan pada Masa Sekarang


Seleksi guru teladan (guru berprestasi istilah saat ini) sebenarnya
merupakan ajang melihat dan refleksi diri bagi para guru. Kadang seorang
guru telah merasa dirinya sudah paling bagus, paling super, paling berhasil
dalam mengajar diantara teman teman di sekolah di mana guru tersebut
berada. Indikator yang mudah ditemukan adalah ketika kumpul sesama
guru yang sifatnya non formal, sering terlontar bahwam dirinyalah yang
paling bagus dalam mengajar, dirinyalah yang paling menguasai dalam
materi pembelajaran, dirinyalah yang paling baik dalam mencetuskan ide,
dirinyalah yang paling bisa dalam mengatasi masalah siswa nakal, siswa
pandai, dan masih banyak lagi yang lain. Memang tidak dipungkiri bahwa
setiap orang (termasuk guru) memiliki kecenderungan untuk sombong,
mengunggulkan dirinya dibanding dengan teman atau orang lain. Relatif
sedikit guru yang menyadari bahwa dirinya mempunyai banyak
kekurangan. Cerita-cerita di depan kelas ketika mengajar juga
mengindikasikan kecenderungan untuk sombong di hadapan para
siswanya. Namun ketika ada edaran seleksi guru teladan (guru
berprestasi), lomba karya tulis, lomba karya ilmiah, sangat sulit mencari
guru yang dengan suka rela dan kesadaran diri mengajukan dirinya kepada
sekolah untuk mengikutinya. Kondisi ini ternyata terjadi di hampir setiap
satuan pendidika baik di tingkat SD, SMP, maupun di tingkat
SMA/MA/SMK. Sangat ironis memang. Namun itulah kondisi real di
lapangan. Apakah ini sudah sifat dan karakter sebagian besar bangsa
Indonesia yang cenderung enggan berkompetisi? Meskipun sebenarnya
keikutsertaan pada ajang lomba, sangat dibutuhkan untuk mengetahui
potensi diri secara nyata. Lomba merupakan ajang refleksi diri sejauh
mana potensi diri kita dibanding dengan para guru yang lain di luar
institusinya (tidak seperti jago kandang yang hanya menang di

12
kandangnya sendiri, namun ketika di kandang lawan tidak ada apa-
apanya).
Dalam seleksi guru teladan, empat aspek kompetensi guru benar
benar diuji, yakni aspek paedagogis, profesional, sosial, dan kepribadian.
a. Paedagogis
Pada aspek ini, guru dituntut untuk mengetahui teori belajar, teori
mengajar, teori perkembangan jiwa anak, juga dituntut untuk memahami
kurikulum yang berlaku terutama yang menyangkut arah pembelajaran dan
semangat kurikulum yang berlaku saat itu. Pada seleksi guru teladan,
aspek ini diukur melalui tes tertulis maupun tes wawancara, disamping
juga diukur melalui ada dan tidaknya dokumen pembelajaran yang
meliputi
1) rencana pembelajaran,
2) laporan pelaksanaan pembelajaran,
3) data hasil evaluasi pembelajaran
4) data analisis hasil evaluasi dan
5) laporan program tindak lanjutnya
Kelima dokumen tersebut perlu lengkap dan lampirkan dalam
bentuk portofolio yang disatukan dengan dokumen aspek yang lain (10
aspek/komponen sertifikasi guru).
Profesional
Pada apek ini, guru dituntut untuk menguasai materi pelajaran
sesuai yang dikehendaki dan diamanatkan oleh kurikulum, tentu berkaitan
dengan bidang ajar yang digelutinya, sesuai dengan mata pelajaran yang
diampunya. Pada seleksi guru teladan, aspek ini diuji melalui dukumen
karya pengembangan profesi, misal ada dan tidaknya buku hasil karya
yang dipublikasikan, karya ilmiah yang dipublikasikan baik melalui jurnal
terakreditasi maupun melalui media lain yang relevan. Kepemilikan
piagam penghargaan dan sertifikat keikutsertaan dalam forum ilmiah, juga
dapat menjadi indikator penguasaan aspek profesional seorang guru.
b. Profesional

13
profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara
luas dan mendalam. Untuk dapat menjadi guru yang profesional, salah satu
cara yang dapat ditempuh adalah dengan mengikuti kegiatan pendidikan
dan pelatihan (diklat) sesuai dengan bidang kejuruannya dan setiap guru
harus memiliki sertifikat sesuai dengan bidang keahlian yang
diajarkannya.
Hamalik (2001) menyatakan bahwa menjadi guru adalah suatu
pekerjaan profesional, sehingga jabatan ini memerlukan keahlian khusus
yang menuntut seorang guru itu harus menguasai betul seluk-beluk
pendidikan dan pengajaran serta ilmu-ilmu lainnya, dengan harapan akan
dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan secara otomatis akan
mampu menghasilkan output yang baik pula. Hal senada disampaikan
Harsono & MJ Susilo (2001:34) yang berpendapat bahwa guru adalah
jabatan profesional yang memerlukan berbagai keahlian khusus
c. Sosial
Aspek ini sangat banyak indikatornya. Sering dan tidaknya guru
diberi tugas di sekolah yang tercermin pada banyak dan tidaknya SK
penugasan kepala sekolah pada guru tersebut, bagaimana peran guru di
lingkungan tempat tinggalnya (biasanya dibuktikan dengan surat
keterangan Kepala Keluranan) apakah menjadi ketua RT, ketua RW,
penasehat RT penasehat RW, anggota/pengurus Lembaga Ketahanan
Masyarakat Desa (LKMD), atau Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
Kota (LPMK), anggota/pengurus Badan Keswadayaan Masyarakat
(BKM), atau jabatan lain di lingkungan tempat tinggalnya.
d. Kepribadian
Seorang guru teladan tentu tidak lepas dari kepemilikan
kemantapan dan kematangan kepridadian. Indikator aspek ini diuji melalui
wawancara dan tes tertulis. Bagaimana cara berpenampilan dihadapan
penguji, bagaimana cara menjawab dan cara berbicara dihadapan penguji,
bagaimana cara menolak atau menyanggah atau berargumentasi ketika
dipersalahkan penguji. Disisi lain juga dapat diuji melalui pertanyaan yang
sifatnya mengarah pada pandangan pribadi tentang suatu masalah.

14
Karya Ilmiah, adalah aspek penting yang harus ada dalam seleksi
guru berprestasi. Karya ilmiah ini dapat berupa laporan penelitian,
makalah seminar atau simposium , dan artikel jurnal. Untuk yang satu ini,
nampaknya tidak boleh tidak. Seorang guru teladan cenderung wajib
mempunyai karya ilmial, entah berupa hasil penelitian atau tulisan yang
lain, yang dihasilkan melalui prosedur ilmiah. Satu lagi yang tidak kalah
pentingnya untuk dikuasai dalam seleksi guru berprestasi adalah hafal,
mengerti, dan memahami peraturan dan perundangan dan kebijakan
tentang pendidikan di Indonesia.
Apabila keempat aspek (profesional, pedagogik, kepribadian, dan
sosial) sudah dikuasai oleh guru, maka guru tersebut mampu menjadi
sosok teladan bagi siswa dan orang lain. Selama ini proses pembelajaran
hanya menekankan pada aspek kognitifnya saja. Namun, dengan adanya
tuntutan kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial maka
akan tercapai pula afektif, dan psikomotorik pada peserta didiknya.

15
KESIMPULAN

1. Refleksi adalah sebuah kegiatan yang dilakukan dalam proses belajar


mengajar berupa penilaian tertulis maupun lisan (umumnya tulisan) oleh
anak didik kepada guru/dosen, berisi ungkapan kesan, pesan, harapan serta
kritik membangun atas pembelajaran yang diterimanya. Bahasa yang paling
sederhana dan mudah dipahami adalah refleksi ini sangat mirip dengan
curhatan anak didik terhadap guru/dosennya tentang hal-hal yang dialami
dalam kelas sejak dimulai hingga berakhirnya pembelajaran. Kegiatan
refleksi mencakup kegiatan analisis, interpretasi dan evaluasi yang
diperoleh dari kegiatan observasi. Data yang telah terkumpul dalam
kegiatan observasi harus secepatnya dianalisa dan dinterpretasi sehingga
dapat segera diketahui tindakan tersebut terhadap pencapaian tujuan
2. Kunci untuk menjadi guru yang berhasil adalah memperoleh keterampilan
untuk terus meningkatkan praktik seseorang dan alat penting untuk hal ini
adalah refleksi. Hasil alami dari refleksi atas praktik pembelajaran adalah
guru dapat merasakan di area mana dari pembelajaran yang paling penting
untuk diperkuat. Dengan demikian, guru akan senantiasa memperbaiki diri
dalam pembelajaran, yang pada gilirannya akan meningkan hasil belajar
siswa. Dengan demikian, mutu pendidikan pun akan meningkat.
3. Tugas dan peran guru di dalam masyarakat tidak terbatas, bahkan guru
pada hakikatnya merupakan komponen strategi yang memiliki peran
penting dalam menentukan gerak maju kehidupan bangsa. Bahkan
keberadaan guru merupakan faktor condisio sine quanon yang tidak
mungkin digantikan oleh komponen mana pun dalam kehidupan bangsa

16
sejak dulu, terlebih-lebih pada era kontemporer ini. Guru selaku ilmuan
bertanggung jawab turut memajukan ilmu, terutama ilmu yang telah
menjadi spesialisasinya. Tanggung jawab ini dilaksanakan dalam bentuk
mengadakan penelitian dan pengembangan.
4. Seleksi guru teladan (guru berprestasi istilah saat ini) sebenarnya
merupakan ajang melihat dan refleksi diri bagi para guru. Dalam seleksi
guru teladan, empat aspek kompetensi guru benar benar diuji, yakni aspek
paedagogis, profesional, sosial, dan kepribadian. Apabila keempat aspek
(profesional, pedagogik, kepribadian, dan sosial) sudah dikuasai oleh guru,
maka guru tersebut mampu menjadi sosok teladan bagi siswa dan orang
lain. Selama ini proses pembelajaran hanya menekankan pada aspek
kognitifnya saja. Namun, dengan adanya tuntutan kompetensi pedagogik,
kepribadian, profesional, dan sosial maka akan tercapai pula afektif, dan
psikomotorik pada peserta didiknya

17
DAFTAR PUSTAKA

Naim, Ngainun. 2009. Menjadi Guru Inspiratif; Memberdayakan dan Mengubah


Jalan Hidup Siswa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Harsono & MJ Susilo. 2010. Pemberontakan Guru: Menuju Peningkatan


Kualitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Siregar, Marasudin. 1985. Didaktik Metodik dan Kedudukan dalam Proses


Belajar Mengajar. Yogyakarta: Sumbangsih.

Ibnu Rusn, Abidin. 2009. Pemikiran Al-Ghazali tentang Pendidikan. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

http://diary-mr417.blogspot.co.id/2013/01/pengertian-refleksi-dan-fungsinya-
dalam.html

18

Anda mungkin juga menyukai