Anda di halaman 1dari 15

Sejarah Peradaban Islam

pada Masa Nabi Muhammad S.A.W.


Ditujukan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah PAI V
Yang diampu oleh: Enoh, Drs.,M.Ag.

Kelompok 2
Bagus Nugrahaning (10040017054)
Rika Nanda (10040017056)
Putri Tania (10040017057)
Edward Pratama (10040017058)

Kelas B

Fakultas Hukum
Universitas Islam Bandung
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Makalah ini adalah salah satu Penyusunan
berdasarkan hasil pemikiran dari pada kelompok penulis yang didapatkan dari berbagai
sumber. Makalah kelompok ini merujuk pada silabus PAI V.
Dengan tersusun makalah ini besar harapan kelompok penulis untuk dapat
menambah ilmu pengetahuan dan salah satu media pembelajaran bagaimana untuk
menyusun suatu tulisan dengan baik dan benar.
Untuk lebih sempurna tersusunnya makalah ini karena keterbatasan pengetahuan
dan pengalaman kelompok penulis, mohon sumbang saran dari pembaca atau kelompok
lainnya dan kritik yang membangun makalah ini, kelompok ini menyadari masih banyak
kekurangan dan kesalahan dalam penulisan makalah ini, Terima kasih.

Bandung, 16 Oktober 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ……………………….……………………………………………. 1
DAFTAR ISI ……………………….……………………………………………………… 2
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG …………………………….…………………………... 3
B. RUMUSAN MASALAH …………………………………………….………... 3
C. MAKSUD DAN TUJUAN …………………………………………………….3
D. MANFAAT PENULIS.AN …………………………………………………….3
BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………………..…….4
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN ……………………………………….……………………….. 13
B. SARAN ……………………………………………………………………...… 13

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Terdapat sebuah kaidah yang menyatakan bahwa menciptakan sesuatu dari ketidakadaan
adalah mustahil (al-jad min al- 'adam muhál). Nabi Muhammad Saw. menerima Alquran dari Allah
SWT. dan bersabda (yang kemudian diyakini sebagai sunah atau hadits) tidak hampa situasi
atau berada dalam dimensi ruang kosong. Ia berinteraksi dengan masyarakatnya. Sejumlah ayat
Alquran diturunkan berkenaan langsung dengan persoalan-persoalan yang hidup dan berkembang
pada waktu itu. Menurut antropolog dan sosiolog, peradaban adalah kebudayaan
(hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat) yang sudah tergolong maju atau telah mencapai taraf
perkenmbangan yang tinggi. Akan tetapi, para antropolog dan sosiolog tidak pernah
membicarakan alat ukur dalam menentukan kebudayaan. Mereka sepakat adanya dua kebudayaan:
tinggi dan rendah. Akan tetapi mereka tidak punya alat ukur yang disepakati yang
dapat digunakan untuk menentukan tinggi-rendahnya sebuah kebudayaan. Salah satu cara yang
dapat digunakan untuk melihat ketinggian sebuah kebudayaan adalah dengan melakukan
perbandingan. Oleh karena itu, sebelum kita berbicara mengenai peradaban Isalm pada zaman
Nabi Muhammad Saw., tidak akan utuh pemahaman kita mengenai peradaban pada fase itu tanpa
memperhatikan peradaban yang ada sebelumnya1.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana peradaban islam dijalankan pada masa Nabi Muhammad S.A.W.?

C. Maksud dan Tujuan


1. Mengetahui peradaban islam dijalankan pada masa Nabi Muhammad S.A.W.
2. Mempelajari peradaban islam dijalankan pada masa Nabi Muhammad S.A.W.
D. Manfaat Penulisan

Hasil pemaparan ini dapat menjadi landasan serta rujukan bagi mahasiswa Universitas
Islam Bandung maupun umum untuk mengetahui lebih dalam peradaban islam dijalankan pada
masa Nabi Muhammad S.A.W.

1
Jaih Mubarok,Sejarah Peradaban Islam (Sebuah Ringkasan) (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004) hlm 13

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Singkat Nabi Muhammad saw

Nabi Muhammad saw. Dilahirkan ditengah keluarga Bani Hasyim di Mekah pada hari
senin tanggal 12 Rabiul Awal bertepatan dengan tahun Gajah dan empat puluh tahun
atau bertepatan setelah kekuasaan Kisrah Anusyirwan tanggal 20 April 571 M. Nabi Muhammad
saw Lahir dari keturunan Quraisy. Quraisy adalah gelar yang diberikan kepada anak cucu Kinanah
yang berhasil mempertahankan Ka'bah dari serbuan keturunan Himyar dari Negeri Yaman. Beliau
mempunyai silsilah sebagaimana keluarga Arab yang terhormat lainnya. Nabi Muhammad saw.
Berasal dari keturunan Ibrahim Dan Ismail yang sampai pada Hasyim. Dari pihak ayah
Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib2.
Nabi Muhammad saw. Lahir dalam keadaan yatim karena ayahnya meninggal sebelum
beliau lahir. Muhammad saw. Kemudian diserahkan kepada ibu pengasuh Nabi yakni Halimah as-
Sa'diyah sampai usia empat tahun. Setelah dikembalikan kepada ibu kandungnya Siti Aminah, dua
tahun dalam asuhan ibunya meninggal dunia. Selanjutnya Nabi Muhammad saw. diasuh oleh
kakeknya Abdul Muthalib sekitar dua tahun sang kakek juga meninggal dunia. Selanjutnya di yang
bertanggung Jawab adalah pamannya Abu Thalib3.
Dalam asuhan pamannya inilah ia belajar memimpin karena mampu menjadi pengembala
kambing atau mampu mandiri dikarenakan kondisi ekonomi paman yang relative tidak
berkecukupan. Selain itu Nabi Muhammad saw. Sering ikut bersama pamannya untuk berdagang
ke Syam (Sirya). Melalui perdagangan inilah awal pertemuan dengan Khadijah yang akhirnya
menikah, pada Nabi Muhammad saw. berusia dua puluh lima tahun. Dari perkawinan dengan
Khadijah Nabi mempunyai kebahagian selain menjadikan sebagai isteri terkadang Khadijah
memberikan kasih sayang yang layaknya seorang ibu kandung, karena sifat Khadijah yang keibuan.
Khadijah juga memberikan motivasi yang tinggi kepada Nabi Muhammad saw. terutama pada saat
menerima wahyu sehingga menjadi pendamping yang sangat memahami kondisi psikologi4.

B. Kondisi Masyarakat Arab Menjelang datangnya Islam

Lahir di Arab, tepatnya di Mekah merupakan tempat yang tidak ramah lingkungan dan
memperlihatkan cara hidup yang keras dan Primitive. Masyarakat yang memiliki karakter keras
dan hobi berperang. Kondisi geografis yang tandus dan keras tidak ada penghidupan yang layak,
senantiasa masyarakat bingung untuk melakukan aktifitas yang cocok di gurun pasir. Inilah salah

2
Akhmad Saufi, Hasmi Fadillah. Sejarah Peradaban Islam. (Yogyakarta: Deepublish, 2015) Hlm 3
3
Ibid.
4
Ibid., hlm 4

4
satu penyebab sehingga mereka lebih senang angkat pedang dengan suku-suku lain di Arab.
Masyarakat Arab pada dasarnya bertauhid yang telah disiarkan oleh Nabi Ibrahim.
Masyarakat Arab merupakan masyarakat yang pernah mengalami masa kekosongan
seorang rasul, sehingga banyak diantara mereka melalaikan ajaran agama akibat dari keadaan
masyarakat yang beragam dan fanatisme kesukuan menyebabkan mereka menyembah berhala
yang lebih dikenal dengan istilah jahiliyah. Mereka jahiliyah di bidang akhlak dan tauhid tetapi
dibidang ekonomi mereka pintar berdagang ke berbagai Negara. Masyarakat Arab memiliki sistem
kesukuan sehingga kepala suku yang berperan penting dalam masyarakat Arab waktu itu. Selain
itu derajat kaum wanita sebelum islam datang sangat dilecehkan yang ditandai dengan banyak
wanita yang dibunuh karena dianggap aib bagi keluarga5.

C. Muhammad Saw. Sebagai Pemimpin Agama

Umat Islam sepakat bahwa Muhammad Saw. adalah utusan Allah (rasûl Allah) dan
membawa ajaran yang berasal dari Allah (Alquran) dan berasal dari dirinya (hadis atau sunah)
untuk disampaikan kepada seluruh manusia. Akan tetapi, Islam yang dikaji oleh non muslim
memberikan nuansa yang agak berbeda karena kajian mereka bukan atas dasar keyakinan dan
untuk mendalami dan mengamalkan ajaran Islam, tetapi Islam sebagai obyek kajian yang
diarahkan pada ajaran (sumber dan penafsiran) dan temuan-temuan (sekurang-kurangnya gagasan)
umat Islam6.
Dari segi keilmuan, pembahasan mengenai Muhammad Saw. Sebagai pemimpin agama
berarti kita dituntut untuk mengetahui definisi agama, unsur-unsur (arkân) agama, dan ajaranya.
Sebagai pelengkap, kita pun perlu mengetahui konsep kepemimpian, dengan pengetahuan itu, kita
dapat menetapkan posisi Muhammad Saw. sebagai pemimpin agama7.
Syariat diyakini berasal dari Allah yang difirmankan dan diterima oleh Nabi Muhammad
Saw. untuk diajarkan dan diamalkan oleh manusia. Ini adalah ajaran dasar Islam yang disebut
Alquran (kitab suci). Sebagian isi kitab suci Alquran tidak dapat dipahami dengan mudah oleh
umat Islam. Otoritas pertama dalam penafsiran Alquran dipegang oleh Nabi Muhammad Saw.
Penafsiran Nabi Muhammad Saw. terhadap Alquran disebut hadis. Setelah Nabi Saw. wafat,
Alquran dan hadis dipahami oleh ulama. Pemahaman ulama terhadap Alquran dan hadis disebut
pemikiran dalam berbagai bidang (kalam, fikih, dan tasauf). Pemimpin agama sering kali
disandarkan pada kyai, ustadz, ulama, mu alim, atau istilah lainnya. Definisi agama (a-din, al-milat,
dan al-madznab) menunjukkan-secara implisit bahwa dalam keyakinan umat Islam, Nabi
Muhammad Saw. bukan sekedar pemimpin agama. Akan tetapi, sabdanya merupakan agama. Ia
merupakan rujukan (marja) bagi masyarakat islam pada zamannya dan sesudahnya. Adakalanya
Nabi Muhammad Saw. menetapkan sesuatu yang tidak terdapat dalam Alquran, seperti praktek

5
Ibid.
6
Jaih Mubarok, op. cit hlm 16
7
Ibid.

5
Salat lima waktu, dan cara-cara shalat ditentukan oleh Nabi Muhammad Saw., karena cara-cara
shalat (termasuk cara-cara shalat berjamaah) tidak diatur oleh Allah SWT. dalam Alquran. Jadi,
kalau Nabi Muhammad Saw. dianggap sebagai pemimpin agama, bukan sekedar pemimpin pada
tingkat teknis (seperti memimpin shalat berjamaah), tetapi juga pemimpin yang bersifat ideologis
dan teologis (seperti Nabi Muhammad Saw. yang diyakini terjaga dari kekeliruan (ma 'shum)8.
Diakui dalam sejarah bahwa Nabi Muhammad Saw. Mempunyai pengaruh terhadap
masyarakat, terutama terhadap para pengikutnya. Dia berpengaruh di masyarakat karena memiliki
kelebihan-kelebihan sebagai dijelaskan dalam Asta Brata dan doktrin agama. Pertama, dalam
Alquran terdapat perintah agar kita taat kepada Allah dan rasul-Nya, Muhammad Saw; kedua, kita
diperintahkan untuk mencintai Allah dan rasul-Nya; ketiga, kita dilarang ingkar (maksiat) kepada
Allah dan rasul-Nya; ke- empat, Nabi Muhammad Saw. adalah teladan yang baik bagi umatnya
(uswat hasanah) dan kelima, Nabi Muhammad Saw. dipercaya oleh masyarakat pengikutnya9.
Menurut sejarawan Inggris, Arnold Toynbee-sebagai dikutif oleh Hans Kung (University
of Tubingen, Jerman Barat), ketokohan Nabi Muhammad Saw. harus diakui karena tiga hal:
pertama, masyarakat Arab abad ke-7 mendengar dan mengikuti seruan Muhammad Saw.; kedua,
dalam perbandingan dengan politeisme yang sangat duniawi dari agama-agama kesukuan Arab
lama, agama rakyat telah dinaikkan ke tingkat yang sepenuhnya baru, tingkat suatu agama tinggi
yang monoteistik; dan ketiga,orang-orang Islam menerima inspirasi, keberanian, dan kekuatan
Nabi Muhammad Saw. yang tak habis-habisnya untuk permulaan agama baru: sebuah permulaan
menuju kebenaran lebih besar dan pemahaman lebih dalam, menuju sebuah terobosan kebangkitan
kembali serta pembaharuan agama tradisional. Islam adalah pengilham besar bagi kehidupan.
Dengan demikian, Muhammad Saw. berkedudukan sebagai pemimpin berhala dengan menjadikan
Ka'bah sebagai pusat peribadatan. Dakwah Nabi di Mekah dilakukan melalui dua cara yaitu10 :
a. Dakwah secara sembunyi-sembunyi
Nabi Muhammad saw. sebagai rasul menerima wahyu di Gua Hira pada saat, pada saat itu
Dia sangat prihatin terhadap kesukaran-kesukaran yang menyebabkan Dia berusaha mencari
keheningan dan pertama kali di Mekah memisahkan diri dari pergaulan masyarakat dengan
berkontempolasi di Gua hira yang letahnya tidak jauh dari sebelah utara kota Mekah. Hal ini
menunjukkan bahwa sebelum pengangkatan sebagai nabi yang benar dan lurus, beliau memilih
Gua Hira sebagai tempat yang cocok untuk mewujudkan harapannya. Disana beliau bertafakur
sehingga pada tanggal 17 Ramadhan tahun 611 M, malaikat Jibril mendapat perintah dari Allah
swt Untuk menyampaikan wahyu pertama kepada Nabi Muhammad saw. sebagaimana
firman Allah dalam Q.S. Al-Alaq: 96/1-5. Setelah menerima wahyu pertama tersebut, Nabi
Muhammad saw telah terpilih menjadi seorang rasul. Wahyu pertama belum mengisyaratkan
sebagai perintah untuk menyampaikan seruan kepada suatu agama Setelah wahyu kedua turun
yang terdapat dalam Firmannya: Q.Sal-Mudatsir:74/1-7
Terjemahnya:

8
Ibid., hlm 21
9
Ibid., hlm 22
10
Ibid., hlm 27

6
“Wahai orang yang berkemul (berselimut) Bangunlah lalu berilah peringatan! Dan agungkanlah
Tuhanmu Dan bersihkanlah pakaianmu dan tinggalkanlah segala (perbuatan) yang keji. Dan
janganlah engkau (Muhammad) memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih
banyak. Dan karena Tuhanmu bersabarlah11.
Inti kehidupan Nabi Muhammad saw. setelah turunnya wahyu ke dua di Mekah adalah
melaksanakan tugas-tugas kerasulannya. Beliau melakukan interaksi dengan masyarakat Mekah
berdasarkan petunjuk-petunjuk wahyu dan tugas dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. Untuk
itulah beliau semakin memperkokoh kedudukannya sebagai Rasul yang harus berdakwah
mengajak umat manusia untuk menerima agama yang dibawahnya12.

b. Dakwah Secara Terang-terangan


Dakwah secara terang-terangan atau terbuka menyeru kepada memperkenalkan Isalm
secara terbuka kepada masyarakat umum setelah Allah swt. Menurunkan ayat dalam Firmannya
masyarakat umum. Nabí Muhammad Mes QS al-Hijr: 15/9
Terjemahnya:
“Maka sampaikanlah (Muhammad) secara terang-terangan segala apa diperintahkan (kepadamu)
dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik”13
Prioritas dakwah Nabi adalah sebagai berikut:

a. Mengajarkan ketauhidan
Pada Masyarakat Arab Jahiliyyah terdapat suatu kepercayaan berbagai tuhan
(Polypheisme), seperti penyembahan berhala, bintang, penyembahan jin, ruh, dan arwah nenek
moyang, dan ajaran yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Sementara itu, Islam datang dengan
membawa ajaran tauhid, penyembahan hanya kepada Allah yang Maha Esa, tak beranak dan tak
diperanakkan. Begitu juga yang berkaitan dengan kebudayaan. Kebudayaan penyembahan bulan
dan Arab pra Islam sangat dipengaruhi oleh mitologi dan ajaran-ajaran sesat lainnya, sedang Islam
membawa peradaban atau kebudayaan baru petunjuk Allah dan Alquran Nabi Muhammad saw
mendapat tugas mengajak masyarakat Mekkah untuk menyembah Allah saw, Tuban yang Maha
Esa. Ajakan Nabi Muhammad saw bertentangan masyarakat masyarakat Mekkah yang
menyembah berdasarkan dengan kondisi dan Kebiasaan berhala14.

b. Menegaskan hari kiamat sebagai hari pembalasan


Masyarakat Arab pra Islam tidak percaya kepada hari kebangkitan, hari pembalasan,
sampai ada diantara mereka bertanya-tanya, mana mungkin tulang berulang yang sudah hancur
dapat dibangkitkan dan dihidupkan kembali padahal Islam mengajarkan dan memperingatkan

11
Akhmad Saufi, Hasmi Fadillah, op. cit hlm 5
12
Ibid., hlm 6
13
Ibid., hlm 8
14
Ibid., hlm 11

7
kepada manusia bahwa di dunia ini hanya sementara dan tempat yang abadi adalah akhirat15.

c. Merubah prilaku jahiliyah.


Dalam tatanan kehidupan social masyarakat Arab pra Islam terdapat pada suatu tradisi
yang melanggar etika (akhlak) dan hak asasi manusia: seperti perjudian, minum-minuman keras,
perampok, perzinahan, dan perbuatan yang melangar hukum dan tantanan social
masyarakat. Sementara Islam selalu mengajarkan perbuatan terpuji, seperti menolong sesama
manusia, melarang fitnah, dll. Nabi Muhammad secara bertahap merubah prilaku-prilaku mereka
sehingga menjadi makhluk yang baik dan benar. Nabi Muhammad mencontohkan dalam
kehidupannya sehari-hari. Nabi Muhammad sudah terkenal dengan Al Amin sebelum diangkat
menjadi Nabi dan Rosul. Masyarakat Mekkah mengakui akan kebaikan dan kejujuran Nabi
Muhammad saw. Al Quran mengabadikan akhlak Nabi Muhammad dalam surat Al
Qolam ayat 4

Artinya
“Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”16.

d. Mengangkat dan melindungi hak asasi manusia


Di dalam kehidupan masyarakat Arab pra Islam terdapat tradisi perbudakan.
Memperbudak atau menjual belikan budak seperti berdagang dagangan lainya. Dan perbuatan itu
mereka lakukan tanpa penyesalan seolah tanpa dosa. Sedangkan menurut ajaran Islam manusia itu
sama derajatnya, hanya takwa yang membedakan mereka. Kehadiran Islam justru untuk
mengangkat martabat mereka yang tertindas seperti para dhuafa dan fakir miskin. Perbedaan inilah
pada akhirnya membawa perbenturan dasyat antara masyarakat Arab kafir dan mukmin di tanah
Arab,Mekah.Selain itu, Status wanita dianggap sebagai aib keluarga. Kebiasaan membunuh dan
mengubur anak wanita menjadi alat untuk menghilangkan aib keluarga Islam mengangkat derajat
wanita dalam posisi yang tinggi dan terhormat17.

D. Strategi Hijrah Nabi Muhammad Saw.

Perjanjian Aqabah menjadi dasar hijrah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw.
Mendengar rencana hijrah tersebut, kaum Quraisy merencanakan pembunuhan terhadap Nabi
Muhammad Saw. Mendengar rencana tersebut, Nabi Muhammad Saw. memerintahkan umat Islam
berijrah ke Yatsrib terlebih dahulu dan sebagian sahabat berserta Nabi Muhammad Saw.
melancarkan sebuah strategi yang melibatkan banyak pihak agar hijrah yang dilakukannya berhasil
dan dapat menggagalkan rencana pembunuhan yang dilakukan elit Quraisy18.

15
Ibid., hlm 12
16
Ibid.
17
Ibid., Hlm 14
18
Jaih Mubarok, op. cit hlm 28

8
Strategi tersebut disusun sebagai berikut: pertama, sebelum hijrah, Nabi Muhammad Saw.
meminta bantuan Abu Bakar agar menyertainya dan menyiapkan dua ekor unta untuk dijadikan
kendaraan. Abu Bakar menyiapkan dua ekor unta yang diserahkan kepada pemeliharanya,
Abdullah Ibn Uraiqiz sampai tiba waktunya. Kedua, karena yakin orang Quraisy akan
membuntuti mereka, Nabi Muhammad Saw. memutuskan untuk menempuh jalan lain (bukan jalan
yang biasa digunakan oleh masyarakat umumnya), juga berangkat bukan pada waktu biasa (siang
hari) tetapi dilakukan pada malam hari. Ketiga, pemuda-pemuda yang disiapkan oleh Quraisy
sudah mengintai rumah Nabi Muhammad Saw. Beliau meminta Ali Ibn Abi Thalib agar memakai
mantelnya yang hijau dan berbaring di tempat tidurnya. Selain itu, Ali Ibn Abi Thalib juga
mengurus barang-barang titipan umat Islam yang sudah lebih awal melakukan hijrah
sepeninggalnya nanti. Keempat, ditengah kegelapan malam, Nabi Muhammad Saw. keluar dari
rumahnya menuju rumah Abu Bakar. Dua orang ini kemudian keluar melalui jendela belakang dan
berangkat menuju gua Tsaur dan bersembunyi di dalamnya. Kelima, orang-orang yang mengetahui
tempat persembunyian Nabi Muhammad Saw. dan Abu Bakar hanyalah Abdullah Ibn Abu Bakar,
dua puteri Abu bakar, Aisyah dan Asma, serta pembantunya, yaitu Amir Ibn Fuhaira. Keenam,
Abdullah Ibn Abu Bakar bertugas membaurkan diri dengan masyarakat Quraisy untuk menyerap
berita mengenai sejumlah rencana (permufakatan) orang Quraisy terhadap Nabi Muhammad Saw.
dan menyampaikanya kepada nabi Muhammad Saw. pada malam hari; Amir Ibn Fuhaira bertugas
menggembalakan kambing milik Abu Bakar, sorenya diistirahatkan, kemudian mereka memerah
susu dan menyiapkan daging. Apabila Abdullah Ibn Abu Bakar keluar dari gua tempat
persembunyian Nabi Muhammad Saw. dan Abu Bakar, Amir Ibn Fuhaira mengikutinya dengan
membawa kambingnya guna menghapus jejak kaki Abdullah Ibn Abu Bakar; dan Asma bertugas
makanan untuk Nabi Muhammad Saw. dan Abu Bakar meninggalkan gua Tsaur. Ketujuh, Nabi
Muhammad Saw. dan Abu Bakar tinggal di Gua Tsaur selama tiga hari. Orang-orang Quraisy
mengejarnya dan Nabi Muhammad Saw. senantiasa berdoa kepada Allah selama dalam gua,
sehingga ketika para pemuda yang mengejarnya sudah sampai disekitar gua Tsaur, mereka
mendapatkan tanda-tanda ketidakadaan orang di dalamnya. Tanda-tanda itu adalah: (a) di mulut
gua terdapat sarang laba-laba yang masih utuh; mestinya sarang laba-laba itu rusak apabila ada
orang yang masuk ke mulut gua tersebut; (b) ada dua ekor burung dara hutan di mulut gua; burung
itu akan terbang apabila di dalam gua ada orang karena ketakutan; dan (c) ada cabang pohon yang
terkulai di mulut gua; tak ada jalan bagi orang untuk masuk ke dalam gua kecuali setelah
menghalau dahan-dahan itu. Karena melihat tanda-tanda itu, mereka tidak masuk ke dalam gua
Tsaur. Kedelapan, Nabi Muhammad Saw. dan Abu Bakar setelah melihat ancaman dari Quraisy
meminta Abdullah Ibn Uariqit sebagai penunjuk jalan. Atas bantuan Abdullah Ibn Uariqit, Nabi
Muhammad Saw. berhasil melakukan perjalanan ke Yatsrib dengan menggunakan jalan yang tidak
biasa ditempuh oleh masyarakat umum, yaitu dari Gua Tsaur menuju selatan Mekah, kemudian
menuju Tihama di dekat pantai laut Merah. Setelah berhasil mengatasi kejaran
Quraisy-terutama Suraqah Ibn Ja'syum, akhirnya Nabi Muhammad Saw. dan Abu Bakar tiba di
Yatsrib19.

19
Ibid.

9
E. Pembentukan Negara Madinah

Sesampainya di Yatsrib, Nabi Muhammad Saw. mendapat sambutan dari masyarakat


Yatsrib (baik yang sudah memeluk Islam maupun yang belum) dan umat Islam yang sudah
melakukan hijrah terlebih dahulu. Langkah-langkah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw.
dalam membangun masyarakat Islam di Yatsrib adalah: pertama, Nabi Saw. mengubah nama
Yatsrib menjadi Madinah (madinat al-Rasûl, Madinat al-Nabi, atau Madinat al-munawwarat).
Perubahan nama yang bukan terjadi secara kebetulan, tetapi perubahan nama yang
menggambarkan cita-cita Nabi Muhammad Saw., yaitu membentuk sebuah masyarakat yang tertib
dan maju, dan berperadaban. Kedua, membangun masjid. Masjid bukan hanya dijadikan pusat
kegiatan ritual-shalat, juga menjadi sarana penting untuk mempersatukan kaum muslimin dengan
musyawarah dalam merundingkan masalah-masalah yang dihadapi. Di samping itu, masjid juga
menjadi pusat kegiatan pemerintahan. Ketiga, Nabi Muhammad Saw. Membentuk kegiatan
mu'akhat (persaudaraan), yaitu mempersaudarakan kaum muhajirin (orang-orang yang hijrah dari
Mekah ke Yatsrib) dengan Anshâr menerima dan membantu kepindahan muhajirin di Yatsrib).
Persaudaraan diharapkan dapat mengikat kaum muslimin dalam satu persaudaraan dan
kekeluargaan. Nabi Saw. membentuk persaudaraan yang baru, yaitu persaudaraan seagama
disamping bentuk persaudaraan yang sudah ada sebelumnya, yaitu bentuk persaudaraan
berdasarkan darah; keempat, membentuk persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak
beragama Islam; dan kelima, Nabi Muhammad Saw. Membentuk pasukan tentara untuk
mengantisipasi gangguan-gangguan yang dilakukan oleh musuh20.

F. Konstitusi (Piagam) Madinah

Menurut sebagian ahli sejarah, Piagam Madinah adalah konstitusi pertama di dunia.
Munawir Syadzali (mantan Menteri Agama RI) menyebutkan bahwa dasar-dasar kenegaraan yang
terdapat dalam Piagam Madinah adalah: Pertama, umat Islam merupakan satu komunitas (ummat)
meskipun berasal dari suku yang beragam; dan kedua, hubungan antara sesama anggota komunitas
Islam, dan antara anggota komunitas Islam dengan komunitas-komunitas lain didasarkan atas
prinsip-prinsip: (a) bertetangga baik, (b) saling membantu dalam menghadapi musuh bersama, (c)
membela mereka yang dianiaya, (d) saling menasehati, dan (e) menghormati kebebasan
beragama21.
Menurut Akram Dhiyauddin Umari, isi Piagam Madinah secara umum dapat dibedakan
menjadi dua: pertama, perjanjian Nabi Muhammad Saw. dengan Yahudi; dan kedua, perjanjian
Nabi Saw. Dengan Muhajirin dan Anshar. Pasal 24 Piagam Madinah memperlihatkan bahwa
Yahudi telah mengikatkan diri untuk memberikan kontribusi untuk biaya perang dalam
mempertahankan Madinah. Mereka tetap akan membantu kaum muslim sepanjang dalam situasi

20
Ibid., hlm 29
21
Ibid., hlm 30

10
perang22.
Pasal 25 Piagam Madinah merupakan jaminan kebebasan beragama dan beribadah bagi
Yahudi. Pasal 45 Piagam Madinah merupakan larangan bagi Yahudi untuk membantu Quraisy
karena dalam situasi perang dengan Islam; dan semua pihak harus berhubungan baik dengan
sekutu pihak lain; dan pasal 32 Piagam Madinah merupakan kesepakatan semua pihak mengenai
posisi Madinah sebagai kota suci yang terhindar dari keonaran, binatang-binatangnya tidak boleh
diburu, dan pohon-pohonnya tidak boleh ditebang. Sedangkan perjanjian yang menyangkut
internal umat Islam adalah: (a) umat Islam adalah komunitas (ummat) yang terikat berdasarkan
agama, bukan berdasarkan darah (pasal 2 Piagam Madinah); (b) pengakuan ikatan khusus antara
sesama keluarga; hak dan kewajiban antara bapak, ibu, dan anak; (c) persaudaraan karena
lingkungan atau tetangga; dan (d) pengakuan persaudaran satu kota sehingga zakat tidak
disalurkan ke kota lain sebelum kebutuhan di kota tersebut terpenuhi. Piagam Madinah telah
menjadi dasar persatuan penduduk Yatsrib yang terdiri atas Muhajirin, Anshar, dan Yahudi. Di
samping itu, mereka sudah bersepakat untuk menjadikan Madinah sebagai kota yang terhindar dari
keonaran dan binatang serta pohonnya tidak boleh dirusak23.

G. Perang dan Damai

Setelah membangun masyarakat Madinah, Nabi Muhammad Saw. mengadakan perjanjian


dengan kekuasaan lain. Hubungan dalam bentuk perang terladi antara umat Islam Madinah dengan
musyrikin Quraisy pada tahun ke-2 setelah hijrah. Perang pertama ini disebut perang Badar. Dalam
perang ini umat Islam memperoleh kemenangan. Sedangkan internal persatuan Yatsrib sendiri
terganggu oleh suku Yahudi Madinah, unalqa yang berkomplot dengan orang-orang Mekah yang
akhirnya diserang oleh Nabi Saw. Yahudi Qunaiga meninggalkan Madinah dan pindah ke
perbatasan Syiria24.
Disamping melakukan sejumlah perang, ummat islam madinah juga mengadakan
perjanjian dengan kekuatan lain. Di antara perjanjian tersebut adalah perjanjian Hubaibiyah (tahun
ke-6 setelah hijrah). Isi perjanjian tersebut adalah: (a) umat Islam belum boleh mengunjungi
Ka'bah tahun itu dan kebolehan itu ditangguhkan sampai tahun depan; (b) lama kunjungan
dibatasi hanya tiga hari; (c) kaum muslim wajib mengembalikan orang-orang Mekah yang
melarikan diri ke Madinah; dan orang-orang Quraisy tidak boleh menolak orang-orang Madinah
yang hendak kembali ke Mekah; (d) diadakan gencatan senjata selama sepuluh tahun; dan (e) se-
tiap Qabilah bebas bersekutu: apakah akan bersekutu dengan Quraisy atau
akan bersekutu dengan umat Islam25.
Informasi sejarah Nabi Muhammad Saw. dan umatnya pada fase awal secara deskriptif
menunjukkan kepada kita mengenai kecukupan syarat untuk menyatakan bahwa Nabi Muhammad

22
Ibid.
23
Ibid., hlm 31
24
Ibid., hlm 32
25
Ibid.

11
Saw. adalah kepala Negara yang berdaulat. Di Madinah Nabi Muhammad saw. telah
memberlakukan hukum dan aturan-aturan kemasyarakatan yang ditegakkan (dipaksakan) kepada
para pelanggar aturan-aturan tersebut. Di Madinah telah ditegakkan kewajiban zakat, puasa, hudud,
dan penentuan halal-haram.Oleh karena itu, ada hubungan yang mengikat secara hukum antara
rakyat yang dipimpin dengan pemimpin yang disebut Piagam Madinah. Oleh karena Madinah
layak disebut negara, maka sangat relevan apabila dikatakan bahwa Nabi Muhammad Saw. adalah
kepala negara Madinah dan juga kepala pemerintahan, karena telah mengutus beberapa orang yang
dapat dipercaya, seperti mengutus Mu'adz Ibn Jabal ke Yaman. Dilihat dari aspek pendirian negara
Madinah, Nabi Muhammad Saw. merupakan peletak dasar-dasar atau fondasi-fondasi kenegaraan
Madinah yang pertama. Oleh karena itu, dari segi pendirian Madinah sebagai Negara, Nabi
Muhammad Saw. bukan hanya berperan sebagai kepala negara, tetapi lebih dari itu beliau berperan
sebagai pendiri Negara (founding father) Madinah. Hanya saja memang tidak ada institusi formal
yang mengangkat Nabi Muhammad Saw. sebagai kepala negara26.

H. Pemeliharaan Alquran

Salah satu kelebihan orang Arab adalah kekuatan hafalan. Dalam kaitannya dengan
Alquran, sahabat besar memelihara Alquran dengan dua cara: dihafal dan ditulis. Jum lah sahabat
yang hafal Alquran cukup banyak. Pada zaman khalifah Abu Bakar--ketika terjadi perang
Yamamah, jumlah sahabat yang gugur yang berperan sebagai penghafal Alquran berjumlah 39
orang27.
Kegitan penting yang dilakukan oleh sahabat pada zaman Nabi Muhammad Saw.
adalah pemeliharaan atau pelestarian Alquran. Menurut Abu Abd Allah al-Zanjani, ketika itu
terdapat 34 sahabat yang menuliskan Alquran dengan tulisan Naskhi. Di antara mereka adalah
khalifah empat yang pertama, dan yang paling banyak menuliskan Alquran adalah Zaid Ibn alib.
Benda-benda yang digunakan untuk melestarikan Alquran pada zaman Nabi Saw, adalah kain
sutera, potongan kulit hewan, tulang hewan, batu, pelepah pohon, dan kertas. Penulsan Alquran
dilakukan oleh shahabat atas perintah Nabi Saw. Nabi Saw. Penulisan Al-Quran pada zaman Nabi
saw. berhubungan dengan pengumpulan Alquran pada zaman khalifah Abu Bakar dan kodifikasi
Alquran yang dilakukan pada zaman khalifah Utsman Ibn Affan28.

26
Ibid
27
Ibid., hlm 33
28
Ibid.

12
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Nabi Muhammad saw. Dilahirkan ditengah keluarga Bani Hasyim di Mekah pada hari
senin tanggal 12 Rabiul Awal bertepatan dengan tahun Gajah. Nabi Muhammad saw Lahir dari
keturunan Quraisy. Nabi Muhammad saw. Lahir dalam keadaan yatim karena ayahnya meninggal
sebelum beliau lahir. Umat Islam sepakat bahwa Muhammad Saw. adalah utusan Allah (rasûl
Allah) dan membawa ajaran yang berasal dari Allah (Alquran) dan berasal dari dirinya (hadis atau
sunah) untuk disampaikan kepada seluruh manusia. Nabi membawa perubahan besar dan
membawa peradaban baru bagi umat Islam. Nabi melakukan dakwah secara terang-terangan dan
diam diam setelah itu Nabi hijrah ke Madinah. Nabi membawa perubahan terhadap konsep
ketatanegaraan di dunia dengan mendirikan Negara (Madinah), dan membuat konstitusi (Piagam
Madinah), Nabi juga bertindak sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan.

B. Saran
Universitas Islam Bandung hendaknya mempelajari serta memahami baik secara
keseluruhan maupun secara esensi sejarah peradaban islam pada zaman Nabi Muhammad Saw.
karena beliau sudah membawa perubahan besar baik untuk agama maupun dari segi peradabannya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Mubarok, Jaih. 2004. Sejarah Peradaban Islam (Sebuah Ringkasan). Bandung. Bani Quraisy
Saufi, Akhmad. Fadiilah, Hasmi. 2015. Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta. Deepublish.

14

Anda mungkin juga menyukai