Anda di halaman 1dari 22

Nama : Herina

Nim : 5181151015
Kelas : PTIK B 2018

Pengertian dan Konsep


Pengertian dan Konsep Kurikulum Dalam Pendidikan, menarik untuk di bahas. Istilah
kurikulum telah menjadi istilah lazim dunia pendidikan dalam bahasa Indonesia. Secara
etimologis atau asal kata, istilah ini merupakan serapan dari bahasa Yunani. Yang awalnya
digunakan untuk dalam dunia olah raga, berasal  dari  kata “curir“ artinya pelari . Sementara
“curere“ artinya  ditempuh  atau  berpacu. Yaitu jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari.
Konsep kurikulum sudah ada sejak zaman Yunani kuno, yakni kumpulan beberapa mata
pelajaran yang harus disampaikan oleh guru dan dipelajari oleh siswa.
Mendasarkan pada makna yang terkandung dari beberapa uraian diatas, kurikulum sebagai 
program pendidikan harus mencakup :
(1) Sejumlah mata pelajaran atau organisasi pengetahuan;
(2)  pengalaman  belajar  atau  kegiatan  belajar; 
(3)  program  belajar (plan for  learning) untuk   siswa;
(4)  hasil  belajar  yang  diharapkan.  Dari  rumusan  tersebut, kurikulum diartikan sebagai
program  dan  pengalaman  belajar  serta  hasil-hasil  belajar  yang  diharapkan. Rumusan ini
juga mengandaikan bahwa kurikulum diforrmulasikan melalui pengetahuan dan kegiatan yang
tersusun secara sistematis yang diberikan kepada siswa di bawah tanggung jawab sekolah untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan pribadi dan kompetensi sosial siswa.

Pengertian Kurikulum Menurut Para Ahli


1. Hilda Taba: Kurikulum adalah sebuah rancangan pembelajaran, yang disusun dengan
mempertimbangkan berbagai hal mengenai proses pembelajaran serta perkembangan
individu
2. Daniel Tanner & Laurel Tanner : Pengalaman pembelajaran yang terencana dan terarah, yang
disusun melalui proses rekonstruksi pengetahuan dan pengalaman yang sistematis di bawah
pengawasan lembaga pendidikan agar pembelajaran dapat terus terjaga.
3. Romine : Kurikulum mencakup semua temu permbelajaran, aktivitas dan pengalaman yang
diikuti oleh anak didik dengan arahan dari sekolah baik di dalam maupun di luar kelas.
4. Ronald. C. Doll : The commonly accepted definition of the curriculum has changed from
content of course of study and list of subject and courses to all the experience which are
offered to learnes unders the auspises or direction of the school. Johnson : Kurikulum a
structured series of itended learning out comes. Beauchamp : A curriculum is a written
document which may contain many ingredients, but basically it is the plant for education of
pupils during their enrollment in given school. Beauchamp lebih memberikan tekanan behwa
kurikulum adalah siatu rencana pendidikan atau pengajaran. Robert S. Zais : kurikulum
sebagai bidang studi mencakup :1. The range of subject matters with which it is concerned
(the substantive structure), and 2. The procedures of inkiuri and practice it follows (the
syntactical structure). Menurut George A. Beaucham : kurikulum sebagai bidang studi
membentuk suatu teori yaitu teori kurikulum. Selain sebagai bidang studi kurikulum juga
sebagai rencana pengajaran dan sebagai suatu sistem (sistem kurikulum) yang merupakan
bagian dari sistem persekolahan. H.H. Giles S. P, Mc Chutcen dan A. N Zechiel: The
curriculum The total experience with which the school deals in educating young people.
Romine (tokoh pendidikan) : Curriculum interpreted to mean all of the organized courses,
activities and experience which pupils have under direction of school wether in the class
room or not. B. Di Indonesia istilah “kurikulum” boleh dikatakan baru menjadi populer sejak
tahun lima puluhan, yang dipopulerkan oleh mereka yang memperoleh pendidikan di
Amerika Serikat. Kini istilah itu telah dikenal orang di luar pendidikan. Sebelumnya yang
lazim digunakan adalah “rencana pelajaran” pada hakikatnya kurikulum sama sama artinya
dengan rencana pelajaran. Beberapa tafsiran lainnya dikemukakan sebagai berikut ini.
a. Kurikulum sebagai rencana pembelajaran.
Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan
siswa. Dengan program itu para siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga
terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan
dan pembelajaran. Dengan kata lain, sekolah menyediakan lingkungan bagi siswa yang
memberikan kesempatan belajar. Itu sebabnya, suatu kurikulum harus disusun sedemikian
rupa agar maksud tersebut dapat tercapai. Kurikulum tidak terbatas pada sejumlah mata
pelajaran saja, melainkan meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan
siswa, seperti: bangunan sekolah, alat pelajaran, perlengkapan, perpustakaan, gambar-
gambar, halaman sekolah, dan lain-lain; yang pada gilirannya menyediakan kemungkinan
belajar secara efektif. Semua kesempatan dan kegiatan yang akan dan perlu dilakukan oleh
siswa direncanakan dalam suatu kurikulum.
b. Kurikulum sebagai pengelaman belajar.
Perumusan/pengertian kurikulum lainnya yang agak berbeda dengan pengertian-
pengertian sebelumnya lebih menekankan bahwa kurikulum merupakan serangkaian
pengalaman belajar. Salah satu pendukung dari pengalaman ini menyatakan sebagai
berikut:
1. Pengertian itu menunjukan, bahwa kegiatan-kegiatan kurikulum tidak terbatas
dalam ruang kelas saja, melainkan mencakup juga kegiatan-kegiatan diluar kelas.
Tidak ada pemisahan yang tegas antara intra dan ekstra kurikulum. Semua
kegiatan yang memberikan pengalaman belajar/pendidikan bagi siswa pada
hakikatnya adalah kurikulum.
2. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. (Undang-Undang No.20
TH. 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional).
3. Kurikulum pendidikan tinggi adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara penyampaian dan
penilaiannya yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-
mengajar di perguruan tinggi. (Pasal 1 Butir 6 Kemendiknas No.232/U/2000
tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil
Belajar Mahasiswa).
c. Kurikulum memiliki peranan dan fungsi yang sangat strategis dalam mencapai tujuan
pendidikan.
Terdapat tiga peranan kurikulum yang dinilai sangat penting, yaitu peran
konservatif, perana kritis atau evaluatif dan peranan kreatif. Ketiga peranan kurikulum
tersebut harus berjalan seimbang dan harmonis untuk mencapai tujuan pendidikan secara
optimal. Pelaksanaan ketiga peranan kurikulum menjadi tanggung jawab semua pihak
yang terkait dalam proses pendidikan. Kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam
pelaksanaan pendidikan di sekolah bagi pihak-pihak yang terkait, baik secara langsung
maupun tidak langsung, seperti pihak guru, kepala sekolah, pengawas, orang tua,
masyarakat, dan pihak siswa itu sendiri. Selain sebagai pedoman, bagi siswa, kurikulum
memiliki enam fungsi, yaitu fungsi penyesuaian, fungsi pengintegrasian, fungsi
diferensiasi, fungsi persiapan, fungsi pemilihan/seleksi, dan fungsi diagnostic.

LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM


A. Landasan Filosofis Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kuikulum.
Sama halnya seperti dalam Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan pada berbagai aliran
filsafat, seperti : perenialisme, essensialisme, eksistesialisme, progresivisme, dan
rekonstruktivisme. Dalam pengembangan kurikulum pun senantiasa berpijak pada aliran – aliran
filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai terhadap konsep dan implementasi kurikulum yang
dikembangkan. Dengan merujuk kepada pemikiran Ella Yulaelawati (2003), di bawah ini
diuraikan tentang isi dari-dari masing-masing aliran filsafat, kaitannya dengan pengembangan
kurikulum.
i. Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan
dari warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting
dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham
ini menekankan pada kebenaran absolut, kebenaran universal yang tidak terikat pada
tempat dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.
ii. Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian
pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota
masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan mata pelajaran lainnya dianggap
sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga untuk hidup di masyarakat.
Sama halnya dengan perenialisme, essesialisme juga lebih berorientasi pada masa
lalu.
iii. Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang
hidup dan makna. Untuk memahamu kehidupan seseorang mesti memahami dirinya
sendiri. Aliran ini mempertanyakan bagaimana saya hidup di dunia? Apa
pengalaman itu?
iv. Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual,
berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme
merupakan landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif.
v. Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme. Pada
rekonstruksivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Disamping
menekankan tentang perbedaan individual seperti pada progresivisme,
rekonstuktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis
dan sejenisnya. Aliran ini akan mempertanyakan untuk apa berfikir kritis ,
memecahkan masalah, dan melakukan sesuatu? Penganut aliran ini menekankan
pada hasil belajar dan proses. Aliran filsafat Perenialisme, Essensialisme,
eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang mendasari terhadap pengembangan
Model Kurikulum Subjek-Akademis. Sedangkan, filsafat progresivisme memberikan
dasar bagi pengembangan Model Kurikulum Pendidikan Pribadi. Sementara, filsafat
rekonstruktivisme banyak diterapkan dalam Pengembangan Model Kurikulum
Interaksional.

B. Landasan Psikologis Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan bahwa minimal


terdapat dua bidang psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum yaitu (1)
psikologi perkembangan dan (2) psikologi belajar. Psikologi perkembangan merupakan
ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu berkenaan dengan perkembangannya.
Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang hakekat perkembangan, pentahapan
perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas perkembangan individu, serta
hal-hal lainnya yang berhubungan perkembangan individu, yang semuanya dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan kurikulum.
Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam
konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori belajar,
serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar yang semuanya dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan kurikulum. C.
Landasan Ilmu Sosiologis dan Tekhnologi Pada awalnya, ilmu sosiologis dan tekhnologi
yang dimiliki manusia masih relatif sederhana, namun sejak abad pertengahan mengalami
perkembangan yang pesat. Berbagai penemuan teori-teori baru terus berlangsung hingga
saat ini dan dipastikan kedepannya akan terus semakin berkembang. Akal manusia telah
mampu menjangkau hal-hal yang sebelumnya merupakan sesuatu yang tidak mungkin.
Pada jaman dahulu kala, mungkin orang akan menganggap mustahil kalau manusia bisa
menginjakkan kaki di Bulan, tetapi berkat kemajuan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi pada pertengahan abad ke-20, pesawat Apollo berhasil mendarat di Bulan dan
Neil Amstrong merupakan orang pertama yang berhasil menginjakkan kaki di Bulan.

KOMPONEN-KOMPONEN PENGEMBANGAN KURIKULUM


A. Kurikulum merupakan suatu sistem yang memiliki komponen-komponen pembentuk yang
satu sama lainnya saling berkaitan. Komponen-komponen pembentuk kurikulum tersebut
diantaranya adalah :
a. Komponen Tujuan Komponen tujuan merupakan komponen pembentuk kurikulum
yang berkaitan dengan hal-hal yang ingin dicapai atau hasil yang diharapkan dari
kurikulum yang akan dijalankan. Dengan membuat tujuan yang pasti, itu akan membantu
dalam proses pembuatan kurikulum yang sesuai dan juga membantu dalam pelaksanaan
kurikulumnya agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
b. Komponen Isi atau Materi dalam Kurikulum Komponen isi atau materi dalam
kurikulum merupakan apa-apa yang akan diberikan atau diajarkan kepada peserta didik
agar peserta didik dapat memiliki keterampilan atau bahkan dapat membuat prestasi yang
merupakan tujuan dari dijalankannya kurikulum tersebut. Materi yang ada dalam
kuirkulum haruslah sesuai dengan yang dibutuhkan oleh peserta didik dalam mencapai
tujuan dan materi yang ada juga haruslah menyesuaikan dengan lingkungan sekitar,
seperti perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
c. Komponen Metode atau Strategi Komponen metode atau strategi merupakan
komponen yang cukup penting karena metode dan strategi yang digunakan dalam
kurikulum tersebut menentukan apakah materi yang diberikan atau tujuan yang
diharapkan dapat tercapai atau tidak. Sebagus apapun tujuan atau materi yang dibuat
dalam kurikulum, tapi apabila metode atau strategi yang digunakan tidak tepat, maka
tujuan dari kurikulum tersebut tidak akan mudah dicapai atau bahkan tidak tercapai sama
sekali. Untuk itu pemilihan atau pembuatan metode atau strategi dalam menjalankan
kurikulum yang tela dibuat haruslah sesuai dengan materi yang akan diberikan dan tujuan
yang ingin dicapai.
d. Komponen Evaluasi Komponen evaluasi merupakan bagian dari pembetuk kurikulum
yang berperan sebagai cara untuk mengukur atau melihat apakah tujuan yang telah dibuat
itu tercapai atau tidak, selain itu dengan melakukan evaluasi, kita dapat mengetahui
apabila ada kesalahan pada materi yang diberikan atau metode yang digunakan dalam
menjalankan kurikulum yang telah dibuat dengan melihat hasil dari evaluasi tersebut.
Dengan begitu, kita juga dapat segera memperbaiki kesalahan yang ada atau
mempertahankan bahkan meningkatkan hal-hal yang sudah baik atau berhasil.

PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM


A. Prinsip Umum Kurikulum
a. Prinsip relevansi; secara internal bahwa kurikulum memiliki relevansi di antara
komponen-komponen kurikulum (tujuan, bahan, strategi, organisasi dan evaluasi).
Sedangkan secara eksternal bahwa komponen-komponen tersebutmemiliki relevansi
dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi (relevansi epistomologis), tuntutan dan
potensi peserta didik (relevansi psikologis) serta tuntutan dan kebutuhan perkembangan
masyarakat (relevansi sosilogis).
b. Prinsip fleksibilitas; dalam pengembangan kurikulum mengusahakan agar yang
dihasilkan memiliki sifat luwes, lentur dan fleksibel dalam pelaksanaannya,
memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi
tempat dan waktu yang selalu berkembang, serta kemampuan dan latar bekang peserta
didik.
c. Prinsip kontinuitas; yakni adanya kesinambungandalam kurikulum, baik secara
vertikal, maupun secara horizontal. Pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan
kurikulum harus memperhatikan kesinambungan, baik yang di dalam tingkat kelas, antar
jenjang pendidikan, maupun antara jenjang pendidikan dengan jenis pekerjaan.
d. Prinsip efisiensi; yakni mengusahakan agar dalam pengembangan kurikulum dapat
mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber lain yang ada secara optimal, cermat
dan tepat sehingga hasilnya memadai.
e. Prinsip efektivitas; yakni mengusahakan agar kegiatan pengembangan kurikulum
mencapai tujuan tanpa kegiatan yang mubazir, baik secara kualitas maupun kuantitas.

B. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik
memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan
kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan
kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.
b. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta
didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama,
suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum
meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan
diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna
dan tepat antarsubstansi.
c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Kurikulum
dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong
peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni.
d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan
melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan
dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia
usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi,
keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan
vokasional merupakan keniscayaan.

MODEL dan ORGANISASI KURIKULUM


A. Model Kurikulum
a. Model Humanistik Kurikulum humanistik dikembangkan oleh para ahli pendidikan
humanistik. Kurikulum ini berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi (personalized
education) yaitu John Dewey (Progressive Education) dan J.J.Rousseau (Romantic
Education. Aliran ini lebih memberikan tempat utama kepada siswa. Pendidikan mereka
lebih menekankan bagaimana menagajar siswa (mendorong siswa), dan bagaimana
merasakan atau bersikap terhadap sesuatu.
b. Model Subjek Akademik Model konsep kurikulum ini adalah model yang tertua, sejak
sekolah yang pertama berdiri, kurikulumnya mirip dengan tipe ini. Sampai sekarang,
walaupun telah berkembang tipe-tipe lain, umumnya sekolah tidak dapat melepaskan tipe
ini. Kurikulum subjek akademis bersumber dari pendidikan klasik (perenialisme dan
esensialisme) yang berorientasi pada masa lalu. Semua ilmu pengetahuan dan nilai-nilai
telah ditemukan oleh para pemikir masa lalu. Fungsi pendidikan memelihara dan
mewariskan hasil-hasil budaya masa lalu tersebut. Kurikulum ini lebih mengutamakan isi
pendidikan.
c. Model Rekontruksi Sosial Kurikulum rekonstruksi sosial berada dengan model-model
kurikulum lainnya. Kurikulum ini lebih memusatkan perhataian pada problema-problema
yang dihadapinya dalam masyarakat. Kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan
interaksional. Pandangan rekonstruksi sosial di dalam kurikulum dimulai sekitar tahun
1920-an. Harold Rug mulai melihat dan menyadarkan kawan-kawannya bahwa selama
ini terjadi kesenjangan antara kurikulum dengan masyarakat. Theodore Brameld, pada
awal tahun 1950-an menyampaikan gagasannya tentang rekonstruksi sosial. Dalam
masyarakat demokratis, seluruh warga masyarakat harus turut serta dalam perkembangan
dana pembaharuan masyarakat.
d. Model Teknologis Abad dua puluh ditandai dengan perkembangaan teknologi yang
pesat. Perkembangan teknologi mempengaruhi setiap bidang dan aspek kehidupan,
termasuk bidang pendidikan. Sejak dahulu teknologi telah diterapkan dalam pendidikan,
tetapi yang digunakan adalah teknologi sederhana seperti penggunaan papan tulis dan
kapur, pena dan tinta, sabak dan grip, dan lain-lain. Dewasa ini sesuai dengan tahap
perkembangnnya yang digunakan adalah teknologi maju, seperti audio dan video
casssette, overhead projector, film slide, dan motion film, mesin pengajaran, komputer,
CD-rom dan internet. Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, dibidang
pendidikan berkembang pula teknologi pendidikan.

EVALUASI KURIKULUM
A. Definisi Evaluasi Kurikulum Pemahaman mengenai pengertian evaluasi kurikulum dapat
berbeda-beda sesuai dengan pengertian kurikulum yang bervariasi menurut para pakar
kurikulum. Oleh karena itu penulis mencoba menjabarkan definisi dari evaluasi dan definisi dari
kurikulum secara per kata sehingga lebih mudah untuk memahami evaluasi
kurikulum.Pengertian evaluasi menurut joint committee, 1981 ialah penelitian yang sistematik
atau yang teratur tentang manfaat atau guna beberapa obyek. Purwanto dan Atwi Suparman,
1999 mendefinisikan evaluasi adalah proses penerapan prosedur ilmiah untuk mengumpulkan
data yang valid dan reliabel untuk membuat keputusan tentang suatu program. Rutman and
Mowbray 1983 mendefinisikan evaluasi adalah penggunaan metode ilmiah untuk menilai
implementasi dan outcomes suatu program yang berguna untuk proses membuat keputusan.
Chelimsky 1989 mendefinisikan evaluasi adalah suatu metode penelitian yang sistematis untuk
menilai rancangan, implementasi dan efektifitas suatu program. Dari definisi evaluasi di atas
dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi adalah penerapan prosedur ilmiah yang sistematis untuk
menilai rancangan, implementasi dan efektifitas suatu program.

B. Model Evaluasi Kurikulum :


1. Model Evaluasi Kuantitatif Model Tyler lebih dikenal dengan black box karena tidak
mengutamakan proses. Hal ini dikemukan dalam buku basic principles off curriculum
and instruction. Model ini dibangun atas dua dasar yaitu pada tingkah laku dan evaluasi
kurikulum sebagai renacana yang dinamakan intermedidiate preliminary stages of
evaluation(Tyler, 1949:104).
2. Model Teoritik Taylor dan Maguire Kedua pengembang model ini lebih
mmendasarkan dirinya pada pertimbangan teoritik. Suatu metode evaluasi kurikulum
mencoba menerapkan apa yang seharusnya terjadi pada suatu proses pelaksanaan
evaluasi. Unsur – unsur yang ada dalam model ini diantaranya sumber sosial, tujuan, dan
tujuan yang akan dikembangkan berdasarkan pendekatan behavioral, pengembangan
strategi, dan semangat psikometrik. Menurut Taylor dan Maguire terdapat tingkat tugas
evaluatir yaitu : a. memberikan pertimbangan mengenai nilai tujuan umum yang terdapat
pada matrik pertama, hal ini ditujukan untuk membandingkan data observasi yang
dilakukan evaluator terhadap pola kehidupan masyarakat. b. Mencari data mengenai
keserassian antara tujuan umum dangan tujuan behavioral. Evaluator mencari relevansi
antara dua tingkat tujuan yang berbeda dalam tingkat abtraksinya. c. Tugas evaluator
terbagi atas dua kegiatan, kegiatan pertama berhubungan penelaahan pengembangan
dokumen tertulis, kegiatan kedua adalah menghubungkan strategi yang dikembangkan
dalam dokumen dengan strategi yang di kembangkan dalam realita interaksi.
3. Model Pendekatan Sistem Alkin Pendekatan Alkin juga disebut dengan pendekatan
system karena mengutamakan system yang berjalan seperti halnya pendidikan yang
diartikan sebagai sebuah system. Model Alkin selalu memasukkan unsure pendekatan
ekonomi mikro dalam pekerjaan evaluasi. Alkin membagi model ini menjadi masukan,
proses atau perantara dan keluaran.
4. Model Countenance Stake Merupakan model pertama evaluasi kurikulum yang
dikembangkan Stake. Dalam tulisannya, nama Countenance dipergunakan dan
disesuaikan dengan judul artikelnya yang mempunyai makna ambiguous. Stake
mendasarkan dirinya pada evaluasi formal yaitu sebagai suatu kegiatan evaluasi yang
sangat tergantung pada pemakaian. Dan dikembangkan atas keyakinan bahwa, suatu
evaluasi haruslah memberikan deskripsi dan pertimbangan sepenuhnya mengenai
evaluan. Peran evaluator dalam pengembangan tujuan kurikulum menjadi tujuan khusus
yang terukur.

KONSEP DASAR PEMBELAJARAN


A. Konsep Belajar Pada hakikatnya belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang
terjadi pada diri seseorang. Seseorang menjadi dewasa karena dia telah melewati sebuah proses
yang direncanakan maupun tidak direncanakan, ia belajar sesuatu dari berbagai aspek kehidupan
baik itu formal maupun nonformal. Dengan belajar seseorang diharapkan menjadi manusia yang
sesungguhnya, atau didalam konsep pendidikan Islam dinamakan manusia yang berkepribadian
kaffah/insan kamil atau manusia paripurna.
B. Konsep Pembelajaran Proses pembelajaran yang terjadi pada umumnya adalah seseorang
lebih banyak dituntut untuk mendengarkan dari pada aktif atau kreatif, mereka hanya dijadikan
obyek dalam belajar hal ini terjadi dari jenjang pendidikan tingkat dasar sampai menengah atas,
hampir 12 tahun mereka belajar seperti itu! maka tidak heran ketika memasuki perguruan tinggi
mereka tidak siap dengan metode belajar mandiri. Pada dasarnya proses pendidikan itu
berkesinambungan artinya proses pendidikan sebelumnya akan memengaruhi proses pendidikan
selanjutnya, oleh karenanya konsep “student centre” atau murid merupakan subyek dalam
pembelajaran harus benar-benar diterapkan oleh para pendidik disemua jenjang pendidikan
karena hal tersebut akan berpengaruh terhadap cara mereka belajar dijenjang berikutnya.
Ketidaksiapan seseorang dalam memasuki perguruan tinggi juga dikarenakan faktor ‘mindset’
atau cara pandang seseorang dalam memaknai belajar.

C. Komponen-Komponen Pembelajaran Dikemukakan oleh Gagne and Briggs komponen dalam


pembelajaran adalah :
1. Memberikan motivasi atau menarik perhatian.
2. Menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswa.
3. Mengingatkan kompetensi prasyarat.
4. Memberi stimulus (masalah, topic, konsep).
5. Memberi petunjuk belajar (cara mempelajari)
6. Menimbulkan penampilkan siswa
7. Memberi umpan balik

C. Teori Belajar Menurut teori Gestalt perbuatan belajar itu tidak berlangsung seketika,
tetapi berlangsung berproses kepada hal-hal yang esensial, sehingga aktivitas belajar itu
akan menimbulkan makna yang berarti. Sebab itu dalam proses belajar, makin lama akan
timbul suatu pemahaman yang mendalam terhadap materi pelajaran yang dipelajari,
manakala perhatian makin ditujukan kepada objek yang dipelajari itu telah mengerti dan
dapat apa yang dicari.

PERAN PENDIDIK dalam PEMBELAJARAN


A. Pendidik sebagai perencana (planner) yang harus mempersiapkan apa yang akan dilakukan di
dalam proses belajar mengajar (pre-teaching problems).
B. Pendidik sebagai pelaksana (organizer), yang harus dapat menciptakan situasi, memimpin,
merangsang, menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan rencana,
di mana ia bertindak sebagai orang sumber (resource person), konsultan kepemimpinan yang
bijaksana dalam arti demokratik & humanistik (manusiawi) selama proses berlangsung (during
teaching problems) dan
C. Pendidik sebagai penilai (evaluator) yang harus mengumpulkan, menganalisa, menafsirkan
dan akhirnya harus memberikan pertimbangan (judgement), atas tingkat keberhasilan proses
pembelajaran, berdasarkan kriteria yang ditetapkan, baik mengenai aspek keefektifan prosesnya
maupun kualifikasi produknya.

PENDEKATAN DAN MODEL PEMBELAJARAN


A. Menurut Philip R. Wallace (1992: 13) pendekatan pembelajaran dibedakan menjadi 2, yaitu:
Pendekatan konservatif (conservative approaches) dan pendekatan liberal (liberal approach).
Pendekatan konservatif memandang bahwa proses pembelajaran yang dilakukan sebagai mana
umumnya guru mengajarkan materi kepada siswanya. Guru mentransfer ilmu pengetahuan
kepada siswa, sedangkan siswa lebih banyak sebagai penerima. Sedangkan pendekatan liberal
(liberal approaches) adalah pendekatan pembelajaran yang memberi kesempatan luas kepada
siswa untuk mengembangkan strategi dan keterampilan belajarnya sendiri. B. Model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan
berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan
melaksanakan aktivitas belajar mengajar. 10. INOVASI KURIKULUM dan PEMBELAJARAN
A. Inovasi adalah Cara untuk terus membangun dan mengembangkan organisasi yang dapat
dicapai melalui introduksi teknologi baru, aplikasi baru dalam bentuk produk dan pelayanan,
pengembangan pasar baru, dan memperkenalkan bentuk baru organisasi. Perpaduan berbagai
aspek inovasi tersebut, pada gilirannya membentuk arena inovasi. Inovasi mencakup beberapa
kegiatan utama, yaitu berbagai pemecahan masalah, integrasi dan memadukan sarana dan proses
teknologi baru, melakukan eksperimen dan membangun prototipe, mengimpor dan menyerap
teknologi dari luar perusahaan, belajar dari pasar, mengalihkan kemampuan pengembangan
produk ke dalam Pembangunan nasional dan terus-menerus melakukan penyegaran (Amstrong,
Jun dan Robin Ford, 2002). B. Ciri-Ciri Inovasi Dalam setiap tahap perkembangan ada ciri-ciri
khusus yang ada pada setiap tahap perkembangan, begitu juga pada saat masa kanak-kanak awal
ditandai dengan ciri-ciri tertentu, menurut Hurlock (1980:108) ciri itu tercermin dalam sebutan
yang biasa diberikan oleh para orang tua, pendidik, dan ahli psikologi Sebutan Yang Digunakan
Orang Tua. Ada beberapa sebutan untuk menggambarkan masa kanak-kanan, sebutan tersbeut
berkisar tentang perilaku dan aktivitas yang dilakukan anak-anak, pada sebagian besar orang tua
menganggap awal masa pada kanak-kanak sebagai usia yang mengundang masalah atau usia
sulit. C. Pengembangan Inovasi Kurikulum adalah suatu pembaharuan atau gagasan yang
diharapkan membawa dampak terhadap kurikulum itu sendiri. Tanpa ini bukan hanya pada
pengernbangan, melainkan juga terhadap proses pendidikan sebagai implementasi suatu
kurikulum menyeluruh. Dari sisi bentuk dan organisasi inovasinya berupa perubahan dari
kurikulum 1968 menjadi kurikulum 1975 dan dan kurikulum 1975 menjadi kurikulum 1975 yang
disempurnakan dan dengan lahirnya Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang sistem
pendidikan riasional maka terjadilah perubahan kurikulum pada tahun 1994. Dan sisi psikologi
timbul masalah berkenaan dengan pendekatan belajar-mengajar yang bau, maka muncul berbagai
inovasi seperti keterampilan proses, CBSA dan belajar tuntas. Adapun perkembangan dan
perubahan yang akhik-akhir ini terjadi dan masalah nasional antara lain: Dari sisi asas filosofis:
filsafat dan tujuan pendidikan timbul masalah, yaitu dengan adanya unsur baru dalam GBHN
mengenal tujuan pendidikan nasional, Sebagai contoh : Pada GBHN 1988 yang dipandang unsur
baru. dalam tujuan pendidikan nasional adalah “meningkatkan kualitas manusia Indonesia.”
Kemudian pada tanggal 27 Maret 1989 disahkan Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional.

Mine coins - make money: http://bit.ly/money_crypto

Istilah “Kurikulum” memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan oleh pakar-pakar ahli dalam
bidang pengembangan kurikulum sejak dulu sampai dewasa ini. Tafsiran-tafsiran tentang
pengertian maupun definisi kurikulum tersebut berbeda-beda satu dengan yang lainnya, sesuai
dengan titik berat inti dan menurut pandangan dari pakar yang bersangkutan.
awalnya istilah kurikulum digunakan dalam dunia olah raga pada jaman Yunani Kuno.
Curriculum dalam bahasa Yunani berasal dari kata “Curriculae”, “ Curir “ artinya pelari dan “
Curere “ artinya ditempuh atau berpacu. Curriculum diartikan jarak yang harus ditempuh oleh
pelari. Mengambil makna yang terkandung dari rumusan tersebut, kurikulum dalam pendidikan
diartikan sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan anak didik untuk
memperoleh ijazah. Kurikulum sebagai program pendidikan harus mencakup : (1). Sejumlah
mata pelajaran atau organisasi pengetahuan; (2) pengalaman belajar atau kegiatan belajar; (3)
program belajar ( plan for learning ) untuk siswa ; (4) hasil belajar yang diharapkan.
Dari rumusan tersebut, kurikulum diartikan “ program dan pengalaman belajar serta hasil-hasil
belajar yang diharapkan, yang diformulasikan melalui pengetahuan dan kegiatan yang tersusun
secara sistematis, diberikan kepada siswa di bawah tanggung jawab sekolah untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan pribadi dan kompetensi sosial siswa. sederhananya,
pengertian kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang
bertujuan untuk memperoleh ijazah. Dengan menempuh suatu kurikulum, siswa dapat
memperoleh ijazah. Dalam hal ini, ijazah pada hakikatnya merupakan suatu bukti, bahwa siswa
telah menempuh kurikulum yang berupa rencana pelajaran, sebagaimana halnya seorang pelari
telah menempuh suatu jarak antara satu tempat ketempat lainnya dan akhirnya mencapai finish.
Dengan kata lain, suatu kurikulum dianggap sebagai jembatan yang sangat penting untuk
mencapai titik akhir dari suatu perjalanan dan ditandai oleh perolehan suatu ijazah tertentu.
Ada empat dimensi tentang konsep dan teori kurikulum, yang menjadi acuan dalam pengertian
kurikulum, yaitu:
1.  Kurikulum sebagai ide, adalah cita-cita, keinginan, harapan atau tujuan yang difikirkan mengenai
apa yang terbaik untuk dicapai dalam suatu kegiatan pendidikan (Hasan, 1991), kebijakan
(Schubert, 1986), Teori (Bickman, 1987), Menurut hasan (1991), pada dasarnya kurikulum
sebagai ide ada pada setiap orang. Seorang siswa memiliki satu ide kurikulum apabila ia
berbicara tentang apa yang sebenarnya menjadi tujuan suatu kegiatan pendidikan dan bagaimana
kegiatan tersebut dilaksanakan. Tentu saja apa yang difikirkannya itu sesuai dengan tingkat
pengetahuan dari wawasan yang dimilikinya. Untuk tingkat siswa, keinginan atau harapan itu
lebih berdasarkan kepentingan lingkungan yang sangat individual.
Guru harus memiliki kurikulum sebagai ide. Kurikulum ini yang kemudian digunakannya untuk
emmbaca dan menafsirkan apa yang tertera dalam dokumen kurikulum. Sebagai guru sangat
sukar, bahkan barangkali tidak mungkin, untuk merealisasikan idenya tersebut untuk menjadi
suatu kurikulum nasional ataupun local. Kalaupun apa yang tertera dalam kurikulum nasional
bersesuaian dengan apa yang difikirkannya, hal tersebut adalah lebih banyak sebagai suatu
kebetulan. Meskipun demikian, guru bukanlah instansi terakhir yang paling berwenang
menentukan apa yang akan terjadi di kelas, oleh karena itu dalam merencanakan kegiatan kelas
ide guru adalah yang berlaku.
2.   Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis tentnag pembelajaran (dokumen pendidikan).
kurikulum sebagai suatu rencana tertulis memiliku format tertentu. Di Indonesia kita mengenal
format matriks yang digunakan kurikulum 1975, kurikulum 1986, kurikulum 1994, dan
seterusnya.
3.  Kurikulum sebagai proses kegiatan belajar mengajar (PBM). Pengertian kurikulum sebagai suatu
kegiatan (proses) adalah dimensi kurikulum yang langsung berhadapan dengan realita lapangan.
Disinilah dimensi ide diuji. Apakah ide nasional kurikulum dikenal dan diakui para pelaksana di
lapangan ataukah tidak. Kalau dikenal apakah ide tersebut diterima dan dikembangkan oleh para
pelakasana. Persoalan ini adalah persoalan kurikulum yang paling kritis dalam keseluruhan
proses pengembangan kurikulum. Oleh karena itu (Waring 1979) mengingatkan bahwa apabila
apa yang terjadi di lapangan berbeda secara prinsipal dengan ide semula maka kurikulum yang
diimplementasiaknnya bukan kurikulum semula.
4.  Kurikulum sebagai hasil belajar (output, outcome, benefit, impact). Dimensi kurikulum sebagai
kegiatan (implementasi) terdiri atas dua aspek utama. Pertama adalah aspek perencanaan guru.
Disini guru mengembangkan kurikulum sebagai rencana dan kegiatan tertulis yang dalam
konteks pendidikan Indonesia dikenal dengan nama satuan pelajaran (Satpel) atau sekarang
disebut RPP. Pada dasarnya, satpel ini adalah penafsiran tertulis guru mengenai mengenai apa
yang ada pada dokumen tertulis kurikulum nasional. Dengan demikian saypel dapat diartikan
sebagai kurikulum tertulis guru. Dimensi kurikulum sebagai suatu kegiatan inilah yang
menentukan apa yang diperoleh siswa. Jadi, hasil belajar siswa ditentukan oleh kurikulum yang
dialaminya dan bukan oleh kurikulum dalam bentu sebagai suatu rencana tertulis. Artinya, apa
yang sesungguhnya dialami siswa tidak dapat dikenakan pada kurikulum sebagaimana yang
ditetapkan oleh menteri Pendidikan Nasional.
 

Di Indonesia sendiri istilah “kurikulum” boleh dikatakan baru menjadi populer sejak tahun
lima puluhan, yang dipopulerkan oleh mereka yang memperoleh pendidikan di Amerika Serikat.
Kini istilah itu telah dikenal orang di luar pendidikan. Sebelumnya yang lazim digunakan adalah
“rencana pelajaran” pada hakikatnya kurikulum sama sama artinya dengan rencana pelajaran.
Beberapa tafsiran lainnya dikemukakan sebagai berikut ini.
Kurikulum sebagai rencana pembelajaran. Kurikulum adalah suatu program pendidikan
yang disediakan untuk membelajarkan siswa. Dengan program itu para siswa melakukan
berbagai kegiatan belajar, sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa,
sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran. Dengan kata lain, sekolah menyediakan
lingkungan bagi siswa yang memberikan kesempatan belajar. Itu sebabnya, suatu kurikulum
harus disusun sedemikian rupa agar maksud tersebut dapat tercapai. Kurikulum tidak terbatas
pada sejumlah mata pelajaran saja, melainkan meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi
perkembangan siswa, seperti: bangunan sekolah, alat pelajaran, perlengkapan, perpustakaan,
gambar-gambar, halaman sekolah, dan lain-lain; yang pada gilirannya menyediakan
kemungkinan belajar secara efektif. Semua kesempatan dan kegiatan yang akan dan perlu
dilakukan oleh siswa direncanakan dalam suatu kurikulum.
Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran. Kurikulum ialah sejumlah mata ajaran yang
harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan. Mata ajaran
(subject matter) dipandang sebagai pengalaman orang tua atau orang-orang pandai masa lampau,
yang telah disusun secara sistematis dan logis. Mata ajaran tersebut mengisis materi pelajaran
yang disampaikan kepada siswa, sehingga memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan yang
berguna baginya.
Kurikulum sebagai pengelaman belajar. Perumusan/pengertian kurikulum lainnya yang
agak berbeda dengan pengertian-pengertian sebelumnya lebih menekankan bahwa kurikulum
merupakan serangkaian pengalaman belajar. Salah satu pendukung dari pengalaman ini
menyatakan sebagai berikut:
“Curriculum is interpreted to mean all of the organized courses, activities, and experiences which
pupils have under direction of the school, whether in the classroom or not (Romine, 1945,h. 14).
Pengertian itu menunjukan, bahwa kegiatan-kegiatan kurikulum tidak terbatas dalam ruang kelas
saja, melainkan mencakup juga kegiatan-kegiatan diluar kelas. Tidak ada pemisahan yang tegas
antara intra dan ekstra kurikulum. Semua kegiatan yang memberikan pengalaman
belajar/pendidikan bagi siswa pada hakikatnya adalah kurikulum. 

Definisi dan Pengertian Kurikulum Menurut ahli


Mengenai kurikulum, berikut adalah definisi maupun pengertian kurikulum menurut pendapat-
pendapat para ahli yang telah diungkapkan, diantaranya yaitu:
1.     UU No. 20 Tahun 2003. Kurikulum merupakan seperangkat rencana & sebuah pengaturan
berkaitan dengan tujuan, isi, bahan ajar & cara yang digunakan sebagai pedoman dalam
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai sebuah tujuan pendidikan nasional.
2.     Dr. H. Nana Sudjana Tahun (2005). Kurikulum merupakan niat & harapan yang dituangkan
kedalam bentuk rencana maupun program pendidikan yang dilaksanakan oleh para pendidik di
sekolah. Kurikulum sebagai niat & rencana, sedangkan pelaksaannya adalah proses belajar
mengajar. Yang terlibat didalam proses tersebut yaitu pendidik dan peserta didik. 
3.   Crow and Crow. Kurikulum ialah suatu rancangan dalam pengajaran yang tersusun secara
sistematis untuk menyelesaikan program dalam memperoleh ijazah.
4.   Drs. Cece Wijaya, dkk. Mengartikan kurikulum dalam arti yang luas yakni meliputi
keseluruhan program dan kehidupan didalam sekolah.
5.    Prof.Dr. Henry Guntur Tarigan. Kurikulum ialah suatu formulasi pedagogis yang termasuk
paling utama dan terpenting dalam konteks proses belajar mengajar.
6.      Harsono (2005). Mengungkapkan bahwa kurikulum ialah suatu gagasan pendidikan yang
diekpresikan melalui praktik. Pengertian kurikulum saat ini semakin berkembang, sehingga yang
dimaksud dengan kurikulum itu tidak hanya sebagai gagasan pendidikan, namun seluruh
program pembelajaran yang terencana dari institusi pendidikan nasional.
7.  Hamid Hasan (1988). Berpendapat bahwa konsep kurikulum bisa ditinjau dari 4 sudut yakni :
(1) kurikulum sebagai suatu ide; yang dihasilkan melalui teori-teori dan penelitian ; (2) sebagai
suatu rencana tertulis, yaitu sebagai perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide, didalamnya
berisi tentang tujuan, bahan ajar, aktifitas belajar, alat-alat atau media, dan waktu pembelajaran ;
(3) sebagai suatu kegiatan, merupakan pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu rencana tertulis
yakni dalam bentuk praktek pembelajaran ; (4) sebagai suatu hasil, yaitu konsekwensi dari
kurikulum sebagai suatu kegiatan, melalui ketercapaiannya tujuan kurikulum terhadap peserta
didik.
8.      Kerr, J.F (1968). Kurikulum merupakan seluruh pembelajaran yang dirancang dan
dilakukakan secara individu maupun kelompok, baik didalam sekolah maupun diluar sekolah.
9.    George A. Beaucham (1976). Kurikulum diartikan sebagai dokumen tertulis yang berisikan
seluruh mata pelajaran yang akan diajarkan kepada peserta didik melalui pilihan berbagai
disiplin ilmu dan rumusan masalah dalam kehidupan sehari-hari. 
10.  Good V.Carter (1973). Mengatakan bahwa kurikulum merupakan sekumpulan kursus ataupun
urutan pembelajaran yang sistematik.
11.  Inlow (1966). Kurikulum merupakan suatu usaha menyeluruh yang dirancang secara khusus
guna untuk membimbing peserta didik dalam memperoleh hasil belajar dari pembelajaran yang
sudah ditetapkan.
12. B. Bara, Ch (2008). Mengkonsepkan kurikulum kedalam 4 pengertian yakni: (1) kurikulum
sebagai suatu produk ; (2) sebagai program ; (3) sebagai hasil yang diinginkan atau dicapai ; &
(4) sebagai pengalaman belajar.
13.David Praff. Kurikulum merupakan seperangkat organisasi dari pendidikan formal / pusat-pusat
pelatihan pembelajaran.
14. Donald E. Orlasky, Othanel Smith (1978) & Peter F. Olivva (1982). Menyatakan bahwa
kurikulum pada dasarnya ialah suatu bentuk perencanaan maupun program dari pengalaman
peserta didik  yang diarahkan dan dikembangkan di sekolah.
15. Daniel Tanner & Laurel Tanner. Mereka mengemukakan pengertian kurikulum sebagai suatu
pengalaman pembelajaran yang terarah, terencana secara sistematis juga tersusun melalui proses
rekontruksi pengetahuan & pengalaman serta berada dibawah pengawasan lembaga pendidikan
sehingga para peserta didik  memiliki motivasi & minat belajar yang tinggi.
16.  Neagley dan Evans (1967). Mengemukakan kurikulum sebagai sebuah pengalaman yang telah
dirancang dari pihak sekolah untuk membantu peserta didik dalam mencapai hasil belajar yang
baik. 
17.  Hilda Taba (1962). Kurikulum dianggap sebagai a plan of learning yang artinya bahwa
kurikulum merupakan sesuatu yang direncanakan untuk dipelajari oleh peserta didik.
18.  Grayson (1978). Menjelaskan kurikulum sebagai suatu perencanaan dalam memperoleh
pengeluaran yang diharapkan dari suatu pembelajaran yang telah diajarkan.
19.  Prof. Dr. S. Nasution, M. A. Menjelaskan kurikulum sebagai suatu rencana yang disusun untuk
melancarkan proses kegiatan belajar mengajar di bawah naungan, bimbingan & tanggunga jawab
sekolah / lembaga pendidikan. 
20.  S. H. Hasan (1992). Menurutnya kurikulum itu bersifat fleksibilitas. Yakni sebagai suatu
pemikiran kependidikan bagi diklat, sehingga dalam posisi teoritik, harus dikembangkan dalam
kurikulum sebagai sesuatu yang terencana dan juga dianggap sebagai kaidah pengembang
kurikulum. 
21.  Prof. Drs. H. Darkir. Menyatakan bahwa kurikulum merupakan alat dalam mencapai tujuan
pendidikan. Jadi, kurikulum ialah program pendidikan dan bukan program pengajaran, sehingga
program itu direncanakan dan dirancang sebagai bahan ajar dan juga pengalaman belajar. 
22.  William B. Ragam & Robert S. Flaming. Kurikulum merupakan keseluruhan pengalaman
peserta didik yang menjadi tanggung jawab pihak sekolah atau lembaga.
23.  Murray Print. Menjelaskan bahwa kurikulum ialah ruang pembelajaran yang direncanakan,
diberikan secara langsung kepada peserta didik oleh sebuah lembaga pendidikan dan merupakan
pengalaman yang bisa dinikmati oleh seluruh peserta didik ketika kurikulum itu diterapkan.
24.  Saylor (1958). Kurikulum ialah keseluruhan usaha pihak sekolah untuk mempengaruhi PBM
baik secara langsung didalam kelas, tempat bermain, ataupun di luar sekolah.
25.  Valiga, T & Magel, C. Kurikulum merupakan suatu urutan pengalaman yang telah ditetapkan
oleh pihak sekolah untuk mendisiplinkan cara berfikir & bertindak para peserta didik.

Kurikulum sebagai alat dalam pendidikan memiliki berbagai macam fungsi dalam pendidikan
yang sangat berperan dalam kegunannya. Fungsi Kurikulum adalah sebagai berikut...
 Fungsi Penyesuaian (the adjustive or adaptive function) : Kurikulum berfungsi
sebagai penyesuain adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang
terjadi dilingkungannya karna lingkungan bersifat dinamis artinya dapat berubah-ubah. 
 Fungsi Integrasi (the integrating function) : Kurikulum berfungsi sebagai penyesuain
mengandung makna bahwa kurikulum merupakan alat pendidikan yang mampu
menghasilkan pribadi-pribadi yang utut yang dapat dibutuhkan dan berintegrasi di
masyarakat. 
 Fungsi Diferensiasi (the diferentiating function) : Kurikulum berfungsi sebagai
diferensiansi adalah sebagai alat yang memberikan pelayanan dari berbagai perbedaan
disetiap siswa yang harus dihargai dan dilayani. 
 Fungsi Persiapan (the propaeduetic function) : Kurikulum berfungsi sebagai persiapan
yang mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan mampu
mempersiapkan siswa kejenjang selanjutnya dan juga dapat mempersiapkan diri dapat
hidup dalam masyarakat, jika tidak melanjukan pendidikan.
 Fungsi Pemilihan (the selective function) : Kurikulum berfungsi sebagai pemilihan
adalah memberikan kesempatan bagi siswa untuk menentukan pilihan program belajar
yang sesuai dengan minat dan bakatnya. 
 Fungsi Diagnostik (the diagnostic function) : Kurikulum sebagai
diagnostik mengandung makna bahwa kurikulum adalah alat pendidikan yang mampu
mengarahkan dan memahami potensi siswa serta kelemahan dalam dirinya. Jika telah
memahami potensi dan mengetahui kelemahannya, maka diharapkan siswa dapat
mengembangkan potensi dan memperbaiki kelemahannya. 
Kurikulum dibuat dan dirancang sebagai alat untuk bisa mencapai tujuan pendidikan secara
universal dalam setiap kegiatan pembelajaran di sekolah dan memiliki komponen utama &
penunjang yang saling terkait diantara keduanya. Adapun komponen-komponen kurikulum
antara lain yaitu:
 Tujuan: Berisikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
 Materi atau isi : Merupakan bahan ajar yang akan disampaikan oleh pendidik kepada
peserta didik
 Media (sarana & prasarana): Alat peraga dan juga sarana prasarana yang menunjang
kegiatan belajar mengajar.
 Strategi : Metode atau taktik yang akan diaplikasikan dalam proses belajar mengajar
 Proses belajar Mengajar : Mengarah pada sebuah proses dalam pembelajaran yang
meliputi segala bentuk apresiasi peserta didik
Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami
perubahan, Perkembangan Mengenai Kurikulum, telah berganti-ganti. yaitu pada tahun 1947,
1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 1999, 2004 dan 2006. antara lain sebagai berikut
 Tahun 1947- Leer Plan (Rencana Pelajaran) 
 Tahun 1952 - Rencana Pelajaran Terurai 
 Tahun 1964 - Renthjana Pendidikan 
 Tahun 1968 - Kurikulum 1968
 Tahun 1975 - Kurikulum 1975
 Tahun 1984 - Kurikulum 1984
 Tahun 1994 - dan Kurikulum 1999 - Kurikulum 1994 dan Sublemen Kurikulum 1999
 Tahun 2004- Kurikulum Berbasis Kompetensi 
 Tahun 2006- Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 
 Tahun 2013- Kurikulum 2013. 
Kurikulum merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Pengembangan krikulum yang
tepat akan membawa proses pembelajaran yang tepat dan dapat tercapainya pendidikan yang
terbaik bagi peserta didik. Selain itu, di dalam kurikulum terdapat strategi kurikulum, hal
tersebut berkaitan erat dengan proses pembelajaran, yaitu bagaimana caranya (strategi), metode,
atau kegiatan agar proses pembelajaran berlangsung dengan efektif dan efesiaen sehingga peserta
didik memperoleh pengalaman belajar untuk mencapai tujuan.

Anda mungkin juga menyukai