Anda di halaman 1dari 15

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar balakang


Manusia pada dasarnya adalah makhluk budaya yang harus
membudayakan dirinya. Manusia sebagai makhluk budaya mampu melepaskan
diri dari ikatan dorongan nalurinya serta mampu menguasai alam sekitarnya
dengan alat pengetahuan yang dimilikinya. Hal ini berbeda dengan binatang
sebagai makhluk hidup yang sama-sama makhluk alamiah dengan manusia dia
tidak dapat melepaskan dari ikatan dorongan nalurinya dan terikat erat oleh alam
sekitarnya.
Manusia diciptakan Allah Swt. Berasal dari saripati tanah, lalu menjadi
nutfah, alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang paling
sempurna yang memiliki berbagai kemampuan. Oleh karena itu, manusia wajib
bersyukur atas karunia yang telah diberikan Allah Swt. Manusia menurut
pandangan al-Quran, al-Quran tidak menjelaskan asal-usul kejadian manusia
secara rinci. Dalam hal ini al-Quran hanya menjelaskan mengenai prinsip-
prinsipnya saja. Ayat-ayat mengenai hal tersebut terdapat dalam surat Nuh 17,
Ash-Shaffat 11, Al-Mukminuun 12-13, Ar-Rum 20, Ali Imran 59, As-Sajdah 7-9,
Al-Hijr 28, dan Al-Hajj 5.
Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal tanah dengan
mempergunakan bermacam-macam istilah, seperti : Turab, Thien, Shal-shal, dan
Sualalah. Hal ini dapat diartikan bahwa jasad manusia diciptakan Allah dari
bermacam-macam unsure kimiawi yang terdapat dari tanah. Adapun tahapan-
tahapan dalam proses selanjutnya, al-Quran tidak menjelaskan secara rinci.
Manusia yang sekarang ini, prosesnya dapat diamati meskipun secara bersusah
payah. Berdasarkan pengamatan yang mendalam dapat diketahui bahwa manusia
dilahirkan ibu dari rahimnya yang proses penciptaannya dimulai sejak pertemuan
antara permatozoa dengan ovum.
2

1.2 Perumusan Masalah


Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1.2.1 Ayat-ayat apa saja dalam Al-Quran yang menjelaskan tentang proses
kejadian manusia?
1.2.2 Bagaimanakah penghayatan ayat-ayat dalam Al-Quran yang
menjelaskan tentang asal-usul manusia?
1.2.3 Bagaimanakah hadist yang menjelaskan tentang kejadian dan asal usul
manusia?
1.2.4 Bagaimana Cara Menjauhi Larangan dan Menjalankan PerintahNya?

1.3 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.3.1 Mengetahui Ayat-ayat dalam Al-Quran yang menjelaskan tentang
proses kejadian manusia.
1.3.2 Mengetahui Ayat-ayat dalam Al-Quran yang menjelaskan tentang Asal-
usul Kejadian Manusia.
1.3.3 Mengetahui Hadist yang menjelaskan tentang kejadian dan asal usul
manusia.
1.3.4 Dapat Menjadi Hamba yang bertaqwa
3

BAB II
PEMBAHASAN

1. Asal-usul Manusia Menurut Islam

Kita sebagai umat yang mengakui dan meyakini rukun iman yang enam,
maka sudah sepantasnya kita mengakui bahwa Al Qur’an adalah satu-satunya
literatur yang paling benar dan bersifat global bagi ilmu pengetahuan.
"Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi
mereka yang bertaqwa (yaitu) mereka yang beriman kepada yang
ghaib..."(QS. Al Baqarah (2) :2-3)
Tahapan kejadian manusia :

a. Proses Kejadian Manusia Pertama (Adam)

Di dalam Al Qur’an dijelaskan bahwa Adam diciptakan oleh Allah


dari tanah yang kering kemudian dibentuk oleh Allah dengan bentuk
yang sebaik-baiknya. Setelah sempurna maka oleh Allah ditiupkan ruh
kepadanya maka dia menjadi hidup. Hal ini ditegaskan oleh Allah di
dalam firman-Nya :
"Yang membuat sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan
Yang memulai penciptaan manusia dari tanah". (QS. As Sajdah (32) : 7)
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari
tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk".
(QS. Al Hijr (15) : 26)
Disamping itu Allah juga menjelaskan secara rinci tentang
penciptaan manusia pertama itu dalah surat Al Hijr ayat 28 dan 29 . Di
dalam sebuah Hadits Rasulullah saw bersabda :
"Sesunguhnya manusia itu berasal dari Adam dan Adam itu
(diciptakan) dari tanah". (HR. Bukhari)

b. Proses Kejadian Manusia Kedua (Siti Hawa)


Pada dasarnya segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah di dunia ini
selalu dalam keadaan berpasang-pasangan. Demikian halnya dengan
manusia, Allah berkehendak menciptakan lawanjenisnya untuk dijadikan
kawan hidup (isteri). Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam salah sati
firman-Nya :
"Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan
semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri
4

mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui" (QS. Yaasiin (36) :
36)
Adapun proses kejadian manusia kedua ini oleh Allah dijelaskan di
dalam surat An Nisaa’ ayat 1 yaitu :
"Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah
menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah
menciptakan isterinya, dan daripada keduanya Allah
memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang sangat banyak..."
(QS. An Nisaa’ (4) : 1)
Di dalam salah satu Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan
Muslim dijelaskan :
"Maka sesungguhnya perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk
Adam" (HR. Bukhari-Muslim)
Apabila kita amati proses kejadian manusia kedua ini, maka secara
tak langsung hubungan manusia laki-laki dan perempuan melalui
perkawinan adalah usaha untuk menyatukan kembali tulang rusuk yang
telah dipisahkan dari tempat semula dalam bentuk yang lain. Dengan
perkawinan itu maka akan lahirlah keturunan yang akan meneruskan
generasinya.
c. Proses Kejadian Manusia Ketiga (semua keturunan Adam dan
Hawa)
Kejadian manusia ketiga adalah kejadian semua keturunan Adam
dan Hawa kecuali Nabi Isa a.s. Dalam proses ini disamping dapat ditinjau
menurut Al Qur’an dan Al Hadits dapat pula ditinjau secara medis.
Di dalam Al Qur’an proses kejadian manusia secara biologis
dejelaskan secara terperinci melalui firman-Nya :
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia itu dari suatu
saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air
mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air
mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.
Kamudian Kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha
Sucilah Allah , Pencipta Yang Paling Baik." (QS. Al Mu’minuun (23) :
12-14).
Kemudian dalam salah satu hadits Rasulullah SAW bersabda :
"Telah bersabda Rasulullah SAW dan dialah yang benar dan
dibenarkan. Sesungguhnya seorang diantara kamu dikumpulkannya
5

pembentukannya (kejadiannya) dalam rahim ibunya (embrio) selama


empat puluh hari. Kemudian selama itu pula (empat puluh hari)
dijadikan segumpal darah. Kemudian selama itu pula (empat puluh hari)
dijadikan sepotong daging. Kemudian diutuslah beberapa malaikat untuk
meniupkan ruh kepadanya (untuk menuliskan/menetapkan) empat
kalimat (macam) : rezekinya, ajal (umurnya), amalnya, dan buruk baik
(nasibnya)." (HR. Bukhari-Muslim)
Ungkapan ilmiah dari Al Qur’an dan Hadits 15 abad silam telah
menjadi bahan penelitian bagi para ahli biologi untuk memperdalam ilmu
tentang organ-organ jasad manusia. Selanjutnya yang dimaksud di dalam
Al Qur’an dengan "saripati berasal dari tanah" sebagai substansi dasar
kehidupan manusia adalah protein, sari-sari makanan yang kita makan
yang semua berasal dan hidup dari tanah. Yang kemudian melalui proses
metabolisme yang ada di dalam tubuh diantaranya menghasilkan hormon
(sperma), kemudian hasil dari pernikahan (hubungan seksual), maka
terjadilah pembauran antara sperma (lelaki) dan ovum (sel telur wanita)
di dalam rahim. Kemudian berproses hingga mewujudkan bentuk
manusia yang sempurna (seperti dijelaskan dalam ayat diatas).
Para ahli dari barat baru menemukan masalah pertumbuhan embrio
secara bertahap pada tahun 1940 dan baru dibuktikan pada tahun 1955,
tetapi dalam Al Qur’an dan Hadits yang diturunkan 15 abad lalu hal ini
sudah tercantum. Ini sangat mengagumkan bagi salah seorang embriolog
terkemuka dari Amerika yaitu Prof. Dr. Keith Moore, beliau mengatakan
: "Saya takjub pada keakuratan ilmiyah pernyataan Al Qur’an yang
diturunkan pada abad ke-7 M itu".
Selain itu beliau juga mengatakan, "Dari ungkapan Al Qur’an dan
hadits banyak mengilhami para scientist (ilmuwan) sekarang untuk
mengetahui perkembangan hidup manusia yang diawali dengan sel
tunggal (zygote) yang terbentuk ketika ovum (sel kelamin betina) dibuahi
oleh sperma (sel kelamin jantan). Kesemuanya itu belum diketahui oleh
Spalanzani sampai dengan eksperimennya pada abad ke-18, demikian
pula ide tentang perkembangan yang dihasilkan dari perencanaan genetik
dari kromosom zygote belum ditemukan sampai akhir abad ke-19. Tetapi
jauh sebelumnya Al Qur’an telah menegaskan dari nutfah Dia (Allah)
menciptakannya dan kemudian (hadits menjelaskan bahwa Allah)
menentukan sifat-sifat dan nasibnya."
Sebagai bukti yang konkrit di dalam penelitian ilmu genetika (janin)
bahwa selama embrio berada di dalam kandungan ada tiga selubung yang
menutupinya yaitu dinding abdomen (perut) ibu, dinding uterus (rahim),
dan lapisan tipis amichirionic (kegelapan di dalam perut, kegelapan
6

dalam rahim, dan kegelapan dalam selaput yang menutup/membungkus


anak dalam rahim). Hal ini ternyata sangat cocok dengan apa yang
dijelaskan oleh Allah di dalam Al Qur’an :
"...Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian
dalam tiga kegelapan (kegelapan dalam perut, kegelapan dalam rahim,
dan kegelapan dalam selaput yang menutup anak dalam rahim)..." (QS.
Az Zumar (39) : 6).
d. Proses kejadian Nabi Isa a.s
Seperti telah kita ketahui bersama, nabi Isa a.s diciptakan oleh Allah
dengan proses yang agak berbeda dengan kejadian manusia biasa.
Penciptaan nabi Isa ini tidak melalui pembauran antara sel telur (ovum)
dengan sel sperma, namun proses kehidupan embriyonya di dalam rahim
berjalan normal seperti biasa, yaitu kelahiran nabi Isa a.s dari seorang
wanita yang bernama Siti Maryam. Proses kejadian Nabi Isa a.s ini
secara lengkap dijelaskan oleh Allah di dalam Surat Maryam (19) ayat 16
s/d 40. Di dalam Al Qur’an Allah berfirman :
"Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah adalah seperti
penciptaan Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah
berfirman kepadanya : ‘Jadilah’ (seorang manusia) maka jadilah dia"
(QS. Al Imran (3) : 59)
Ayat ini memberi gambaran kepada manusia bahwa Allah Maha
Kuasa menciptakan segala sesuatu baik yang dapat diterima oleh akal
maupun tidak akibat dari keterbatasan akal manusia. Hal ini juga
dijelaskan oleh Allah di dalam firman-Nya :
"Jibril berkata : ‘Demikianlah’. Tuhanmu berfirman : ‘Hal itu
adalah mudah bagi-Ku; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda
bagi manusia dan sebagai ramat dari Kami; dan hal itu adalah suatu
perkara yang sudah diputuskan" (QS. Maryam (19) : 21)

2. Pengertian Taqwa

Pengertian Taqwa secara dasar adalah Menjalankan perintah, dan

menjauhi larangan. Kepada siapa? maka dilanjukan dengan kalimat Taqwallah

yaitu taqwa kepada Allah SWT. Kelihatan kata-kata tersebut ringan diucapkan

tapi kenyataan-nya banyak orang yang belum sanggup bahkan terkesan asal-

asalan dalam menerapkan arti kata Taqwa tersebut, lihat sekitar kita ada beberapa
7

orang yang tidak berpuasa dan terang-terangan makan di tempat umum, contoh

bagaimana lingkungan di sekitar kita atau mungkin diri saya pribadi masih belum

mampu mengemban amanah Taqwallah dengan sepenuhnya.

TAQWA = Terdiri dari 3 Huruf :

Ta = TAWADHU’ artinya sikap rendah dirii (hati), patuh, taat baik kepada aturan

Allah SWT, maupun kepada sesama muslim jangan

menyombongkan diri.

Qof = Qona’ah artinya Sikap menerima apa adanya (ikhlas), dalam semua aspek,

baik ketika mendapat rahmat atau ujian, barokah atau musibah,

kebahagiaan atau teguran dari Allah SWT, harus di syukuri

dengan hati yang lapang dada.

Wau = Wara’ artinya Sikap menjaga hati / diri (Introspeksi), ketika menemui hal

yang bersifat subhat (tidak jelas hukum-nya) atau yang bersifat

haram (yang dilarang) oleh Allah SWT. beberapa ulama

mendifinisikan dengan :

 Taqwa = dari kata = waqa-yaqi-wiqayah = memelihara yang artinya

memelihara iman agar terhindar dari hal-hal yang dibenci dan dilarang

oleh Allah SWT.

 Taqwa = Takut yang artinya takut akan murka da adzab allah SWT.

 Taqwa = Menghindar yang artinya menjauh dari segala keburukan dan

kejelekan dari sifat syetan.


8

 Taqwa = Sadar yang artinya menyadari bahwa diri kita makhluk ciptaan

Allah sehingga apapun bentuk perintah-nya harus di taati, dan jangan

sekali-kali menutup mata akan hal ini.

sebagaimana firman-Nya: “Hai Orang-orang beriman bertaqwalah kamu kepada

Allah, dengan sebenar-benar taqwa, dan janganlah kalian mati, melainkan dalam

keadaan beragama islam.” (Al-Imron) :

Allah SWT menegaskan di dalam al-Quran bahawa umat Islam adalah

generasi terbaik dan menjadi contoh kepada umat lain di bumi ini. Hakikat ini

dibuktikan generasi Rasulullah dan sahabat selepasnya janji Allah itu benar

apabila mereka benar-benar berpegang teguh pada ajaran Islam.

Allah SWT telah berfirman yang bermaksud: “Sesungguhnya orang yang

paling mulia diantara kalian disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa

diantara kalian. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mendengar.”

(Al-Hujurat:13)

“Sesungguhnya Kami telah berwasiat (memerintahkan) kepada orang-orang yang

diberi kitab sebelum kamu dan juga kepada kamu, bertaqwalah kepada Allah.”

(An Nisa: 131)

Taqwa juga adalah wasiat Rasulullah SAW kepada umatnya. Baginda

bersabda yang artinya: “Aku berwasiat kepada kamu semua supaya bertaqwa

kepada Allah, serta dengar dan patuh kepada pemimpin walaupun dia seorang

hamba Habsyi. Sesungguhnya sesiapa yang hidup selepas aku kelak, dia akan

melihat pelbagai perselisihan. Maka hendaklah kamu berpegang kepada

sunnahku dan sunnah para khalifah yang mendapat petunjuk selepasku.”

(Riwayat Ahmad, Abu Daud, Termizi dan Majah)


9

Sabda Baginda lagi, yang artinya: “Hendaklah kamu bertaqwa di mana saja kamu

berada. Ikutilah setiap kejahatan (yang kamu lakukan) dengan kebaikan, moga-

moga kebaikan itu akan menghapuskan kejahatan. Bergaullah dengan manusia

dengan akhlak yang baik.” (Riwayat At Termizi dan Ahmad).

Dalam suatu riwayat yang sahih disebutkan bahawa Umar bin Khattab r.a.

bertanya kepada sahabat Ubay bin Ka’ab r.a. tentang taqwa.

Ubay bertanya kembali, “Bukankah anda pernah melewati jalan yang penuh

duri?”

“Ya”, jawab Umar

“Apa yang anda lakukan saat itu?”

“Saya bersiap-siap dan berjalan dengan hati-hati.”

“Itulah taqwa.” kata Ubay bin Ka’ab r.a.

Berdasar dari jawaban Ubay atas pertanyaan Umar, Sayyid Quthub berkata dalam

tafsir Azh-Zhilal, “Itulah taqwa, kepekaan batin, kelembutan perasaan, rasa takut

terus menerus selalu waspada dan hati-hati jangan sampai sampai terkena duri

jalanan. Jalan kehidupan yang selalu ditaburi duri-duri godaan dan syahwat,

kerakusan dan angan-angan, kehawatiran dan keraguan. Ketakutan palsu dari

sesuatu yang tidak wajar untuk ditakuti dan masih banyak duri-duri yang lainnya.”

Dr. Abdullah Nashih Ulwan menyatakan dalam buku Ruhaniyatud Daiyah,

berkata “Taqwa lahir dari proses dari keimanan yang kukuh, keimanan yang

selalu dipupuk dengan muraqabatullah, merasa takut dengan azab Allah serta

berharap atas limpahan kurnia dan maghfirahnya.”

Sayyid Quthub juga berkata “Inilah bekal dan persiapan

perjalanan…bekal ketaqwaan yang selalu menggugah hati dan membuatnya


10

selalu terjaga, waspada, hati-hati serta selalu dalam konsentrasi penuh… Bekal

cahaya yang menerangi liku-liku perjalanan sepanjang mata memandang. Orang

yang bertaqwa tidak akan tertipu oleh bayangan sesuatu yang menghalangi

pandangannya yang jelas dan benar… Itulah bekal penghapus segala kesalahan,

bekal yang menjanjikan kedamaian dan ketenteraman, bekal yang membawa

harapan atas kurnia Allah; di saat bekal-bekal lain sudah sirna dan semua amal

tak lagi berguna…”

Taqwa diperoleh dari ibadah yang ikhlas dan lurus kepada Allah. Orang-

orang yang bertaqwa akan mendapatkan kemuliaan dari Allah. Firman Allah SWT

yang artinya: “Wahai seluruh manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan

kamu dari seorang lelaki dan seorang perempuan, dan Kami menjadikan kamu

berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya

yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah yang paling bertakwa.

Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (Al-Hujurat: 13).

Kemuliaan bukan terletak semata-mata dia lelaki atau perempuan,

kehebatan suku bangsa dan warna kulit, namun karena ketaqwaannya. Mereka

yang bertaqwa adalah orang yang senantiasa beribadah dengan rasa cinta, penuh

harap kepada Allah, takut kepada azab-Nya, ihsan dalam beribadah, khusyuk

dalam pelaksanaannya, penuh dengan doa. Allah swt. juga menyebutkan bekal

hidup manusia dan pakaian yang terbaik adalah taqwa.

Dr. Abdullah Nashih Ulwan menyebut ada 5 langkah yang dapat dilakukan

untuk mencapai taqwa, yakni :


11

1. Mu’ahadah Mu’ahadah

Berarti selalu mengingat perjanjian kepada Allah swt., bahwa dia akan

selalu beribadah kepada Allah swt. Seperti merenungkan sekurang-kurangnya 17

kali dalam sehari semalam dia membaca ayat surat Al Fatihah : 5 “Hanya kepada

Engkau kami menyembah dan hanya kepada Engkau kami mohon pertolongan.”

Dalam perjanjian itu, manusia mengakui Allah pencipta seluruh manusia

dan juga pentadbir mutlak alam semesta. Perjanjian itu kemudian dirakamkan

Allah melalui firman-Nya yang bermaksud: “Dan (ingatlah wahai Muhammad)

ketika Tuhanmu mengeluarkan zuriat anak-anak Adam (turun temurun) dari

(tulang) belakang manusia, dan Dia jadikan mereka saksi terhadap diri mereka

sendiri (sambil Dia bertanya dengan firman-Nya): Bukankah Aku Tuhan kamu?

Mereka semua menjawab: Benar, (Engkaulah Tuhan kami), kami menjadi saksi.

Yang demikian itu supaya kamu tidak berkata pada hari kiamat: Sesungguhnya

kami lalai (tidak diberi peringatan) tentang (hakikat tauhid) ini.” (Surah al-A’raf,

ayat 172)

2. Muraqabah Muraqabah

Berarti merasakan kebersamaan dengan Allah swt. dengan selalu

menyedari bahawa Allah swt. selalu bersama para makhluk-Nya dimana saja dan

pada waktu apa saja. Terdapat beberapa jenis muraqabah, pertamanya muraqabah

kepada Allah swt. dalam melaksanakan ketaatan dengan selalu ikhlas kepadaNya.

Kedua muraqabah dalam kemaksiatan adalah dengan taubat, penyesalan dan

meninggalkannya secara total. Ketiga, muraqabah dalam hal-hal yang mubah

adalah dengan menjaga adab-adab kepada Allah dan bersyukur atas segala
12

nikmatNya. Keempat muraqabah dalam mushibah adalah dengan redha. atas

ketentuan Allah serta memohon pertolonganNya dengan penuh kesabaran.

3. Muhasabah

Muhasabah sebagaimana yang ditegaskan dalam Al Quran surat Al Hasyr:

18, “Wahai orang-orang yang beriman! Takwalah kepada Allah dan hendaklah

merenungkan setiap diri, apalah yang telah diperbuatnya untuk hari esok. Dan

takwalah kepada Allah! Sesungguhnya Allah itu Maha Mengetahui apa jua pun

yang kamu kerjakan.”

Ini bermakna hendaklah seorang mukmin menghisab dirinya tatkala selesai

melakukan amal perbuatan, apakah tujuan amalnya untuk mendapatkan redha.

Allah? Atau apakah amalnya dicampuri sifat riya? Apakah ia sudah memenuhi

hak-hak Allah dan hak-hak manusia?

Umar bin Khattab r.a. berkata,”Hisablah diri kalian sebelum kalian

dihisab, timbanglah diri kalian sebelum kalian ditimbang, dan bersiap-siaplah

untuk pertunjukan yang agung (hari kiamat). Di hari itu kamu dihadapkan pada

pemeriksaan, tiada yang tersembunyi dari amal kalian barang sedikitpun.

4. Mu’aqabah Mu’aqabah

Ialah memberikan hukuman atau denda terhadap diri apabila melakukan

kesilapan ataupun kekurangan dalam amalan. Mu’aqabah ini lahir selepas Muslim

melakukan ciri ketiga iaitu muhasabah. Hukuman ini bukan bermaksud deraan

atau pukulan memudaratkan, sebaliknya bermaksud Muslim yang insaf dan

bertaubat berusaha menghapuskan kesilapan lalu dengan melakukan amalan lebih

utama meskipun dia berasa berat dalam Islam, orang yang paling bijaksana ialah

orang yang sentiasa bermuhasabah diri dan melaksanakan amalan soleh.


13

Disebutkan, Umar bin Khattab pergi ke kebunnya. Ketika pulang

didapatinya orang-orang sudah selesai melaksanakan solat Asar berjamaah. Maka

beliau berkata,”Aku pergi hanya untuk sebuah kebun, aku pulang orang-orang

sudah solat Asar. Kini kebunku aku kujadikan sedekah untuk orang-orang

miskin.” Suatu ketika Abu Thalhah sedang solat, di depannya lewat seekor burung

lalu ia melihatnya dan lalai dari solatnya sehingga lupa sudah berapa rakaat beliau

solat. Kerana kejadian tersebut beliau mensedekahkan kebunnya untuk

kepentingan orang miskin sebagai denda terhadap dirinya atas kelalaian dan

ketidakkhusyukannya.

5. Mujahadah

Makna mujahadah sebagaimana disebutkan dalam surat Al Ankabut ayat

69 adalah apabila seorang mukmin terseret dalam kemalasan, santai, cinta dunia

dan tidak lagi melaksanakan amal-amal sunnah serta ketaatan yang lainnya tepat

pada waktunya, maka ia harus memaksa dirinya melakukan amal-amal sunnah

lebih banyak dari sebelumnya. Dalam hal ini ia harus tegas, serius dan penuh

semangat sehingga pada akhirnya ketaatan merupakan kebiasaan yang mulia

baginya dan menjadi sikap yang melekat dalam dirinya.

Sebagai penutup, Allah SWT telah berfirman dalam Al-Quran yang

bermaksud: “Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah

dengan sebenar-benar taqwa, dan janganlah kamu mati melainkan di dalam

keadaan Islam”. (‘Ali Imran: 102)


14

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Di dalam Al Qur’an dijelaskan bahwa Adam diciptakan oleh Allah dari
tanah yang kering kemudian dibentuk oleh Allah dengan bentuk yang sebaik-
baiknya. Setelah sempurna maka oleh Allah ditiupkan ruh kepadanya maka dia
menjadi hidup.
Adapun tahap kejadian manusia yaitu;tahap kejadian
pertama(Adam);tahap kejadian kedua(Hawa);dan tahap kejadian ketiga(semua
keturunan Adam dan hawa)

3.2 Saran
Perlunya bagi kita umat Islam untuk mengetahui lebih dalam lagi
mengenai ayat-ayat al-Qur`an. Karena al-Qur`an sebagai pegangan hidup dan di
dalamnya telah tertera dengan jelas mengenai segala sesuatunya termasuk ayat Al-
Quran yang menyangkut tentang proses penciptaan/terbentuknya atau dengan kata
lain kejadian manusia. Tidak sepatutnya kita saling menyombongkan diri,
menyalahkan dan membenarkan diri atau takkabur terhadap sesama, karena
manusia hanyalah hamba yang lemah yang hanya diciptakan dari tanah serta tetes
air hina. Semua yang berkuasa dan yang patut sombong hanyalah Allah Azza
Wajallah. Maka dari itu mari kita saling menjaga dan intropeksi serta belajar
untuk menjadi manusia yang ideal dan manusia yang mempunyai insan iman dan
takqwa.
15

DAFTAR PUSTAKA

Kitab Majmu’ Arab Jawai

M.Zaky. 2005. Pendidikan Agama Islam. Bandung : PT Indah Jaya Adipratama

Nata, Abudin. 2010. Tafsir ayat-ayat Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo

Persada

Hamka . 1982. Tafsir Al-Azhar. Jakarta : PT Pustaka Panjimas

Hatta , Ahmad. 2009. Tafsir Quran Perkata. Jakarta : Maghfirah Pustaka

Basri, Hasan. 2009. Filsafat Pendidikan. Bandung.CV.Pustaka Setia


http://adisuryadi-pendidikan.blogspot.com/2011/06/makalah-asal-usul-
manusia.html
http://harlisa123.blogspot.com/2012/03/makalah-tafsir-tarbawi-tentang-
kejadian.html
http://adisuryadi-pendidikan.blogspot.com/2011/06/makalah-asal-usul-
manusia.html
http://cintailmuku1.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai