Nim : 5181151015
Kelas : PTIK B 2018
EVALUASI KURIKULUM
A. Definisi Evaluasi Kurikulum Pemahaman mengenai pengertian evaluasi kurikulum dapat
berbeda-beda sesuai dengan pengertian kurikulum yang bervariasi menurut para pakar
kurikulum. Oleh karena itu penulis mencoba menjabarkan definisi dari evaluasi dan definisi dari
kurikulum secara per kata sehingga lebih mudah untuk memahami evaluasi
kurikulum.Pengertian evaluasi menurut joint committee, 1981 ialah penelitian yang sistematik
atau yang teratur tentang manfaat atau guna beberapa obyek. Purwanto dan Atwi Suparman,
1999 mendefinisikan evaluasi adalah proses penerapan prosedur ilmiah untuk mengumpulkan
data yang valid dan reliabel untuk membuat keputusan tentang suatu program. Rutman and
Mowbray 1983 mendefinisikan evaluasi adalah penggunaan metode ilmiah untuk menilai
implementasi dan outcomes suatu program yang berguna untuk proses membuat keputusan.
Chelimsky 1989 mendefinisikan evaluasi adalah suatu metode penelitian yang sistematis untuk
menilai rancangan, implementasi dan efektifitas suatu program. Dari definisi evaluasi di atas
dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi adalah penerapan prosedur ilmiah yang sistematis untuk
menilai rancangan, implementasi dan efektifitas suatu program.
C. Teori Belajar Menurut teori Gestalt perbuatan belajar itu tidak berlangsung seketika,
tetapi berlangsung berproses kepada hal-hal yang esensial, sehingga aktivitas belajar itu
akan menimbulkan makna yang berarti. Sebab itu dalam proses belajar, makin lama akan
timbul suatu pemahaman yang mendalam terhadap materi pelajaran yang dipelajari,
manakala perhatian makin ditujukan kepada objek yang dipelajari itu telah mengerti dan
dapat apa yang dicari.
Istilah “Kurikulum” memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan oleh pakar-pakar ahli dalam
bidang pengembangan kurikulum sejak dulu sampai dewasa ini. Tafsiran-tafsiran tentang
pengertian maupun definisi kurikulum tersebut berbeda-beda satu dengan yang lainnya, sesuai
dengan titik berat inti dan menurut pandangan dari pakar yang bersangkutan.
awalnya istilah kurikulum digunakan dalam dunia olah raga pada jaman Yunani Kuno.
Curriculum dalam bahasa Yunani berasal dari kata “Curriculae”, “ Curir “ artinya pelari dan “
Curere “ artinya ditempuh atau berpacu. Curriculum diartikan jarak yang harus ditempuh oleh
pelari. Mengambil makna yang terkandung dari rumusan tersebut, kurikulum dalam pendidikan
diartikan sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan anak didik untuk
memperoleh ijazah. Kurikulum sebagai program pendidikan harus mencakup : (1). Sejumlah
mata pelajaran atau organisasi pengetahuan; (2) pengalaman belajar atau kegiatan belajar; (3)
program belajar ( plan for learning ) untuk siswa ; (4) hasil belajar yang diharapkan.
Dari rumusan tersebut, kurikulum diartikan “ program dan pengalaman belajar serta hasil-hasil
belajar yang diharapkan, yang diformulasikan melalui pengetahuan dan kegiatan yang tersusun
secara sistematis, diberikan kepada siswa di bawah tanggung jawab sekolah untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan pribadi dan kompetensi sosial siswa. sederhananya,
pengertian kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang
bertujuan untuk memperoleh ijazah. Dengan menempuh suatu kurikulum, siswa dapat
memperoleh ijazah. Dalam hal ini, ijazah pada hakikatnya merupakan suatu bukti, bahwa siswa
telah menempuh kurikulum yang berupa rencana pelajaran, sebagaimana halnya seorang pelari
telah menempuh suatu jarak antara satu tempat ketempat lainnya dan akhirnya mencapai finish.
Dengan kata lain, suatu kurikulum dianggap sebagai jembatan yang sangat penting untuk
mencapai titik akhir dari suatu perjalanan dan ditandai oleh perolehan suatu ijazah tertentu.
Ada empat dimensi tentang konsep dan teori kurikulum, yang menjadi acuan dalam pengertian
kurikulum, yaitu:
1. Kurikulum sebagai ide, adalah cita-cita, keinginan, harapan atau tujuan yang difikirkan mengenai
apa yang terbaik untuk dicapai dalam suatu kegiatan pendidikan (Hasan, 1991), kebijakan
(Schubert, 1986), Teori (Bickman, 1987), Menurut hasan (1991), pada dasarnya kurikulum
sebagai ide ada pada setiap orang. Seorang siswa memiliki satu ide kurikulum apabila ia
berbicara tentang apa yang sebenarnya menjadi tujuan suatu kegiatan pendidikan dan bagaimana
kegiatan tersebut dilaksanakan. Tentu saja apa yang difikirkannya itu sesuai dengan tingkat
pengetahuan dari wawasan yang dimilikinya. Untuk tingkat siswa, keinginan atau harapan itu
lebih berdasarkan kepentingan lingkungan yang sangat individual.
Guru harus memiliki kurikulum sebagai ide. Kurikulum ini yang kemudian digunakannya untuk
emmbaca dan menafsirkan apa yang tertera dalam dokumen kurikulum. Sebagai guru sangat
sukar, bahkan barangkali tidak mungkin, untuk merealisasikan idenya tersebut untuk menjadi
suatu kurikulum nasional ataupun local. Kalaupun apa yang tertera dalam kurikulum nasional
bersesuaian dengan apa yang difikirkannya, hal tersebut adalah lebih banyak sebagai suatu
kebetulan. Meskipun demikian, guru bukanlah instansi terakhir yang paling berwenang
menentukan apa yang akan terjadi di kelas, oleh karena itu dalam merencanakan kegiatan kelas
ide guru adalah yang berlaku.
2. Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis tentnag pembelajaran (dokumen pendidikan).
kurikulum sebagai suatu rencana tertulis memiliku format tertentu. Di Indonesia kita mengenal
format matriks yang digunakan kurikulum 1975, kurikulum 1986, kurikulum 1994, dan
seterusnya.
3. Kurikulum sebagai proses kegiatan belajar mengajar (PBM). Pengertian kurikulum sebagai suatu
kegiatan (proses) adalah dimensi kurikulum yang langsung berhadapan dengan realita lapangan.
Disinilah dimensi ide diuji. Apakah ide nasional kurikulum dikenal dan diakui para pelaksana di
lapangan ataukah tidak. Kalau dikenal apakah ide tersebut diterima dan dikembangkan oleh para
pelakasana. Persoalan ini adalah persoalan kurikulum yang paling kritis dalam keseluruhan
proses pengembangan kurikulum. Oleh karena itu (Waring 1979) mengingatkan bahwa apabila
apa yang terjadi di lapangan berbeda secara prinsipal dengan ide semula maka kurikulum yang
diimplementasiaknnya bukan kurikulum semula.
4. Kurikulum sebagai hasil belajar (output, outcome, benefit, impact). Dimensi kurikulum sebagai
kegiatan (implementasi) terdiri atas dua aspek utama. Pertama adalah aspek perencanaan guru.
Disini guru mengembangkan kurikulum sebagai rencana dan kegiatan tertulis yang dalam
konteks pendidikan Indonesia dikenal dengan nama satuan pelajaran (Satpel) atau sekarang
disebut RPP. Pada dasarnya, satpel ini adalah penafsiran tertulis guru mengenai mengenai apa
yang ada pada dokumen tertulis kurikulum nasional. Dengan demikian saypel dapat diartikan
sebagai kurikulum tertulis guru. Dimensi kurikulum sebagai suatu kegiatan inilah yang
menentukan apa yang diperoleh siswa. Jadi, hasil belajar siswa ditentukan oleh kurikulum yang
dialaminya dan bukan oleh kurikulum dalam bentu sebagai suatu rencana tertulis. Artinya, apa
yang sesungguhnya dialami siswa tidak dapat dikenakan pada kurikulum sebagaimana yang
ditetapkan oleh menteri Pendidikan Nasional.
Di Indonesia sendiri istilah “kurikulum” boleh dikatakan baru menjadi populer sejak tahun
lima puluhan, yang dipopulerkan oleh mereka yang memperoleh pendidikan di Amerika Serikat.
Kini istilah itu telah dikenal orang di luar pendidikan. Sebelumnya yang lazim digunakan adalah
“rencana pelajaran” pada hakikatnya kurikulum sama sama artinya dengan rencana pelajaran.
Beberapa tafsiran lainnya dikemukakan sebagai berikut ini.
Kurikulum sebagai rencana pembelajaran. Kurikulum adalah suatu program pendidikan
yang disediakan untuk membelajarkan siswa. Dengan program itu para siswa melakukan
berbagai kegiatan belajar, sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa,
sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran. Dengan kata lain, sekolah menyediakan
lingkungan bagi siswa yang memberikan kesempatan belajar. Itu sebabnya, suatu kurikulum
harus disusun sedemikian rupa agar maksud tersebut dapat tercapai. Kurikulum tidak terbatas
pada sejumlah mata pelajaran saja, melainkan meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi
perkembangan siswa, seperti: bangunan sekolah, alat pelajaran, perlengkapan, perpustakaan,
gambar-gambar, halaman sekolah, dan lain-lain; yang pada gilirannya menyediakan
kemungkinan belajar secara efektif. Semua kesempatan dan kegiatan yang akan dan perlu
dilakukan oleh siswa direncanakan dalam suatu kurikulum.
Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran. Kurikulum ialah sejumlah mata ajaran yang
harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan. Mata ajaran
(subject matter) dipandang sebagai pengalaman orang tua atau orang-orang pandai masa lampau,
yang telah disusun secara sistematis dan logis. Mata ajaran tersebut mengisis materi pelajaran
yang disampaikan kepada siswa, sehingga memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan yang
berguna baginya.
Kurikulum sebagai pengelaman belajar. Perumusan/pengertian kurikulum lainnya yang
agak berbeda dengan pengertian-pengertian sebelumnya lebih menekankan bahwa kurikulum
merupakan serangkaian pengalaman belajar. Salah satu pendukung dari pengalaman ini
menyatakan sebagai berikut:
“Curriculum is interpreted to mean all of the organized courses, activities, and experiences which
pupils have under direction of the school, whether in the classroom or not (Romine, 1945,h. 14).
Pengertian itu menunjukan, bahwa kegiatan-kegiatan kurikulum tidak terbatas dalam ruang kelas
saja, melainkan mencakup juga kegiatan-kegiatan diluar kelas. Tidak ada pemisahan yang tegas
antara intra dan ekstra kurikulum. Semua kegiatan yang memberikan pengalaman
belajar/pendidikan bagi siswa pada hakikatnya adalah kurikulum.
Kurikulum sebagai alat dalam pendidikan memiliki berbagai macam fungsi dalam pendidikan
yang sangat berperan dalam kegunannya. Fungsi Kurikulum adalah sebagai berikut...
Fungsi Penyesuaian (the adjustive or adaptive function) : Kurikulum berfungsi
sebagai penyesuain adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang
terjadi dilingkungannya karna lingkungan bersifat dinamis artinya dapat berubah-ubah.
Fungsi Integrasi (the integrating function) : Kurikulum berfungsi sebagai penyesuain
mengandung makna bahwa kurikulum merupakan alat pendidikan yang mampu
menghasilkan pribadi-pribadi yang utut yang dapat dibutuhkan dan berintegrasi di
masyarakat.
Fungsi Diferensiasi (the diferentiating function) : Kurikulum berfungsi sebagai
diferensiansi adalah sebagai alat yang memberikan pelayanan dari berbagai perbedaan
disetiap siswa yang harus dihargai dan dilayani.
Fungsi Persiapan (the propaeduetic function) : Kurikulum berfungsi sebagai persiapan
yang mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan mampu
mempersiapkan siswa kejenjang selanjutnya dan juga dapat mempersiapkan diri dapat
hidup dalam masyarakat, jika tidak melanjukan pendidikan.
Fungsi Pemilihan (the selective function) : Kurikulum berfungsi sebagai pemilihan
adalah memberikan kesempatan bagi siswa untuk menentukan pilihan program belajar
yang sesuai dengan minat dan bakatnya.
Fungsi Diagnostik (the diagnostic function) : Kurikulum sebagai
diagnostik mengandung makna bahwa kurikulum adalah alat pendidikan yang mampu
mengarahkan dan memahami potensi siswa serta kelemahan dalam dirinya. Jika telah
memahami potensi dan mengetahui kelemahannya, maka diharapkan siswa dapat
mengembangkan potensi dan memperbaiki kelemahannya.
Kurikulum dibuat dan dirancang sebagai alat untuk bisa mencapai tujuan pendidikan secara
universal dalam setiap kegiatan pembelajaran di sekolah dan memiliki komponen utama &
penunjang yang saling terkait diantara keduanya. Adapun komponen-komponen kurikulum
antara lain yaitu:
Tujuan: Berisikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
Materi atau isi : Merupakan bahan ajar yang akan disampaikan oleh pendidik kepada
peserta didik
Media (sarana & prasarana): Alat peraga dan juga sarana prasarana yang menunjang
kegiatan belajar mengajar.
Strategi : Metode atau taktik yang akan diaplikasikan dalam proses belajar mengajar
Proses belajar Mengajar : Mengarah pada sebuah proses dalam pembelajaran yang
meliputi segala bentuk apresiasi peserta didik
Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami
perubahan, Perkembangan Mengenai Kurikulum, telah berganti-ganti. yaitu pada tahun 1947,
1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 1999, 2004 dan 2006. antara lain sebagai berikut
Tahun 1947- Leer Plan (Rencana Pelajaran)
Tahun 1952 - Rencana Pelajaran Terurai
Tahun 1964 - Renthjana Pendidikan
Tahun 1968 - Kurikulum 1968
Tahun 1975 - Kurikulum 1975
Tahun 1984 - Kurikulum 1984
Tahun 1994 - dan Kurikulum 1999 - Kurikulum 1994 dan Sublemen Kurikulum 1999
Tahun 2004- Kurikulum Berbasis Kompetensi
Tahun 2006- Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Tahun 2013- Kurikulum 2013.
Kurikulum merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Pengembangan krikulum yang
tepat akan membawa proses pembelajaran yang tepat dan dapat tercapainya pendidikan yang
terbaik bagi peserta didik. Selain itu, di dalam kurikulum terdapat strategi kurikulum, hal
tersebut berkaitan erat dengan proses pembelajaran, yaitu bagaimana caranya (strategi), metode,
atau kegiatan agar proses pembelajaran berlangsung dengan efektif dan efesiaen sehingga peserta
didik memperoleh pengalaman belajar untuk mencapai tujuan.