KELOMPOK I :
IMAM MULYADI
ADE ADRIANI SAHPUTRA
NURHADI
HASMI JANIARTI
VINA FEBRIANI NINGSIH
NADA MEIDANI AMZA
RINI HARMAYANI
UNIVERSITAS ABDURRAB
PEKANBARU
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
hidayah-Nya, penulis bisa menyelesaikan tugas mata kuliah sejarah dan peradaban islam
Mengenai sejarah peradaban islam sebelum ada nya nabi muhammad saw. Penulis juga
mengucapkan ribuan terima kasih kepada teman-teman yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini. makalah ini memberikan suatu penjelasan mengenai sejarah peradaban
islam sebelum adanya nabi Muhammad saw. Penulis juga menyadari bahwasanya ada
kekurangan pada penulisan makalah ini. Oleh sebab itu, saran dan kritik senantiasa diharapkan
demi perbaikan laporan ini. Penulis juga berharap semoga makalah ini mampu memberikan
sebuah suatau penjelasan mengenai sejarah peradaban islam sebelum adanya nabi Muhammad
saw
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana sejarah peradaban islam sebelum adanya nabi Muhammad saw ?
2. Bagaimana sistem kemasyarakatan pada saat sebelum adanya nabi Muhammad saw?
3. Bagaimana sosial budaya pada saat sejarah peradaban islam sebelum adanya nabi
Muhammad saw ?
4. Bagaimana sitem kepercayaan dan ketuhanan mereka sebelum adanya nabi Muhammad
saw ?
5. Apa saja hal positif dan negative pada saat sebelum ada nya nabi Muhammad saw ?
BAB II
PEMBAHASAN
Kondisi masyarakat Arab sebelum kedatangan Islam berada di masa jahiliah."Arti dari
kata jahiliah adalah kesombongan, kemarahan, dan ketidaktahuan. Penggunaan kata ini
kepada masa pra Islam menunjukkan pada era saat ketiganya sangat menonjol di
masyarakat," tulis respository mengutip bukku Fajr al-Islam yang ditulis Amin Ahmad.
Jahiliah juga berkaitan dengan kepercayaan sesat, peribadatan yang salah, kekuasaan yang
sewenang-wenang, dan ketidakadilan hukum. Kondisi ini menimbulkan rasa takut, khawatir,
dan kekacaauan yang tidak kunjung berakhir.
Kondisi masyarakat Arab sebelum kedatangan Islam ditulis Masudul Hasan dalam
History of Islam. Buku tersebut menceritakan, masyarakat Arab mengalami kemerosotan
moral. Minuman keras, judi, cabul, dan seks bebas adalah hal biasa.
"Kaum wanita diperlakukan seperti barang bergerak yang dapat dijual atau dibeli. Para
penyair mendendangkan
keburukan moral dengan penuh kebanggaan. Jika ada yang meninggal, maka anak mewarisi
ibu tiri dan barang lainnya," tulis buku tersebut.
Anak bahkan bisa menikahi ibu tiri mereka. Yang lebih parah, anak perempuan yang baru
lahir akan dicekik atau dikubur hidup-hidup. Selain itu, perbudakan adalah hal wajar dengan
majikan yang berkuasa penuh hingga hidup mati.
Dengan kondisi tersebut, mereka yang kaya hidup bergelimang harta sedangkan yang miskin
semakin kekurangan. Jurang pemisah antara masyarakat kaya dan miskin terasa makin dalam
dan jauh. Masyarakat kaya dapat mengeksploitas yang lebih miskin.
Moral dan perilaku masyarakat Arab yang buruk dan rusak inilah yang menjadikan mereka
disebut sebagai kaum Jahiliyyah.
Kondisi sosial politik Arab yang selalu diwarnai perebutan kekuasaan dan pengaruh
antara suku-suku Arab disamping interaksi menjadi semakin kompleks dengan adanya
persaingan dalam konteks keagamaan.
Masa sebelum datang nya nabi Muhammad disebut dengan masa kebodohan ,kegelapan ,
Dan tidak ada ilmu pengetahuan Peradaban Sebelum rasulullah, di negeri-negeri Jazirah
Arabia telah berdiri beberapa kerajaan. Menurut sifat dan bentuknya dapat dibagi menjadi
dua:
1. Kerajaan yang berdaulat, tetapi tunduk kepada kerajaan lain (mendapat otonaomi dalam
negeri). Contoh : kerajaan Makyan, kerajaan Saba, kerajaan Himyar dan lain-lain.
2. Kerajaan tidak berdaula, memiliki kemerdekaan penuh, disebut juga induk suku.
Bangsa Arab terdiri dari banyak suku. Seringkali terjadi penganiayaan yang dilakukan
seseorang dari satu suku terhadap orang dari suku yang lain. Dalam hal ini, akan menjadi
kewajiban suku yang anggotanya dianiaya untuk menuntut balas. Oleh karena itu, sering terjadi
peperangan antar suku. Bahkan, peperangan ini terkadang berlangsung hingga beberapa generasi
setelahnya, untuk memuliakan dan menghormati Ka’bah, muncul larangan berperang ataupun
melancarkan serangan pada beberapa bulan dalam setahun, yaitu bulan Zulqaidah, Zulhijjah,
Muharram, dan Rajab. Namun, bangsa Arab saat itu memperbolehkan peperangan dilaksanakan
pada bulan Muharram. Lalu sebagai gantinya, mereka menghentikan perang pada bulan Safar.
Tindakan ini dinamakan An-Nasi (pengunduran).
Berdasarkan tempat hidupnya, bangsa Arab saat itu dapat dibedakan menjadi penduduk
padang pasir dan penduduk negeri. Penduduk Arab padang pasir memiliki karakter pemberani.
Karena pennghidupan di padang pasir serba sulit, tidak seperti penghidupan di negeri-negeri,
penduduk padang pasir selalu menyerang penduduk negeri. Oleh karena itu, bangsa Arab padang
pasir dipandang sebagai orang yang beradab. Padang pasir dan bangsa Arab yang mendiami
wilayah itu menyebabkan daerah Jazirah Arab bagian dalam tidak dikenali oleh kaum pendatang
dan para penulis. Keadaan padang pasir itu juga menyebabkan penduduknya terhindar dari
penjajahan.
Kota Mekah merupakan tempat yang dipandang suci oleh seluruh bangsa Arab. Kota
Mekah sejak awal didirikan telah mengenal sistem pemerintahan. Beberapa suku pernah
memegang kekuasaan atas kota Mekah, yaitu suku Amaliqah (sebelum Nabi Ismail dilahirkan),
suku Jurhum, dan suku Khuza’ah (440 M). Suku Khuza’ah yang mengambil kekuasaan Mekah
dari suku Jurhum mendirikan Darun Nadwah, yaitu tempat untuk bermusyawarah bagi penduduk
Mekah di bawah pengawasan Qushai.
Beberapa tahun sebelum Nabi Muhammas dilahirkan, Negeri Habsyl berhasil
menaklukkan negeri Yaman. Gubernur yang pernah memerintah di Yaman atas nama raja
Habsyl bernama Abrahah. Abrahah memerhatikan cara bangsa Arab yang sangat memuliakan
negeri Mekah dan banyaknya pengunjung dari segala penjuru Arab yang datang ke sana untuk
mengerjakan ibadah haji. Abrahah berpikir untuk mendirikan bangunan yang lebih besar dari
Ka’bah dan menyerukan agar bangsa Arab mengunjunginya. Lalu, dia mendirikan sebuah gereja
besar di sana dan menganjurkan bangsa Arab untuk mengerjakan ibadah haji di sana. Namun,
bangsa Arab marah dan menolaknya.
Pada akhirnya, perabotan di dalam gereja itu dihancurkan oleh seseorang dari Bani Malik
Ibnu Kinanah.Abrahah yang mengetahui peristiwa itu bersumpah untuk menghancurkan Ka’bah.
Dia membawa sepasukan besar tentara bergajah Habsyl. Namun, Allah memberikan azab kepada
pasukan bergajah yang dipimpin oleh Abrahah dengan mengutus burung-burung yang melempari
pasukan bergajah dengan batu-batu, seperti yang diterangkan dalam QS. Al Fil. Peristiwa ini
disebut Tahun Gajah, tahun di mana Rasulullah lahir
B. Sistem Kemasyarakatan
Adapun beberapa suku yang tinggal di jazirah arab, yaitu :
1. Arab Ba’idah
Yaitu bangsa arab yang telah musnah yaitu, orang-orang arab yang telah lenyap jejaknya. Jejak
mereka tidak dapat diketahui kecuali hanya terdapat dalam catatan kitab-kitab suci. Arab Ba'idah
ini termaksud suku bangsa arab yang dulu pernah mendiami Mesopotamia akan tetapi, karena
serangan raja namrud dan kaum yang berkuasa di Babylonia, sampai Mesopotamia selatan pada
tahun 2000 SM suku bangsa ini berpencar dan berpisah ke berbagai daerah, di antara kabilah
mereka yang termaksud adalah: 'Aad, Tsamud, Ghasan, Jad.
2. Arab Aribah
Yaitu cikal bakal dari rumpun bangsa Arab yang ada sekarang ini.Mereka berasal dari keturunan
Qhattan yang menetap di tepian sungai Eufrat kemudian pindah ke Yaman. Suku bangsa arab
yang terkenal adalah: Kahlan dan Himyar. Kerajaan yang terkenal adalah kerajaan Saba' yang
berdiri abad ke-8 SM dan kerajaan Himyar berdiri abad ke-2 SM.
3. Arab Musta'ribah
Yaitu menjadi arab atau peranakan disebut demikian karena waktu Jurhum dari suku bangsa
Qathan mendiami Mekkah, mereka tinggal bersama nabi Ismail dan ibunya Siti Hajar. Nabi
Ismail yang bukan keturunan Arab, mengawini wanita suku Jurhum. Arab Musta'ribah sering
juga disebut Bani Ismail bin Ibrahim ismail Adnaniyyun.[5]
Bangsa Arab mempunyai akar panjang dalam sejarah, mereka termasuk ras atau rumpun
bangsa Caucasoid, dalam Subras Mediteranian yang anggotanya meliputi wilayah sekitar Laut
Tengah, Afrika Utara, Armenia, Arabiyah dan Irania. Bangsa arab hidup berpindah-pindah,
nomad, karena tanahnya terdiri atas gurun pasir yang kering dan sangat sedikit turun hujan.
Perpindahan mereka dari satu tempat ke tempat yang lainnya mengikuti tumbuhnya stepa
(padang rumput) yang tumbuh secara sporadic di tanah arab di sekitar oasis atau genangan air
setelah turun hujan. Bila dilihat dari asal-usul keturunan, penduduk jazirah arab dapat dibagi
menjadi dua golongan besar, yaitu: Qathaniyun (keturunan Qathan) dan ‘Adaniyun (keturuan
Ismail ibnu Ibrahim as)
Namun, jika dilihat dari segi territorial, penduduk jazirah arab terbagi atas dua bagian yaitu
penduduk kota (ahl al hadhara) dan penduduk pedalaman (ahl al badwi). Penduduk kota tinggal
dan menetap di kota-kota jazirah arab dengan mata pencaharian utama berdagang dan bercocok
tanam. Kaum al badwi adalah penduduk yang mendiami daerah pedalaman. Cara hidup mereka
adalah nomaden yaitu berpindah-pindah dari satu daerah kedaerah yang lain. Mereka tidak
mempunyai perkampungan yang tetap. Cara hidup nomaden ini sesuai dengan keadaan alam dari
jazirah arab. Jazirah ini sebagian besar terdiri dari padang pasir dan tanah pegunungan. Disana-
sini diselingi oleh oase. Oleh karena keadaan alam yang demikian itulah maka satu-satunya mata
pencaharian mereka adalah berternak.[6]
Jika dia hamil dan melahirkan, laki-laki yang pernah mendatanginya itu berkumpul lalu
mengundang ahli pelacak (Al-Qaafah), kemudian si ahli ini menentukan nasab si anak tersebut
kepada siapa yang mereka cocokkan ada kemiripannya dengan si anak itu. Dalam hal ini, laki-
laki yang ditunjuk tidak boleh menyangkal. Maka ketika Allah Ta'ala mengutus Nabi
Muhammad SAW, beliau menghapuskan semua pernikahan kaum Jahiliyah itu kecuali
pernikahan yang ada saat ini.
Dalam tradisi Arab Jahiliyah, antara laki-laki dan perempuan selalu berkumpul dan
diadakan di bawah tajamnya pedang dan tombak. Pemenang dalam perang antarsuku berhak
menyandera perempuan-perempuan suku yang kalah dan menghalalkannya. Anak-anak yang
ibunya mendapatkan perlakuan semacam ini akan mendapatkan kehinaan semasa hidupnya.
Kaum Jahiliyah juga terkenal dengan kehidupan dengan banyak istri (poligami) tanpa
batasan. Mereka mengawini dua bersaudara, mereka juga mengawini istri bapak-bapak mereka
apabila telah ditalak atau karena ditinggal mati oleh bapak mereka.
Perbuatan zina merata di semua lapisan masyarakat. Namun, ada sekelompok laki-laki dan
perempuan yang terbebas dari hal tersebut. Mereka adalah orang-orang yang memiliki jiwa besar
dan menolak keterjerumusan ke dalam kemaksiatan. Kondisi hina lebih banyak dialami para
budak perempuan.
Imam Abu Daud meriwayatkan dari 'Amru bin Syu'aib, dia berkata: seorang laki-laki
berdiri sembari berkata: "Wahai Rasulullah! Sesungguhnya si fulan adalah anakku dari hasil
perzinaanku dengan seorang budak wanita pada masa Jahiliyah. Rasulullah SAW kemudian
bersabda: "Tidak ada dakwaan dalam Islam (yang berkaitan dengan masa Jahiliyah). Urusan
yang terkait dengan masa Jahiliyah telah lenyap. Seorang anak adalah dari hasil ranjang
(dinasabkan kepada suami yang menikah sah), sedangkan kehinaan adalah hanya bagi wanita
pezina".Mengenai pergaulan masyarakat Arab Jahiliyah, hubungan seorang laki-laki dengan
saudaranya, anak-anak paman dan kerabatnya sangat kental dan kuat. Mereka hidup dan mati
demi fanatisme kesukuan. Semangat untuk bersatu begitu membudaya antar sesama suku.
Bahkan prinsip yang dipakai dalam sistem sosial adalah fanatisme rasial dan hubungan tali
rahim.
Mereka hidup di bawah semboyan: "Tolonglah saudaramu baik dia berbuat zhalim ataupun
dizhalimi". Mereka menerapkan semboyan ini sebagaimana adanya, tidak seperti arti yang telah
diralat oleh Islam yaitu menolong orang yang berbuat zhalim maksudnya mencegahnya
melakukan perbuatan itu.
Meskipun begitu, persaingan memperebutkan martabat dan kepemimpinan seringkali
menyebabkan perang antarsuku yang masih memiliki hubungan se-bapak. Seperti yang terjadi
antara suku Aus dan Khazraj, 'Abs dan Dzubyan, Bakr dan Taghlib, dan lain-lain.
Di lain pihak, hubungan yang terjadi antarsuku benar-benar berantakan. Kekuatan yang
mereka miliki digunakan untuk berjibaku dalam peperangan. Satu-satunya yang menolong
mereka adalah adanya bulan-bulan yang diharamkan berperang (Asyhurul Hurum) sehingga
mereka hidup damai dan mencari rezeki untuk kebutuhan sehari-hari.
Kesimpulannya, kondisi sosial masyarakat Arab Jahiliyah benar-benar rapuh dan jauh dari
akal sehat. Kebodohan mencapai puncaknya dan khurafat merajalela dimana-mana. Orang-Orang
hidup layaknya binatang ternak.
Wanita diperjualbelikan, bahkan terkadang diperlakukan seperti benda mati. Hubungan
antarumat sangat lemah, saling berperang menjadi tradisi mereka ketika ada yang mengancam
kekuasaan dan melukai kehormatan. Selain itu, kebiasaan masyarakat Arab Jahiliyah juga tak
lepas dari minum khamr, mabuk-mabukan dan perjudian.
Masyarakat Jahiliyah memang dikenal memiliki peradaban yang buruk, namun masih ada
akhlak mulia dan terpuji yang menjadi kelebihan mereka. Di antaranya, kemurahan hati,
kedermawanan, pantang menyerah, memenuhi janji, suka menolong orang lain.
Semua keterpurukan moral dan kelamnya peradaban Jahiliyah itu baru berubah setelah
Nabi Muhammad SAW diutus membawa risalah Islam. Perlahan namun pasti, berkat rahmat
Allah, Nabi Muhammad SAW dengan kelembutan dan kemuliaan akhlaknya mengubah
gelapnya peradaban menuju cahaya.
Kemusyrikan dihilangkan, perbudakan dihapuskan, perempuan dimuliakan, perzinaan dan
perjudian ditinggalkan. Bangsa Arab memasuki fase peradaban baru yang lebih bermartabat
dengan hadirnya Islam. Allahu A'lam.
Bangsa Arab memiliki kepercayaan yang sederhana. Seperti bangsa lain yang belum tinggi
kebudayaannya, mereka percaya bahwa kekuatan alam disekitarnya itu mempengaruhi
kehidupan mereka. Kekuatan-kekuatan alam itu mereka lihat dalam bentuk manusia yang
mempunyai kekuatan dan kekuasaan yang besar sekali dan yang mereka sebut jin. Lain dari itu
mereka percaya pula jiwa, jin itu bertempat tinggal di padang–padang pasir . Selain itu mereka
juga percaya kepada dewa-dewa (patung) . Perbedaan antara dewa dan jin ini tidak banyak
kelihatannya, hanya bahwa jin dapat berbuat jahat kepada manusia, sedang dewa berbuat baik
terhadap mereka.
Tiap suku menyembah dewanya sendiri-sendiri yang dianggapnya ada hubungan darah
dengan suku mereka, tetapi mereka juga kekuatan dewa suku lain. Perhubungan antara dewa dan
suku itu tidak sama, misalnya dengan perhubungan bangsa yahudi dengan tuhannya, yaitu penuh
khidmat antara perasaan makhluk dan khaliknya. Diantara dewa yang banyak itu mereka
mengenal 3 dewa (patung) yang terpenting yaitu :
1. Al manat, yang banyak disembah oleh kaum badawi dari suku Hudzail
2. Allat, dewi yang di taif disebut ar-Rabbag
3. Al-Uzza, yang maha kuasa[10]
Berhala atau patung yang pertama yang mereka sembah adalah : Hubal. Dan kemudian
mereka membuat patung-patung seperti Lata, Uzza, Manata dan lain-lain. Tidak semua orang
arab jahiliyah menyembah Watsaniyah ada beberapa kabilah yang menganut agama Yahudi dan
Masehi. Agama Yahudi dianut oleh bangsa Yahudi yang termaksud rumpun bangsa Samiah
(semid). Asal usul Yahudi berasal dari Yahuda salah seorang dari dua belas putra nabi Yakub.
Agama Yahudi sampai ke Jazirah Arab oleh bangsa Israel dari negeri Asyur. Mereka
diusir oleh kerajaan Romawi yang beragama Masehi dan bangsa Asyur ini berangsur-angsur
mendiami Yastrib (Madinah) dan sekitarnya dan mereka menyebarkan agama Yahudi
tersebut. [11]Agama Masehi yang berkembang adalah : Sekte Yaqubiah yang mengatakan bahwa
perbuatan dan iradat al–Masih adalah tabiat ketuhanan. Kaum Yaqubiah berkata bahwa
persatuan ketuhanan dengan kemanusiaan pada diri al-Masih ialah sebagaimana air dimasukan
ke dalam tuak, lalu menjadi jenis yang satu.
Agama-agama yang ada pada saat itu antara lain :
1. Yahudi
Agama ini dianut orang-orang Yahudi yang berimigrasi ke Jazirah Arab. Daerah Madinah,
Khaibar, Fadk, Wadi Al Qura dan Taima’ menjadi pusat penyebaran pemeluknya. Yaman juga
dimasuki ajaran ini, bahkan Raja Dzu Nuwas Al Himyari juga memeluknya. Bani Kinanah, Bani
Al Haarits bin Ka’ab dan Kindah juga menjadi wilayah berkembangnya agama Yahudi ini.
2. Nashara(Kristen).
Agama ini masuk ke kabilah-kabilah Ghasasinah dan Al Munadzirah. Ada beberapa gereja besar
yang terkenal. Misalnya, gereja Hindun Al Aqdam, Al Laj dan Haaroh Maryam. Demikian juga
masuk di selatan Jazirah Arab dan berdiri gereja di Dzufaar. Lainnya, ada yang di ‘And dan
Najran. Adapun di kalangan suku Quraisy yang menganut agama Nashrani adalah Bani Asad bin
Abdil Uzaa, Bani Imri-il Qais dari Tamim, Bani Taghlib dari kabilah Rabi’ah dan sebagian
kabilah Qudha’ah.
3. Majusiyah
Sebagian sekte Majusi masuk ke Jazirah Arab di Bani Tamim. Di antaranya, Zaraarah dan Haajib
bin Zaraarah. Demikian juga Al Aqra’ bin Haabis dan Abu Sud (kakek Waki’ bin Hisan)
termasuk yang menganut ajaran Majusi ini. Majusiyah juga masuk ke daerah Hajar di Bahrain.
4. Syirik(Paganisme).
Kepercayaan dengan menyembah patung berhala, bintang-bintang dan matahari yang oleh
mereka dijadikan sebagai sesembahan selain Allah. Penyembahan bintang-bintang juga muncul
di Jazirah Arab, khususnya di Haraan, Bahrain dan di Makkah, mayoritas Bani Lakhm, Khuza’ah
dan Quraisy. Sedangkan penyembahan matahari ada di negeri Yarnan.
5. Al-Hunafa’
Meskipun pada waktu hegemoni paganisme di masyarakat Arab sedemikian kuat, tetapi masih
ada beberapa orang yang dikenal sebagai Al Hanafiyun atau Al Hunafa’. Mereka tetap berada
dalam agama yang hanif, menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya serta menunggu
datangnya kenabian.
E. Pengembangan Ilmu Pengetahuan.
Sekalipun Jazirah Arabia, terutama Hijaz dan Najd, terpencil dari dunia luar, namun
mereka memiliki daya intelektual yang sangat cerdas. Bukti dari kecerdasan mereka dapat dilihat
pada pelbagai peninggalan mereka, baik dalam bidang politik, ekonomi, dan sosial.
Bukti kecerdasan akal mereka dalam ilmu pengetahuan dan seni bahasa, dapat
dikemukakan sebagai berikut:
1.Ilmu Astronomi
Bangsa Kaida (Babilon) adalah guru dunia dalam ilmu astronomi. Mereka telah menciptakan
ilmu astronomi dan membina asas-asasnya. Pada waktu tentara Persia menyerbu negeri
Babilon, sebagian besar dari mereka termasuk ahli ilmu astronomi mengungsi ke negeri-
negeri Arab. Dari merekalah orang mempelaji ilmu astronomi.
2.Ilmu meterologi. Mereka menguasai ilmu cuaca atau ilmu iklim (meterologi) yang dalam
istilah mereka waktu itu disebut al-anwa wa muhabburriyah atau istilah bahasa Arab modern
disebut adh-dhawahirul jauwiyah.
3.Ilmu Mitologi
Ilmu ini mempelajari beberapa kemungkinan peristiwa seperti perang, damai, dan lain-lain.
Yang didasarkan pada bintang-bintang. Seperti halnya orang-orang Arab purba, maka mereka
pun menuhankan bintang-bintang, matahari, dan bulan. Atas pemberitahuan dari Tuhannya
maka mereka mengetahui sesuatu.
4.Ilmu Tenung
Ilmu tenun ini juga berkembang pada masa itu, dan ilmu tersebut dibawa oleh bangsa
Kaldan(Babilon) ke tanah Arab kemudian ilmu tenun berkembang sangat luas di kalangan
mareka.
5.Ilmu Thib (kedokteran)
Ilmu tersebut berasal dari bangsa Kaldan. Mereka mengadakan percobaan penyembuhan
orang sakit dengan cara menempetkan orang sakit di tepi jalan kemudian mereka
menanyakan tentang obat kepada siapapun yang lewat jalan tersebut, dan mereka
mencatatnya.
Pada awalnya pengobatan dilakukan oleh tukang tenun, kemudian dukun hingga akhirnya
berkembang, ilmu kedokterna dari Babilon diambil oleh bangsa lain, termasuk oleh bangsa
Arab, sehingga ilmu tersebut menjadi berkembang di kalangan Arab.
F. Hal positif dan negative pada saat sebelum datang nya nabi Muhammad saw
Peta dunia sebelum Muhammad SAW diutus sebagai nabi dan rasul sangatlah kompleks.
Syekh Manna Khalil al-Qaththan, dalam kitabnya yang berjudul Tarikh Tasyri’ al-Islami
menceritakan bagaimana pada abad ke-6 Masehi.
Dunia dipimpin dua negara besar yang letaknya tidak jauh dari jazirah Arab. Dua negara
besar ini adalah Persia yang terletak di di sebelah Timur Laut Jazirah Arab dan Romawi
posisinya membentang di bagian Utara dan Barat Jazirah Arab.
"Yang masing-masing negara-negara besar tersebut memiliki peradaban yang mencakup ilmu
undang-undang dan ideologi yang mereka anut," kata Syekh Manna.
Di Persia, para Khasrau atau raja Persia silih berganti memimpin wilayah yang ada di sekeliling
mereka. Para raja itu membangun peradaban yang mereka namakan dengan peradaban Persia.
Negara paling akhir yang memegang tampuk kepemimpinan negara Persia sebelum datangnya
Islam adalah negara Sasaniyah.
"Kepemimpinan Sasaniyah bermula pada 226 M, dan berakhir pada 651 M di saat kaum
Muslimin menguasai mereka," katanya.
Syekh Manna mengatakan orang-orang Persia dikenal sebagai masyarakat yang suka
menyembah fenomena natural. Ajaran-ajaran Zoroaster atau orang yang dianggap sebagai nabi
oleh orang Persia berdiri atas dasar bahwa ada perbedaan dan perselisihan antara kekuatan-
kekuatan yang saling berseberangan seperti cahaya, kegelapan, kesuburan, kegersangan dan
seterusnya.
Menurut Zoroaster bahwa di dunia ini ada dua sumber atau tuhan. Pertama tuhan kebaikan dan
tuhan keburukan. Kedua tuhan tersebut selalu berada dalam lingkup perselisihan. Masing-masing
dari tuhan tersebut memiliki kemampuan yang berbeda dalam urusan penciptaan.
Sumber atau tuhan kebaikan adalah cahaya. Cahaya inilah yang menciptakan segala sesuatu yang
indah, baik dan bermanfaat, seperti penciptaan hewan yang bermanfaat dan burung-burung yang
indah. Sementara tuhan keburukan adalah kegelapan yang menciptakan segala keburukan yang
ada di dunia, seperti hewan yang buas, ular serangga, dan semisalnya pada ujungnya keselamatan
hanya akan diperoleh oleh tuhan kebaikan.
Zoroaster juga berpendapat bahwa manusia memiliki dua kehidupan, yaitu kehidupan
pertama di dunia dan kehidupan kedua setelah kematian. Manusia akan memetik hasil sesuai
amalan yang mereka kerjakan di dunia. Berdirinya hari kiamat semakin dekat ketika tuhan
kebaikan dapat menyalahkan tuhan keburukan.
Orang Persia menjadikan api sebagai simbol tuhan kebaikan. Mereka menghidupkannya di
setiap tempat ibadah mereka dan memberikan pembelaan terhadapnya agar lebih kuat dan
menang atas tuhan keburukan. Ajaran-ajaran Mani yang menyebar di manawiyah memiliki
kesamaan dengan ajaran ajaran Zoroaster. Meskipun di sana ada perbedaan tetapi hanya sedikit.
Namun, sekitar tahun 487 M muncul seorang yang bernama Mazdak di Persia. Dia menyerukan
dakwah kesyirikan model baru kepada manusia. Mazdak berpendapat sebagaimana pendapat
Zoroaster mengenai cahaya dan kegelapan.
Hanya saja ajaran-ajaran yang ia pegang adalah ajaran sosialisme. Oleh karena itu ia
berpandangan bahwa seluruh manusia dilahirkan dengan kondisi dan cara yang sama maka
seharusnya mereka hidup dalam kesetaraan terutama dalam urusan harta dan wanita.
"Syahrastani berkata mazdak melarang manusia melakukan penyimpangan saling membenci dan
peperangan ketika ia merasa bahwa harta dan wanita menjadi Sebab utama terjadinya
penyimpangan dan peperangan maka dia menjadikan wanita dan harta halal bagi siapa saja yang
menjadikan seluruh manusia bersekutu dalam menikmatinya sebagaimana mereka bersekutu
dalam menggunakan air makanan dan api," kata Syekh Manna.
Pada masa pemerintahan Sasaniyah, Persia memiliki undang-undang yang mengandung hukum
purusa seperti pernikahan, hukum kepemilikan, perbudakan, dan sebagian urusan urusan yang
bersifat umum.
pertama kejujuran. Dahulu orang-orang Arab enggan untuk berbohong. Dan sifat ini pula
yang melekat kepada Rasulullah SAW dan para sahabatnya Abu Bakar Ash shiddiq. Kedua,
murah hati. Masyarakat Arab terbiasa untuk menghormati tamu dengan penyambutan dan
makanan yang baik
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sifat Sebelum Islam, di negeri-negeri Jazirah Arabia telah berdiri beberapa kerajaan.
Menurut sifat dan bentuknya dapat dibagi menjadi dua:
1. Kerajaan yang berdaulat, tetapi tunduk kepada kerajaan lain (mendapat otonaomi dalam
negeri). Contoh : kerajaan Makyan, kerajaan Saba, kerajaan Himyar dan lain-lain.
2. Kerajaan tidak berdaula, memiliki kemerdekaan penuh, disebut juga induk suku.
Selain itu di Mekah terdapat Ka’bah yang menjadi pusat ibadah umat Islam. Namun,
sebelum Rasulullah ibadah para muslim sudah tidak murni lagi bahkan orang-orang sholih pun
sudah tercampur dengan kebit’ahan. Oleh karena itulah zaman ini disebut zaman jahiliyah.
Bangsa Arab terdiri dari banyak suku. Seringkali terjadi penganiayaan yang dilakukan
seseorang dari satu suku terhadap orang dari suku yang lain. Dalam hal ini, akan menjadi
kewajiban suku yang anggotanya dianiaya untuk menuntut balas.
Oleh karena itu, sering terjadi peperangan antarsuku. Bahkan, peperangan ini terkadang
berlangsung hingga beberapa generasi setelahnya, untuk memuliakan dan menghormati Ka’bah,
muncul larangan berperang ataupun melancarkan serangan pada beberapa bulan dalam setahun,
yaitu bulan Zulqaidah, Zulhijjah, Muharram, dan Rajab.
Namun, bangsa Arab saat itu memperbolehkan peperangan dilaksanakan pada bulan
Muharram. Lalu sebagai gantinya, mereka menghentikan perang pada bulan Safar. Tindakan ini
dinamakan An Nasi (pengunduran). Karena itulah peradaban Islam di Aarab tidak maju.
Daftar Pustaka
Ali Mufrodi, Islam di kawasan Kebudayaan Arab, Jakrta : Logos 1997.