Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah merupakan perjalanan dari masa lalu, ke masa kini, dan melanjutkan
perjalanannya ke masa depan. Dalam perjalanan suatu sejarah selalu mengalami
pasang naik dan pasang surut yang berbeda-beda tidak terkecuali dengan peradaban
Islam. Peradaban Islam merupakan manifestasi kemajuan mekanis dan tekhnologis.
Dalam pengertian itulah peradaban Islam akan dibahas. Pembahasan ini akan lebih
menekankan pada peradaban Islam periode Makkah.

Pada periode Makkah ini keadaan bangsa Arab diketahui bahwa pada saat itu masih
menyembah berhala, berjudi, mabuk-mabukan, membunuh, dan masih banyak lagi
perbuatan-perbuatan yang tidak baik. Dalam kondisi inilah Islam pertama kali lahir di
Makkah untuk mengubah masyarakat Makkah yang mempunyai akhlak dengan ajaran
Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Untuk itu pembahasan lebih
mendalam akan dipaparkan dalam makalah ini.

Ketika Nabi Muhammad SAW lahir, Mekkah adalah sebuah kota yang sangat
penting dan terkenal diantara kota-kota di Negeri Arab, baik karena tradisinya
maupun karena letaknya. Dengan adanya ka’bah di tengah kota, Mekkah menjadi
pusat keagamaan Arab, dan masyarakat Arab ketika itu mencerminkan realitas
kesukuan masyarakat Arab.

Keadaan kaum Quraisy ketika itu sangatlah kacau, baik dari segi sosial,
kebudayaan, maupun kepercayaan. Segala bentuk kezaliman dan kemungkaran
merupakan kejadian sehari-hari. Riba, zina, minuman keras, dan berbagai perbuatan
mungkar lainnya adalah hal yang lazim bagi mereka. Dalam agama suku Quraisy
telah menyimpang jauh dari ajaran tauhid yang dibawa oleh Nabi Ibrahim, hanya
beberapa saja dari mereka yang masih bertahan untuk tidak menyembah patung
berhala.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Makkah Sebelum Islam
2. Bagaimana Perjuangan Nabi Muhammad Sebelum dan Sesudah Menerima
Wahyu
3. Bagaimana Perkembangan Makkah Setelah Masuknya Islam
4. Bagaimana awal kenabian dan dakwah Rasulullah di Mekkah
5. Apa saja hasil dakwah Rasulullah SAW ketika di Mekkah
6. Apa saja kendala dakwah Rasulullah SAW di Mekkah

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Makkah Sebelum Islam
2. Untuk mengetahui Perjuangan Nabi Muhammad Sebelum dan Sesudah
Menerima Wahyu
3. Untuk mengetahui Perkembangan Makkah Setelah Masuknya Islam
4. Untuk mengetahui awal kenabian dan dakwah Rasulullah di Mekkah.
5. Untuk mengetahui hasil dakwah Rasulullah SAW ketika di Mekkah.
6. Untuk mengetahui kendala dakwah Rasulullah SAW ketika di Mekkah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sekilas Makkah Sebelum Islam


Ketika Nabi Muhammad SAW lahir, Makkah adalah sebuah kota yang sangat
penting dan terkenal diantara kota-kota di Negeri Arab , baik karena tradisinya
maupun karena letaknya. Kota ini dilalui jalur perdagangan yang ramai
menghubungkan Yaman dan Syria. Dengan adanya Ka’bah ditengah kota, Makkah
menjadi pusat keagamaan Arab. Ka’bah adalah tempat mereka berziarah yang di situ
terdapat 360 berhala.
Bangsa Arab penduduk Gurun Pasir hampir tidak dikenal orang. Penduduk
bangsa Arab terdiri dari berbagai macam suku bangsa yang selalu berperang.
Peperangan itu ditimbulkan karena keinginan memelihara hidup, karena hanya siapa
yang kuat sajalah yang berhak memiliki tempat kekuasaan, adapun yang lemah hanya
berhak mati atau menjadi budak. Keistimewaan penduduk Gurun ialah mereka
mempunyai Nasab murni disebabkan tidak pernah dimasuki orang-orang asing,
bahasa mereka terpelihara, disebabkan juga karena tidak pernah tercampur oleh
bahasa asing.
Bila dilihat dari segi sosiologis Bangsa Arab mempunyai tingkat solidaritas dan
budaya yang tinggi yang dapat dilihat dari kehidupan mereka yang mempunyai
perasaan kesukuan yang tinggi karena sukuisme itulah yang akan melindungi
keluarga dan warga suatu suku. Hal ini disebabkan karena belum ada pemerintahan
atau suatu badan resmi yang dapat melindungi rakyat dari penganiayaan dan tindakan
sewenang-wenang.
Dalam kehidupan politik kota Makkah terdapat dua suku yang paling berkuasa
yaitu: Suku Jurhum, sebagai pemegang politik, dan Suku Ismail (keturunan Nabi
Ibrahim), sebagai pemegang kekuasaan atas Ka’bah. Kekuasaan politik kemudian
berpindah ke Suku Khuza’fah dan akhirnya ke Suku Quraisy dibawah pimpinan
Qushai. Suku terakhir inilah yang kemudian mengatur urusan politik dan urusan
yang berhubungan dengan Ka’bah.
Ada sepuluh jabatan tinggi yang dibagikan kepada kabilah asal Suku
Quraisy yaitu: Hijabah, penjaga kunci-kunci Ka’bah; Siqoyah, penjaga mata air zam-
zam; Diyat, kekuasaan hakim sipil dan kriminal; Sifarah, kuasa usaha Negara atau
duta; Liwa’, jabatan ketentraman; Rifadah, pengurus pajak; Nadwah, jabatan ketua
dewan ; Khaimmah, pengurus balai musyawarah; Hazimah, jabatan administrasi
keuangan; dan Azlam, penjaga panah peramal untuk mengetahui pendapat dewa-
dewa.
Dalam kehidupan ekonomi mereka menekuni bidang perniagaan. Adapun faktor
yang menolong Makkah dapat memegang peranan dalam perniagaan yaitu orang-

3
orang Yaman berpindah ke Makkah karena mereka mempunyai pengalaman yang
luas dalam bidang perniagaan. Penduduk Arab suka merantau untuk berniaga, sebagai
suatu usaha yang utama dan sumber yang terpenting bagi penghidupan.
B. Masa Awal Kenabian
Rasulullah Saw lebih mengutamakan hidup mengasingkan diri dan dan terbiasa
memprioritaskan waktu untuk beribadah, sehingga beliau selalu pergi menjauhkan
diri dari keramaian ke Gua Hira. Di sanalah beliau banyak meluangkan waktu untuk
bersemedi dan merenungkan keajaiban-keajaiban alam raya, serta memikirkan
kebangkitan, hisab, surga, dan neraka. Rasulullah selalu melakukan ini sampai
akhirnya turun wahyu, awal mula dari wahyu yang tampak adalah berupa mimpi yang
benar, beliau sesuatu dalam mimpinya itu melainkan hal itu bagai fajar terbit di waktu
subuh.
Peristiwa tersebut terus menerus terjadi pada Rasulullah Saw selam enam bulan
sampai usianya 40 tahun, maka sesudah itu barulah turun wahyu tepatnya pada
malam senin pada tanggal 17 ramadhan yang langsung disampaikan oleh Jibril, yaitu
Surah Al-‘Alaq ayat 1-5.
Setelah wahyu yang pertama itu datang, Jibril tidak muncul lagi untuk beberapa
lama, sementara Nabi Muhammad SAW menantikannya dan selalu datang ke Gua
Hira. Dalam keadaan menanti itulah turun wahyu yang kedua yang membawa
perintah kepadanya, yang berbunyi : “Hai orang-orang yang berselimut, bangun dan
berilah ingatan, hendaklah engkau besarkan Tuhanmu, dan bersihkanlah pakaianmu,
tinggalkanlah perbuatan dosa, dan janganlah engkau memberi dengan bermaksud
memperoleh balasan yang lebih banyak, dan untuk memenuhi perintah tuhanmu
maka bersabarlah”. (Q.S Al Mudastsir: 1-7)
Dengan turunnya perintah itu, mulailah Rasulullah berdakwah, pertama-tama
beliau melakukannya secara rahasia di lingkungan keluarga dan rekan-rekannya.
Orang yang pertama sekali menerima seruan nabi ialah istrinya yaitu Siti Khadijah,
kemudian saudara sepupunya Ali bin Abi Thalib, kemudian Abu Bakar, lalu Zaid bin
Harisah, dan Ummu Aiman.
Sangat lumrah jika Rasulullah SAW menempatkan islam pada awal mulanya
kepada orang yang paling dekat dengan beliau karena beliau sudah kenal baik dan
merekapun mengenal beliau dengan baik. Setelah itu banyak orang yang masuk
islam, baik laki-laki maupun perempuan, sehingga nama Islam menyebar di seluruh
Mekkah dan banyak yang membicarakannya, pada saat itu dakwah dilakukan secara
sembunyi-sembunyi dan perorangan.
Setelah tiga tahun dakwah dilakukan secara diam-diam dan perorangan,
selanjutnya Rasulullah SAW menerima wahyu yang mengharuskan beliau untuk
berdakwah secara terbuka, wahyu pertama yang turun dalam masalah ini adalah
firman Allah Swt: ”Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang dekat”.

4
(Q.S As Syu’ara: 214). Selanjutnya turunlah ayat : “Maka sampaikanlah olehmu
secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan kepadamu dan berpalinglah
dari orang-orang musyrik”. (Q.S Al Hijr: 94)
Setelah turunnya perintah tersebut, Rasulullah Saw bangkit dan menyerang
khurafat dan kebohongan syirik, menyebutkan kedudukan berhala dan hakikatnya
yang sama sekali tidak memiliki nilai, ketidakberdayaan berhala-berhala itu beliau
gambarkan dengan beberapa perumpamaan disertai dengan penjelasan-penjelasan
bahwa siapa yang menyembah berhala dan menjadikannya sebagai wisalah antara
dirinya dan Allah, berada dalam kesesatan yang nyata.
C. Berbagai Kendala Dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekkah
Orang-orang musyrik Mekkah terus berusaha untuk menghadang dakwah
Rasulullah SAW dengan berbagai cara, mereka memeras pikirannya untuk
menghentikan dakwah Rasulullah. Diantara beberapa tingkah laku mereka terhadap
kaum muslimin di Mekkah, ialah:
Ejekan, penghinaan olok-olok, dan penertawaan, mereka melemparkan berbagai
tuduhan yang lucu dan ejekan semenanya terhadap Nabi Saw, mereka menyebut
beliau sebagai orang gila/sinting.
Mengejek-ejek ajaran beliau, membangkitkan keragu-raguan terhadap ajaran nabi
dan diri Nabi SAW, mereka tiada henti melakukannya dan tidak memberi kesempatan
kepada setiap orang yang menelaah dakwah beliau.
Melawan Al-Qur’an dengan dongeng-dongeng orang terdahulu dan
menyibukkan manusia dengan dongeng-dongeng itu agar mereka meninggalkan Al-
Qur’an.
Menyodorkan beberapa bentuk penawaran, sehingga dengan penawaran itu mereka
berusaha untuk mempertemukan islam dengan Jahiliyyah dan di tengah jalanan.
Orang-orang musyrik menerapkan cara-cara tersebut sedikit demi sedikit untuk
menghentikan dakwah Nabi SAW sejak permulaan tahun keempat dari kenabian,
mereka tidak henti-hentinya mengganggu beliau, menyiksa orang-orang yang masuk
Islam, dan menghadangnya dengan berbagai siasat dan cara.
Adapun diantara orang-orang yang selalu menghadang dakwah Nabi dan
menyakiti orang yang masuk islam ialah Abu Lahab beserta istrinya, Abu Jahal,
‘Utbah bin Rabi’ah, Syaibah bin Rabi’ah, Al-Walidin bin Utbah, Umayyah bin
Khalaf, ‘Uqbah bin Abu Mu’ith, ‘Ubay bin Khalaf, Al-Akhlas bin Syariq At-Tsaqafi,
Ibnu Mush’ab bin ‘Umair, dan lain-lain. Seperti, apabila Abu Jahal mendengar
seseorang masuk islam, maka dia memperingatkan, menakut-nakuti, menjanjikan
sejumlah uang dan kedudukan jika orang tersebut dari golongan terpandang. Namun,
apabila orang tersebut adalah orang yang awam dan lemah maka dia akan
melancarkan pukulan dan siksaan yang kejam. Dan berbagai siksaan yang lain yang

5
menyakiti, bahkan ada dari kalangan orang yang baru masuk islam meninggal
setelahnya.
Gangguan dan siksaan-siksaan seperti ini membuat Nabi Muhammad SAW
prihatin dan khawatir. Namun, beliau tetap yakin dan tegar dalam berdakwah, karena
beliau memiliki kepribadian yang tidak ada duanya, berwibawa, dan dihormati setiap
orang. Disamping itu, beliau masih mendapat perlindungan dari Abu Thalib orang
yang paling disegani dan dihormati di Mekkah ketika itu.
D. Kemajuan Dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekkah

Rasulullah SAW berdakwah di Mekkah pada mulanya secara sembunyi-sembunyi


selama tiga tahun. Beliau memulai dakwahnya hanya kepada keluarga dan sahabat-
sahabat terdekat saja, baru setelah itu atas wahyu Allah beliau berdakwah secara
terang-terangan.
Sejarah membuktikan begitu banyak hasil dan kemajuan yang dicapai Rasulullah
ketika berdakwah di Mekkah, diantaranya yang paling terlihat adalah semakin
banyaknya orang masuk islam baik dari dalam maupun dari luar kota Mekkah.
Perkembangan besar juga terlihat setelah peristiwa Israa dan Mi’raj dimana sejumlah
penduduk Yastrib yang berhaji ke Mekkah dan masuk islam secara bergelombang.
Para Sejarawan islam juga mencatat beberapa kemajuan penting dalam dakwah
Rasulullah, diantaranya :
1. Dalam Bidang Akidah
Masyarakat Jahiliyyah ketika itu meyakini adanya banyak tuhan (politeisme).
Kemudian berkat perjuangan Rasulullah SAW, mereka mentauhidkan Allah dan
mengimani adanya Allah dzat yang Maha Esa.
2. Dalam Bidang Hukum
Sebelumnya bangsa Jahiliyyah sama sekali tidak mengenal hukum. Yang kuat
menindas yang lemah, maka dengan perjuangan Rasulullah, mereka menjadi
masyarakat yang taat dan patuh kepada hukum.
3. Dalam Bidang Akhlak (Moral)
Masyarakat Jahiliyyah pada saat itu adalah masyarakat yang biadab, masyarakat yang
sama sekali tidak menghormati kaum dhu’afa, gemar berjudi, minum khamar, dan
berzina. Namun, dengan berkat perjuangan Rasulullah SAW, mereka menjadi orang-
orang yang berakhlak. Dengan demikian, perubahan yang dilakukan oleh Rasulullah
ini sangat signifikan dan sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia.
E. Perjuangan Nabi Muhammad Sebelum dan Sesudah Menerima Wahyu
a. Sebelum Menerima Wahyu
Nabi Muhammad SAW adalah anggota Bani Hasyim yaitu suatu kabilah yang
kurang berkuasa dalam Suku Quraisy Nabi Muhammad dari keluarga yang relatif
miskin. Muhammad lahir dalam keadaan yatim, beliau diasuh oleh dua ibu asuhnya

6
yang bernama Suwaibah dan Halimatussa’diyah selama 4 tahun, kemudian diasuh
oleh ibu kandungnya selama 2 tahun.
Pergaulan Muhammad dengan penduduk Makkah tidak terputus, juga
partisipasinya dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Pada saat itu masyarakat
sedang sibuk karena banjir besar yang turun dari gunung, pernah menimpa dan
meretakkan dinding-dinding Ka’bah yang memang sudah rapuh dan perombakan
Ka’bah pun segera dilakukan. Sudut-sudut Ka’bah oleh Quraisy dibagi empat bagian,
tiap kabilah mendapat satu sudut yang harus dirombak dan dibangun kembali.

Setelah mereka berusaha membongkar batu hijau yang terdapat disitu tetapi tidak
berhasil, dibiarkannya batu itu sebagai pondasi bangunan itu setinggi orang berdiri
dan tiba saatnya meletakkan Hajar Aswad yang disucikan ditempatnya semula di
sudut timur, timbullah perselisihan dikalangan Quraisy siapa yang harus mendapat
kehormatan meletakkan batu itu.

Demikian memuncaknya perselisihan sehingga hampir saja timbul perang


saudara. Banu ‘Abduddar dan Banu Ádi bersepakat tak akan membiarkan kabilah
yang manapun campur tangan dalam kehormatan yang besar ini. Orang tertua
diantara mereka bersepakat bahwa orang yang pertama kali memasuki pintu Safa
berhak meletakkan Hajar Aswad. Tatkala mereka melihat Muhammad ternyata orang
yang pertama memasuki tempat itu, mereka berseru : “ Ini Al-Amin; kami dapat
menerima.” Kemudian kain dibawakan, dihamparkannya dan diambilnya batu itu lalu
diletakkannya dengan tangannya sendiri kemudian katanya : “Hendaknya setiap
ketua kabilah memegang ujung kain ini.” Dengan demikian perselisihan berakhir.[6]
Demikianlah salah satu peristiwa yang dapat mengetahui bahwa itu merupakan
perjuangan Muhammad dalam memyelesaikan perselisihan yang terjadi pada kaum
Quraisy sebelum Muhammad mendapat wahyu.

b. Sesudah Menerima Wahyu


Sudah menjadi kebiasaan masyarakat saat itu bahwa dalam setiap tahun mereka
menjauhkan diri dari keramaian orang, berkholwat dan mendekatkan diri kepada
Tuhan untuk mendapatkan petunjuk. Pengasingan semacam ini mereka
namakan Tahannuf atau Tahannus.
Nabi Muhammad melakukan pengasingan tersebut di Gua Hira’ sepanjang bulan
Ramadhan. Setelah beberapa hari termenung, sedikit demi sedikit ia sadar bahwa
masyarakat Makkah telah sesat dari jalan yang sesat dan hidup keruhanian mereka
telah rusak karena tunduk kepada berhala serta kepercayan sebelumnya. Tatkala ia
sedang dalam keadaan tidur dalam gua itu, datang malaikat membawa wahyu yang
pertama yaitu surat Al-‘Alaq 1-5 yang Artinya:
Setelah mendapatkan wahyu yang pertama beliau segera kembali ke rumahnya dan
memberitahukan berita ini kepada istrinya. Pada periode ini tiga tahun pertama

7
dakwah Islam dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Nabi Muhammad mulai
melaksanakan dakwah Islam dilingkungan keluarga, mula-mula istri beliau sendiri
yaitu Khotidjah, yang menerima dakwah beliau, kemudian Ali bin Abi Thalib, Abu
Bakar Ashidiq sahabat beliau, Zaid bin Tsabit bekas budak beliau. Disamping itu juga
banyak orang yang masuk Islam dengan perantaraan Abu bakar yang terkenal dengan
julukan Assabiqunql Awwalun (orang-orang yang lebih dahulu masuk Islam), mereka
adalah Utsman bin Affan , Zubair bin Awwan, Saat bin Abi Waqqas, Abdur Rohman
bin ‘Auf, Thalhah bin Úbaidillah, Abu Úbaidah bin Jarrah, dan Al Arqam bin Abil
Arqam.
Kemudian setelah dakwah secara sembunyi-sembunyi berjalan lancar turun surat Al-
hijr ayat 94 yang Aritnya :

“ Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang


diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.”
Namun dakwah yang dilakukan beliau tidak mudah karena mendapat tantangan dari
kaum kafir Quraisy. Hal tersebut timbul karena babarapa faktor, yaitu:

 Mereka tidak dapat mambedakan antara kenabian dan kekuasaan.


 Nabi Muhammad menyerukan persamaan hak antara bangsawan dan hamba
sahaya.
 Para pemimpin Quraisy tidak mau percaya serta tidak mau menerima ajaran
tentang kebangkitan kembali dan pembalasan di akhirat.
 Taqlid kepada nenek moyang adalah kebiasaan yang berurat akar pada bangsa
Arab.
 Pamahat dan penjual patung memandang Islam sebagai penghalang rizki.
1. Perkembangan Makkah Setelah Masuknya Islam
Perjuangan Nabi Muhammad mendapatkan titik terang yang menyebabkan
berkembangnya Islam di Makkah diantaranya dalam pendidikan taukhid. Pendidikan
taukhid merupakan perhatian utama Rasulullah ketika di Makkah. Pada saat itu
masyarakat jahiliyah sudah banyak yang menyimpang dari ajaran taukhid yang telah
dibawa oleh Nabi Ibrahim. Karena taukhid merupakan pondasi yang paling dasar,
maka harus ditata terlebih dahulu dengan kuat.

Pokok-pokok ajaran taukhid ini sebagai mana tercermin dalam surat Al-Fatikhah
yang pokok-pokoknya sebagai berikut:

 Bahwa Allah adalah pencipta alam semesta yang sebenarnya.


 Bahwa Allah telah memberikan nikmat, memberikan segala keperluan bagi
semua makhluknya dan khusus kepada ,manusia ditambah dengan petunjuk dan
bimbingan agar mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.

8
 Bahwa Allah adalah raja hari kemudian yang akan memperhitungkan segala
amal perbuatan manusia di dunia ini.
 Bahwa Allah adalah sesembahan yang sebenarnya dan yang satu-satunya.
Hanya kepada Allah segala bentuk pengabdian ditujukan.
 Bahwa Allah adalah penolong yang sebenarnya dan oleh karena itu hanya
kepadanya lah manusia meminta pertolongan.
 Bahwa Allah sebenarnya yang membimbing dan memberi petunjuk kepada
manusia dalam mengarungi kehidupan dunia yang penuh rintangan, tantangan
dan godaan.
Disamping mengajarkan taukhid Nabi juga mengajarkan Al Qur’an kepada
umatnya secara utuh dan sempurna menjadi milik umatnya yang selanjtnya akan
menjadi warisan secara turun temurun, dan menjadi pegangan dan pedoman hidup
bagi kaum muslimin sepanjang zaman.
Islam semakin berkembang setelah Umar bin khotob masuk Islam dan melindungi
Islam dari kaum Quraisy. Dengan masuknya Umar kedalam Islam membuat
kedudukan Quraisy menjadi lemah, perkembangan dakwah Nabi Muhammad pun
semakin bebas dan leluasa. Akan tetapi tetap saja kerasnya hati suku Quraisy di
Mekkah membuat Nabi memutuskan untuk hijrah.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Islam membawa perubahan di Makkah setelah Muhammad membawa ajaran-
ajaran Islam yang memperbaiki moral mereka dalam beragama. Pada periode Makkah
Muhammad berkonsentrasi terlebih dahulu untuk memperbaiki tauhid penduduk
Makkah yang pada saat itu masih menyembah berhala dan masih setia pada ajaran
nenek moyang mereka. Walaupun demikian usaha Muhammad menyebarkan Islam
tidak mudah dibandingkan ketika Muhammad menyebarkan Islam ke Madinah.

1. Sebelum masa kenabian, Rasulullah selalu menyendiri dan di Gua Hira. Setelah
menerima wahyu pertama barulah beliau mulai berdakwah secara diam-diam dan
setelah itu mulailah Rasulullah berdakwah secara terang-terangan di Mekkah.
2. Ada beberapa kemajuan yang dicapai Rasulullah ketika dakwah di Mekkah,
diantaranya adalah semakin bertambah banyak orang yang masuk islam,
memperbaiki dan meluruskan berbagai aspek kehidupan, membangun mesjid,
serta mempererat persaudaraan dan persatuan.
3. Berbagai rintangan dan masalah-masalah tak luput menghalangi dakwah
Rasulullah Saw, seperti ejekan, penghinaan, olo k-olok, penertawaan, penyiksaan,
berbagai ancaman dan penawaran, dll.

B. Saran

Kami menyadari makalah ini terbatas dan banyak kekurangan untuk dijadikan
landasan kajian ilmu, maka kepada para pembaca agar melihat referensi lain yang
terkait dengan pembahasan makalah ini demi relevansi kajian ilmu yang akurat. Maka
dari itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dari pembaca
sekalian, terima kasih.

10
DAFTAR PUSTAKA

Husain Haekal, Muhammad, Hayat Muhammad, Terj. Ali Audah, Jakarta: PT


Tintamas Indonesia, 1965
Munir Amin, Samsul, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Amzah, 2009
Syalabi, A., Sejarah dan Kebudayaan Islam 1, Jakarta: PT. Alhusna Zikra, 2000
Syukur, Fatah, Sejarah Peradaban Islam, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2009
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003

11

Anda mungkin juga menyukai