Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

TATA PEMERINTAHAN YANG DILAKSANAKAN OLEH SUKU-SUKU ARAB


PRA ISLAM

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah : Dirasah Islamiyah
Semester : 1 (Satu) C
Dosen Pengampu : Burdah Alamsar, M. Pd.

Disusun Oleh : Kelompok 3

1. Avip Alwi
2. Fahri Muhammad Ibrahim
3. Hananda Refita AB
4. Lilis Cahyani
5. M. Ikmal Khusaeri
6. Nurfaizah
7. Siti Nurafipah
8. Sunandi
9. Susan Fitriyani
10. Yeni Yulianti

PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL–ANDINA SUKABUMI

SUKABUMI

2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala Tuhan
seluruh alam yang maha rahman dan rahim karena atas berkat rahmat dan kasih sayang-Nya
makalah yang berjudul Tata Pemerintahan Yang Dilaksanakan Oleh Suku-suku Arab Pra
Islam dapat terselesaikan.

Dan terima kasih penulis sampaikan kepada dosen pengampuh mata kuliah Dirasah
Islamiyah, yang telah mengarahkan dan membimbing pembuatan makalah yang baik dan
benar

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, walaupun penulis telah berusaha menyajikan yang terbaik bagi pembaca. Oleh
karena itu, kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini dengan senang hati penulis
terima. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Aamiin.

Sukabumi, 6 September 2021

Penulis

i
DAFTAR

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………….……... i

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………….. ii

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang ………………………………………………………………………………. 1

2. Rumusan Masalah …………………………………………………………………………… 2

3. Tujuan Penulisan …………………………………………………………………………….. 2

BAB II PEMBAHASAN

1. Kondisi Sistematika Pemerintahan Suku-suku Arab Pra Islam……..……..….2


a. Pengertian Nuzulul Qru’an.………………………………………………………………...2

b. ProsesturunnyaAlQuran………………………………………………………………….2

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan…………………………………………………………………………………….11

2. Saran…………………………………………………………………………………………...11

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kedatangan islam dan pembawanya, Muhammad S.A.W di tengah masyarakat arab

sungguh merupakan suatu reformasi besar. Dalam suatu masyarakat yang cenderung

mengabaikan nilai- nilai kemanusiaan, islam dengan al-qur’an sebagai sumber utamanya

mampu merubahnya dalam waktu yang relatif singkat. Sebelum islam datang, masyarakat

arab merupakan komunitas yang mengabaikan atau mengingkari fitrah manusia.

Peperangan yang terjadi antara suku dan kabilah yang berlangsung selama puluhan tahun,

penguburan anak-anak perempuan hidup-hidup, penyembahan kepada berhala, serta

penindasan terhadap warga yang mempunyai status sosial rendah oleh para bangsawan

merupakan bagian dari hidup mereka. Seolah-olah itu semua merupakan pandangan hidup

mereka. Tidak itu saja, kegemaran mereka terhadap khamar, fanatisme kesukuan yang

tinggi, dan penempatan kaum perempuan pada derajat yang rendah adalah cara hidup

yang lazim dijumpai.

Kondisi masyarakat yang demikian tentunya tidak dapat dikatakan Sebagai

masyarakat ideal mengingat hal-hal tersebut tidak mencerminkan masyarakat yang

beradab. Di tengah kondisi masyarakat demikianlah islam datang. Dengan al-qur’an dan

Nabi Muhammad sebagai dua faktor utama, dalam waktu yang relatif singkat, islam

merubah cara masyarakat itu dari masyarakat yang biadab menjadi beradab. Keberhasilan

islam di tengah masyarakat yang demikian “liar” tentu saja membuat dunia tercengang.

Bahkan, dua negara ada yang berkuasa ketika itu, bizantium dan persia, tidak pernah

mempertimbangkan untuk mengusai wilayah ini karena kerasnya kehidupan dan

penghuninya. Menarik untuk dicermati, kedatangan islam tidak merombak nilai-nilai

1
yang dianut masyarakat secara keseluruhan. Artinya, islam tidak mengikis habis nilai-

nilai kemuliaan dalam pandangan mereka dan menggantinya dengan nilai-nilai yang sama

sekali baru. Tetapi islam mengakomodir nilai-nilai itu dan mengarahkannya kepada hal

yang sesuai dengan syariat. Nilai-nilai seperti kemuliaan, kedermawanan, dan keberanian

yang dianggap baik oleh bangsa Arab tetap dipertahankan dan diubah cara serta

tujuannya. Kedermawanan yang sebelumnya diartikan dengan penghamburan harta

kepada fakir miskin, keberanian yang sebelumnya ditujukan untuk membela kehormatan

diri dan suku diganti dengan pembelaan kepada agama. Demikianlah masyarakat Arab

mengalami perubahan hidup yang besar. Dari masa jahiliah menuju masa islam.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana kondisi sistematika pemerintahan suku arab ketika pra islam?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui sistematika pemerintahan suku arab ketika pra islam

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kondisi Sistematika Pemerintahan Suku-suku Arab Pra Islam


Secara internal, pada dasarnya kondisi politik di wilayah arab pra islam mengalami
perpecahan atau dikenal dengan istilah otonomi daerah. Hal ini dikarenakan mereka tidak
mengenal sistem kepemimpinan sentral yang mengatur segala urusan kepemerintahan
secara general.
Faktanya telah terbentuk sistem otonomi seperti kabilah (clan) yang berorientasi pada
terbentuknya suku – suku (tribe). Dengan demikian bisa dikatakan sejak masa jauh
sebelum islam datang, masyarakat arab telah memiliki keorganisasian dan identitas sosial
yang jelas. Namun, sifat rasial yang menjadi watak orang arab menjadikan masing-
masing suku saling bersaing dalam beberapa momen, dan sering kali terjadi peperangan
yang cukup sengit akibat rasa solidaritas dan fanatisme yang timbul dari masing – masing
internal suku.
Akibat dari peperangan dan fanatik antar suku juga menjadikan budaya dan peradaban
arab tidak begitu berkembang seperti wilayah – wilayah lain yang memiliki
kepemimpinan sentral, seperti romawi dan persia. Namun uniknya meski letak geografis
semenanjung arab yang berada diantara dua imperium besar yaitu romawi (bizantium)
dan persia, wilayah arab tetap berada pada posisi netral dan dapat dikatakan terbebas dari
pengaruh dua kerajaan. Contoh tentang gambaran politik arab pra oslam, yaitu suku
quraisy. Mereka adalah suku yang paling terpandang di mekah. Hal ini bisa dilihat dari
para pembesar suku quraisy yang banyak berperan dalam urusan kewilayahan mekkah,
seperti otoritas untuk memelihara ka’bah, yang saat itu menjadi monumen berharga oleh
masyarakat mekah.
Oleh karena itu, berbagai jabatan yang berkaitan dengan ka’bah seperti pemakaian
hijabah, rifadah, siyaqah, liwa’ dan qiyadah merupakan sebuah jabatan yang terpandang.
Tentunya merupakan suatu kehormatan jika suatu suku dapat mendelegasikan orang-
orangnya untuk berkontribusi dalam merawat ka’bah.
Kondisi politik di wilayah pra-islam erat kaitannya dengan pembahasan nasab.
Karena pada dasarnya terdapat tiga garis keturunan besar yang menjadi cikal bakal orang
arab. Yiatu: Ba’idah, ‘Aribah dan Musta’ribah.
Pertama adalah arab bai’dah, secara kronologis, arab ba’idah adalah kaum arab kuno
yang telah punah beserta data detail dari bagaimana kondisi sosialnya dan sistem

3
politiknya. Arab ba’idah memiliki beberapa kaum, di antanya kaum ‘Ad, Tsamud, Thasm,
Judais, Imlaq.
Kemudian garis keturunan yang kedua adalah arab ‘Aribah, mereka adalah kaum yang
berasal dari jalur keturunan Ya’rib bin Yasyjub bin al-Qahthan yang dalam term sejarah
dikenal dengan suku Qahthaniyyah.
Secara geografis, arab aribah tumbuh di wilayah yaman yang kemudian berkembang
menjadi beberapa kabilah dan marga. Terdapat dua kabilah besar arab Aribah/Qahthan
yang populer dalam berbagai literatur sejarah. Dua kabilah tersebut adalah Kahlan dan
Himyar.
Terakhir adalah kaum arab Musta’ribah yang merupakan keturunan dari nenek
moyang mereka yaitu Nabi Isma’il AS. Dalam term sejarah suku ini juga dikenal dengan
Arab Adnaniyyah.
Pada masyarakat arab pra islam sudah banyak ditemukan tata cara pengaturan dalam
aktivitas kehidupan sosial yang dapat dibagi pada beberapa sistem-sistem yang ada di
masyarakat, salah satunya adalah sistem politik atau pemerintahan arab pra islam. Ada
tiga kekuatan politik besar yang perlu dicatat yang memiliki hubungan dengan sistem
pemerintahan arab pra islam; yaitu kekaisaran nasrani byzantin, kekaisaran persia yang
memeluk agama zoroaster, serta Dinasti Himyar yang berkuasa di arab bagian selatan.
Setidaknya ada dua hal yang bisa dianggap turut mempengaruhi kondisi politik
jazirah arab, yaitu interaksi dunia arab dengan dua adi kuasa saat itu, yaitu kekaisaran
byzantin dan Persia serta persaingan antara yahudi, beragam sekte dalam agama nasrani
dan para pengikut zoroaster.
Tradisi kehidupan gurun yang keras serta perang antar suku yang acap kali terjadi ini
nantinya banyak berkaitan dalam penyebaran ide-ide Islami dalam al-qur’an, seperti
jihad, sabar, persaudaraan (ukhuwwah), persamaan, dan yang berkaitan dengan semua itu.
Masyarakat arab pra islam memiliki budaya patriarkhi yang kuat bahkan sampai
sekarang. Hal itu dikarenakan keadaan alam yang tidak menguntungkan bagi kaum
perempuan dalam menjalankan aktifitas sosialnya.
Masyarakat arab pra islam juga memiliki sifat-sifat yang baik selain sifat kasar dan
keras yaitu mereka bersifat sederhana, ramah tamah, solidaritas, pandai merenung,
dermawan dan pemberani, itulah sifat yang apabila sifat-sifat itu terkumpul dalam diri
seseorang mereka disebut Muru’ah (kumpulan sifat-sifat mulia yang terdapat dalam diri
masyarakat Arab).

4
Terkait dengan pemerintahan, jazirah arab, sebagai contoh kota mekah sudah
mengenal pembagian kekuasaan sejak zaman dahulu. Diantara suku-suku yang telah
memegang kekuasaan di mekah adalah suku-suku amaliqah, yaitu suku sebelum nabi
Ismail dilahirkan.
Kemudian datang pula ke Mekah suku-suku Jurhum dan mereka menetap di Mekah
bersama dengan suku amaliqah. Akan tetapi suku-suku Jurhum dapat mengalahkan suku-
suku amaliqah sehingga mereka harus terusir dari Mekah. Pada masa suku Jurhum
menjadi penguasa inilah Ismail datang ke Mekah.
Dan kemudian terjadilah pembagian kekuasaan antara Jurhum dan Ismail, yaitu
urusan-urusan politik dan peperangan dipegang oleh orang-orang Jurhum, sedangkan
Ismail mencurahkan tengahnya untuk berkhidmat kepada baitullah dan urusan-urusan
keagamaan.
Suku Quraisy baru berkuasa pada tahun 440 M setelah merebut kekuasaan dari
Khuza’ah (sebelum Khuza’ah telah merebut kekuasaan dari Jurhum) yang dipimpin oleh
Qushi, kemudian ia mendirikan Darun Nadwah (lembaga permusyawaratan).
Qushai juga telah menggabungkan kependetaan dan kepemimpinan negara dan
membedakannya menjadi beberapa fungsi, yang masing-masing diberikan kepada marga
quraisy. Adapun beberapa fungsi tersebut yaitu:
1. Hijabah, untuk pemeliharaan ka’bah dan penjaga kesuciannya.
2. Siqayah, penyediaan air segar untuk ibadah harian dan ziarah musiman.
3. Rifadah, penyediaan makanan bagi para peziarah.
4. Qiyadah, untuk mengatur dan memimpin semua peribadatan.
5. Liwa’, untuk membawa bendera dan dewa atau lambang lain bila AB III

5
BAB III
PENUTUP

a. Kesimpulan
Peradaban Arab sebelum datangnya agama islam kebanyakan menyembah berhala.
Terdapat sekitar 360 patung berhala yang disembah. Diantaranya yang terbesar adalah
Latta, Uzza dan Manat. Kepercayaan selain menyembah berhala adalah Zoroaster
(penyembah api), penyembah bintang dan langit, khususnya dianut bagian Arab Timur.
Penganut agama Yahudi juga ada, tetapi tidak banyak, sebab agama Yahudi adalah
khusus untuk ras Yahuda, dan ras lain menjadi masyarakat kelas kedua bila masuk agama
Yahudi. Lingkungan alam di mana suatu bangsa hidup serta berkembang mempunyai
pengaruh yang besar dalam pembentukan tabiat, adat istiadat, sosial, ekonomi dan budaya
suatu bangsa. Adapun keadaan mereka terdapat beberapa segi yang baik dan ada pula
yang buruk. Segi yang baik misalnya, setia kepada kawan dan setia kepada janji,
menghormati tamu dan tolong menolong antara anggota-anggota kabilah. Segi buruk
misalnya, merendahkan derajat wanita, suka bermusuhan lantaran masalah sepele.
Sebelum datangnya agama Islam masyarakat Arab tidak mengenal pemerintahan pusat.
Masing-masing mempunyai pemerintahan sendiri yang diketuai oleh seorang Syekh.
Disamping itu ada juga hakim yang bertugas untuk mengadili sesama kabilah apabila ada
perselisihan. Sesuai dengan tanah Arab yang sebagian besar terdiri dari padang sahara,
ekonomi mereka yang terpenting yaitu perdagangan. Masyarakat Quraisy berdagang
sepanjang tahun.
b. Saran
Demikianlah makalah ini penulis susun. Semoga apa yang telah penulis uraikan diatas
mengenai Tata Pemerintahan Yang Dilaksanakan Oleh Suku-Suku Arab Pra Islam dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Penulis menyarankan kita semua, agar dapat memahami materi-materi yang ada di
atas dengan benar agar kita semua bisa mengetahui sejarah suku arab pada masa pra
islam.

DAFTAR PUSTAKA

https://islami.co/sistem-politik-arab-pra-islam-fanatik-kesukuan-dan-tidak-ada-pemerintahan-
sentral/ , Diakses pada tanggal 6 Oktober 2021, Pukul 10:04

6
WIB.https://pecihitam.org/sistem-politik-atau-pemerintahan-arab-pra-islam/ , Diakses pada
tanggal 6 Oktober 2021, Pukul 13:11 WIB.

Anda mungkin juga menyukai