Anda di halaman 1dari 10

Sejarah Peradaban Islam

“Kondisi Masyarakat Arab Pra Islam : Sistem Politik, Kemasyarakatan,


Kepercayaan Dan Kebudayaan”

Dosen Pengampu
Dr. Yosi Nova, S.Hum., MA.

Disusun Oleh
Ario Bimo Pangestu (2370233015)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM – YDI LUBUK SIKAPING


KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
T.A 2024 M/1445 H
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peradaban bangsa Arab pra-Islam, yang disebut periode Jahiliyah, adalah bukti
dari adanya sebuah kebudayaan Arab yang mendahului datangnya kebudayaan Islam.
Periode tersebut menyaksikan puncak sebuah peradaban tersendiri di kawasan antara
kedua imperium Byzantium dari Asia Kecil dan imperium Sasan dari Persia. Dengan
Al- Qur’an dan Nabi Muhammad sebagai dua faktor utama, dalam waktu yang relatif
singkat, Islam merubah cara masyarakat itu dari masyarakat yang biadab menjadi
beradab. Keberhasilan Islam di tengah masyarakat yang demikian “liar” tentu saja
membuat dunia tercengang. Bahkan, dua negara ada yang berkuasa ketika itu,
Bizantium dan Persia, tidak pernah mempertimbangkan untuk mengusai wilayah ini
karena kerasnya kehidupan dan penghuninya. Menarik untuk dicermati, kedatangan
Islam tidak merombak nilai-nilai yang dianut masyarakat secara keseluruhan.
Artinya, Islam tidak mengikis habis nilai-nilai kemuliaan dalam pandangan mereka
dan menggantinya dengan nilai-nilai yang sama sekali baru.
Kedermawanan yang sebelumnya diartikan dengan penghamburan harta kepada
fakir miskin, keberanian yang sebelumnya ditujukan untuk membela kehormatan diri
dan suku diganti dengan pembelaan kepada agama. Demikianlah masyarakat Arab
mengalami perubahan hidup yang besar. Dari masa jahiliah menuju masa Islam.
Makna kata jahiliah secara bahasa berarti kebodohan atau tidak tahu. Ini tidak berarti
penggunaan kata tersebut pada masa pra Islam menunjukkan orang yang hidup pada
masa itu adalah orang bodoh yang tidak memiliki pengetahuan sebagai lawan dari
orang yang pandai. Ahmad Amin menjelaskan bahwa arti dari kata jahiliah adalah
kesombongan, kemarahan, dan ketidaktahuan.
B. Rumusan Masalah
a. Kondisi Bangsa Arab
b. Kepercayaan Bangsa Arab Pra Islam
c. Kondisi Politik & Sosial Kemasyarakatan
d. Kebudayaan Arab Pra Islam

C. Tujuan
Dengan penulisan makalah ini penulis mengharapkan kepada pembaca dan diri
penulis sendiri agar sekiranya pasca makalah ini selesai dtulis kita dapat menimbang
Kembali kebudayaan yang telah menjadi kebiasaan kita saat ini. Penulis
mengharapkan agar kitab bisa menimbang dan mengkaji lebih dalam terkait dengan
sifat kita baik itu antar hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan alam,
dan manusia dengan tuhannya. Agar terjadinya Masyarakat adil Makmur yang di
ridhai Allah Subahanawataalla.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kondisi Bangsa Arab


Jika di teliti dan di pelajari secara komprehensif silsilah keturunan dan cikal
bakalnya, para sejarahwan membagi kaum – kaum bangsa Arab menjadi 3 bagian,
yaitu:
i. Arab Ba’idah : kaum – kaum Arab terdahulu yang sejarahnya tidak
bisa dilacak secara rinci dan komplit. Seperti kaum Ad, Tsamud, Thasm, Jadis, Imlaq.
ii. Arab Aribah : kaum – kaum arab yang berasal dari keturunan Ya’rub
Yasjub Bin Qahthan.
iii. Arab Musta’rabah : kaum Arab yang berasal dari keturunan Ismail.1

B. Kepercayaan Bangsa Arab Pra Islam


Pada masa Pra Islam mayoritas Masyarakat Arab mengikuti ajaran dakwah
Isma’il.AS, yaitu tatkala beliau menyeru kepada agama bapaknya Ibrahim.AS yang
Dimana intinya dalah menyembah hanya kepada Allah Subahanawata’alla. Waktu
bergulir sekian lama, hingga banyak di antara mereka yang melalaikan ajaran yang
pernah disampaikan kepada mereka. Sekalipun begitu masih ada sisa-sisa tauhid dan
beberpa syiar dari agama Ibrahim.AS, hingga muncul Amr Bin Luhay, pemimpin
bani Khuza’ah. Beliau dikenal suka berbuat bijak, mengeluarkan sedekah dan respect
terhadap urusan-urusan agama, sehingga Masyarakat pada waktu itu menggap beliau
adalah seorang ulama besar dan wali. Lalu dia mengadakan perjalanan ke tanah
Syam, disana beliau melihat penduduk Syam menyembah berhala dan menganggap
itu sebagai sesuatu yang baik dan benar. Sebab menurutnya Syam adalah tempat para
rasul dan kitab diturunkan. Maka beliau pulang ke Mekkkah dengan membawa Hubal
dan meletakannya di dalam Kabbah setelah itu mengajak penduduk Mekkah untuk
1
Syaikh Shafiyyurahman Al-Mubarakfuri, Sirah Nabawiyah, Hal. 2.
membuat Persekutuan terhadap Allah. Orang-orang Hijaz pun banyak yang mengikuti
kegiatan itu, karena penduduk Mekkah dianggap sebagai pengawas Ka’bah dan
penduduk tanah suci.2
Semua gambaran itu adalah agama syirik dan penyembahan terhadap berhala,
keyakinan terhadap khurafat. Begitulah agama mayoritas bangsa Arab saat itu.
Sementara sebelum itu sudah ada agama Yahudi, Masehi, Majusi, Shabi’ah yang
masuk ke dalam masyarkat Arab.

C. Kondisi Politik & Sosial Kemasyarakatan


Sementara itu, kondisi sosial politik pada masa pra-Islam dapat dikatakan tidak
terlalu berkembang, bahkan cenderung rendah. Dalam bidang sosial politik di
lingkungan masyarakat Arab pra-Islam telah terbentuk kabilah (clan) yang kemudian
dari beberapa kabilah terbentuk tribe atau suku. Dengan demikian, sebetulnya sejak
masa pra-Islam masyarakat Arab sudah memiliki keorganisasian dan identitas sosial
yang cukup jelas. Akan tetapi, disebabkan penekanan hubungan kesukuan yang
begitu kuat, setia dan solid, maka sering sekali terjadi peperangan antar-suku.3
Orang Arab pra-Islam mempunyai perhatian yang amat besar terhadap silsilah
dan peristiwa-peristiwa penting yang mempengaruhi politik kesukuan. Peristiwa masa
lalu itu disampaikan secara lisan antara lain dengan bersyair. Orang Arab juga dikenal
sangat menghargai dan bangga dengan nasab dan sistem kekeluargaannya, di
antaranya dengan menghafal pohon silsilah keluarga.4.
Pada masa Jahilliyah (Pra Islam) bangsa Arab tidak memiliki sistem atau
norma yang secara ketat mengatur wilayah kehidupan sosial baik antar individu
maupun kelompok (kabilah). Tidak ada hukuman bagi pelanggar hukum. Yang ia
terima hanya sebatas kebencian atau sikap acuh dari kelompoknya5.
2
Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahab, Mukhtashar Siratir Rasul Shalallahu Alaihi Wa Sallam,
Hal.12.
3
Ahmad Labib Majdi, HISTORIOGRAFI ARAB PRA – ISLAM, Institut Agama Islam Darusallam,
2019, Hal.2
4
Ibid, Hal. 4
5
Mardinal Tarigan, Ayu Lestari, Khaiyirah Rahmadhani, PRADABAN ARAB PRA ISLAM, VOL.
05,NO.04, Hal. 12828
D. Kebudayaan Arab Pra Islam
Kebudayaan Arab pada masa sebelum Islam adalah warisan yang di turunkan
oleh leluhurnya terdahulu. Dari generasi ke generasi, kebudayaan itu terus dikerjakan
turun temurun, yang kebanyakan dari kebudayaan-kebudayaan bangsa Arab adalah
yang dianggap tidak manusiawi. Terdapat beberapa alasan yang menyebabkan
mereka melakukanya, diantaranya karena mereka dalam keadaan jahiliah dan mereka
mengikuti kebiasaan dari orang-orang tua mereka. Sebab itulah bangsa Arab
melakukan hal-hal yang tidak manusiawi, tanpa pengetahuan mereka mengikuti
kebiasaan orang-orang terdahulu mereka yang tidak baik.6.
Bangsa arab adalah bangsa pecinta syair. Penyair-penyair mereka sangat
berpengaruh terhadap masyarakat. Mereka mempunyai pergelaran puisi yang
diselenggarakan di pasar-pasar seperti Ukaz dan Zulmajz. Puisi Jahiliyah (pra Islam)
tidak menggambarkan tentang konflik pribadi, melainkan nyanyian kemenangan suku
dan mengekspresikan etos keberanian, kemurahan hati, kehormatan dan keunggulan
keturunan. Kabilah-kabilah Arab meriwayatkan alayyam (hari-hari penting) yang
terdiri dari peperangan dan kemenangan, untuk tujuan membayangkan atau
membanggakan diri terhadap kabilah-kabilah lain, baik dalam bentuk syair maupun
prosa yang diselang-selingi syair. Syair inilah yang kemudian melestarikan
perpindahan dan mendiseminasikan berita tersebut.7

6
Abdul Ghofur, Mohamad Sefudin, Sakinah, SEJARAH KEBUDAYAAN ARAB PRA ISLAM, Hal. 2
7
Muzhiat, JURNAL AGAMA & BUDAYA : HISTORIOGRAFI ARAB PRA ISLAM, VOL.17,
NO.2,2019, Hal.133.
BAB III
OPINI PENULIS TERKAIT POLITIK PASCA ISLAM

Sebagaimana penulis memperhatikan dan mengkaji tentang Sejarah politik


Pasca islam.Disini dengan kapabilitas untuk menangkap suatu pengetahuan, penulis
ingin menyampaikan pemikiran penulis terkait dengan kecendrungan kemiripan
antara system politik pasca Islam dan Sistem ketatanegaraan yang berjenis sosialis
dan komunis. Hal ini dikuatkan oleh pendapat tjokro aminoto yang mengatakan
“Visinya islam itu sangat sosialis, untuk kesejahteraan Bersama, tidak ada dominasi
hegemoni, tidak ada orang elit dan orang awam, tidak ada penindasan”
Begitu pun dengan prinsip ketatanegaraan yang dibawa oleh sosialis komunis.
Dalam islam kita mengenal Jami’ Al-Tauhidí (Jami’ di ambil dari kata jami yang
berasal dari Bahasa Arab Jim-Mim-Ain yang memiliki arti mempertemukan atau
menyatukan.) yang dalam komunis di sebut Masyarakat Tanpa Kelas”. Komunis
menyebut musuh mereka sebagai “Kapitalisme” dan Islam memakai istilah
“Mengutuk Orang – Orang Yang Menumpuk – Numpuk Harta”.
Jika penulis lihat dari 2 contoh singkat di atas dan melihat contoh yang tidak
penulis paparkan di makalah, penulis berpendapat bahwasanya untuk mencapai
sebuah tujuan positif, dalam hal ini tujuan untuk terwujudnya Masyarakat adil
Makmur yang di ridhai Allah Subahanawataalla adlah dengan cara REVOLUSI.
Islam sendiri lahir dari revolusi yang menolak kejahillan, yang membumi
hanguskan perbuatan yang mencemarkan nama tuhan. Dan begitu juga perkataan Karl
Marx yang mengatakan “Bahwasanya Sejarah Suatu Negara Akan Berubah Atau
Tidak Tergantung Dengan Adanya Revolusi Atau Tidak.”
Maka jika Audience merasa kurang setuju dengan pemaparan penulis. Silahkan
keluarkan Antitesis audience terhadap Tesis penulis, sehinga dengan terjadinya
dinamika berfikir itu kita sebagai mahasiswa diharapkan untuk mampu
menghadirkan Sintetis atas permasalahan Ummat saat ini.
Maka atas dasar semangat revolusi inilah penulis ingin mengajak kawan kawan
semua untuk Open Minded terhadap ideologi yang di stigmakan kiri. Karena percaya
atau tidak, suka atau tidak suka system kapitalis yang kita anut sekarang hanya akan
membawa kita pada perpecahan dan kecendrungan untuk akrab dengan kehedonan.
Apakah kita akan biarkan para oligari oligarki ini mencemari pemikiran anak –
anak kita kelak?? Apakah kita akan membiarkan kemiskinan karena dimiskinkan ini
akan terus eksis di permukaan. Dan apakah kita hanya akan terbaring terbawa
kenikmatan dari layar android kita yang nota benenya itu adalah produk kapitalis
yang bertujuan untuk menciptakan kesadaran palsu. Apakah kita rela membiarkan
anak – anak kita mempunyai mental pekerja dari pada pemilik lapangan kerja.
Nasib bangsa ada di tangan kita. BANGKIT MELAWAN ATAU TUNDUK
TERTINDAS. HIDUP MAHASISWA, HIDUP RAKYAT INDONESIA.
BAB IV
PENUTUP

Dari pembahasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa bangsa Arab
adalah salah satu entitas yang berasal dari keturunan Qathan dan ‘Adnâniyûn. Mereka
berdomisili disekitar wilayah barat daya benua Asia atau yang biasa dikenal dengan
Semenanjung Arabia. Semenanjung Arabia sebagian besar terdiri dari gurun pasir dan
stepa (padang rumput luas di gurun pasir). Adanya berbagai perilaku menyimpang
terdapat pada masyarakat Arab sebelum datangnya Islam sebagaimana diisyaratkan
dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Ungkapan tersebut menggambarkan adanya kerusakan
sistem kehidupan ummat manusia, baik dalam bidang aqidah, ibadah, akhlaq yang
selanjutnya berpengaruh terhadap rusaknya sistem ekonomi, sosial, politik, budaya,
hukum, pendidikan, dan lain sebagainya. Walaupun adanya beberapa perilaku
menyimpang dari bangsa Arab, Namun ada sisi-sisi positif yang bisa diambil seperti
pemberani, etos dalam bekerja, kecerdasan dalam berpolitik sehingga membuat
bangsa Arab menjadi bangsa yang memiliki peradaban.
Penulis juga melihat keadaan arab sebelum islam datang juga sangat – sangat
jauh tertinggal di dalam bidang keintelektualannya, Dimana pada masa yang sama di
belahan bumi lainnya khususnya di Yunani dan Eropa sudah banyak bermunculan
para filsuf – filsuf besar seperti Socrates, Aristoteles dan Plato. Sementara di
semenajung Arab manusia saat itu masih berkutat dengan keparcaayn yang
menuhankan hawa nafsu. Maka dari itu penulis berpendapat bahwasannya Islam
bukan sekedar agama, terkhususny bagi bangsa Arab. Islam adalah penyelamat dan
Nabi Muhammad adaah sosok Revolusioner bagi penulis.

DAFTAR PUSTAKA
Tarigan Mardinal, Lestari Ayu Rahmadhani Khaiyiriah, 2023, JOURNAL

ON EDUCATION : PERADABAN ARAB PRA ISLAM, Deli Serdang, Universitas

Islam Negeri Sumatera Utara.

Ghofur Abdul, Saefudin Muhammad, Sakinah, 2020, SEJARAH

KEBUDAYAAN ARAB PRA ISLAM, Bekasi, Universitas Islam 45 Bekasi.

Muzhiat, 2019, JURNAL AGAMA & KEBUDAYAAN, VOL.17, NO.2,

Pekanbaru, Universitas Islam Riau.

Syaikh Al-Mubarakfuri Shafiyyurahman, 1997, SIRAH NABAWIYAH,

Jakarta Timur, Pustaka Al-Kautsar (Edisi Indonesia).

Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahab, 2012, MUKHTSASHAR

SIRARTIR RASUL SHALLAHU ALAIHIWASALLAM, Solo, Al-Qowam (Edisi

Indonesia).

Majdi Labib Ahmad, 2017, HISTORIOGRAFI ARAB PRA ISLAM,

Martapura, Institut Agama Islam Darusallam.

Anda mungkin juga menyukai