Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PEMBELAJARAN TERPADU TYPE WEBBED DI SEKOLAH DASAR

DEWI WIDIANA RAHAYU NIM 117855014

PRODI MAGISTER PENDIDIKAN DASAR PROGRAM PASCASARJANA UNESA SURABAYA, 2012

OUTLINE

JUDUL : MAKALAH PEMBELAJARAN TERPADU TYPE WEBBED DI SEKOLAH DASAR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Pembelajaran Terpadu model webbed B. Kelebihan&Kekurang model webbed C. Prinsip Pembelajaran Tematik 1. Prinsip Penggalian Tema 2. Prinsip Pengelolaan Pembelajaran 3. Prinsip Evaluasi 4. Prinsip Reaksi D. Pembuatan Jaringan Tema E. Kriterian Jaringan Tema yang Baik F. Pemilihan Strategi Pembelajaran Tematik G. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Tematik BAB III PENUTUP A. Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA

Penulis

Dosen Pembimbing

DEWI WIDIANA RAHAYU

Prof. Dr. Prabowo, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pembelajaran terpadu merupakan pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan, tema, dan topik-topik baik itu antar disiplin ilmu mata pelajaran maupun dalam satu disiplin ilmu mata pelajaran. Sesuai dengan pola pemikiran siswa sekolah dasar yang holistik, pembelajaran terpadu disini memberikan ruang lebih kepada siswa untuk mengeksplorasi pengetahuannya. Definisi mendasar mengenai pembelajaran terpadu dikemukakan oleh Humphreys (dalam Trianto, 2011:148) bahwa: Studi terpadu adalah studi di mana para siswa mengeksplorasi pengetahuan mereka dalam berbagai mata pelajaran yang berkaitan dengan aspek-aspek tertentu dari lingkungan mereka.Ia melihat pertautan antara kemanusiaan, seni komunikasi, ilmu pengetahuan alam, matematika, studi sosial, dan seni. Keterampilan pengetahuan dikembangkan di lebih dari satu wilayah studi. Salah satu model pembelajaran terpadu adalah Model pembelajaran terjaring(webbed), ini adalah model yang paling popular yakni integrasi jaringan tema. Guru memandang kurikulum sebagai seluruh kumpulan subjek mata pelajaran dan kegiatan.Pemikiran tema yang memupuk webbed adalah isi kurikulum dan disiplin ilmu;mata pelajaran dengan menggunakan tema untuk menyaring konsep-konsep yang sesuai, topik-topik, dan ideide(Forgaty, 1991:53). B. Rumusan Masalah 1) Bagaimana pembelajaran terpadu model webbed? 2) Apa saja kelebihan dan kekurangan model webbed? 3) Bagaimana prinsip pembelajaran tematik? 4) Bagaimana teknik pembuatan jaringan tema? 5) Apa saja kriteria jaringan tema yang baik? 6) Bagaimana pemilihan strategi pembelajaran tematik? 7) Bagaimana tahapan pelaksanaan pembelajaran tematik?

C. Tujuan Penulisan Penulisan makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) Pembelajaran terpadu model webbed/terjaring. 2) Kelebihan dan kekurangan model webbed/terjaring. 3) Prinsip pembelajaran tematik pada model webbed/terjaring. 4) Teknik pembuatan jaringan tema. 5) Kriteria jaringan tema yang baik. 6) Pemilihan strategi Pembelajaran tematik 7) Tahap pelaksanaan pembelajaran tematik

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembelajaran Terpadu Model Webbed Kurikulum model terjaring mewakili pendekatan tematik untuk mengintegrasikan subjek mata pelajaran. Biasanya, kurikulum tematik ini dimulai dengan pendekatan pembangunan tema seperti transportasi atau penemuan. Setelah tim lintas department/disiplin ilmu telah membuat keputusan menggunakan tema tersebut sebagai jaringan untuk berbagai mata pelajaran (Fogarty,1991:54). Pendekatan ini

pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu. Tema biasanya ditetapkan dengan negosiasi antara guru dan siswa, tetapi dapat pula dengan sesama guru. Setelah tema disepakati kemudian deikembangkan sub-subtemanya dengan memperhatikan kaitannya dengan bidang studi. Dari tema ini dikembangkan aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa. Misalnya tema penemuan yang mengarah ke studi peralatan sederhana dalam ilmu pengetahuan, membaca dan menulis tentang penemu mengarah pada kebahasaan, merancang dan membangun model pada industry kesenian, menggambar dan mempelajari kumpulan Rube Goldberg dalam matematika, membuat diagram alur pada teknologi komputer. Dalam jaringan yang lebih canggih, kerumitan bidang studi dapat mengembangkan integrasi yang terjadi di semua bidang yang relevan. Di bawah ini merupakan diagram peta pembelajaran terpadu model terjaring (Webbed Model) menurut Fogarty(1991:14).

Gambar 2.1 Diagram Peta Model Tejaring

Sehingga pembelajaran terpadu model terjaring dapat diartikan sebagai pembelajaran yang menggunakan pendekatan tematik yang dimulai dengan pembangunan tema secara umum dan menarik bagi siswa yang mengintegrasikan antar subjek mata pelajaran atau antar disiplin ilmu. B. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Terpadu Model Webbed 1. Kelebihan Kelebihan dari pendekatan terjaring untuk kurikulum terpadu adalah faktor motivasi yang merupakan hasil dari pemilihan tema yang menarik. Selain itu, model webbed atau pendekatan penulisan unit tidak asing bagi guru berpengalaman dan perencanaan model kurikulum cukup mudah bagi guru yang kurang berpengalaman untuk memahami. Ini juga fasilitas kerja tim perencanaan sebagai tim lintas departemen/mata pelajaran bekerja untuk menentukan tema ke dalam semua isi mata pelajaran. Pendekatan tematik atau model webbed menyediakan perlindungan dan motivasi untuk siswa. Memudahkan mereka untuk melihat perbedaan kegiatan dan ide-ide yang terhubung. Disamping itu kelebihan model ini antara lain: 1) Penyeleksian tema sesuai dengan minat akan memotivasi anak untuk belajar; 2) Lebih mudah dilakukan oleh guru yang belum berpengalaman; 3) Memudahkan membuat perencanaan; 4) Dapat memotivasi siswa; 5) Memberikan kemudahan bagi siswa melihat kegiatan dan ide berbeda yang terkait.

Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan tema ini akan diperoleh beberapa manfaat antara lain: 1) Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihulangkan; 2) Siswa mampu melihat hubungan yang bermakna sebab isi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat bahkan tujuan akhir; 3) Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah; 4) Dengan adanya pemaduan antara mata pelajaran maka penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat. 2. Kekurangan Kesulitan yang paling serius dengan model terjaring terletak pada pemilihan tema. Ada kecenderungan untuk mengambil pada tema yang dekat berguna dalam perencanaan kurikulum. Sering tema-tema buatan mengarah pada kurikulum diciptakan. Juga, hati-hati harus digunakan tidak mengorbankan lingkup logis dan diperlukan dan urutan yang melekat dalam disiplin. Dalam model ini, guru dapat terjebak dalam penulisan kurikulum yang mungkin tidak menjamin waktu yang terlibat dibandingkan dengan penggunaan jangka panjang dari unit tematik dalam tahun-tahun mendatang. (biasanya tema ini tidak terulang). Juga, guru dapat menjadi terfokus pada kegiatan bukan pengembangan konsep dalam model ini, jadi hati-hati harus digunakan untuk menjaga konten yang relevan dan ketat.

C. Prinsip Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik perlu memilih materi beberapa mata pelajaran yang mungkin dan saling terkait. Dengan demikian materi-materi yang dipilih dapat mengungkapkan tema secara bermakna. Pengajaran tematik tidak boleh bertentangn dengan tujuan kurikulum yang berlaku, tetapi sebbaliknya pembelajaran temtik harus mendukung ketercapaian tujuan kurikulum. Materi yang dipadukan dalam satu tema perlu mempertimbangkan karakteristik siswa, seperti minat, kemampuan, kebutuhan, dan pengetahuan awal. Materi pembelajaran yang dipadukan tidak perlu dipaksakan artimnya materi yang tidak mungkin

untuk dipadukan tidak usah dipadukan. Secara umum prinsip pembelajaran tematik dapat diklasifikasikan menjadi: 1. Prinsip Penggalian Tema Prinsip penggalian tema merupsksn prinsip utama dalam pembelajaran tematik. Artinya tema-tema yang saling tumpang tindih dan memiliki keterkaitan menjadi target utama dalam pembelajaran. Dengan demikian dalam penggalian tema tersebut hendaknya memperhatikan beberapa persyaratan dibawah ini: 1) Tema hendaknya tiddak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan untuk memadukan banyak mata pelajaran; 2) Tema harus bermakna, maksudnya ialah tema yang dipilih harus memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya; 3) Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak; 4) Tema yang dipilih hendaknya memperhatikan peristiwa autentik yang terjadi selama rentang waktu belajar; 5) Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku serta harapan masyarakat (asas relevansi); 6) Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar. 2. Prinsip Pengelolaan Pembelajaran Pengelolaan pembelajaran akan optimal apabila guru mampu menempatkan dirinya dalam keseluruhan proses. Artinya, guru mampu menempatkan diri sebagai fasilitator dan mediator dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu menurut Prabowo (dalam Trianto, 2010:255), bahwa dalam pengelolaan pembelajaran hendaknya guru dapat berperilaku sebagai berikut: 1) Guru hendaknya jangan menjadi single actor yang mendominasi pembicaraan dalam proses pembelajaran; 2) Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugaas yang menuntut adanya kerja sama kelompok; 3) Guru perlu mengakomodasi terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam perencanaan. 3. Prinsip Evaluasi Evaluasi pada dasarnya menjadi focus dalam setiap kegiatan. Pelaksanaan evaluasi dalam pembelajaran tematik memerlukan langkah-langkah antara lain:

1)

Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri disamping bentuk evaluasi lainnya;

2) Guru perlu mengajak para siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan criteria keberhasilan pencapaian tujuan yang akan dicapai. 4. Prinsip Reaksi Dampak pengiring yang penting bagi perilaku secara sadar belum tersentuh oleh guru dalam proses pembelajaran. Karena itu guru dituntut agar mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sehingga tercapai secara tuntas tujuan-tujuan pembelajaran. Guru harus bereaksi terhadap aksi siswa dalam semua peristiwa serta tidak mengarahkan aspek yang sempit tetapi kesebuah kesatuan yang utuh dan bermakna. Guru hendaknya menemukan kiat-kiat untuk memunculkan hal-hal yang dicapai melalui dampak pengiring tersebut.

D. Pembuatan Jaringan Tema Membuat jaringan tema merupakan bagian integral dari model pembelajaran terpadu yang banyak digunakan. Dalam pembelajaran terpadu, eksplorasi tema merupakan alat pemacu utama dalam pelaksanaannya. Dengan demikian pemilihan tema serta menghubungkan antar satu tema dengan tema yang lainnya menjadi peersoalan penting yang harus dikuasai baik oleh siswa maupun guru. Pembuatan jaringan tema merupakan implementasi dari penerapan pembelajaran terpadu model webbed. Pendekatan ini pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu. Tema dapat dinegosiasikan antara guru dan siswa, tetapi dapat pula dengan cara diskusi dengan sesame guru. Setelah tema tersebut disepakati kemudian dikembangkan sub-temanya dengan memperhatikan kaitannya dengan bidang studi. Pengembangan tema menjadi sub-tema serta membuat pola keterkaitannya inilah yang kemudian membentuk jaringan tema. Dari penjelasan tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa jaringan tema adlaah pola hubungan antara tema tertentu dan sub-pokok bahasan yang diambil dari berbagai bidang studi yang terkait. Dengan dibentuknya jaringan tema diharapkan peserta didik mampu memahami satu tema tertentu dengan melakukan pendekatan interdisiplin berbagai bidang ilmu pengetahuan. Selain itu untuk mempermudah pemahaman, jaringan tema juga mengajari pembiasaaan agar peserta didik mampu berpikir secara integrative dan holistic.

Berikut adalah contoh salah satu jaringan tema yang melibatkan beberapa mata pelajaran.

Bahasa Indonesia
Peristiwa yang berhubungan dengan sastra: Pesan teks pendek Gambar berseri Melengkapi cerita

Pendidikan Kewarganegaraan
Peristiwa yang berhubungan dengan Pendidikan Kewarganegaraan: Hidup rukun Saling berbagi Tolong menolong

SAINS
Peristiwa yang berhubungan dengan Ilmu Pengetahuan Alam: Penemuan Perubahan bentuk dan wujud benda

Seni Budaya&Keterampilan Peristiwa


peristiwa yang berhubungan dengan Seni Budaya: Mengekspresikan diri melalui gambar ekspresif

Matematika
Peristiwa yang berhubungan dengan matematika: Menentukan nilai tempat ratusan puluhan dan satuan

IPS
Perisitwa yang berhubungan dengan Ilmu Pengetahuan Sosial: Dokumen keluarga Menceritakan peristiwa penting dalam keluarga

Pembuatan jaringan tema yang mengikuti model pembelajaran terpadu webbed memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya meliputi: 1) Penentuan tema sesuai dengan minat akan memotivasi belajar siswa; 2) Lebih mudah dilakukan oleh guru yang belum berpengalaman; 3) Memudahkan perencanaan; 4) Pendekatan tematik dapat memotivasi siswa; 5) Memberikan kemudahan bagi siswa dalam melihat kegiatan dan ide berbada dan menarik. Sementara itu kelemahannya meliputi: 1) Sulit dalam melakukan penyeleksian tema; 2) Cenderung untuk merumuskan tema yang dangkal; 3) Dalam pembelajaran guru lebih memusatkan perhatian pada kegiatan daripada pengembangan konsep. 1. Teknik Pembuatan Jaringan Tema Pembuatan jaringan tema melalui beberapa tahapan yang harul dilalui diantaranya: a. Tentukan terlebih dahulu tema, cara menentukan bias dilakukan dengan, Mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam masing-masing mata pelajaran dilanjutkan dengan menentukan tema yang sesuai. Menetapkan terlebih dahulu tema-tema pengikat keterpaduan, untuk menentukan tema tersebut guru dapat bekerjasama dengan siswa sehingga kaan sesuai dengan minat anak. Selain itu penentuan tema juga harus mengikuti beberapa prisip penentuan tema yakni: 1) memperhatikan lingkungan terdekat siswa; 2) dari yang termudah menuju yang paling sulit; 3) dari yang sederhana menuju yang paing kompleks; 4) dari yang konkret menuju yang abstrak; 5) tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir siswa; 6) ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia perkembangan siswa, termasuk minat,kebutuhan, dan kemampuannya. b. c. Menginventarisasi materi yang masuk sesuai dengan tema yang telah ditentukan. Mengelompokkan materi yang sudah diinventarisasikan ke dalam rumpun mata pelajaran masing-masing. d. Menghubungkan materi yang dikelompokkkan dalam rumpun mata pelajaran dengan tema. Pola hubungan antara rumpun materi dengan tema diilustrasikan dengan sebuah bagan sebagaimana yang sudah dicontohkkan.

E. Kriteria Jaringan Tema yang Baik Sebuah jaringan tema dapat dianggap baik jika memenuhi beberapa criteria, diantaranya: 1) Sederhana, jaringan tema dibuat untuk mempermudah penyusunan perencanaan pembelajaran secara keseluruhan. Oleh karena itu jaringan tema dibuat sesederhana mungkin dalam mengilustrasikan keterkaitan antara tema dan materi yang terkait. 2) Sinkron, pada dassarnya jaringan tema terdiri dari dua komponen utama, yaitu tema engikat dan meteri utama yang terkait dan bias masuk dalam cakupannya. Harus diperhatikan antara sinkronisasi antara materi dan tema yang terkait. 3) Logis, materi yang dijaring benar-benar merupakan bagian dari tema ssehingga tidak dibutuhkan tema lain untuk menjaring materi-materi tersebut. 4) Mudah dipahami. Jaringan tema yang baik adalah jaringan tema yang mudah untuk dipahami oleh semua orang. Dengan demikian siapa pun dapat menyususn dan mengembangkannya dengan berpegang pada tema tersebut. Jaringan tema diusahakan tidak hanya dapat dipahami oleh pembuatnya namun juga oleh orang lain. 5) Terpadu, tema dan materi diikat oleh kesamaan subtansi yang ingin disampaikan pada peserta didik. Oleh karena itu dalam pembuatan jaringan tema asas keterpaduan antara tema dan materi tidak bias diabaikan. Pembuatan jaringan tema diharapkan dapat menampilkan gambaran keterpaduan antara tema dan materi menjadi suatu bagian utuh yang dikembangkan menjadi scenario pembelajaran tematik.

F. Pemilihan Strategi Pembelajaran Tematik Strategi belajar merupakan perpaduan berbagai kegiatan, melibatkan penggunaan media dan pengaturan tahapan dan waktu untuk setiap langkah. Oleh karena itu dalam melakukan penentuan strategi belajar harus dilakukan pemilihan dan disusun untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Pemilihan strategi pembelajaran didasarkan pada dua pendapat. Pertama, strategi yang disusun didukung dengan teoi-teori psikologi dan teori pembelajaran. Kedua, strategi yang disusun menunjukkan efektivitas dalam membuat siswa mencapai tujuan belajar. Hal ini didasarkan pada pendapat bahwa tidak semua materi cocok untuk semua metode, tidak

semua materi cocok untuk semua media. Sehingga perlu sekali disususn alasan yang bersifat rasional.

G. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Pelaksanaan pembelajaran tematik dilakukan menggunakan tiga tahapan kegiatan, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Alokasi waktu untuk setiap tahapan adalah kegiatan pendahuluan lebih kurang 5-10% waktu pelajaran yang disediakan, kegiatan inti lebih kurang 80% dari waktu yang disediakan, kegiatan penutup lebih kurang 10-15% dari waktu yang disediakan. Tahap pelaksanaan pembelajaran tematik yang akan dijelaskan pada dasarnya terbagi atas tiga tahap utama kegiatan pembelajaran yaitu: 1) Kegiatan pendahuluan Kegiatan ini dilakyukan untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang mendorong siswa untuk memfokuskan diri agar mampu menerima pelajaran dengan baik. Dimaksudkan untuk mempersiapkan siswa secara mental, sikap, keterampilan dan beberapa sikap baru. Sifat dari kegiatan pendahuluan adalah pemanasan. Pada tahap ini dapat dilakukan penggalian anak tentang tema yang akan disajikan. Beberapa contohnya atara lain berddoa, bercerita, kegiatan fisik dan lain sebagainya. 2) Kegiatan Inti Dalam kegiatan ini difokuskan pada kegiatan yang bertujuan untuk pengembangan kemampuan baca, tulis, hitung. Penyajian bahan pelajaran dilakukan dengan menggunakan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi, dapat dilakukan secara perorangan, kelompok atau klasikal. 3) Kegiatan penutup Sifat dari kegiatan penutup adalah untuk menenangkan. Beberapa contoh dari kegiatan penutup yang dapat dilakukan adalah menyimpulkan materi pelajaran, pesan moral, dan music. Pada kegiatan penutup ini dapat pula diajukan tes dalam bentuk lisan, disamping untuk mengukur kemajuan siswa tes merupakan bagian dari kegiatan belajar siswa yang secara aktif memberikan respons. Hasil tes harus diberitahukan kepada siswa, dan diikuti dengan penjelasan tentang kemajuan siswa. Hal ini penting artinya bagi siswa agar proses pembelajaran menjadi efektif, efisien dan menyenanngkan.

BAB III KESIMPULAN

A. Kesimpulan 1) Pembelajaran terpadu model webbed adalah pembelajaran terpadu model terjaring dapat diartikan sebagai pembelajaran yang menggunakan pendekatan tematik yang dimulai dengan pembangunan tema secara umum dan menarik bagi siswa yang mengintegrasikan antar subjek mata pelajaran atau antar disiplin ilmu. 2) Kelebihan model webbed antara lain: Penyeleksian tema sesuai dengan minat akan memotivasi anak untuk belajar; Lebih mudah dilakukan oleh guru yang belum berpengalaman; Memudahkan membuat perencanaan; Dapat memotivasi siswa; Memberikan kemudahan bagi siswa melihat kegiatan dan ide berbeda yang terkait. Kelemahan model terpadu ini: Kesulitan yang paling serius dengan model terjaring terletak pada pemilihan tema. Ada kecenderungan untuk mengambil pada tema yang dekat berguna dalam perencanaan kurikulum. Sering tema-tema buatan mengarah pada kurikulum diciptakan. Juga, hati-hati harus digunakan tidak mengorbankan lingkup logis dan diperlukan dan urutan yang melekat dalam disiplin 3) Adapun prinsip pembelajaran tematik anatara lain: Prinsip Penggalian tema Prinsip pengelolaan belajar Prinsip evaluasi Prinsip reaksi 4) Teknik pembuatan jaringan tema antara lain: Menentukan tema terlebih dahulu Menginventarisasi materi yang masuk sesuai dengan tema yang telah ditentukan. Mengelompokkan materi yang sudah diinventarisasikan ke dalam rumpun mata pelajaran masing-masing.

Menghubungkan materi yang dikelompokkkan dalam rumpun mata pelajaran dengan tema. Pola hubungan antara rumpun materi dengan tema diilustrasikan dengan sebuah bagan sebagaimana yang sudah dicontohkkan. 5) Kriteria jaringan tema yang baik antara lain: Sederhana, jaringan tema dibuat untuk mempermudah penyusunan perencanaan pembelajaran secara keseluruhan. Sinkron, harus diperhatikan antara sinkronisasi antara materi dan tema yang terkait. Logis, materi yang dijaring benar-benar merupakan bagian dari tema ssehingga tidak dibutuhkan tema lain untuk menjaring materi-materi tersebut. Mudah dipahami. Jaringan tema yang baik adalah jaringan tema yang mudah untuk dipahami oleh semua orang. Terpadu, tema dan materi diikat oleh kesamaan subtansi yang ingin disampaikan pada peserta didik. 6) Pemilihan strategi pembelajaran tematik harus disesuaikan denganm ateri yang akan disampaikan. Hal ini dikarenakan tidak semua materi sesuai dengan semua strategi pembelajaran. 7) Tahapan pembelajaran tematik secara umum terdiri dari tiga tahapan antara lain: Kegiatan pendahuluan Kegiatan ini dilakyukan untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang mendorong siswa untuk memfokuskan diri agar mampu menerima pelajaran dengan baik. Kegiatan Inti Dalam kegiatan ini difokuskan pada kegiatan yang bertujuan untuk pengembangan kemampuan baca, tulis, hitung. Penyajian bahan pelajaran dilakukan dengan menggunakan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi, dapat dilakukan secara perorangan, kelompok atau klasikal. Kegiatan penutup Sifat dari kegiatan penutup adalah untuk menenangkan. Beberapa contoh dari kegiatan penutup yang dapat dilakukan adalah menyimpulkan materi pelajaran, pesan moral, dan music. Pada kegiatan penutup ini dapat pula diajukan tes dalam bentuk lisan, disamping untuk mengukur kemajuan siswa tes merupakan bagian dari kegiatan belajar siswa yang secara aktif memberikan respons.

DAFTAR PUSTAKA

Fogarty, Robin. 1991. The Mindful School How To Integrate The Curricula. New York: Columbia University Teachers College.

Trianto. 2010. Desain Pengembangan Pembelajaaran Tematik. Jakarta: Kencana Prenada media Grup. Trianto. 2010.Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam KTSP. Jakarta:Prenada Media Grup. Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktik. Jakarta:Prestasi Pustaka. Nasution, S. 1989. Kurikulum dan Pengajaran. Bandung: Bina Aksara

Anda mungkin juga menyukai