BAB I
PENDAHULUAN
kurikulum, semuanya tercover secara sistemik siklus pendidikan untuk mencapai tujuan yang
diinginkan, mulai dari tujuan umum nasional sampai tujuan yang tertuang dalam visi dan misi
madrasah sebagai lembaga pelaksana pada tingkat operasional hingga guru sebagai pendidik.
1. Tujuan Nasional Pendidikan sebagaimana tercantum dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggungjawab.
2. Tujuan Institusional pendidikan merupakan tujuan setiap lembaga pendidikan yang tentu
dengan tingkat SMP/MTs dan seterusnya. Tujuan ini berisi kompetensi yang akan dicapai
oleh anak didik bila menyelesaikan jenjang tertentu dan pendidikan tersebut.
3. Tujuan Kurikuler, ini merupakan penjabaran dari tujuan institusional yang
pada bidang studi tertentu, misalnya fikih, Bahasa Indonesia, dan sebagainya.
4. Tujuan Institusional, atau tujuan pembelajaran yang merupakan pengkhususan dari
tujuan kurikuler. Tujuan Instruksional dibedakan kepada Tujuan Instruksional Umum dan
Berdasar dari tujuan tujuan tersebut, dalam elementasinya tercover dalam proses
Belajar merupakan kegiatan yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Belajar
adalah salah satu kebutuhan hidup manusia yang paling penting dalam upaya
seseorang dapat memahami sesuatu konsep yang baru, dan atau mengalami perubahan
Pada dasarnya terdapat dua pendapat tentang teori belajar yaitu teori belajar aliran
behaviorisme dan teori belajar kognitif. Teori belajar behaviorisme menekankan pada
pengertian belajar merupakan perubahan tingkah laku, sehingga hasil belajar adalah sesuatu
yang dapat diamati dengan indra manusia langsung tertuangkan dalam tingkah laku. Dengan
kata lain, bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil
kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang terjadi dalam akal
pikiran manusia.
Dan selanjutnya penulis mencoba memaparkan dua pendekatan tersebut dalam dua bagian,
yaitu : tentang pendekatan behavioristik dalam pembelajaran dan pendekatan kognitif dalam
pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Teori Behaviorisme
Teori belajar behaviorisme menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang
dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan
mekanistik. Stimulus tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun
eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak,
berupa reaksi fisik terhadap stimulus. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan
Teori Behaviorisme:
1. Bersifat mekanistis
Berikut adalah beberapa teori belajar behaviorisme menurut beberapa pakar teori belajar
behavoiristik:[2]
antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R ). Stimulus adalah
suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan
organisme untuk beraksi atau berbuat sedangkan respon diri adalah sembarang tingkah laku
yang dimunculkan karena adanya perangsang. Dari eksperimen kucing lapar yang
dimasukkan dalam sangkar (puzzle box) diketahui bahwa supaya tercapai hubungan antara
stimulus dan respons, perlu adanya kemampuan untuk memilih respons yang tepat serta
terlebih dahulu. Bentuk paling dasar dari belajar adalah “trial and error learning atau
karena itu teori belajar yang dikemukakan oleh Thorndike ini sering disebut dengan teori
belajar koneksionisme atau teori asosiasi. Percobaan Thorndike yang terkenal dengan
binatang coba kucing yang telah dilaparkan dan diletakkan di dalam sangkar yang tertutup
dan pintunya dapat dibuka secara otomatis apabila kenop yang terletak di dalam sangkar
tersebut tersentuh. Percobaan tersebut menghasilkan teori “trial and error” atau “selecting
and conecting”, yaitu bahwa belajar itu terjadi dengan cara mencoba-coba dan membuat
salah. Dalam melaksanakan coba-coba ini, kucing tersebut cenderung untuk meninggalkan
yang baru, selanjutnya stimulus baru ini akan menimbulkan response lagi, demikian
selanjutnya.[3]
1. Hukum Kesiapan (law of readiness), yaitu semakin siap suatu organisme memperoleh
suatu perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan
jika anak merasa senang atau tertarik pada kegiatan jahit-menjahit, maka ia akan cenderung
mengerjakannya. Apabila hal ini dilaksanakan, ia merasa puas dan belajar menjahit akan
menghasilkan prestasi memuaskan. Prinsip pertama teori koneksionisme adalah belajar suatu
kegiatan membentuk asosiasi (connection) antara kesan panca indera dengan kecenderungan
bertindak. Misalnya, jika anak merasa senang atau tertarik pada kegiatan jahit-menjahit, maka
ia akan cenderung mengerjakannya. Apabila hal ini dilaksanakan, ia merasa puas dan belajar
Masalah pertama hukum law of readiness adalah jika kecenderungan bertindak dan orang
melakukannya, maka ia akan merasa puas. Akibatnya, ia tak akan melakukan tindakan lain.
timbullah rasa ketidakpuasan. Akibatnya, ia akan melakukan tindakan lain untuk mengurangi
2. Hukum Latihan (law of exercise), yaitu semakin sering tingkah laku diulang/ dilatih
tindakan akan menjadi lebih kuat karena latihan-latihan, tetapi akan melemah bila koneksi
antara keduanya tidak dilanjutkan atau dihentikan. Prinsip menunjukkan bahwa prinsip utama
dalam belajar adalah ulangan. Makin sering diulangi, materi pelajaran akan semakin dikuasai.
3. Hukum akibat (law of effect), yaitu hubungan stimulus respon cenderung diperkuat bila
Hukum ini menunjuk pada makin kuat atau makin lemahnya koneksi sebagai hasil perbuatan.
Suatu perbuatan yang disertai akibat menyenangkan cenderung dipertahankan dan lain kali
akan diulangi. Sebaliknya, suatu perbuatan yang diikuti akibat tidak menyenangkan
melemah, tergantung pada “buah” hasil perbuatan yang pernah dilakukan. Misalnya, bila
anak mengerjakan PR, ia mendapatkan muka manis gurunya. Namun, jika sebaliknya, ia
Hukum ini mengatakan bahwa pada individu diawali oleh prooses trial dan error yang
Hukum ini menjelaskan bahwa perilaku belajar seseorang tidak hanya ditentukan oleh
hubungan stimulus dengan respon saja, tetapi juga ditentukan keadaan yang ada dalam diri
Hukum ini mengatakan bahwa individu dalam proses belajar memberikan respon pada
stimulus tertentu saja sesuai dengan persepsinya terhadap keseluruhan situasi ( respon
selektif).
Hukum ini mengatakan bahwa individu dalam melakukan respon pada situasi yang belum
pernah dialami karena individu sesungguhnya dapat menghubungkan situasi yang belum
pernah dialami dengan situasi lama yang pernah dialami sehingga terjadi transfer atau
perpindahan unsur-unsur yang telah dikenal ke situasi baru. Makin banyak unsur yang sama
Hukum ini mengatakan bahwa proses peralihan dari situasi yang dikenal ke situasi yang
belum dikenal dilakukan secara bertahap dengan cara menambahkan sedikit demi sedikit
1. Hukum latihan ditinggalkan karena ditemukan pengulangan saja tidak cukup untuk
2. Hukum akibat direvisi. Dikatakan oleh Thorndike bahwa yang berakibat positif untuk
perubahan tingkah laku adalah hadiah, sedangkan hukuman tidak berakibat apa-apa.
3. Syarat utama terjadinya hubungan stimulus respon bukan kedekatan, tetapi adanya
4. Akibat suatu perbuatan dapat menular baik pada bidang lain maupun pada individu lain.
ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing, dimana perangsang asli dan netral
yang diinginkan. Prinsip utamanya adalah unit kerja, yang oleh Parlov adanya respon dalam
tertentu, perilaku manusia dapat berubah sesuai dengan apa yang didinkan. Kemudian Pavlov
binatang memiliki kesamaan dengan manusia. Namun demikian, dengan segala kelebihannya,
secara hakiki manusia berbeda dengan binatang, hanya pada aspek kelakuannya yang
difokuskan.[8]
Ia mengadakan percobaan dengan cara mengadakan operasi leher pada seekor anjing.
Sehingga kelihatan kelenjar air liurnya dari luar. Apabila diperlihatkan sesuatu makanan,
maka akan keluarlah air liur anjing tersebut. Sebelum makanan diperlihatkan, maka yang
diperlihatkan adalah sinar merah terlebih dahulu, baru makanan. Dengan sendirinya air
liurpun akan keluar pula. Apabila perbuatan yang demikian dilakukan berulang-ulang, maka
pada suatu ketika dengan hanya memperlihatkan sinar merah saja tanpa makanan maka air
liurpun akan keluar pula. Makanan adalah rangsangan wajar, sedang merah adalah
rangsangan buatan ini akan menimbulkan syarat (kondisi) untuk timbulnya air liur pada
anjing tersebut. Peristiwa ini disebut: Reflek Bersyarat atau Conditioned Respons.[9]
Pavlov berpendapat, bahwa kelenjar-kelenjar yang lain pun dapat dilatih. Bectrev
murid Pavlov menggunakan prinsip-prinsip tersebut dilakukan pada manusia, yang ternyata
diketemukan banyak reflek bersyarat yang timbul tidak disadari manusia. Dari eksperimen
Pavlov setelah pengkondisian atau pembiasaan dapat diketahui bahwa daging yang menjadi
stimulus alami dapat digantikan oleh bunyi lonceng sebagai stimulus yang dikondisikan.
Ketika lonceng dibunyikan ternyata air liur anjing keluar sebagai respon yang dikondisikan.
[10]
Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa dengan menerapkan strategi Pavlov
ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus
yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu
tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.
laku organisme melalui pemberian reinforcement yang bijaksana dalam lingkungan relatif
besar. Dalam beberapa hal, pelaksanaannya jauh lebih fleksibel daripada conditioning klasik.
[11] Gaya mengajar guru dilakukan dengan beberapa pengantar dari guru secara searah dan
Menajemen Kelas menurut Skinner adalah berupa usaha untuk memodifikasi perilaku
antara lain dengan proses penguatan yaitu memberi penghargaan pada perilaku yang
diinginkan dan tidak memberi imbalan apapun pada perilaku yanag tidak tepat. Operant
Conditioning adalah suatu proses perilaku operant ( penguatan positif atau negatif) yang
dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai
dengan keinginan.[12]
Dalam laboratorium Skinner memasukkan tikus yang telah dilaparkan dalam kotak
yang disebut “skinner box”, yang sudah dilengkapi dengan berbagai peralatan yaitu tombol,
alat pemberi makanan, penampung makanan, lampu yangdapat diatur nyalanya, dan lantai
yanga dapat dialir listrik. Karena dorongan lapar tikus beruasah keluar untuk mencari
makanan. Selam tikus bergerak kesana kemari untuk keluar dari box, tidak sengaja ia
menekan tombol, makanan keluar. Secara terjadwal diberikan makanan secara bertahap
sesuai peningkatan perilaku yang ditunjukkan si tikus, proses ini disebut shapping.
mengatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan.[13] Maksudnya adalah
pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi
penguatan. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua yaitu penguatan positif dan
penguatan negatif. Bentuk bentuk penguatan positif berupa hadiah, perilaku, atau
penghargaan. Bentuk bentuk penguatan negatif antara lain menunda atau tidak memberi
D. Clark Hull
Kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis adalah penting dan menempati
posisi central dalam seluruh kegiatan manusia . teori-teori demikian tidak banyak digunakan ,
E. Watson
Belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon , stimulus dan respon yang
dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur (measurable) , perubahan
mental dalam diri seseorang selama proses belajar tidak diperhitungkan, karena tidak dapat
diamati .
F. Edwin Guthrie
proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah
laku seseorang. Individu yang sedang belajar harus dibimbing melakukan apa yang harus
dipelajari
G. Albert Bandura
Pentingnya proses mengamati dan meniru perilaku, sikap, dan reaksi emosi orang lain .
1. Guru menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap , materi disampaikan
secara utuh oleh guru .
2. Guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh-
contoh.
3. Bahan pelajaran disusun dari yang sederhana sampai pada yang kompleks .
4. Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati .
5. Kesalahan harus segera diperbaiki .
6. Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi
kebiasaan.
7. Evaulasi atau penilaian didasari atas perilaku yang tampak.
Sebagai konsekuensi teori ini, para guru yang menggunakan paradigma behaviorisme
akan menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap, sehingga tujuan pembelajaran
yang harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak banyak memberi
ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun
melalui simulasi. Bahan pelajaran disusun secara hierarki dari yang sederhana sampai pada
yang kompleks.
Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian
suatu ketrampilan tertentu. Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan
diamati. Kesalahan harus segera diperbaiki. Pengulangan dan latihan digunakan supaya
perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan
teori behavioristik ini adalah tebentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang
diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat
penghargaan negatif. Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang tampak.
Kritik terhadap behaviorisme adalah pembelajaran siswa yang berpusat pada guru,
bersifaat mekanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang dapat diamati dan diukur. Kritik
ini sangat tidak berdasar karena penggunaan teori behavioristik mempunyai persyaratan
tertentu sesuai dengan ciri yang dimunculkannya. Tidak setiap mata pelajaran bisa memakai
metode ini, sehingga kejelian dan kepekaan guru pada situasi dan kondisi belajar sangat
spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan dan sebagainya, contohnya: percakapan bahasa
asing, mengetik, menari, menggunakan komputer, berenang, olahraga dan sebagainya. Teori
ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi
peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan
Penerapan teori behaviroristik yang salah dalam suatu situasi pembelajaran juga
mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa
yaitu guru sebagai central, bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih
dan menentukan apa yang harus dipelajari murid. Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari
luar, dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan guru. Murid hanya
mendengarkan denga tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar dan
dipandang sebagai cara belajar yang efektif. Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oelh
para tokoh behavioristik justru dianggap metode yang paling efektif untuk menertibkan
siswa.
terjadi dalam akal pikiran manusia. Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang
perubahan dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu
termasuk ke dalam aliran belajar kognitif yang proses dan hasilnya tidak dapat dilihat
langsung dalam konteks perubahan tingkah laku. Berikut adalah beberapa teori belajar
Jean Piaget menyebutkan bahwa struktur kognitif sebagai Skemata (Schemas), yaitu
kumpulan dari skema-skema. Seorang individu dapat mengikat, memahami, dan memberikan
respon terhadap stimulus disebabkan karena bekerjanya skemata ini. Skemata ini berkembang
secara kronologis, sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya, sehingga individu
yang lebih dewasa memliki struktur kognitif yang lebih lengkap dari pada ketika ia masih
Skemata tersebut membentuk suatu pola penalaran tertentu dalam pikiran anak. Makin baik
kualitas skema ini, makin makin baik pulalah pola penalaran anak tersebut. Proses terjadinya
adaptasi dari skemata yang telah terbentuk dengan stimulus baru dilakukan dengan dua cara,
yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah pengintegrasian stimulus baru kedalam
skemata yang telah terbentuk secara langsung . Akomodasi adalah proses pengintegrasian
stimulus baru ke dalam skema yang telah terbentuk secara tidak lansung.[16]
Jean Piaget adalah seorang ilmuwan perilaku dari Swiss, ilmuwan yang sangat terkenal
dalam penelitian mengenai perkembangan berpikir khususnya proses berpikir pada anak.
Menurut Piaget setiap anak mengembangkan kemampuan berpikirnya menurut tahap yang
teratur. Pada satu tahap perkembangan tertentu akan muncul skema atau struktur tertentu
yang keberhasilannya pada setiap tahap amat bergantung pada tahap sebelumnya. Adapun
Dalam dua tahun pertama kehidupan bayi ini, dia dapat sedikit memahami
lingkungannya dengan jalan melihat, meraba atau memegang, mengecap, mencium dan
motoriknya. Beberapa kemampuan kognitif yang penting muncul pada saat ini. Anak tersebut
mengetahui bahwa perilaku yang tertentu menimbulkan akibat tertentu pula bagi dirinya.
Misalnya dengan menendang-nendang dia tahu bahwa selimutnya akan bergeser darinya.
Dalam tahap ini sangat menonjol sekali kecenderungan anak-anak itu untuk selalu
bahasa dan ingatan anakpun mampu mengingat banyak hal tentang lingkungannya. Intelek
anak dibatasi oleh egosentrisnya yaitu ia tidak menyadari orang lain mempunyai pandangan
Dalam tahap ini anak-anak sudah mengembangkan pikiran logis. Dalam upaya
mengerti tentang alam sekelilingnya mereka tidak terlalu menggantungkan diri pada
informasi yang datang dari pancaindra. Anak-anak yang sudah mampu berpikir secara operasi
konkrit sudah menguasai sebuah pelajaran yang penting yaitu bahwa ciri yang ditangkap oleh
pancaindra seperti besar dan bentuk sesuatu, dapat saja berbeda tanpa harus mempengaruhi
misalnya kuantitas. Anak-anak sering kali dapat mengikuti logika atau penalaran, tetapi
Selama tahap ini anak sudah mampu berpikir abstrak yaitu berpikir mengenai
gagasan. Anak dengan operasi formal ini sudah dapat memikirkan beberapa alternatif
pemecahan masalah. Mereka dapat mengembangkan hukum-hukum yang berlaku umum dan
pertimbangan ilmiah. Pemikirannya tidak jauh karena selalu terikat kepada hal-hal yang
besifat konkrit, mereka dapat membuat hipotesis dan membuat kaidah mengenai hal-hal yang
bersifat abstrak.
B. Taxonomy SOLO
Teori belajar Piaget memberikan pengaruh yang luar biasa terhadap perkembangan
teori pembelajaran kognitif. Hal ini terbukti dengan banyaknya peneliti yang tertarik
melakukan analisis serta memperluas teori tersebut. Salah satu kritik yang cukup tajam
terhadap teori Piaget adalah berkenaan dengan asumsi bahwa pengertian akan suatu struktur
yang sama akan diperoleh pada usia yang sama dalam berbagai domain intelektual. Implikasi
dari hal ini adalah ketika seorang anak sudah dapat mengawetkan besaran suatu unsur dengan
mengenali bahwa besaran dari benda tersebut sama terlepas dari bentuknya anak secara
rasional dapat diduga akan mengawetkan konsep berat, karena struktur antara konsep besaran
dan berat sama. Ternyata bersadar pada studi eksperimental yang dilakukan oleh para peneliti
hal ini tidak sepenuhnya benar. Hal ini dianggap sebagai sebuah penyimpangan.
Penyimpangan yang dimaksud adalah terjadinya perbedaan cara dalam memperoleh sebuah
struktur yang sama oleh seorang individu. Biggs dan Collis adalah peneliti yang turut
melakukan dan analisis teori belajar Piaget. Salah satu isu utama yang dikaji oleh kedua
peneliti ini berkaitan dengan struktur kognitif. Teori mereka dikenal dengan Structure of
Observed Learning Outcomes (SOLO). Biggs dan Collis (1982: 22) membedakan antara
“generalized cognitive structure” atau struktur kognitif umum anak dengan “actual respon”
atau respon langsung anak ketika diberikan perintah-perintah. Mereka menerima kebeadaan
konsep struktur kognitif umum namun mereka menyakini bahwa hal tersebut tidak dapat
diukur langsung sehingga perlu mengacu pada sebuah “hypothesized cognitive structure”
(HCS) atau struktur kognitif hipotesis. Menurut mereka HCS ini relative lebih stabil dari
waktu ke waktu serta bebas dari pengaruh pembelajaran disaat anak diukur menggunakan
taxonomi SOLO dalam menyelesaikan suatu tugas tertentu. Penekan pada suatu tugas tertentu
sangat penting seperti yang diasumsikan dalam taksonomi SOLO bahwa penampilan
seseorang sangatlah beragam dalam menyelesaikan satu tugas dengan tugas lainnya, hal ini
berkaitan erat dengan logika yang mendasarinya, selanjutnya asumsi ini juga meliputi
Siswa dapat saja berada pada awal level formal dalam matematika namun berada pada
level awal konkrit dalam sejarah, atau bahkan dapat terjadi, suatu hari siswa berada pada
level formal di matematika namun dilain hari dia masih berada pada level yang konkrit pada
topik yyang berbeda. Hasil observasi seperti ini tidak dapat mengindikasikan terdapatnya
terjadi pada konstruksi yang lebihproximal, pembelajaran, penampilan atau motivasi. Biggs
Dari uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa teori tersebut lebih menekankan pada
analisis terhadap kualitas respon anak. Untuk melihat respon anak diperlukan butir-butir
rangsangan. Dan butir-butir rangsangan dalam konteks ini tidak difokuskan untuk melihat
kebenaran dari jawaban saja melainkan lebih pada melihat struktur alamiah dari respon siswa
yang tidak biasa diantara anak-anak sekolah, Biggs & Collis (1991: 60) menyediakan suatu
level tersendiri yang diberi nama “post formal mode”. Bagaimanapun juga terdapat satu
perbedaan penting dari teori yang dikemukakan Piaget yaitu ketika mode atau level baru
mulai muncul, ini tidak akan menggantikan level yang lama begitu saja melainkan dapat
berkembang bersamaan. Oleh karena itu mode-model tersebut tumbuh sejak lahir hingga
dewasa. Level terakhir adalah batas tertinggi dari proses abstraksi yang dapat ditunjukkan
anak, bukan seluruh penampilan yang harus menyesuaikan dengan level-nya. Secara khusus,
normanya.
1. Mode Sensorimotor
Focus perhatian pada mode ini adalah lingkungan fisik sekitar anak. Anak
lingkungan sekitar. Perkembangan yang berkelanjutan pada mode ini ditunjukkan oleh
2. Mode Iconic
sebagai peran pengganti dari komunikasi oral. Cirri-ciri dari anak yang berada pada mode ini
antara lain sering menggunakan strategi menebak, senang menggunakan alat peraga dan
senang membuat gambaran-gambaran mental. Mode sensorimotor dan iconic adalah mode-
mode alamiah dari seorang manusia yang berkembang secara alamiah juga. Sedangkan target
merepresentasikan dunia fisik melalui bahasa oral ke dalam bentuk tulisan, yaitu sebuah
Sebuah system symbol memiliki tingkatan dan logika internal yang dapat
memfasilitasi sebuah hubungan antara sistem simbol dan lingkungan fisik di sekitarnya.
Sistem symbol yang digunakan di sekolah antara lain adalah matematika dan bahasa.
berada di sekitarnya.
4. Mode Formal
Pada mode ini titik berat kemampuan sesorang adalah pada kemampuan
mengkonstruksi teori tanpa bantuan contoh benda konkrit. Kemampuan berpikir pada tahap
ini meliputi membuat formula hipotesis dan membuat penalaran yang proporsional. Oleh
5. Mode Post Formal
Keberadaan mode ini lebih menekankan pada pembuatan hipotesis secara deduktif
dari pada penyusunan teori berdasarkan bukti-bukti empiris. Karakteristik terpenting dari
mode ini adalah kemampuan untuk bertanya tentang prinsip-prinsip mendasar dari sesuatu
hal.
Taksonomi SOLO ini terdiri dari lima tahap yang dapat menggambarkan
perkembangan kemampuan berpikir kompleks pada siswa dan dapat diterapkan di berbagai
bidang.
Pada tahap ini siswa hanya memiliki sangat sedikit sekali informasi yang bahkan tidak
saling berhubungan, sehingga tidak membentuk sebuah kesatuan konsep sama sekali dan
2. Tahap Uni-Structural.
Pada tahap ini terlihat adanya hubungan yang jelas dan sederhana antara satu konsep
dengan konsep lainnya tetapi inti konsep tersebut secara luas belum dipahami. Beberapa kata
kerja yang dapat mengindikasi aktivitas pada tahap ini adalah; mengindentifikasikan,
3. Tahap Multi-Structural.
Pada tahap ini siswa sudah memahami beberapa komponen namun hal ini masih
bersifat terpisah satu sama lain sehingga belum membentuk pemahaman secara
meta-kognisi belum tampak pada tahap ini. Adapun beberapa kata kerja yang
mendeskripsikan kemampuan siswa pada tahap ini antara lain; membilang atau mencacah,
melakukan algoritma.
4. Tahap relational.
Pada tahap ini siswa dapat menghubungkan antara fakta dengan teori serta tindakan
dan tujuan. Pada tahap ini siswa dapat menunjukan pemahaman beberapa komponen dari satu
kesatuan konsep, memahami peran bagian-bagian bagi keseluruhan serta telah dapat
mengaplikasikan sebuah konsep pada keadaan-keadaan yang serupa. Adapun kata kerja yang
menghubungkan.
Pada tahap ini siswa melakukan koneksi tidak hanya sebatas pada konsep-konsep
yang sudah diberikan saja melainkan dengan konsep-konsep diluar itu. Dapat membuat
spesifik. Kata-kerja yang merefleksikan kemampuan pada tahap ini antara lain, membuat
suatu teori, membuat hipotesis, membuat generalisasi, melakukan refleksi serta membangun
suatu konsep.
Teori Bruner di kenal free discovery learning, yang menyatakan bahwa proses belajar
akan berjalan dengan baik jika pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didiknya
untuk menemukan suatu konsep, teori , aturan atau penambahan melalui contoh – contoh
pengetahuan motorik.
2. Tahapan Ikonik: dalam memahami dunia disekitarnya anak belajar melalui bentuk
bermakna yaitu suatu proses mengkaitkan informasi baru pada konsep – konsep relevan yang
Dalam teori kognitif ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran
adalah :[20]
a. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru
mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
b. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik.
Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
c. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
e. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi
dengan teman-temanya.
Teori belajar kognitif akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap
perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk
melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman
sebaya dan dibantu oleh pertanyaan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan
rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif,
Implementasi terhadap pendidikan yaitu bahwa keaktifan dalam belajar itu sangat
penting. Peserta didik yang belajar secara aktif dan bisa optimal proses asimilasi dan
A. Teori belajar behaviorisme menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat
B. Sebagai konsekuensi teori ini, para guru yang menggunakan paradigma behaviorisme akan
menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap, sehingga tujuan pembelajaran yang
harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak banyak memberi
ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun
melalui simulasi. Bahan pelajaran disusun secara hierarki dari yang sederhana sampai pada
yang kompleks.
C. Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang terjadi
D. Teori belajar kognitif akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum, Jakarta ; Ar-ruzz Media, 2011.Sa’dun Akbar &
Hadi Sriwijaya, Pengembangan Kurikulum dan Pemnelajaran, Yogyakarta; Cipta Media,
2010.https://www.academia.edu/5530705/Makalah_TEORI_BELAJAR_SKINNER,hal.http://f
ile.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/196511161990012NURJANAH
/Teori_belajar.pdf.https://www.academia.edu/9007867/TEORI_BELAJAR_MENURUT_BEB
ERAPA_AHLI.https://hasanahworld.wordpress.com/tag/taksonomisolo/http://aristwn.staff.ia
insalatiga.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2014/09/Teori-Belajar-
Kognitif.pdfhttps://www.academia.edu/6910354/Teori_Konstruktivisme_dan_kognitif,
B.R.Hergenhahn, Matthew H. Olson, Theories of Learning,(Teori belajar, Edisi ketujuh
terjemahan oleh Triwibowo), jakarta ; Prenadamedia Group, 2008.