SEJARAH
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Oleh:
Ekten Deaf Pariske
(Alumnus Senior Course BPL HMI Cabang Ciputat: Sindikasi Sejarah Peradaban Islam dan HMI)
1. Pengantar
Sejarah adalah suatu kebetulan terjadi di masa yang telah lalu dan benar-benar
terjadi, dan kebetulan pula dicatat, biasanya kebenaran sejarah didukung bukti-
bukti yang membenarkan peristiwa itu benar-benar terjadi. Menurut kamus besar
bahasa Indonesia, ilmu sejarah adalah suatu pengetahuan uraian mengenai
peristiwa-peristiwa dan kejadiankejadian yang benar-benar terjadi di masa lampau.
Dari pengertian atau definisi di atas maka dapatlah dibedakan antara sejarah dan
ilmu sejarah, sejarah adalah kejadian atau peristiwanya, sedangkan ilmu sejarah
adalah ilmu yang mempelajari kejadian atau peristiwa tersebut.
Menurut asal katanya, sejarah berasal dari bahasa Arab, Syajaratun yang
artinya pohon. Syajaratun ini kemudian diserap kedalam bahasa melayu menjadi
Syajarah. Dan dalam bahasa Indonesia kita menyebutnya dengan Sejarah.
Sedangkan dalam bahasa Inggris sejarah itu History. History berasal dari bahasa
Yunani , Istoria yang artinya informasi atau pencarian.
Menurut Ibnu Khaldun, sejarah itu catatan tentang manusia dan peradabannya,
termasuk semua peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalamnya dan juga kenapa
peristiwa itu bisa terjadi.
Manfaat dan kegunaan yang dapat diambil dari kejadian yang telah lampau
adalah pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi pada saat itu, dan
dengan mempelajari maka dapat diambil hikmah/pelajaran dari peristiwatersebut.
Pada peristiwa yang terjadi dapat dianalisis kelebihan dan kekurangan yang ada dari
peristiwa itu, dan pengetahuan tersebut dapat meningkatkan kehati-hatian dalam
mengambil keputusan pada masa saat ini dengan mempertimbangkan prinsip nilai
yang terjadi di masa lalu, karena pada dasarnya peristiwa masa lalu linear dengan
masa saat ini dan yang akan datang.
Peristiwa-peristiwa yang bisa kita sebut sejarah itu punya tiga sifat utama.
Pertama, unik. Kedua, penting. Ketiga, abadi. Unik artinya hanya terjadi satu kali
dan tidak mungkin berulang. Penting artinya menyangkut hajat hidup banyak orang.
Dan abadi artinya dikenang sepanjang masa. Jadi peristiwa sejarah itu adalah
peristiwa yang terjadi di masa lalu dan hanya sekali terjadi, mempengaruhi hidup
bnayak manusia dan akan terus dikenang sepanjang masa.
Masyarakat Arab pra Islam atau yang lebih dikenal dengan masyarakat
jahiliyah hidup dalam keterbelakangan, baik pengetahuan, sosial budaya maupun
peradaban. Masyarakat arab pra Islam tidak mengenal tulis dan baca, walaupun ada
yang dapat menulis dan membaca itu hanya sebagian kecil saja, namun pemahaman
atau kebanggaan akan sastra demikian tingginya, jadi dapat disimpulkan bahwa
masyarakat Arab pada masa itu hidup dalam kebodohan.
Posisi wanita pada saat itu tidak dihargai, mereka hanya dipandang sebagai
benda bergerak yang menyenangkan, bahkan wanita dianggap sebagai beban dan
sumber bencana, implikasinya adalah ada anggapan jika memiliki anak wanita akan
mengakibatkan kemiskinan. Dampak dari pandangan itu, maka tak heran jika
mereka sering mengubur bayi wanita hidup-hidup (kalau sekarang, belum lahir
sudah dibunuh). Selain itu masyarakat Arab pra Islam hidup dalam perpecahan klan
(keluarga besar), karena mereka lebih menonjolkan ego kesukuan atau kabilah, ini
menyebabkan masyarakat Arab sering berperang antar kabilah dan tidak memiliki
rasa kebangsaan yang menyebabkan bangsa Arab menjadi lemah dan terpecah-
pecah.
a. Fase Mekah
gua yang bernama Hira, beliau selalu memikirkan keadaan masyarakatnya yang
demikian rusak.
Pada saat Muhammad mendekati usia 40 tahun, beliau makin sering
stress memikirkan bangsanya, sehingga pelariannya dengan menyepi di gua
Hira semakin sering kuantitasnya. Suatu malam di bulan Ramadhan tepatnya
tanggal 17 Ramadhan yang bertepatan dengan tanggal 6 Agustus 610 M,
datanglah suatu penampakan yang ternyata adalah malaikat Jibril yang
menyampaikan wahyu pertama (Al-Alaq : 1 – 5), dan ini pertanda bahwa
Muhammad telah dilantik menjadi rasul dan nabi walaupun tanpa berita acara.
Pasca wahyu di gua Hira, Muhammad S.A.W. Mendapat wahyu-wahyu
berikutnya yang memerintahkan kepada Muhammad S.A.W untuk
menyampaikan dakwah. Isi dakwahnya adalah ajakan untuk melakukan
perubahan-perubahan yang revolusioner, perubahan yang dibawa antara lain
perubahan akhlak, karena Islam mengajarkan akhlak yang baik. Perubahan lain
adalah nilai persamaan, yang dimaksud adalah kesetaraan antar umat manusia,
tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan, antar ras, bangsa, dan lain
sebagainya, di mata Allah yang berbeda adalah ketaqwaan. Selain itu, ilmu
pengetahuan menjadi sesuatu yang penting untuk dilakukan, serta membangun
solidaritas persaudaraan yang berimplikasi pada penguatan nasionalisme atau
keutuhan dalam berbangsa dan beragama.
Pada fase Makkah ajaran yang disampaikan Muhammad S.A.W
berkaitan atau berhubungan pada nilai ketauhidan atau iman, karena pada saat
itu jaran Islam baru tegak kembali, sehingga yang harus dibangun pertama-tama
adalah fondasi aqidah atau iman yang dijadikan landasan fundamental. Tiap
tahun kota Makkah selalu didatangi oleh kabilahkabilah dari seluruh Arab yang
datang untuk untuk melakukan shoping atau ibadah haji.Muhammad S.A.W
melakukan dakwah terhadap orang-orang tersebut, dan usaha ini tidak sia-sia
karena dari kalangan yang berasal dari daerah-daerah tersebut ada yang
menyatakan keimanannya, diantaranya dari Yastrib. Konsekuensi logis dari
gerakan revolusioner berdampak pada peningkatan konstelasi politik
masyarakat Makkah, yang pada akhirnya memberikan satu pilihan kepada
Muhammad S.A.W untuk meninggalkan Makkah. Pada hijrah yang kedua,
Muhammad S.A.W. menginstruksikan kepada para pendukungnya untuk
meninggalkan kota Makkah menuju Yastrib yang dikemudian hari dikenal
Kalau ditinjau secara umum ada 4 (empat) permasalahan yang menjadi latar
belakang sejarah berdirinya HMI.
2. Situasi NKRI
Tahun 1596 Cornrlis de Houtman mendarat di Banten. Maka sejak itu pulalah
Indonesia dijajah Belanda. Imprealisme Barat selama ± 350 tahun membawa paling
tidak 3 (tiga) hal :
Setelah melalui perjuangan secara terus menerus dan atas rahmat Allah SWT
maka pada tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno-Hatta Sang Dwi Tunggal
Proklamasi atas nama bangsa Indonesia mengumandangkan kemerdekaannya.
Terpelajar
Mistik
Alim ulama
Awam
Ada dua faktor yang sangat dominan yang mewarnai Perguruan Tinggi (PT)
dan dunia kemahasiswaan sebelum HMI berdiri. Pertama: sisitem yang diterapkan
dalam dunia pendidikan umumnya dan PT khususnya adalah sistem pendidikan
barat, yang mengarah kepada sekulerisme yang "mendangkalkan agama disetiap
aspek kehidupan manusia". Kedua : adanya Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta
(PMY) dan Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI) di Surakarta dimana kedua
organisasi ini dibawah pengaruh Komunis. Bergabungnya dua faham ini (Sekuler
dan Komunis), melanda dunia PT dan Kemahsiswaan, menyebabkan timbulnya
"Krisis Keseimbangan" yang sangat tajam, yakni tidak adanya keselarasan antara
akal dan kalbu, jasmani dan rohani, serta pemenuhan antara kebutuhan dunia dan
akhirat
hari Rabu tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H, bertepatan dengan 5 Februari 1947,
disalah satu ruangan kuliah STI di Jalan Setiodiningratan (sekarang Panembahan
Senopati), masuklah mahasiswa Lafran Pane yang dalam prakatanya dalam
memimpin rapat antara lain mengatakan "Hari ini adalah pembentukan organisasi
Mahasiswa Islam, karena persiapan yang diperlukan sudah beres. Yang mau
menerima HMI sajalah yang diajak untuk mendirikan HMI, dan yang menentang
biarlah terus menentang, toh tanpa mereka organisasi ini bisa berdiri dan
berjalan"
a. Faktor Pendukung
1) Posisi dan arti kota Yogyakarta
• Pusat Kebudayaan
• Terletak di Central of Java
Lafran pane adalah orang yang belum dikenal oleh Masyumi maupun
GPII, dengan sendirinya dicurigai karena ada kekuatan Islam yang tumbuh
diluar Masyumi. GPII yang pada waktu itu berorentasi kepada Masyumi
secara spontan Ia memberikan realisasi atas kelahiran HMI. Isu yang
dilancarkan oleh PMY temasuk oleh GPII ialah bahwa HMI merupakan
pemecah pemuda dan umat Islam. Persoalannya pada Lafran Pane bukan
karena tidak setuju dengan Masyumi dan GPII, tetapi yang urgen
organisasi harus bersifat independen.
Kendati PII berdiri pada tanggal 4 Mei 1947 (lebih muda dari HMI),
tetapi ia juga memberikan reaksi atas kelahiran HMI dengan motif yang
hampir sama dengan GPII, karena anggota dan pengurus PII terdapat juga
rekan-rekan dari GPII. Sikap tidak setuju ini mereka cetuskan dalam
kongres I PII di solo tanggal 14-16 Juli 1947. Namun kemudian PII
berubah sikap tatkala PII melakukan Konferensi besar I, di Ponorogo pada
tanggal 4-6 November 1947. Setelah Lafran Pane diminta menjelaskan
maksud dan tujuan serta latar belakang sejarah berdirinya HMI, yang pada
pokoknya, bidang kemahasiswaan bukan merupakan bidang garap, bidang
PII maupun GPII, karena ia mempunyai ciri tersendiri, untuk itu HMI
hadir. Sehingga pembagian lapangan kerja dari berbagai aspek
kemasyarakatan terlaksana. Sejak itu PII maupun GPII menerima dan
memahami kehadiran HMI.
Politik, dan Lafran Pane menjadi sarjana pertama dalam ilmu politik dari fakultas
tersebut pada tanggal 26 Januari 1953.
Ayah : Sutan Pangurubaan Pane
Ibu : Gonto Siregar
Saudara Kandung : Sitiangat, Sanusi Pane, Armijn Pane, Asmah,
Salmiah, Siti Zahara Pane
Saudara Tiri : Nila Kusuma Pane, Krisna
Anak : M. Iqbal Pane, Toga Fakhruddin Pane,
Tetti Sari Rakhmiati Boru Pane
Seiring dengan tujuan HMI yang digariskan sejak awal berdirinya, maka
konsekuensinya dalam masa perang kemerdekaan, HMI terjun kegelanggang
pertempuran melawan agresi yang dilakukan oleh Belanda, membantu Pemerintah,
baik langsung memegang senjata bedil dan bambu runcing, sebagai staff,
penerangan, penghubung. Untuk menghadapi pemberontakkan PKI di Madiun 18
September 1948, Ketua PPMI/ Wakil Ketua PB HMI Ahmad Tirtosudiro
membentuk Corps Mahasiswa (CM), dengan Komandan Hartono dan wakil
Komandan Ahmad Tirtosudiro, ikut membantu Pemerintah menumpas
pemberontakkan PKI di Madiun, dengan mengerahkan anggota CM ke gunung-
gunung, memperkuat aparat pemerintah. Sejak itulah dendam kesumat PKI terhadap
HMI tertanam. Dendam disertai benci itu nampak sangat menonjol pada tahun '64-
'65, disaat-saat menjelang meletusnya G30S/PKI.
Dendam sejarah PKI kepada HMI merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi
HMI. Setelah agitasi-agitasinya berhasil membubarkan Masyumi dan GPII, PKI
menganggap HMI adalah kekuatan ketiga ummat Islam. Begitu bersemangatnya
PKI dan simpatisannya dalam membubarkan HMI, terlihat dalam segala aksi-
aksinya, Mulai dari hasutan, fitnah, propaganda hingga aksi-aksi riil berupa
penculikan, dsb.
Usaha-usaha yang gigih dari kaum komunis dalam membubarkan HMI ternyata
tidak menjadi kenyataan, dan sejarahpun telah membeberkan dengan jelas siapa
yang kontra revolusi, PKI dengan puncak aksi pada tanggal 30 September 1965
telah membuatnya sebagai salah satu organisasi terlarang.
HMI sebagai sumber insani bangsa turut mempelopori tegaknya Orde Baru
untuk menghapuskan orde lama yang sarat dengan ketotaliterannya. Usaha-usaha
itu tampak antara lain HMI melalui Wakil Ketua PB Mari'ie Muhammad
memprakasai Kesatuan Aksi Mahasiswa (KAMI) 25 Oktober 1965 yang bertugas
antara lain : 1) Mengamankan Pancasila. 2) Memperkuat bantuan kepada ABRI
dalam penumpasan Gestapu/ PKI sampai ke akar-akarnya. Masa aksi KAMI yang
pertama berupa Rapat Umum dilaksanakan tanggal 3 Nopember 1965 di halaman
Fakultas Kedokteran UI Salemba Jakarta, dimana barisan HMI menunjukan
superioitasnya dengan massanya yang terbesar. Puncak aksi KAMI terjadi pada
tanggal 10 Januari 1966 yang mengumandangkan tuntutan rakyat dalam bentuk
Tritura yang terkenal itu. Tuntutan tersebut ternyata mendapat perlakuan yang
represif dari aparat keamanan sehingga tidak sedikit dari pihak mahasiswa menjadi
korban. Diantaranya antara lain : Arif rahman Hakim, Zubaidah di Jakarta, Aris
Munandar, Margono yang gugur di Yogyakarta, Hasannudin di Banjarmasin,
Muhammad Syarif al-Kadri di Makasar, kesemuanya merupakan pahlawan-
pahlawan ampera yang berjuang tanpa pamrih dan semata-mata demi kemaslahatan
ummat serta keselamatan bangsa serta negara. Akhirnya puncak tututan tersebut
berbuah hasil yang diharap-harapkan dengan keluarnya Supersemar sebagai
tonggak sejarah berdirinya Orde Baru.
Suatu ciri khas yang dibina oleh HMI, diantaranya adalah kebebasan berpikir
dikalangan anggotanya, karena pada hakikatnya timbulnya pembaharuan karena
adanya pemikiran yang bersifat dinamis dari masing-masing individu.
Disebutkan bahwa fase pergolakan pemikiran ini muncul pada tahun 1970,
tetapi geja-gejalanya telah nampak pada tahun 1968. Namun klimaksnya memang
terjadi pada tahun 1970 dimana secara relatif masalah-masalah intern organisasi
yang rutin telah terselesaikan. Sementara dilain sisi persoalan ekstern muncul
menghadang dengan segudang problema
Dari awal terbentuknya HMI telah ada komitmen keumatan dan kebangsaan
yang bersatu secara integral sebagai dasar perjuangan HMI yang dirumuskan dalam
tujuan awal HMI yaitu: