Anda di halaman 1dari 19

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku


sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya (Daryanto, 2010 : 2) Sedangkan menurut Slamero (1988 : 2),Belajar
merupakan suatu prsoses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari
pengalamannya sendiri dalam interaksi individu dengan lingkungannya.

Teori pembelajaran mengungkapkan hubungan antara kegiatan


pembelajaran dengan proses psikologis dalam diri siswa, sedangkan teori belajar
mengungkapkan hubungan antara kegiatan siswa dengan proses psikologis dalam
diri siswa.

Teori pembelajaran harus memasukkan variable metode pembelajaran.


Bila tidak, maka teori itu bukanlah teori pembelajaran. Hal ini penting sebab
banyak yang terjadi apa yang dianggap sebagai teori pembelajaran yang
sebenarnya adalah teori belajar. Teori pembelajaran selalu menyebutkan metode
pembelajaran sedangkan teori belajar sama sekali tidak berurusan dengan metode
pembelajaran. Sementara itu, banyak penerapan teori belajar ynag tidak sesuai
dengan teori pemebelajaran yang seharusnya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, kami merumuskan beberapa masalah sebagai


berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan belajar?


2. Teori-teori apa sajakah yang ada dalam proses pembelajaran?
2

3. Bagaimana penerapan teori pembelajaran tersebut dalam proses


pembelajaran di lapangan?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka kami memiliki tujuan sebagai


berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian belajar yang sesungguhnya.


2. Untuk mengetahui teori-teori yang terdapat dalam proses pembelajaran.
3. Untuk mengetahui penerapan teori pembelajaran tersebut dalam proses
pembelajaran di lapangan.
3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Belajar

Menurut pengertian psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan


yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Daryanto, 2010 : 2) Sedangkan menurut
Slamero (1988 : 2), Belajar merupakan suatu prsoses yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi individu dengan
lingkungannya.

Belajar bukan menghafal bukan pula mengingat (Nana Sudjana, 2011 : 28).
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri
seseorang yang ditunjukkan dalam bentuk seperti berubahnya pengetahuan,
pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan dan kemampuan,
dan aspek lain yang ada pada individu.

2.2 Teori-Teori Belajar


2.2.1 Teori Deskriptif dan Preskriptif
a. Pengertian Teori Deskriptif dan Perspektif

Untuk membedakan antara teori belajar dan teori pembelajaran bisa


diamati dari posisional teorinya, apakah berada pada tataran teori deskriptif
atau perspektif. Bruner (dalam Dageng 1989) mengemukakan bahwa teori
pembelajaran adalah perspektif dan teori belajar adalah deskriptif. Perspektif
karena tujuan utama teori pembelajaran adalah menetapkan metode
pembelajaran yang optimal, sedangkan teori belajar bersifat deskritif karena
tujuan utama teori belajar adalah menjelaskan proses belajar.
4

Teori belajar menaruh perhatian pada hubungan antara variabel-variabel


yang menentukan hasil belajar. Sedangkan teori pembelajaran sebaliknya
teori ini menaruh perhatian pada bagaimana seseorang mempengaruhi orang
lain agar terjadi proses belajar. Dengan kata lain teori pembelajaran berurusan
dengan upaya mengontrol variable yang dispesifikasikan dalam teori belajar
agar dapat memudahkan belajar.

Asri Budiningsih (2004) dalam buku Belajar dan Pembelajaran


menjelaskan bahwa upaya dari Bruner untuk membedakan antara teori belajar
yang deskriptif dan teori pembelajaran yang perspektif dikembangkan lebih
lanjut oleh Reigeluth. Teori dan prinsip-prinsip pembelajaran yang deskriptif
menempatkan variable kondisi dan metode pembelajaran sebagai givens dan
menempatkan hasil belajar sebagai varibael yang diamati. Dengan kata lain,
kondisi dan metode pembelajaran sebagai variable bebas dan hasil
pembelajaran sebagai variable tergantung.

Reigeluth (1983 dalam Degeng ,1990) mengemukakan bahwa teori


perspektif adalah goal oriented sedangkan teori deskriptif adalah goal free.
Maksudnya adalah bahwa teori pembelajaran perspektif dimaksudkan untuk
mencapai tujuan, sedangkan teori belajar deskriptif dimaksudkan untuk
memberikan hasil. Itulah sebabnya variable yang diamati dalam
mengembangkan teori belajar yang perspektif adalah metode yang optimal
untuk mencapai tujuan, sedangkan dalam pengembangan teori pembelajaran
deskriptif, variable yang diamati adalah hasil belajar sebagai akibat dari
interaksi antara metode dan kondisi.

Dengan kata lain teori pembelajaran mengungkapkan hubungan antara


kegiatan pembelajaran dengan proses psikologis dalam diri siswa, sedangkan
teori belajar mengungkapkan hubungan antara kegiatan siswa dengan proses
psikologis dalam diri siswa. Teori pembelajaran harus memasukkan variable
metode pembelajaran. Bila tidak, maka teori itu bukanlah teori pembelajaran.
Hal ini penting sebab banyak yang terjadi apa yang dianggap sebagai teori
pembelajaran yang sebenarnya adalah teori belajar. Teori pembelajaran selalu
5

menyebutkan metode pembelajaran sedangkan teori belajar sama sekali tidak


berurusan dengan metode pembelajaran.

b. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Deskriptif dan Prespektif


1. Kelebihan dan kekurangan teori belajar deskriptif

Kelebihannya yaitu lebih terkonsep sehingga siswa lebih memahami


materi yang akan disampaikan. Dan mendorong siswa untuk mencari
sumber pengetahuan sebanyak-banyaknya dalam mengerjakan suatu
tugas. Kekurangannya yaitu kurang memperhatikan sisi psikologis siswa
dalam mendalami suatu materi.

2. Kelebihan dan kekurangan teori belajar prespektif

Kelebihannya yaitu lebih sistematis sehingga memiliki arah dan tujuan


yang jelas. Banyak member motivasi agar terjadi proses belajardan
mengoptimalisasikan kerja otak secara maksimal. Kekurangannya yaitu
membutuhkan waktu cukup lama.

3. Teori Behavioristik

Belajar terjadi bila perubahan dalam bentuk tingkah laku dapat diamati.
Bila kebiasaan perilaku terbentuk karena pengaruh peristiwa- peristiwa
yang terjadi dilingkungan sekitar. Teori behavioristik berpandangan
bahwa belajar terjadi karena operant conditioning. Jika seseorang
menunjukkan perilaku belajar yang baik maka mendapatkan hadiah dan
kepuasan. Peserta didik yang telah mendapatkan hadiah sebagai
penguatan akan semakin meningkatkan kualitas perilaku mengajarnya.

a. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Behavioristik

1) Kelebihannya yaitu antara lain:

a) Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan
kondisi belajar.
6

b) Metode behavioristik ini sangat cocok untuk memperoleh


kemampuan yang menbutuhkan praktek dan pembiasaan yang
mengandung unsur-unsur seperti: kecepatan, spontanitas,
kelenturan, refleksi, daya tahan, dan sebagainya kelenturan,
refleksi, daya tahan, dan sebagainya.

c) Guru tidak banyak memberikan ceramah sehingga murid


dibiasakan belajar mandiri. Jika menemukan kesulitan baru
ditanyakan kepada guru yang bersangkutan.

d) Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih


membutuhkan dominansi peran orang dewasa , suka mengulangi
dan harus dibiasakan , suka meniru dan senang dengan bentuk-
bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.

e) Mampu membentuk suatu perilaku yang diinginkan


mendapatkan penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai
mendapat penghargaan negatif, yang didasari pada perilaku yang
tampak.

f) Dengan melalui pengulangan dan pelatihan yang continue dapat


mengoptimalkan bakat dan kecerdasan siswa yang sudah terbentuk
sebelumnya. Jika anak sudah mahir dalam satu bidang tertentu
maka akan lebih dapat dikuatkan lagi dengan pembiasaan dan
pengulangan yang kontinue tersebut dan lebih optimal.

g) Bahan pelajaran yang disusun secara hierarkis dari yang


sederhana sampai pada yang kompleks dengan tujuan pembelajaran
dibagi dalam bagian-bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian
suatu ketrampilan tertentu mampu menghasilkan sustu perilaku
yang konsisten terhadap bidang tertentu.

2) Kekurangannya yaitu antara lain:

a) Sebuah konsekuensi bagi guru, untuk menyusun bahan pelajaran


dalam bentuk yang sudah siap.
7

b) Tidak setiap mata pelajaran bisa menggunakan metode ini.

c) Penerapan teori behavioristik yang salah dalam suatu situasi


pembelajaran juga mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran
yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai
sentral, bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru
melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari murid.

d) Murid berperan sebagai pendengar dalam proses pembelajaran


dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara
belajar yang efektif.

e) Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh


behavioristik justru dianggap metode yang paling efektif untuk
menertibkan siswa.

f) Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari luar dan sangat


dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan guru.

g) Penerapan teori behavioristik yang salah dalam suatu kondisi


pembelajaran juga mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran
yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai
sentral bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah guru
melatih dan menetukan apa yang harus dipelajari murid sehingga
dapat menekan kreatifitas siswa. Murid hanya mendengarkan
dengan tertib penjelasan guru dan meghafalkan apa yang didengar
dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif sehingga inisiatif
siswa terhadap suatu permasalahan yang muncul secara temporer
tidak bisa diselesaiakn oleh siswa.

2.2.2 Aplikasi Teori Behavioristik dalam Kegiatan Pembelajaran

Aliran psikologi belajar yang sangat besar mempengaruhi arah


pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini
adalah aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya
8

perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan


model hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar
sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan
menggunakan metode pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan
semakin kuat bila diberikan reinforcement dan akan menghilang bila
dikenai hukuman.

Istilah-istilah seperti hubungan stimulus respon, individu atau


siswa pasif, perilaku sebagai hasil yang tampak, pembentukan perilaku
(shaping) dengan penataan kondisi secara ketat, reinforcement dan
hukuman, ini semua merupakan unsur-unsur yang sangat penting dalam
teori behavioristik. Teori ini hingga sekarang masih merajai praktek
pembelajaran di Indonesia. Hal ini tampak dengan jelas pada
penyelenggaraan pembelajaran dari tingkat yang paling dini, seperti
kelompok bermain, Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah
Menengah, bahkan sampai Perguruan Tinggi, pembentukan perilaku
dengan cara drill (pembiasaan) disertai dengan reinforcement atau
hukuman masih sering dilakukan.

Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran


tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi
pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang
tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behvioristik
memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak
berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar
adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan
pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau siswa.
Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yag
sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah,
sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan
oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Siswa diharapkan akan
memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan.
9

Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus
dipahami oleh murid (Degeng, 2006).

Demikian halnya dalam proses belajar mengajar, siswa dianggap


sebagai objek pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari
pendidik. Oleh karena itu, para pendidik mengembangkan kurikulum yang
terstruktur dengan menggunakan standart-standart tertentu dalam proses
pembelajaran yang harus dicapai oleh para siswa. Begitu juga dalam
proses evaluasi belajar siswa diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan
dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat unobservable kurang
dijangkau dalam proses evaluasi.

Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran


dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi siswa untuk
berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri.
Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam
menghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja
mesin atau robot. Akibatnya siswa kurang mampu untuk berkembang
sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka.

Karena teori behavioristik memandang bahwa sebagai pengetahuan


telah terstruktur rapi dan teratur, maka siswa atau orang yang belajar harus
dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu
secara ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam
belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan
disiplin. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan
pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum dan
keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk
perilaku yang pantas diberi hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan
dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Siswa atau peserta didik
adalah objek yang berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol
10

belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri siswa (Degeng,
2006).

Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada


penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas “mimetic”,
yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali

pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes.
Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada ketrampian yang
terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian ke
keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat,
sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku
wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi
buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan
pada hasil belajar.

Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara


terpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil
belajar menuntut jawaban yang benar. Maksudnya bila siswa menjawab
secara “benar” sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa
siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar dipandang
sebagi bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya
dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan
evaluasi pada kemampuan siswa secara individual.

2.2.3 Teori Kognitif

Teori ini memfokuskan perhatiannya kepada bagaimana dapat


mengembangakan fungsi kognitif individu agar mereka dapat belajar
dengan maksimal. Kognitif bagi teori ini merupakan faktor pertama dan
utama yang perlu dikembangakan oleh para guru, karena kemampuan
belajar peseta didik sangat dipengaruhi oleh sejauh mana fungsi kognitif
11

peserta didik dapat berkembang secara maksimal melalui sentuhan proses


pendidikan. pengetahuan kognitif perlu dikaji secara mendalam oleh para
calon guru dan para pendidik untuk menyukseskan proses pembelajaran
didalam kelas.

a. Kelebihan dan Kekurangan Teori Kognitif

Kelebihannya yaitu antara lain:

1) Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri.

2) Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah.

Kekurangannya yaitu antara lain:

1) Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan.

2) Sulit di praktikkan khususnya di tingkat lanjut.

3) Beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan


pemahamannya masih belum tuntas.

b. Penerapan Teori Kognitif

Hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu


aktivitas belajara yang berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi
persepsual, dan prosese intelektual. Kegiatan pembelajaran yang berpijak
pada teori belajar kognitif ini sudah banyak digunakan. Dalam
merumuskan tujuan pembelajaran, mengembangkan strategi dan tujuan
pembelajaran, tidak lagi mekanistik sebagaimana yang dilakukan dalam
pendekatan behavioristik. Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif
dalam proses belajar amat diperhitungkan, agara belajar lebih bermakana
bagi siswa.

Sedangkan kegiatan pembelajarannya mengikuti prinsip-prinsip sebagai


berikut:
12

1) Siswa bukan sebagai orang dewasa yang muda dalam proses


berpikirnya. Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui
tahap-tahap tertentu.

2) Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar
dengan baik, terutama jika menggunakan benda-benda kongkrit.

3) Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan,


karena hanya dengan mengaktifkan siswa maka proses asimilasi dan
akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.

4) Untuk menarik minat dan menigkatkan retensi belajar perlu


mengkaitkan pengalaman atau informasi beru dengan struktur kognitif
yang telah dimiliki si belajar.

5) Pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi pelajaran


disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana
ke kompleks.

6) Belajar memahami akan lebih bermakna dari pada belajar


menghafal. Agar makna, informasi baru harus disesuaikan dan
dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Tugas
guru adalah menunjukkan hubungan antara apa yang sedang dipelajari
dengan apa yang telah diketahui siswa.

7) Adanya perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatikan,


karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.
Perbedaan tersebut misalnya pada motivasi, persepsi, kemampuan
berpikir, pengetahuan awal dan sebagainya.

2.2.4 Teori Humanistik

Belajar dipandang sebagai fungsi keseluruhan pribadi. Teori ini


berpendapat belajar yang sebenarnya tidak dapat berlangsung bila tidak
ada keterlibatan intelektual maupun emosional peserta didik. Oleh karena
itu motivasi belajar harus bersumber dari dalam diri peserta didik sendiri.
13

(morris : 1982). Proses belajar menurut teori ini adalah orang belajar
karena ingin mengetahui dunianya. Individu memilih sesuatu untuk
dipelajari , mengusahakan proses pembelajaran dengan caranya sendiri,
dan menilainya sendiri tentang apakah proses belajarnya berhasil.

a. Kelebihan dan Kekurangan Teori Humanistik

Kelebihannya:

1) Bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap,


analisis terhadap fenomena sosial.

2) Siswa merasa senang, berinisiatif dalam belajar.

3) Guru menerima siswa apa adanya, memahami jalan pikiran siswa.

Kekurangan:

1) Bersifat individual.

2) Proses belajar tidak akan berhasil jika tidak ada motivasi dan
lingkungan yang mendukung.

3) Sulit diterapkan dalam konteks yang lebih praktis.

b. Aplikasi Teori Humanistik dalam Pembelajaran

Oleh M. Amir (Megister Administrasi – Kepengawasan,


Pascasarjana Universitas Negeri Medan). Teori belajar humanisme
memfokuskan pembelajarannya pada pembangunan kemampuan positif
siswa. Teori ini membantu masing-masing individu untuk mengenal diri
mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam
mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Peserta didik
menjadi pelaku dalam memaknai pengalaman belajarnya sendiri. Dengan
teori ini guru dapat mengetahui teknik yang dapat mengembangkan jiwa
anak didik dalam Pembelajaran.
14

Aplikasi teori belajar humanisme ini berusaha memahami prilaku


belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang
pengamatnya. Selain itu aliran humanisme lebih melihat pada sisi
perkembangan kepribadian manusia. Pendekatan ini melihat kejadian yaitu
bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang
positif. Kemampuan bertindak positif ini yang disebut sebagai potensi
manusia dan para pendidik yang beraliran humanisme biasanya
memfokuskan pembelajarannya pada pembangunan kemampuan positif
ini. Kemampuan positif disini erat kaitannya dengan pengembangan emosi
positif yang terdapat dalam domain afektif.

Emosi adalah karakteristik yang sangat kuat yang tampak dari para
pendidik beraliran humanisme. Menurut teori ini tujuan belajar adalah
untuk memanusiakan manusia, proses belajar di anggap berhasil jika anak
memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Penekanan dalam teori ini
adalah penyelidikan efek emosi dan hubungan interpersonal terhadap
terbentuknya prilaku belajar, yang melibatkan intelektual dan emosi
sehingga tujuan akhir belajarnya adalah mengembangkan kepribadian
peserta didik, nilai-nilai yang di anut, kemampuan sosial, dan konsep diri
yang berkaitan dengan pencapaian prestasi akademik. Dengan demikian
dapat dirumuskan, tujuan utama para pendidik dilihat dari teori belajar
humanisme adalah membantu anak untuk mengembangkan dirinya, yaitu
membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri
sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-
potensi yang ada dalam diri mereka. Bertitik tolak dari latar belakang itu,
maka focus pembahasan pada artikel ini adalah membahas bagaimana
aplikasi teori humanism itu di terapkan dalam proses pembelajaran.

Aplikasi teori humanisme lebih menonjolkan kebebasan setiap


individu siswa/i memahami materi pembelajaran untuk memperoleh
informasi/pengetahuan baru dengan caranya sendiri, selama proses
pembelajaran.dalam teori ini peserta didik berperan sebagai subjek didik,
peran guru dalam pembelajaran humanisme adalah fasilitator. Peserta
15

Didik Dalam pembelajaran yang humanis ditempatkan sebagai pusat


(central) dalam aktifitas belajar. Peserta didik menjadi pelaku dalam
memaknai pengalaman belajarnya sendiri. Dengan demikian , peserta
didik diharapkan mampu menemukan potensinya dan mengembangkan
potensi tersebut secara memaksimal. Peserta didik bebas berekspresi cara-
cara belajarnya sendiri. Peserta didik menjadi aktif dan tidak sekedar
menerima informasi yang disampaikan oleh guru.

Peran guru dalam pembelajaran humanisme adalah menjadi


fasilitator bagi para peserta didiknya dengan cara memberikan motivasi
dan memfasilitasi pengalaman belajar, dengan , menerapkan strategi
pembelajaran yang membuat peserta didik aktif, serta menyampaikan
materinya pembelajaran yang sistematis (Sadulloh; 2008).

Peran guru sebagai fasilitator adalah:

1) Memberi perhatian pada penciptaan suasana awal pembelajaran.

2) Menciptakan suasana kelas yang menyenangkan sehingga


meningkatkan peserta didik untuk mengikuti pembelajaran dengan cara
menerapakan metode pembalajaran yang bervariasi.

3) Mengatur peserta didik agar bisa berkomunikasi secara langsung secara


aktif dengan antar teman selama proses pembelajaran.

4) Mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar


yang palin luas dan mudah dimanfaatkan para peserta didik untuk
membantu mencapai tujuan mereka.

5) Menempatkan diri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat


dimanfaatkan peserta didik baik secara individu maupun kelompok (guru
dijadikan tempat untuk bertanya peserta didik tanpa peserta didik merasa
takut).
16

6) Menanggapi dengan baik ungkapan-ungkapan didalam kelompok kelas


dan menerima baik isi yang bersifat intelektual (tidak penuh dengan
kritikan sehingga memotifasi peserta didik untuk mengekspresikan diri).

7) Bersikap hangat dan berusaha memahami perasaan peserta didik (


berempati) dan meluruskan dianggap kurang relevan dengan cara yang
santun.

8) Dalam pembelajaran secara kelompok , dia mengambil prakarsa untuk


ikut serta dalam kelompok dan mencoba mengungkapkan perasaan serta
pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi
sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak
oleh peserta didik.

9) Sebagai seorang manusia yang tidak selalu sempurna , guru mau


mengenali, mengakui dan menerima keterbatasan-keterbatasan diri dengan
cara mau dan senang hati menerima pandangan yang lebih baik dari
peserta didik.
17

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada
diri seseorang yang ditunjukkan dalam bentuk seperti berubahnya pengetahuan,
pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan dan kemampuan,
dan aspek lain yang ada pada individu. Terdapat beberapa teori mengenai
pembelajaran seperti teori behavioristik, kognitif, dan humanistik.

Teori Behavioristik menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak


sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus
responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon
atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pembiasaan semata.
Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement dan akan
menghilang bila dikenai hukuman.

Teori ini memfokuskan perhatiannya kepada bagaimana dapat


mengembangakan fungsi kognitif individu agar mereka dapat belajar dengan
maksimal. Kognitif bagi teori ini merupakan faktor pertama dan utama yang perlu
dikembangakan oleh para guru, karena kemampuan belajar peseta didik sangat
dipengaruhi oleh sejauh mana fungsi kognitif peserta didik dapat berkembang
secara maksimal melalui sentuhan proses pendidikan. pengetahuan kognitif perlu
dikaji secara mendalam oleh para calon guru dan para pendidik untuk
menyukseskan proses pembelajaran didalam kelas.

Teori belajar humanisme memfokuskan pembelajarannya pada


pembangunan kemampuan positif siswa. Teori ini membantu masing-masing
individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan
membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dala m diri mereka.
Peserta didik menjadi pelaku dalam memaknai pengalaman belajarnya sendiri.
18

Dengan teori ini guru dapat mengetahui teknik yang dapat mengembangkan jiwa
anak didik dalam Pembelajaran.

3.2 Saran

Terdapat beberapa teori mengenai pembelajaran seperti teori behavioristik,


kognitif, dan humanistic. Namun, sayangnya dalam proses pembelajaran yang
dilakukan di negara kita terkadang tidak sesuai dan cenderung mengabaikan teori-
teori tersebut. Sehingga perlu adanya pembenahan dan pengawasan yang
memadai dari pihak pemerintah maupun masyarakat sekitar terkait penerapan
teori pembelajaran dalam proses pembelajaran saat ini.

Sebagai seorang pengajar perlu sekali mengetahui teori-teori belajar agar


pendidikan di Indonesia menjadi semakin lebih baik di masa sekarang dan yang
akan datang.
19

DAFTAR PUSTAKA

Ali imran (1996). Belajar dan Pembelajran. Jakarta: PT. Dunia Pustaka jaya.

Baharuddin, H dan Nurwahyuni, Esa. (2008). Teori Belajar dan Pembelajaran.


Yogyakarta: Az Ruzz Media.

Eveline Siregar dan Hartini Nara. (2007). Buku Ajar Teori Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: MKDK FIP UNJ.

Karwono & mularsih heni.2010. Belajar dan Pembelajaran derta Pemanfaatan


Garis Belajar. Jakarta: Cerdas Jaya.

Psikologi. (2011). Toeri Belajar dan Penerapannya. [Online]. Tersedia dalam:


http://psikology09b.blogspot.co.id/2011/03/teori-belajar-dan-penerapannya-
dalam.html/. [Diakses pada 21 Februari 2018].

Anda mungkin juga menyukai