Anda di halaman 1dari 30

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA NABI

MUHAMMAD SAW

Aulia Sayyida Ulfairoh, Brillian Indah Rahmawati, Bugis Setiawan


Prodi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam,
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Surabaya, Jl. Ahmad Yani No.117, Jemur Wonosari, Kecamatan Wonocolo, Kota
Surabaya, Jawa Timur 60237, Telp.031 8410298, email. pmb@uinsby.ac.id

Abstrak
Jurnal ini bertujuan untuk mengetahui 1) bagaimana peradaban Islam pada masa Nabi
Muhammad Saw, Khulafaur Rasyidin, Bani Umayyah, dan Bani Abbasyiyah. 2)
Bagaimana masa kemajuan, kemunduran, dan kebangkitan pada masa Nabi Muhammad
saw, Khulafaur Rasyidin, Bani Umayyah, Bani Abbasiyah. 3) bagaimana sejarah
perkembangan islam di masa pertengahan dan modern. Untuk mengetahui dua
permasalahan tersebut penulis menganalisis peradaban dan pemikiran Islam pada masa-
masa tersebut. ditinjau dari segi sejarah Islam masa kepemimpinan Rasulullah. Metode
penelitian yang digunakan adalah menggunakan metode penelitian sejarah yakni suatu
sistem dari cara-cara yang benar untuk mencapai kebenaran sejarah. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada sosok Nabi utusan Allah Swt. yakni seorang hamba yang
kehadirannya sangat dinantikan untuk dapat menyelamatkan dan membebaskan dari
belenggu penyembahan berhala. Ditengah kondisi masyarakat yang bodoh dan sesat,
Allah Swt mengutus seorang Nabi pemberi jalan petunjuk yang benar dan cahaya
penerang, beliau adalah Nabi Muhammad Saw. Beliau diutus dengan membawa risalah
atau ajaran dari sang pencipta. Memberi petunjuk kepada mereka perihal siapa
sebenarnya yang berhak untuk disembah dan dimintai pertolongan. Menjelaskan kepada
mereka jalan yang lurus lagi menyelamatkan. Al-Quran dan sunah memberikan
perubahan nyata bagi bangsa Arab dan bangsa-bangsa yang memeluk Islam. Tulisan
berikut ini mendeskripsikan peradaban dan pemikiran Islam pada masa nabi
Muhammad Saw, Khulafaur Rasyidin, Bani Umayyah, Bani Abbasiyah.

Kata Kunci : islam, perkembangan, peradaban, rasulullah

PENDAHULUAN

Sejarah merupakan sebuah rangkaian peristiwa yang dialami oleh manusia dari masa
lampau, di dalam sejarah terdapat beberapa aspek yaitu masa lalu, masa kini dan masa
yang akan datang Sejarah tersebut akan terus dipahami oleh generasi penerus sebagai
cerminan kemajuan kehidupan berbangsa dan bernegara Sejarah juga berkaitan erat
dengan kebudayaan, karena kebudayaan merupakan sebuah perilaku atau kebiasaan
yang terdapat pada suatu masyarakat.

Islam pun turut ambil andil menjadi bagian dari sejarah di dunia, Islam mulai
berkembang sejak abad ke-7 dan berkembang secara pesat ke seluruh dunia dari waktu
ke waktu. Pada saat penyebarannya Islam meletakkan nilai-nilai kebudayaan
Kebudayaan Islam ini merupakan hasil dari akal, budi, serta karya yang diciptakan oleh
manusia dengan berlandaskan pada tauhid-tauhid di dalamnya.
Kata peradaban adalah terjemahan dari kata Arab al-Hadharah. Juga diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia dengan Kebudayaan. Padahal istilah peradaban dipakai untuk
bagian-bagian dan unsur-unsur dari kebudayaan yang halus dan indah. Peradaban sering
juga dipakai untuk menyebut suatu kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi, seni
bangunan, seni rupa, sistem kenegaraan dan ilmu pengetahuan yang maju dan
kompleks.

Jadi kebudayaan mencakup juga peradaban, tetapi tidak sebaliknya, sebab peradaban
dipakai untuk menyebut kebudayaan yang maju dalam bentuk ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni. Dalam pengertian kebudayaan direfleksikan kepada masyarakat
yang terkebelakang, bodoh, sedangkan peradaban terefleksikan kepada masyarakat
yang sudah maju. Dalam buku ini pengertian peradaban adalah seperti disebutkan di
atas.

Islam yang diturunkan di Jazirah Arab telah membawa bangsa Arab yang semula
terkebelakang, bodoh, tidak dikenal dan diabaikan oleh bangsa-bangsa lain, menjadi
bangsa yang maju dan berperadaban. Ia sangat cepat bergerak mengembangkan dunia
membina suatu kebudayaan dan peradaban yang sangat penting artinya dalam sejarah
manusia hingga sekarang. Bahkan kemajuan bangsa Barat pada mulanya bersumber
dari peradaban Islam yang masuk ke Eropa melalui Spanyol.

A. Islam di Masa Nabi Muhammad Saw (610-632 M)


sejarah Islam dimulai semenjak Nabi Muhammad saw hijrah dari
Makkah ke Madinah. Jika berdasar pada dimulainya penghitungan tahun hijrah,
maka pilihan akan jatuh pada pendapat kedua, yaitu dimulai semenjak Nabi
Muhammad saw melakukan hijrah dari Makkah ke Madinah, karena tahun
Islam (kalender hijriyah) dimulai dengan hijrahnya Nabi Muhammad dari
Makkah ke Madinah pada tahun 622 M. (Harun Nasution, 2001)

Sesuai dengan periodesasi, Islam pada masa Nabi Muhammad saw


terbagi menjadi dua, yaitu masa Makkah dan masa Madinah. Ketika Nabi
Muhammad saw di Makkah, ia bersama pengikutnya selalu mendapatkan
tekanan dari kalangan Qurayshh yang tidak setuju dengan ajaran yang
disampaikannya. (Syed Mamudunnasir, 1994)

Fase Makkah
Turunnya wahyu pertama pada tahun 610 menjadi tanda dimulainya
peradaaban Islam di Makkah. Yaituketika Rasulullah berdiam di gua hirak yang
ia datangi berkali-kali. wahyu pertama tersebut ialah surat al alaq ayat 1-5.
Khadijah (istrinya) adalah orang pertama yang mendengar kenabian dan
memperyainya, yang dapat dikatakan langsung memeluk Islam sekembali
muhammad dari gua.(Alkhateeb 2016)

Adapun peradaban Islam pada fase makkah dibedakan menjadi tiga


yaitu; dakwah sirriyah (sembunyi-sembunyi), dakwah terang-terangan, dan
dakwah diluar Makkah. Dakwah secara sembunyi-sembunyi dilakukan
Rasulullah kepada keluarga, kerabat, dan para sahabat. Dala permulaan dakwah
Islam terdapat beberapa sahabat yang mengimani Ralullah diantaranya; Ali bin
Abi Thalib (sepupu Nabi), zaid bin Haritsah, Abu bakar As-Sidiq, Utsman bin
Affan,Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi Waqqash, dan
Thalhah bin Ubaidillah. Sertabeberapa tokoh Quraisy laki-laki dan perempuan
dan sejumlah Maula atau bekas budak dan beberapa perempuan. Rasulullah
menggunakan rumahnya sendiri dan rumah Al-Arqam bin Abi Arqam dalam
menyampaikan ajarannya sebagai tempat pendidikan ketika itu.Adapun materi
pendidikannya meliputi penanaman ketauhidan dan Al-Quran.(chaeruddin
2013)

Setelah tiga tahun Rassulullah melakukan dakwah sembunyi-sembunyi,


turunlah surat Al-Hijjr: 94 sebagai perintah kepada Rasulullah untuk
menyampaikan (berdakwah) secara terang-terangan. Ajakan ini menimbulkan
reaksi penentangan dari kaum Quraisy terhadap Rasulullah, meskipun demikian
jumlah pengikut Rasulullah makin hari makin bertambah.Mereka terutama
terdiri atas kaum wanita, kaum budak, atau bekas budak, pekerja dan lain-lain.
Akan tetapi banyak dari pengikut beliau yang mendapatkan penyiksaan dari
kaum kafir Quraisy, khusunya para sahabat yang lemah seperti, dari kalangan
orang miskin dan para budak.Ajakan terang-terangan ini beerlangsung dari
tahun keempat kenabian hingga akhir tahun kesepuluh kenabian.(Zubaidah
2016)

Selain melakukan dakwah terang-terangan di dalam Makkah, rasulullah


juga melakukan dakwahnya di luar Makkah dengan berdakwah pada jamaah
haji yang bukan penduduk Makkah ketika musim haji, mengutus para
sahabatnya berdakwah diluar wilayah Makkah seperti mengutusMusy’ab bin
Umair ke Yatsrib (Madinah),Abu Musa Al-Anshari ke suatu daerah di Yaman,
dan Muadz binn Jabal ke daerah yaman lainnya.Serta dengan mengirim surat-
surat dakwah pada para kepala suku dan para raja diluar Makkah.seperti kepada
Raja Heraclius (kaisar Romawi), Raja Khusrau II (penguasa Persia), Raja
Muqauqis (penguasa Mesir).(Abdurrahman 2016)

Fase Madinah
Setelah tiga belas tahun Rasulullah berdakwah di Makkah, maka
kemudian beliau hijrah ke Madinah.Di Madinah kaun Muslim tidak lagi
tertindas dan terpinggirkan. Di sini kaum Muslim akan mengubah Madinah
menjadi sustu peradaban yang maju dengan serangkaian tatanan politik, social,
dan ekonomi Rassulullah yang menginspirasi.(Alkhateeb 2016)

 Masa Kemajuan
1. mendirikan Masjid Nabawi
Di masjid ini, selain dijadikan tempat shalat, juga belajar,
tempat bermusyawarah merundingkan masalah-masalah yang
dihadapi, bahkan juga berfungsi sebagai pusat pemerintahan.

2. mempersaudarakan Anshar dan Muhajirin


Dengan demikian, setiap muslim terikat dalam suatu
persaudaraan dan kekeluargaan. Abu Bakar, misalnya,
dipersaudarakan Nabi dengan Kharijah bin Zaid, Ja’far bin Abi
Thalib dengan Mu’az bin Jabal. Hal ini berarti Rasulullah
menciptakan suatu bentuk persaudaraan yang baru,
berdasarkan agama, menggantikan persaudaraan berdasarkan
kesukuan, di zaman jahiliah.

3. membuat Piagam atau Konstitusi Madinah


Penduduk Madinah di awal kedatangan Rasulullah terdiri dari
tiga kelompok, yaitu bangsa Arab muslim, bangsa Arab non-
muslim dan orang Yahudi. Untuk menyelaraskan hubungan
antara tiga kelompok itu, Nabi mengadakan perjanjian dalam
piagam yang disebut “Konstitusi Madinah”, yang isinya antara
lain :
1. Semua kelompok yang menandatangani piagam merupakan
suatu bangsa.
2. Bila salah satu kelompok diserang musuh, maka kelompok
lain wajib untuk membelanya.
3. Masing-masing kelompok tidak dibenarkan membuat
perjanjian dalam bentuk apapun dengan orang Quraisy.
4. Masing-masing kelompok bebas menjalankan ajaran
agamanya tanpa campur tangan kelompok lain.
5. Kewajiban penduduk Madinah, baik kaum Muslimin, non-
Muslim, ataupun bangsa Yahudi, saling bantu membantu moril
dan materiil.
6. Nabi Muhammad adalah pemimpin seluruh penduduk
Madinah dan dia menyelesaikan masalah yang timbul antar
kelompok. (Nasution 2007)

 Masa Kemunduran
Umat Islam pun pada tahun ke-2 Hijriah telah diizinkan
berperang dengan dua alasan: (1) Untuk mempertahankan diri dan
melindungi hak miliknya, dan (2) Menjaga keselamatan dalam
penyebaran Islam dan mempertahankannya dari orang-orang yang
menghalanginya.(Nasution 2007)
1. Permusuhan Kafir Quraisy dengan Nabi
Meskipun Nabi dan umat Islam telah meninggalkan Makkah,
tetapi kafir Quraisy tidak menghentikan permusuhannya karena
jika Islam berkembang di Madinah bukan hanya mengancam
kepercayaan mereka tetapi juga ekonomi. Sebab letak Madinah
berada di jalur dagang mereka ke Syam. Maka tidak
mengherankan jika terjadi peperangan antara umat Islam
dengan kafir Quraisy selama 8 tahun dalam puluhan kali
pertempuran. Yang terpenting di antaranya adalah:

Perang Badar
Terjadi pada bulan Ramadhan 2 H (624 M), di dekat sebuah
sumur milik Badr. Sebab utamanya adalah untuk memenuhi
tekad kafir Quraisy membunuh Nabi yang berhasil meloloskan
diri ke Madinah dan menghukum orang yang melindunginya.

Perang Uhud
Terjadi pada tahun 3 H (625 M). Penyebabnya karena
kekalahan kaum Quraisy dalam perang Badr merupakan
pukulan berat. Mereka bersumpah akan melakukan
pembalasan. Untuk itu pemimpin Abu Sofyan memobilisasi
3000 prajurit.

Perang Ahzab
terjadi pada bulan Syawal 5 H (627 M). di pihak musuh
membentuk pasukan gabungan yang terdiri dari orang-orang
Quraisy, suku Yahudi yang mengungsi ke Khaibar, dan
beberapa suku Arab lainnya. Mereka berjumlah 10.000 tentara
di bawah pimpinan Abu Sofyan.

2. Permusuhan Yahudi dengan Nabi


Seperti telah disebutkan bahwa pada mulanya orang
Yahudi termasuk di antara orang yang menanti-nantikan
kedatangan Nabi Muhammad s.a.w., tetapi karena Nabi berasal
dari bangsa Arab, mereka menolaknya. Sewaktu Rasulullah
mengadakan konstitusi Madinah mereka termasuk yang ikut
serta menandatangani perjanjian tersebut, tetapi tidak dengan
hati yang jujur dan melanggarnya. Kedengkian mereka
semakin bertambah kepada umat Islam setelah mereka
menyaksikan pesatnya perkembangan Islam di Madinah.
Mereka memusuhi Islam dengan bertahap. Mula-mula
bergabung dengan orang Quraisy, dengan tipu muslihat agar
orang Arab sendiri yang menghancurkan orang Arab dengan
pedang mereka. Kemudian mereka dengan terang-terangan
memusuhi Islam.

3. Permusuhan Orang Arab Lainnya dengan Nabi


Sekalipun Makkah sudah dapat dikalahkan masih ada
lagi dua suku Arab yang masih menentang Nabi, yaitu Bani
Tsaqif di Thaif dan Bani Hawazin di antara Thaif dan Makkah.
Kedua suku ini bergabung membentuk pasukan untuk
memerangi Islam. Mereka menuntut bela atas berhala-berhala
mereka yang dihancurkan Nabi dan umat Islam di Ka’bah.

Nabi mengerahkan 24.000 pasukan menuju Hunain


untuk menghadapi mereka. Pasukan ini dipimpin langsung oleh
Nabi, sehingga umat Islam memenangkan pertempuran dalam
waktu yang tidak terlalu lama. Dengan ditaklukkannya Bani
Tsaqif dan Bani Hawazin pada tahun 8 H, seluruh Jazirah Arab
telah berada di bawah kekuasaan Rasulullah.

Pada tahun 9 H, Nabi ingin membalas kekalahan Islam


dalam perang Mu’tah dengan mengerahkan pasukan besar
sebanyak 70.000 orang. Melihat besarnya pasukan Islam yang
dipimpin Nabi, tentara Romawi terpaksa menarik mundur
pasukannya. Nabi tidak ingin menyerang pasukan yang
mundur itu. Nabi tinggal sebentar di Tabuk dan mengadakan
perjanjian dengan penduduk yang ada di perbatasan Jazirah
Arab itu. Dengan demikian, daerah perbatasan itu dapat
dirangkul ke dalam barisan Islam. Perang Tabuk merupakan
perang terakhir yang diikuti Rasulullah Saw. (Nasution 2007)

Tahun Perutusan/Tahun Delegasi Pada tahun 9 dan 10 H (630 –


632 M)
disebut tahun delegasi karena berbagai suku dari pelosok-
pelosok Arab mengutus delegasinya kepada Nabi menyatakan diri
tunduk di bawah kekuasaan Islam. Masuknya orang Makkah ke dalam
agama Islam rupanya mempunyai pengaruh yang amat besar pada
penduduk padang pasir yang liar itu. persatuan bangsa Arab telah
terwujud. Peperangan antara suku sebelumnya, telah berubah menjadi
persaudaraan beragama.(Nasution 2007)

Nabi Wafat
Tiga bulan setelah Nabi kembali ke Madinah, beliau menderita
sakit. Abu Bakar disuruh Nabi mengimami kaum muslimin dalam
sholat sebanyak tiga kali, bila beliau tidak sanggup melakukannya.
Sakit Nabi itu berlangsung selama 14 hari. Akhirnya beliau
menghembuskan nafas terakhir pada hari Senin, 12 Rabiul Awwal 11
H, dalam usia 63 tahun di rumah istrinya ‘Aisyah. Kaum muslimin
yang diberitahukan atas wafatnya Nabi itu dicekam kebingungan, tetapi
Abu Bakar tampil membacakan ayat al-Qur’an Sûrat Ali ‘Imran ayat
144, dan berpidato : “wahai manusia, barang siapa memuja Nabi
Muhammad, maka Nabi Muhammad telah wafat.(Nasution 2007)

B. Islam di Masa Al-Khulafa’ Al-Rashidun (632-661 M)


Al-Khulafa ar-Rasyidin bermakna pengganti-pengganti Rasul yang
cendekiawan. Adapun pencetus nama Al-Khulafa ar-Rasyidin adalah dari
orang-orang muslim yang paling dekat dari Rasul setelah meninggalnya beliau.
Mengapa demikian, karena mereka menganggap bahwa 4 tokoh sepeninggal
Rasul itu orang yang selalu mendampingi Rasul ketika beliau menjadi
pemimpin dan dalam menjalankan tugas.(syukur 2011)

Dalam Al-Qur'an, manusia secara umum merupakan khalifah Allah di


muka bumi untuk merawat dan memberdayakan bumi beserta isinya.
Sedangkan khalifah secara khusus maksudnya adalah pengganti Nabi
Muhammad saw sebagai Imam umatnya, dan secara kondisional juga
menggantikannya sebagai penguasa sebuah edentitas kedaulatan Islam
(negara). Sebagaimana diketahui bahwa Nabi Muhammad saw selain sebagai
Nabi dan Rasul juga sebagai Imam, Penguasa, Panglima Perang, dan lain
sebagainya.(jamil 2011)

Adapun yang dimaksud dengan Khulafaur Rasyidin adalah para


pemimpin pengganti Rosulullah dalam mengatur kehidupan umat manusia yang
adil, bijaksana, cerdik, selalu melaksanakan tugas dengan benar dan selalu
mendapat petunjuk dari Allah. Tugas Khulafaur Rasyidin adalah menggantikan
kepemimpinan Rosulullah dalam mengatur kehidupan kaum muslimin. Jika
tugas Rosulullah terdiri dari dua hal yaitu tugas kenabian dan tugas kenegaraan.
Maka Khulafaur Rasyidin bertugas menggantikan kepemimpinan Rasulullah
dalam masalah kenegaraan yaitu sebagai kepala Negara atau kepala
pemerintahan dan pemimpin agama. Adapun tugas kerosulan tidak dapat
digantikan oleh Khulafaur Rasyidin karena Rasulullah adalah Nabi dan Rosul
yang terakhir. Setelah Beliau tidak ada lagi Nabi dan Rosul lagi. Tugas
Khulafaur Rasyidin sebagai kepala Negara adalah mengatur kehidupan
rakyatnya agar tercipta kehidupan yang damai, adil, makmur, aman, dan
sentosa. Sedangkan sebagai pemimpin agama Khulafaur Rasyidin bertugas
mengatur hal-hal yang berhubungan dengan masalah keagamaan. Bila terjadi
perselisihan pendapat maka khulafaur rasyidin lah yang berhak mengambil
keputusan. Meskipun demikian Khulafaur Rasyidin dalam melaksanakan
tugasnya selalu mengutamakan musyawarah bersama, sehingga setiap
kebijakan yang diambil tidak bertentangan dengan kaum muslimin.

Khulafaur Rasyidin merupakan pemimpin umat Islam dari kalangan


sahabat pasca Nabi wafat. Mereka merupakan pemimpin yang dipilih langsung
oleh para sahabat melalui mekanisme yang demokratis. Siapa yang terpilih,
maka sahabat yang lain memberikan baiat (sumpah setia) pada calon yang
terpilih tersebut. Ada dua cara dalam pemilihan khalifah ini , yaitu : pertama,
secara musyawarah oleh para sahabat Nabi. Kedua, berdasarkan atas
penunjukan khalifah sebelumnya.(syaefuddin 2013)

1. Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq (11-13 H / 632-634 M)

Namanya ialah Abdullah ibn Abi Quhaifah Attamini.


Di zaman pra islam bernama Abdullah ibnu Ka’bah, kemudian
diganti oleh Nabi menjadi Abdullah. Ia termasuk salah seorang
sahabat yang utama. Julukannya Abu Bakar (bapak Pemagi)
karena dari pagi-pagi betul memeluk agama islam, gelarnya
ash-Shiddiq karena ia selalu membenarkan Nabi dalam
berbagai peristiwa, terutama Isra’ Mi’raj. Jadi nabi Muhammad
sering kali menunjukkannya untuk mendampinginya di saat
penting atau jika berhalangan, dan Rasul tersebut
mempercayainya sebagai pengganti untuk menangani tugas-
tugas keagamaan.(syukur 2011)
Ketika nabi Muhammad wafat, nabi tidak
meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikan
beliau sebagai pemimpin politik umat islam setelah beliau
wafat. Beliau tampaknya menyerahkan persoalan tersebut pada
kaum muslimin sendiri untuk menentukannya. Karena itulah,
tidak lama setelah beliau wafat dan jenazahnya belum
dimakamkan, sejumlah tokoh muhajirin dan anshar berkumpul
dibalai kota bani Sa’idah, Madinah. Mereka
memusyawarahkan siapa yang akan dipilih menjadi pemimpin.
Musyawarah cukup alot karena masing-masing pihak, baik
muhajirin maupun anshar, sama-sama merasa berhak menjadi
pemimpin umat islam. Namun dengan semangat ukhuwah
islamiyah yang tinggi, akhirnya Abu Bakar terpilih. Rupanya
semangat keagamaan Abu Bakar yang tinggi mendapat
penghargaan yang tinggi dari umat islam, sehingga masing
masing pihak menerima dan membaiatnya.(badri 2004)
Sepak terjang pola pemerintahan Abu Bakar dapat
dipahami dari pidato Abu Bakar ketika ia diangkat menjadi
khalifah. Secara lengkap pidatonya sebagai berikut: “ Wahai
manusia sungguh aku telah memangku jabatan yang kamu
kerjakan, padahal aku bukan orang yang terbaik diantara kamu.
Apabila aku melaksanakan tugasku dengan baik,bantulah aku,
dan jika aku berbuat salah , luruskanlah aku. Kebenaran adalah
suatu kepercayaan, dan kedustaan adalah suatu penghianatan.
Orang yang lemah diantara kamu adalah orang yang kuat bagi
ku sampai aku memenuhi hak-haknya, dan orang kuat diantara
kamu adalah lemah bagi ku hingga aku mengambil haknya,
Insya Allah.janganlah salah seorang darimu meninggalkan
jihad. Sesungguhnya kaum yang tidak memenuhi panggilan
jihad maka Allah akan menimpakan suatu kehinaan. Patuhlah
kepadaku selama aku taat kepada Allah dan Rosul Nya. Jika
aku tidak menaati Allah dan RosulNya, sekali-kali jangan lah
kamu menaatiku . Dirikanlah shalat , semoga Allah merahmati
kamu”.(supriyadi 2008)

Perang Riddah
Ada tiga golongan pembangkang yang muncul
sepeninggal Rasulullah, yaitu orang-orang murtad, orang-orang
yang enggan membayar zakat dan Nabi-nabi palsu. karena hal
inilah khalifah lebih memusatkan perhatiannya memerangi
para pemberontak, maka dikirimlah pasukan untuk memerangi
para pemberontak ke yamamah, dalam insiden itu banyak para
khufadhil qur’an yang mati syahid. kemudian karena khawatir
hilangnya Al-Quran sayyidina Umar mengusulkan pada
khalifah untuk membukukan al-quran, kemudian untuk
merealisasikan saran tersebut diutuslah Zaid Bin Tsabit untuk
mengumpulkan semua tulisan alquran, pola pendidikan
khalifah Abu Bakar masih seperti Nabi, baik dari segi materi
maupun lembaga pendidikannya.(asrohah 2001)
Perluasan Wilayah
Sebelum Rasulullah wafat, beliau telah
mempersiapkan pasukan yang akan dikirim ke fron utara
Jazirah Arab yaitu mulai dari Suriah sampai ke Palestina yang
menjadi wilayah jajahan Romawi, tetapi sebelum pasukan itu
diberangkatkan, Nabi terlebih dahulu wafat, maka pasukan itu
tetap diberangkatkan oleh Abu Bakar setelah beliau diangkat
menjadi khalifah.
Pemberangkatan itu dinilai lebih bersifat politis karena
orang-orang Romawi yang tadinya berharap agar Islam hancur
karena umatnya berperang dengan sesamanya, menjadi kecewa
setelah Abu Bakar berhasil mengatasi situasi dan bahkan
memberangkatkan pasukan Islam. Kini mereka membujuk
suku-suku Badawi di perbatasan utara Jazirah Arab agar
membantunya melawan Islam.
Abu Bakar Wafat
Abu Bakar wafat pada saat pasukan Islam sedang berada di
luar kota Abu Bakar sakit selama satu minggu. Pada saat sakit
itu, dia bermusyawarah dengan para sahabat terkemuka, yang
berhasil menetapkan penggantinya Umar bin Khaththab
sebagai khalifah kedua. Abu Bakar meninggal dunia dalam usia
63 tahun beberapa bulan, setelah memerintah selama dua tahun
beberapa bulan.

2. Khalifah Umar Ibnu al-Khathab (13-23 H / 634-644 M)

Umar bin Khatthab nama lengkapnya adalah Umar bin


Khatthab bin Nufail keturunan Abdul Uzza Al-Quraisy dari
suku Adi. Umar dilahirkan di Mekah tiga belas tahun setelah
kelahiran Nabi Muhammad. Umar masuk Islam pada tahun
keenam setelah kenabian, dan menjadi salah satu sahabat
terdekat Nabi Muhammad saw serta menjadi khalifah kedua
setelah Abu Bakar Ash-Shiddiq. Setelah masuk Islam, Umar
mempertaruhkan seluruh sisa hidupnya untuk membela
dakwah Rasul. Umar menjadi benteng dan pilar ajaran Islam
yang paling kukuh. Ia menjadi orang kepercayaan Rasulullah
sekaligus penasihat utamanya. Umar juga berperan besar bagi
perkembangan dan kejayaan Islam di kemudian hari.

Selama pemerintahan Umar, kekuasaan Islam tumbuh


dengan sangat pesat. Islam mengambil alih Mesopotamia dan
sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang
mengakhiri masa kekaisaran sassanid) serta mengambil alih
Mesir, Palestina, Syiria, Afrika Utara dan Armenia dari
kekaisaran Romawi (Byzantium). Saat itu ada dua negara adi
daya yaitu Persia dan Romawi. Namun keduanya telah
ditaklukkan islam pada jaman Umar. Sejarah mencatat banyak
pertempuran besar yang menjadi awal penaklukan ini. Pada
pertempuran Yarmuk, yang terjadi di dekat Damaskus. 20 ribu
pasukan Islam mengalahkan pasukan Romawi yang mencapai
70 ribu dan mengakhiri kekuasaan Romawi di Asia Kecil
bagian selatan. Umar melakukan banyak reformasi secara
administratif dan mengontrol daridekat kebijakan publik,
termasuk membangun sistem administratif untuk daerah yang
baru ditaklukkan. Ia juga memerintahkan diselenggarakannya
sensus di seluruh wilayah kekuasaan Islam.Tahun 638, ia
memerintahkan untuk memperluas dan merenovasi Masjidil
Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Ia juga
memulai proses kodifikasi hukum Islam. Umar dikenal dari
gaya hidupnya yang sederhana, alih-alih mengadopsi gaya
hidup dan penampilan para penguasa di zaman itu, ia tetap
hidup sangat sederhana. Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun
ke-empat kekhalifahannya, Umar mengeluarkan keputusan
bahwa penanggalan Islam hendaknya mulai dihitung saat
peristiwa hijrah.

Ada beberapa perkembangan peradaban Islam pada


masa khalifah Umar bin Khatthab, yang meliputi Sistem
pemerintahan (politik), ilmu pengetahuan, sosial, seni, dan
agama. Sebagaimana dijelaskan berikut :

Perkembangan politik
Pada masa khalifah Umar bin khatab, kondisi politik
islam dalam keadaan stabil, usaha perluasan wilayah Islam
memperoleh hasil yang gemilang. Karena perluasan daerah
terjadi dengan cepat, Umar Radhiallahu ‘anhu segera mengatur
administrasi negara dengan mencontoh administrasi yang
sudah berkembang terutama di Persia. Perluasan penyiaran
Islam ke Persia sudah dimulai oleh Khalid bin Walid pada
masa Khalifah Abu Bakar, kemudian dilanjutkan oleh Umar.

Administrasi pemerintahan diatur menjadi delapan


wilayah provinsi: Makkah, Madinah, Syiria, Jazirah Basrah,
Kufah, Palestina, dan Mesir. Pada masa Umar bin khattab
mulai dirintis tata cara menata struktur pemerintahan yang
bercorak desentralisasi. Mulai sejak masa Umar pemerintahan
dikelola oleh pemerintahan pusat dan pemerintahan propinsi.
Karena telah banyak daerah yang dikuasai Islam maka sangat
membutuhkan penataan administrasi pemerintahan, maka
khalifah Umar membentuk lembaga pengadilan, dimana
kekuasaan seorang hakim (yudikatif) terlepas dari pengaruh
badan pemerintahan (eksekutif). Adapun hakim yang ditunjuk
oleh Umar adalah seorang yang mempunyai reputasi yang baik
dan mempunyai integritas dan keperibadian yang luhur. Zaid
ibn Tsabit ditetapkan sebagai Qadhi Madinah, Ka’bah ibn Sur
al-Azdi sebagai Qadhi Basrah, Ubadah ibn Shamit sebagai
Qadhi Palestina, Abdullah ibn mas’ud sebagai Qadhi kufah.

Perkembangan Ekonomi
Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, dan
setelah Khalifah Umar mengatur administrasi negara dengan
mencontoh administrasi yang sudah berkembang terutama di
Persia. Pada masa ini juga mulai diatur dan ditertibkan sistem
pembayaran gaji dan pajak tanah. Untuk menjaga keamanan
dan ketertiban, jawatan kepolisian dibentuk. Demikian pula
jawatan pekerjaan umum. Umar juga mendirikan Bait al-Mal,
menempa mata uang, dan membuat tahun hijiah. Dan
menghapuskan zakat bagi para Mu’allaf.

Umar Bin Khattab Wafat


Tetapi sungguh suatu ironi, pribadi yang
mengagumkan dan mempesona itu akhirnya terbunuh di tangan
budak Persia, bernama Abu Lu’lu’ (Abd Mughiroh). Karena
orang-orang Persia sangat merasa dendam kepada Umar yang
menaklukkan dan telah menghancurkan negeri mereka, dan
sebab itu mereka mempergunakan budak tersebut untuk
membunuhnya.
Masa pemerintahan Umar bin Khatab berlangsung
selama 10 tahun 6 bulan, yaitu dari tahun 13 H/634M sampai
tahun 23H/644M. Beliau wafat pada usia 64 tahun. Selama
masa pemerintahannya oleh Khalifah Umar dimanfaatkan
untuk menyebarkan ajaran Islam dan memperluas kekuasaan
ke seluruh semenanjung Arab. Ia meninggal pada tahun 644M
karena ditikam oleh Fairuz (Abu Lukluk), budak Mughirah bin
Abu Sufyan dari perang Nahrrawain yang sebelumnya adalah
bangsawan Persia. Sebelum meninggal, Umar menunjuk
Dewan untuk memilih Khalifah pengganti dari salah satu
anggotanya. Mereka adalah Usman, Ali, Tholhah, Zubair, Saad
bin Abi Waqash dan Abdurrahman bin Auf.

3. Khalifah Utsman bin Affan (23-36 H/644-656 M


Khalifah ketiga yaitu Utsman bin Affan, Nama lengkapnya
ialah Utsman bin Affan bin Abil Ash bin Umayyah dari suku
Quraisy. Ia memeluk Islam karena ajakan Abu Bakar, dan
menjadi sahabat dekat Nabi Muhammad SAW. pada waktu itu.
Ia sangat kaya namun tetap sederhana dan sebagian besar
kekayaan nya digunakan untuk kepentingan Islam. Ia juga
mendapat julukan zun nurain, artinya yang memiliki dua
cahaya, karena menikahi dua putri Nabi Muhammad secara
berurutan setelah salah satu meninggal.
Utsman melanjutkan perluasan wilayah yang dilakukan
khalifah Umar. Di fron utara Armenia direbut dari orang-orang
Bizantium. Demikian juga pulau Cyprus, pulau Rhodes di fron
timur, Thabaristan, Khurasan, dan bagian yang tersisa dari
Persia. Di fron barat Tunisia direbut dari Romawi. Sampai di
sini ekspansi pertama dalam Islam terhenti, karena disibukkan
menhadapi pergolakan dalam negeri pada masa pemerintahan
Ali. (Nasution 2007)
Kebijaksanaan Utsman
1. Pemerintahan
Kepemimpinan Utsman sangat berbeda dengan
kepemimpinan Umar. Utsman mengambil beberapa
kebijaksanaan yang menimbulkan keresahan masyarakat yang
berlanjut pada kerusuhan. Pertama, dia mengangkat kaum
kerabatnya pada jabatan-jabatan tinggi negara atau yang
dikenal dengan politik nepotisme, yaitu sebagai gubernur dan
sekretaris Negara ;
a. Saudara sesusuannya Abdullah bin Sa’ad diangkat menjadi
gubernur Mesir menggantikan Amr bin Al-Ash.
b. Saudara sepupunya Walid bin Uqbah diangkat menjadi
gubernur Kufah menggantikan Mughirah bin Syu’bah. Walid
bin Uqbah kemudian diganti pula dengan saudara sepupunya
Sa’ad bin al-Ash.
c. Anak bibinya Abdullah bin Amir diangkat menjadi gubernur
Basrah menggantikan Abu Musa al-Asy’ari.
d. Muawiyah bin Abi Sofyan yang masih sama-sama keturunan
Bani Umaiyah dikukuhkan menjadi gubernur Syria dan
ditambah dengan wilayah Hims, Yordania, Libanon dan
Palestina, semuanya berada di tangannya.
e. Saudara sepupunya sekaligus menantunya Marwan bin
Hakam diangkat menjadi sekretaris Negara menggantikan Zaid
ibn Tsabit. Sehingga terkumpullah seluruh kekuasaan di tangan
satu keluarga saja. (Nasution 2007)
Kedua, membubarkan dewan pengelola Baitul Mal
yang dulu dibentuk pada masa khalifah Umar dan dijabat oleh
Abdullah ibn Arqam yang terkenal sangat jujur dan berpotensi
mengelola Baitul Mal. Kini badan itu dihapuskan sehingga
pengelola Baitul Mal langsung berada di tangan khalifah.
Akibatnya orang yang dulu mendapat tunjangan dari negara,
kini tidak ada lagi.
Pengangkatan Marwan ibn Hakam menjadi ketua
sekretaris Negara dan pencopotan Abdullah ibn Arqam dari
ketua Baitul Mal mendapat kecaman pedas dari tokoh-tokoh
masyarakat. Sebab mereka mengetahui bahwa Marwan dan
ayahnya Hakam keduanya adalah orang yang berbahaya bagi
daulah Islamiyah, kalau tidak mengapa dulu Rasulullah, Abu
Bakar dan Umar melarang kedua orang itu pindah dari Thaib
ke Madinah. Justru Utsman meminta Marwan datang ke
Madinah untuk diserahi jabatan penting Negara. Sementara
Abdullah Ibn Arqam terkenal sangat jujur dan profesional
dalam mengelola Baitul Mal.
Ketiga, tanah-tanah rampasan perang atau ditinggalkan
pemiliknya pada waktu perluasan wilayah di masa khalifah
Umar dulu dijadikan milik negara. Tanah itu diolah rakyat, dan
negara memperoleh bagian dari hasil tanah itu. Kini, di masa
Usman tanah-tanah itu diperjual-belikan. Seperti tanah negara
yang ada di Basrah dan Kufah dijual kepada Talhah dan zubeir.
Juga memberikan tanah Fadak di Persia kepada Marwan ibn
Hakam dan membolehkan Muawiyah mengambilalih tanah-
tanah negara di seluruh wilayah Syiria, suatu hal yang dilarang
keras oleh Khalifah Umar sebelumnya.
Akibatnya, banyak keluarga Bani Umaiyah dan
sahabat-sahabat tertentu yang kaya mendadak yang hidup
mewah melimpah berkecukupan, sebaliknya sangat banyak
pula rakyat yang menjadi miskin mendadak karena lahan
kehidupan mereka terputus, hilang mata pencaharian.
Dari tiga macam kebijaksanaan yang dilakukan
khalifah Utsman di atas menimbulkan kekecewaan dan
kemarahan rakyat, terutama di Mesir, Kufah dan Basrah.
Bahkan Abu Zar Al-Qhiffari mengecam para gubernur dan
ketimpangan ekonomi pemerintah. Ia dielu-elukan rakyat,
tetapi dia ditangkap Muawiyah dan dikirim ke Madinah.
Akhirnya dia meninggal dalam kemiskinan. Sementara itu
Abdullah bin Saba’- seorang munafik dan bekas penganut
agama Yahudi- mempropokasi kekecewaan rakyat itu, sehingga
ia berhasil menggalang rakyat di Kufah, Basrah dan Mesir
supaya memberontak. Pada tahun 35 H berangkatlah 500 orang
dari Mesir di bawah pimpinan Muhammad ibn Abu Bakar
Shiddiq menuju Makkah untuk menunaikan ibadah haji.
(Nasution 2007)

2. Pembukuan Al-Qur’an
Di masa pemerintahan Utsman bin Affan, muncul
perbedaan perbacaan ayat-ayat al-Qur’an di kalangan umat
Islam. Hal ini terjadi karena Rasulullah memberi kelonggaran
kepada kabilah-kabilah Arab untuk membaca al-Qur’an
menurut dialek mereka masing-masing. Sampai pada masa
khalifah Utsman membaca al-Qur’an menurut dialek masing-
masing kabilah sudah sangat banyak variasi (berbagai dialek).
Huzaifah bin Yaman yang pernah mendengar bacaan
al-Qur’an dalam banyak bentuk dialek, mengusulkan kepada
khalifah Utsman agar membuat mushaf standar yang kelak
menjadi pegangan bagi seluruh umat Islam di berbagai
wilayah. Utsman menerima usul tersebut dan membentuk
panitia (lajnah) yang diketuai oleh Zaid bin Tsabit. Al-Qur’an
yang disimpan Hafsah disalin dan diseragamkan dialeknya
menurut dialek Quraisy karena diturunkan melalui dialek
Quraisy.
Setelah selesai disalin dalam 6 buah, mushaf yang
dipinjam tersebut dikembalikan lagi kepada Hafsah. Dari 6
buah salinan tersebut, satu diantaranya disimpan khalifah
Utsman di Madinah, yang lain disuruh Khalifah agar di kirim
ke wilayah-wilayah Islam, yaitu Makkah, Madinah, Basrah,
Kufah dan Syam/Syria. Semua naskah
Al-Qur’an yang dikirim ke daerah tersebut agar
dijadikan pedoman bagi penyalinan berikutnya di daerah
masing-masing. Naskah lainnya diperintahkan untuk dibakar
sehingga keaslian al-Qur’an dapat terjamin dan terpelihara.
Sedangkan Mushaf yang sudah diseragamkan dialeknya itu
disebut Mushaf Utsmani sebagai Mushaf yang resmi sampai
sekarang.
Huruf-huruf al-Qur’an barulah diberi berbaris, fat-hah,
dhammah, kasrah dan sukun di masa pemerintahan Muawiyah
bin Abi Sofyan, khalifah Bani Umayyah pertama atas perintah
gubernur Bashrah Ziyyad bin Ubaidillah kepada Abu al-Aswad
al-Du’ali. Barulah diberi bertitik di masa pemerintahan Abdul
Malik bin Marwan, khalifah kelima Bani Umayyah atas buah
pikiran gubernur Irak, al-Hajjaj bin Yusuf. (Nasution 2007)

Utsman Wafat
Situasi politik pada masa akhir pemerintahan Ustman
semakin mencekam dan timbul pemberontakan-pemberontakan
yang mengakibatkan terbunuhnya Ustman. Ustman akhirnya
wafat sebagai syahid pada hari jumat tanggal 17 Dzulhijjah 35
H/ 655 M. ketika para pemberontak berhasil memasuki
rumahnya dan membunuh Ustman saat membaca al-Quran.
(Nasution 2007)

4. Khalifah Ali bin Abi Thalib (36-41 H/656-661 M)


Nama lengkapnya adalah Ali bin Abi Thalib bin Abd
al-Muththalib bin Hasyim bin Abd al-Manaf bin Luay bin
Kilab bin Qushai. Dia dilahirkan di Makkah pada saat tiga
puluh tahun umur Nabi Muhammad s.a.w. Ibunya bernama
Fathimah binti Asad bin Hasyim bin Abd al-Manaf.
Ali adalah orang pertama yang masuk Islam dari
kalangan anak-anak, pada saat itu umurnya belum genap
berusia tiga belas tahun. Ali adalah orang yang tidur di tempat
Nabi, waktu malam beliau hijrah dari Makkah ke Yatsrib dan
menyusul Nabi ke Yatsrib setelah menunaikan segala amanah
yang dipercayakan Nabi kepadanya.
Kaum pemberontak mendesak Ali supaya bersedia
diangkat menjadi khalifah, tetapi ditolaknya, dan dia
menegaskan bahwa masalah itu bukanlah urusan mereka, tetapi
urusan para pejuang perang Badr. Mana Thalhah, Zubeir, dan
mana Sa’ad, tanya Ali kepada mereka. Karena ditolak Ali,
mereka kemudian meminta kesediaan Sa’ad bin Abi Waqqash
dan Abdurrahman bin Auf. Tetapi masingmasing dari mereka
juga menolak.
Kaum pemberontak kembali mendesak Ali supaya
bersedia diangkat menjadi khalifah. Ali akhirnya menerima
jabatan itu dengan ketentuan dia diberi kesempatan
memerintah sesuai dengan Kitabullah dan Sunnah Rasul. Ia
memangku jabatan khalifah itu mulai 24 Juni 656 M. atau
tahun 35 H. dalam usia 58 tahun.
Ali tidak mendapat pengakuan dari beberapa sahabat
penting di Madinah, ditambah lagi dari penduduk wilayah
Syam. Maka tidak mengherankan kalau dikatakan bahwa
pemerintahan Ali inilah yang paling tidak stabil. Dia
dihadapkan pada konflik berkepanjangan dari awal sampai
akhir pemerintahan beliau. Konflik dengan Aisyah, Muawiyah,
dan dengan bekas anak buahnya Khawarij.
Menurut al-Khudri Bek, yang menjadi penyebab utama
tidak stabilnya keadaan di masa pemerintahan Ali karena Ali
terlalu percaya diri dan memandang hanya pendapatnya saja
yang benar. Hampir tidak ada (jarang) dia bermusyawarah
dengan orang-orang besar Quraisy dalam urusan penting
sekalipun. Malahan ia terlalu keras terhadap orang-orang besar
Quraisy itu.
Ali ditinggal para pembesar Quraisy bahkan pengikut
setianya sekalipun memisahkan diri dari dia, kemudian
menjadi kelompok Khawarij. Dia berperang dengan Aisyah,
isteri Nabi yang didukung Thalhah dan Zubeir, kemudian
dengan Muawiyah, gubernur Syam. (Nasution2007)

Kebijaksanaan Ali
Setelah Ali diangkat menjadi khalifah, dia mengambil
dua kebijaksanaan. Pertama, memecat gubernur yang diangkat
Utsman termasuk Muawiyah yang sudah menjadi gubernur
Syam semenjak khalifah Umar. Kedua, mengambil kembali
tanah-tanah negara yang sudah diperjual-belikan kroni-kroni
khalifah Utsman.
Banyak pendukung dan penasehat Ali serta kaum
kerabatnya, menasehatinya agar tidak melakukan perubahan
dulu atau menangguhkan tindakan radikal seperti itu sampai
keadaan stabil. Akan tetapi Ali tidak mengindahkan nasehat itu.
mereka merasa tidak diindahkan Ali, akibatnya Mughirah bin
Syu’bah dan Abdullah bin Abbas meninggalkan Ali. Dan yang
konyol, semua kepala daerah yang diangkat Ali terpaksa
kembali lagi ke Madinah karena tidak dapat memasuki daerah
yang ditugaskan kepadanya.
Dari fakta sejarah di atas, diketahui bukan berarti para
penasehat Ali itu setuju kepada gubernur yang diangkat
Utsman. Mereka pun tidak akan membiarkan pejabat-pejabat
yang berbuat aniaya di masa Utsman bekerja terus, tetapi
menunggu waktu stabil, kemudian baru dipecat. Akibat
tindakan Ali itu, dia kehilangan dukungan dari sahabatsahabat
karibnya. Jika pemuka-pemuka Quraisy seperti Abdullah bin
Abbas tidak lagi mendukung Ali, apalagi Muawiyah tentu
memusuhinya lagi.(Nasution 2007)

Konflik Dengan Aisyah (Perang Jamal)


Saat rumah Utsman dikepung oleh pemberontak,
Aisyah meninggalkan Madinah menuju Makkah. Setelah
Utsman terbunuh, dia kembali lagi ke Madinah. Setelah dia
ketahui bahwa Ali telah dibai’at menjadi khalifah, dia marah
dan berkata : “Demi Allah !Sekali-kali ini tidak boleh terjadi,
Utsman telah dibunuh secara aniaya, saya akan meuntut balas
atas kematian Utsman”. Jika Ali konflik dengan pembesar
Quraisy karena dia hampir tidak pernah mengajak mereka
bermusyawarah atau tidak mengindahkan nasehat mereka.
Dengan Aisyah lain lagi halnya. Paling tidak ada dua faktor.
Pertama, dulu waktu terjadi peristiwa Hadits Ifqi, Ali
memberatkan Aisyah. Kedua, dulu Ali lama memberi bai’atnya
kepada Abu Bakar, ayah Aisyah. Jadi menuntut bela atas
kematian Utsman apakah didorong oleh kepiluan hatinya atas
kematian Utsman atau faktor di atas. Hal ini menjadi sebuah
teka-teki.
Aisyah menentang Ali karena dia menginginkan anak
saudaranya Abdullah bin Zubeir (putera Zubeir yang sedang
bergabung dengannya) diangkat menjadi khalifah. Dan
Abdullah bin Zubeirlah yang mendorong Aisyah melanjutkan
perjalanan, karena dia pun berambisi menjadi khalifah. Tidak
salah kiranya kalau dikatakan Aisyah diperalat oleh Abdullah
bin Zubeir untuk mencapai tujuan pribadinya.
Menurut Ahmad Syalabi dan sebagian ahli sejarah,
perang Jamal bukanlah perang membela kebenaran, tatepi
karena keinginan dan nafsu dari Abdullah bin Zubeir, Thalhah,
Zubeir dan kebencian Aisyah kepada Ali. Dapat diketahui
bahwa kedua orang ini sudah lama tidak berbaikan. Kebencian
Aisyah disulut Abdullah bin Zubeir menghidupkan api
peperangan agar keinginannya menduduki kursi khalifah dapat
tercapai. Maka yang memikul tanggung jawab perang Jamal
adalah mereka ini. Kemudian ditambah Ali yang tidak mampu
menguasai pasukannya. Kalau dia menguasai mereka, pasti
peperangan tidak akan terjadi.

Konflik Dengan Muawiyah (Perang Shiffin)


Konflik Ali yang paling lama, bahkan membawa
kepada kematiannya adalah dengan Muawiyah. Ketika Ali
diangkat menjadi khalifah, Muawiyah sudah menjadi gubernur
Syam selama 22 tahun. Bukan saja semenjak khalifah Utsman
tetapi sudah semenjak khalifah Umar.

Munculnya Kaum Khawarij


Dalam perjalanan pulang ke Kufah, anggota pasukan
kelompok Ali yang tadinya mengancam Ali supaya
menghentikan perang dan menerima tahkim berubah pendirian.
Kini mereka berpendapat bahwa menerima tahkim adalah salah
karena hak mengadili hanya ada di tangan Allah s.w.t.
(Semboyan mereka “La Hukma Illa Lillah”). Atas dasar itu
mereka mengusulkan agar persetujuan mengadakan tahkim
dibatalkan dan usul tersebut ditolak Ali, sehingga dia konflik
dengan kaum Khawarij.

Ali Wafat
kaum Khawarij berpendapat bahwa biang keladi
perpecahan umat Islam adalah Ali, Muawiyah dan Amr bin al-
Ash. Oleh sebab itu mereka sepakat membunuh ketiga tokoh
itu pada waktu yang sama. Abdurrahman bin Muljan berhasil
menikam Ali dalam shalat subuh di mesjid Kufah. Barak bin
Abdillah al-Tamimi berhasil menikam Muawiyah tetapi hanya
terluka dan tidak membahayakannya. ‘Amr bin Bakr al-Tamimi
tidak berhasil menikam ‘Amr karena sakit tidak keluar pada
waktu subuh itu. Orang yang terbunuh adalah yang
menggantikannya sebagai imam shalat.
Peristiwa itu terjadi pada bulan Ramadhan 40 H
(Januari 661 M). Dalam beberapa hari setelah penikaman itu,
Ali meninggal dunia dalam usia enam puluh tiga tahun, setelah
memerintah selama lima tahun. Dengan wafatnya khalifah
keempat itu berakhirlah pemerintahan al-Khulafa’ al-Rasyidun.
C. Islam di Masa Dinasti Umayyah
Nama Dinasti Umayyah sendiri dinisbatkan kepada Umayyah bin Abd
Syams bin Abdu Manaf yang merupakan salah seorang tokoh penting di tengah
Quraisy pada masa Jahiliyah. Selain menjadi pendiri dari Dinasti Umayyyah,
Muawiyah juga menjadi Khalifah pertama dala dinasti tersebut. Sebagian besar
sejarawan memangdangnya negative bukan karena peristiwa perang Siffin
dengan Khalifah Ali saja, namun ia juga mengubah sistem demokrasi dalam
pemilihan pemimpin menjadi sistem kekusaan raja yang diwariskan turun-
temurun (monarchy heredity)
 Kemajuan Peradaban Islam pada Masa Bani Umayyah
Dalam kepemimpinannya, Dinasti Umayyah mencapai banyak
gemilangan diantaranya:
1. Perluasan Wilayah
Pada kekuasaan Bani Umayyah Islam semakin melebarkan
sayapnya sehingga wilayah kekuasaan Islam mapu menjangkau
wilayah Spanyol, seluruh wilayah Jazirah Arab, Syiria, Palestina,
Afrika Utara, sebagian daerah Anatolia, Irak, Persia, Afganistan, India
dan negeri-negeri yang sekarang dinamakan Turkmenistan, Uzbekistan
dan Kirgiztari yang termasuk Soviet Rusia.(Syauqi 2016)
2. Bidang Politik (Tata Pemerintahan)
Dalam bidang ini, selain megangkat Majelis Penasihat Bani
Umayyahjuga membentuk beberapa sekretaris yang terdiri dari:
a) Katib Ar-Rasail, yang bertugas mengelolaadministrasi dan surat-
menyurat dengan para pembesar setempat.
b) Katib Al-Kharraj, bertugas mencatatpemasukan dan pengeluaran
negara.
c) Katib Al-Jundi, bertugas mengatursemua hal yang berkaitan dengan
ketentaraan.
d) Katib Asy-Syurtah, bertugas menguruskeamanan dan ketertiban
umum.
e) Katib Al-Qudat, betugas dalam system pengadilan dan hakim.
3. Bidang Kemiliteran
Membentuk organisai kemiliteran yang terdiri dari angkatan
laut (Al-Bahriyah) dan angkatan kepolisian (As-Syurtah).(Al-Ahqaf
2020)
4. Bidang Ekonomi
Perkembangan di bidang perdagangan dan ekonomi,serta
pengelolaan pendapatan negara yang diatur dengan baik membawa
masyarakatnya pada tingkat kemakmuran.Tercatat dalam setahun hasil
penerimaan pajak di wilayah Syam saja mencapai 1.730.000 dinar
emas.(Al-Ahqaf 2020)

5. Bidang Kesehatan
Untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya maka Dinasti
Umayyah mendirikan rumah sakit yang bukan brfungsi sebagai tempat
pengobatan saja akan tetapi juga menjadi tempat mendidik tenaga-
tenaga keperawatan serta sebagai pusat penelitian dalam bidang
kedokteran.(Azman 2016)
6. Bidang Sosial Budaya
Keterbukaan interaksi sosial antara kaum Muslim dengan
negeri taklukannya menghasilkan perpaduan budaya baru, baik di
bidang seni dan ilmu pengetahuan.Seperti dalam bidang seni
bangunan(arsitektur), menoreh pencapaian gemilang seperti Dome of
the Rock (Qubah Ash-Shakhra) di Yerusalem.Dalam seni sastra
mendapat perhatian yang meningkat sehingga melahirkan tokoh-tokoh
besar seperti Al-Akhtal, Farazdag,Jurair, dan lain-lain.
7. Bidang Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan
Menurut Jurji Zaidan (George Zaidan), terdapat beberapa
kemajuan yang diraih pada masa Bani Umayyah dalam bidang
pengembangan ilmu pengetahuan, diantaranya sebagai berikut:
a) Pengembangan bahasa Arab.
b) Marbad sebagai kota pusat kegiatan ilmu.
c) Ilmu qira’at.
d) Ilmu tafsir.
e) Ilmu hadist.
f) Ilmu Fiqh.
g) Ilmu Nahwu.
h) Ilmu Jughrafi
i) Tarikh.
j) Usaha Penerjemahan.

 Masa Kemunduran dan Keruntuhan Bani Umayyah


Setelah mengalami kemajuan peradaban yang raih begitu pesat
pada awal pemerintahnanya, Dinasti Umayyah mengalami kemuduran
tidak hanya dikarenakan kelemahan-kelemahan internal tetapi juga
dikarenakan tekanan dari luar. Berikut beberapa faktor penyebab
kemunduran Bani Umayyah: (Al Ahqaf 2020)
1. Gerakan oposisi secara terbuka maupun tertutup yang dilakukan
pendukung Ali dan Khawarij, sehingga penumpasan terhadap
gerakan ini banyak menyedot kekuatan pemerintah.
2. Sistem monarki hereditas dalam pemerintahan menyebabkan
persaingan yang tidak sehat antara kalangan keluarga istana.
3. Kurang rasa satu kesatuan rakyat seperti terjadinya pertentangan
etnis antara suku Arabia utara (Bani Qays) dan Arabia selatan
(Bani Kalb) yang memang sudah terjadi sejak lama, dan terus
makin meruncing.
4. Menurunnya moral dalam diri khalifah dan kelemahan serta
ketidakmampuan beberapa Khalifah Bani Umayyah dalam
memimpin pemerintahan.kecewa karena perhatian penguasa
terhadap agama sangat kurang.
5. Munculnya kekuatan baru dari keturunan Al-Abbas bin Abdul
Muthalib yang juga mendapat dukungan dari Bani Hasyim yang
menjadi penyebab langsung tergulingnya kekuasaan Dinasti
Umayyah.

Berangsur-angsung melemahnya Dinasti Umayyah ini terjadi


setelah wafatnya Khalifah ke delapan yaitu Umar bin Abdul Aziz.
Dinasti Bani Umayyah diruntuhkan oleh dinasti BaniAbbasiyah pada
masa khalifah Marwan bin Muhammad (Marwan) pada tahun 127
H/744 M.(amin 2018)

D. Dinasti Abbasiyah (132-656 H/750-1258 M)


Nama dari dinasti Abbasiyah sendiri dinisbatkan pada Al-Abbas yang
mana pendirinya merupakam keturunan dari Abbas bin Abdul Muthalib.
Abdullah Ash-Shaffah menjadi Khalifah pertama dari Dinasti ini (132 H/750
M). Pemikiran yang pernah dilontarkan Bani Hasyim setelah wafatnya Rasullah
dengan menyatakan bahwa keturunan Rasulullah-lah yang berhak unntuk
berkuasa, dianggap sebagai muasal dari berdirinya Dinasti ini.Dalam
memggulingkan kekuasaan Dinasti Umayah propaganda Abbasiyah dilakukan
dengan strategi yang cukup matang sebagai gerakan rahasia.
 Kemajuan Peradaban Islam pada Masa Bani Abbasiyah
Tercatat dalam sejarah bahwa kepemimpinan Bani Abbasiyah banyak
memberikan kamajuan khususnya dalam perkembangan ilmu
pengetahuan. Beberapa kamajuan dalam Dinasti Abbasiyah sebagai
berikut.(sewang 2017)
1. Bidang Sosial Budaya
Seperti halnya pada masa Bani Umayyah pada masa ini juga
terjadi akulturasi budaya dan asimilasi, seperti dalam seni
bangunan dan arsitektur

2. Bidang Politik dan Militer


Melakukan perluasan wilaya serta mendirikan Diwanul Jundi
sebagai departemen pertahanan dan keamanan.
3. Sistem Pemerintahan
Bani Abbasiyah membentuk beberapa dewan-dewan seperti,
Amirul Umara (pimpinan Negara), Az-Zimani (sebagai dewan
pengawas), At- Taqwi (menangani dokumen-dokumen politik), Al-
Akhdas wasy Syurthah (dewan kepolisian), Al-Barid (badan pos
Negara), dan Qadli (kehakiman).(Kastalani 2016)
4. Sarana dan Prasarana
Dalam hal ini dinasti Abbasiyah banyak melakkukan
pembangunan untuk kesejahteraan masyarakat seperti mendirikan
rumah sakit, lembaga pendidikan kedokteran, pemandian umum,
(irfan 2016) armada dagang, armada laut, dan pembangunan
bendungan(Syauqi 2016)
5. Bidang keilmuan
Dalam bidang ini Bani Abbasiyah mengantarkan Baghdad sebagai
pusat peradaban dan kebangkitan ilmu pengetahuan. Sehingga
Philip K. Hitti menyebut kota ini sebagai kota intelektual, ia
mengatakan bahwa Baghdad adalah profesor masyarakat Islam.
(amin 2018)
6. Bidang ilmu agama(Amin 2018)
a) Ilmu Fiqh
b) Ilmu Hadits
c) Ilmu Kalam
d) Ilmu Bahasa
e) Ilmu tafsir
7. Bidang umum
a) Filsafat
b) Ilmu Kedokteran
c) Matematika
d) Farmasi
e) Ilmu Astronomi
f) Ilmu Geografi
g) Sejarah
h) Bidang Sastra
i) Kimia
 Kemunduran dan Kehancuran Bani Abbasiyah
Setelah melalui masa-masa keemasan Dinasti Abbasiyah pada
akhir kepemimpinannya mengalami kemunduran dan kehancuran
dikarenakan beberapa faktor yang tidak jauh bedanya dengan Dinasti
Umayyah yaitu sebagai berikut.(Syauqi 2016)
1. Pola hidup mewah dikalangan pemimpin yang seakan-akan
berlomba-lomba dari pemimpin sebelumnya.
2. Sistem pergantian penguasa yang turun temurun menjadikan
persaingan diantara keluarga kerajaan.
3. Konflik keagamaan yang saling berebut pengaruh yang terus
berlanjut antara golongan pengikut Muawiyah, Syi’ah, dan
Khawarij.
4. Banyaknya dinasti-dinasti yang memerdekakan diri dari
pemerintahan Dinasti Abbasiyah.
5. Kemunduran dalam kemiliteran menyebabkan Dinasti
Abbasiyah mempekerjakan orang-orang yang professional
khususnya tentara Turki menyebabkan tentara Turki berhasil
merebut kekuasaan.
6. Kerja sama antara Bani Abbasiyah dengan keturunan Parsi
diawal pemerintahannya menyebabkan kekuasan berhasil
direbut bangsa Parsi.
7. Hilangnya jiwa jihad dalam pemerintahan yang disebabkan
oleh lemahnya rasa patriotisme.
8. Lunturnya sifat amanah para pemimpin.
9. kefanatikan dalam bermadzhab.
10. Besarnya anggaran yang dikeluarkan untuk tentara
mengakibatkan kemerosotan ekonomi.
11. Kurangnya satu kesatuan yang mengakibatkan pada
perpecahan
12. Terjadinya Perang Salib yang berlangsung dengan beberapa
gelombang membuat terpecahnya perhatian pemerintah yang
memunculkan kelemahan belum lagi budaya buruk yang
dibawa tentara salib yang mengakibatkan kemerosotan moral
generasi muda.
13. .Serangan ganas dari bangsa Mongol ke wilayah kekuasaan
Islam tidak hanya menghancurkan peradaban Islam tetapi juga
menjadikan akhir kekuasaan dari Dinasti Abbasiyah yang
berkuasa krang lebih lima abad.

Keganasan Mongol menghancurkan peradaban yang telah


dibangun selama lima abad seakan-akan kejayaan, kebesaran,
keagungan, serta kemegahan kota Baghdad yang menjadi pusat
pemerintahan Bani Abbasiyah hanyalah kenangan manis yang
hanyut dibawa aliran sungai Tigris setelah bangsa Mongol berhasil
membumi hanguskan kota itu dengan menghancurkan kota dan
istana serta memabakar buku-buku yang ada di perpustakaan
terbesar kala itu yaitu Baitul Hikmah dan menghanyutkannya ke
sungai Tigris sehingga aliran airnya berubah warna menjadi hitam
dikarenakan lunturnya tinta-tinta yang ada di buku.(amin 2018)

E. Islam di Abad Pertengahan

Perkembangan Islam pada abad pertengahan ini dilakukan melalui tiga


jalan yang dilalui untuk memperkenalkan Islam pada masyarakat Eropa. Ketiga
jalan tersebut adalah :

 Jalan Barat
Proses melalui jalan barat dimulai dari kawasan Afrika Utara
dengan melewati Semenanjung Iberia. Para pejuang Islam yang melalui
jalan ini dipimpin oleh Thariq bin Ziyad dan dimulai pada tahun 711
M. Perjalanan Thariq dan rombongannya ini dikenal lantaran
prestasinya yang mampu melewati Pegunungan Pirenia yang pada
waktu itu terkenal sangat menakutkan. Namun, di kota Poitiers, Thariq
dan rombongannya ditahan oleh tentara Prancis yang dipimpin oleh
Karel Martel pada 732 M. Akhirnya, rombongan Thariq ini dibebaskan
oleh Khalifah Umayyah yang berkuasa di semenanjung Iberia.

 Jalan Tengah
Rute jalan tengah ini dimulai dari kawasan Tunisia. Rombongan
yang melewati jalan tengah ini menuju Apenina dengan melalui Sisilia.
Sisilia serta Italia Selatan sempat dikuasai oleh pejuang Islam meski
tidak terlalu lama. Sebab, pada abad 11, kedua kawasan tersebut
berhasil direbut oleh bangsa Nordia.

 Jalan Tiimur
Pada 1453, Turki yang dipimpin Sultan Muhammad II mampu
mengalahkan Byzantium. Caranya dengan menyerang Konstantinopel
melalui laut Hitam yang merupakan bagian belakang Konstantinopel.
Hal ini tidak diduga oleh tentara Byzantium sehingga dengan mudah
mampu ditundukkan. Setelah menundukkan Byzantium, tentara Turki
melanjutkan perjalanan hingga Wina, Austria. Perjalanan dilanjutkan
menuju Semenanjung Balkan. Kawasan Balkan sempat dikuasai tentara
Islam selama empat abad hingga abad 19. Meski demikian,
konstantinopel tetap berada dalam kekuasaan dinasti Umayyah dan
berganti nama menjadi Istanbul.
Perkembangan Islam, mengalami dua fase yaitu fase kemajuan
dan fase kemunduran. Fase kemajuan terjadi pada tahun 650 -1250 M
yang ditandai dengan sangat luasnya kekuasaan Islam, ilmu dan sain
mengalami kemajuan dan penyatuan antar wilayah Islam dan fase
kemunduran terjadi pada tahun 1250 – 1500 M. yang ditandai dengan
kekuasaan Islam terpecah-pecah dan menjadi kerajaan-kerajaan yang
terpisah pisah. Kemunduran Islam pada abad pertengahan, pada
umumnya yang menjadi penyebab diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Tidak menjaga dengan baik Wilayah kekuasaan yang luas
2. Penduduknya sangat heteregin sehingga mengalami kendala dalam
penyatuan
3. Para penguasanya lemah dalam kepemimpinannya
4. Krisis ekonomi
5. Dekadensi moral yang tidak terkendali
6. Apatis dan stagnasi dalam dunia iptek
7. Konflik antar kerajaan Islam
Terlebih lagi setelah, pasukan Mughal yang dipimpin oleh
Hulagu Khan berhasil membumihanguskan Baghdad yang merupakan
pusat kebudayaan dan peradaban Islam yang kaya dengan ilmu
pengetahuan, hal ini terjadi pada tahun 1258 M. Saat itu
kekhalifahannya dipimpin oleh khalifah Al Mu’tashim, penguasa
terakhir Bani Abbas di Baghdad. Setelah Baghdad ditaklukkan Hulagu,
umat islam dikuasai oleh Hulagu Khan yang beragama Syamanism
tersebut, kekuatan politik Islam mengalami kemunduran yang sangat
luar biasa. Wilayah kekuasaannya terpecah-pecah dalam beberapa
kerajaan kecil yang tidak bisa bersatu, satu dan lainnya saling
memerangi. Peninggalan-peninggalan budaya dan peradaban Islam
hancur ditambah lagi kehancurannya setelah diserang oleh pasukan
yang dipimpin oleh Timur Lenk.

 Masa Tiga Kerajaan Besar (1500-1800)


Keadaan perkembangan Islam secara keseluruhan baru
mengalami kemajuan kembali walaupun tidak sebanding dengan masa
sebelumnya (klasik) setelah berkembangnya tiga kerajaan besar yaitu
kerajaan Usmani di Turki, kerajaan Mughal di India dan kerajaan
Safawi di Persia. Diantara ketiga kerajaan tersebut yang terbesar dan
paling lama bertahan adalah kerajaan Usmani.
a. Kerajaan Usmani
Kerajaan Utsmani didirikan oleh bangsa Turki dari kabilah
Oghuz yang mendiami daerah Mongol dan daerah utara negeri Cina
yang bernama Usmani atau Usmani I dan memproklamirkan diri
sebagai Padisyah al Usman atau raja besar keluarga Usman tahun 1300
M (699 H). Kerajaan yang didirikan oleh Usmani ini selanjutnya
memperluas wilayahnya ke bagian Benua Eropa. Ia menyerang daerah
perbatasan Bizantium dan menaklukkan kota Broessa tahun 1317 M
sehingga tahun 1326 M dijadikan sebagai Ibukota Negara. Pada masa
pemerintahan Orkhan, kerajaan Usmani menaklukkan Azmir tahun
1327 M, Thawasyannly tahun 1330 M, uskandar tahun 1338 M, Ankara
1354 M dan Gallipoli tahun 1356 M. Daerah-daerah tersebut adalah
bagian benua Eropa yang pertama kali diduduki kerajaan Usmani.
Kerajaan Usmani untuk masa beberapa abad masih dipandang sebagai
Negara yang kuat terutama dalam bidang militer. Kemajuan-kemajuan
kerajaan Usmani yaitu dalam bidang pemerintahan dan kemiliteran,
bidang ilmu pengetahuan dan budaya misalnya kebudayaan Persia,
Bizantium dan arab, pembangunan Masjid-Masjid Agung,
sekolah-sekolah, rumah sakit, gedung, jembatan, saluran air villa dan
pemandian umum dan di bidang keagamaan.misalnya seperti fatwa
ulama yang menjadi hukum yang berlaku.
Kerajaan Usmani sepeninggal Sultan Al Qanuni, mengalami
kemunduran yang disebabkan oleh berbagai problema sebagai berikut:
1. Penduduknya sangat heterogen
2. Tidak dapat menguasai wilayah yang luas
3. Kepemimpinannya lemah
4. Terjadinya dekadensi moral
5. Krisis ekonomi dan
6. Ilmu dan tekhnologi stagnan.

b. Kerajaan Safawi Di Persia

Kerajaan Syafawi, mulanya adalah sebuah gerakan tarekat


yang berdiri di Ardabil (Azerbaijan). Tarekatnya bernama tarekat
Safawiyah, nama ini diambil dari nama pendirinya yang bernama Safi-
Al Din dan nama Syafawi dilestarikan setelah gerakannya berhasil
mendirikan kerajaan. Jalan hidup yang ditempuh Al Din adalah jalan
sufi dan mengembangkan tasawuf Safawiyah menjadi gerakan
keagamaan yang sangat berpengaruh di Persia, Syiria dan Anatolia.
Yang semula bertujuan memerangi orang-orang yang ingkar dan
memerangi orang-orang yang ahli bid’ah. Lama kelamaan pengikut
tarekat Syafawiyah berubah menjadi tentara dan fanatik dalam
kepercayaan dan menentang keras terhadap orang selain Syiah Dalam
perkembangannya, kerajaan Syafawi selanjutnya dipimpin oleh Ismail
yang baru berusia tujuh tahun. Ismail beserta pasukannya yang
bermarkas di Gilan selama limabelas tahunmempersiapkan
kekuatannya dan mengadakan hubungan dengan para pengikutnya di
Azerbeijan, Syiria dan Anatolia dan pasukan tersebut dinamai
Qizilbash atau baret merah.
Saat kepemimpinan Ismail, pada tahun 1501 M, pasukannya
dapat mengalahkan AK Koyunlu di Sharur dan Tabriz sehingga Ismail
memproklairkan dirinya menjadi raja pertama dinasti Syafawi dan
berkuasa selama 23 tahun. Masa keemasan kerajaan Syafawi terjadi
pada masa kepemimpinan Abbas I yaitu di bidang pilitik, ekonomi,
ilmu pengetahuan dan bidang pembangunan fisik dan seni. Kemajuan
yang dicapainya membuat kerajaan Syafawi menjadi salah satu dari
tiga kerajaan besar Islam yang diperhitungkan oleh lawan-lawannya
terutama dibidang politik dan militer.
Setelah mengalami kejayaan, kerajaan Safawi tidak lama kemudian
mengalami kemunduran penyebabnya adalah antara lain:
a. Kemerosotan moral para pemimpin kerajaan
b. Konflik yang berkepanjangan dengan kerajaan Usmani dan
c. Pasukan yang dibentuk Raja Abbas I yaitu pasukan
Ghulam tidak memiliki jiwa pratirotik

c. Kerajaan Mughal di India


Kerajaan Mughal adalah kerajaan yang termuda diantara tiga kerajaan
besar Islam. Kerajaan ini didirikan oleh Zahiruddin Babur (1482-1530).
Babur dengan bantuan Raja Safawi dapat menaklukkan Samarkhad
tahun 1494 M. Tahun 1504 M dapat menduduki Kabul ibukota
Afganistan. Setelah itu, Raja Babur mengadakan ekspansi terus-
menerus.
Kemajuan – kemajuan kerajaan mughal diantaranya:
1. Di bidang Ekonomi, mengembangkan program pertanian,
pertambangan, dan perdagangan. Masalah sumber keuangan
Negara lebih banyak bertumpu pada sektor pertanian
2. Di bidang seni dan budaya misalnya karya sastra gubahan penyair
istana, penyair yang terkenal yaitu Malik Muhammad Jayazi
dengan karyanya padmavat (karya yang mengandung pesan
kebajikan jiwa manusia), karya-karya arsitektur seperti istana
fatpur Sikri di Sikri, vila dan masjid-masjid

Pada tahun 1858 M kerajaan Mughal juga mengalami kemerosotan,


penyebabnya antara lain:
1. Kemerosotan moral dan para pejabatnya bermewah-mewahan
2. Pewaris kerajaan dalam kepemimpinannya sangat lemah dan
3. Kekuatan mililernya juga lemah
4. Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Abad Pertengahan

Salah satu hasil yang bisa dilihat dan dirasakan dalam proses
perkembangan Islam di Abad pertengahan ini di antaranya adalah
majunya ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Diakui atau tidak, ilmu
pengetahuan dan kebudayaan Eropa memiliki basis dari Islam. Hal ini
terjadi dalam proses masuknya Islam ke kawasan Eropa, baik melalui
proses perdagangan maupun dalam peristiwa besar sejarah seperti
perang salib.
Ada beberapa sektor penting yang muncul sebagai pengaruh
perkembangan Islam di abad pertengahan. Beberapa sektor tersebut
diantaranya :

 Bidang Politik
Di bidang politik, kawasan Eropa sempat mengalami balance of power
pada tahun 750 M. Hal ini terjadi baik di kawasan barat maupun timur.
Di kawasan barat, muncul permusuhan antara bani Umayyah II yang
berkuasa di Andalusia dengan kekaisaran Karolong dari Prancis.
Sementara di kawasan timur, muncul pula perseteruan antara Bani
Abbasyah dengan kekaisaran Byzantium di kawasan Balkan. Di sisi
lain, bani Abbasyah juga memiliki perseteruan dengan bani Umayyah.
Pun, kekaisaran Karoling berseteru dengan Byzanium timur dalam
masalah perebutan wilayah Italia. Akhirnya, muncullah perseketuan
pada keempat pihak tersebut. dimana bani Abbasyah bersekutu dengan
kekaisaran Karoling. Sedangkan bani Umayyah II menjalin hubungan
baik dengan Byzantium timur. Proses persektutuan ini sendiri pecah,
pada saat terjadinya perang salib yang terjadi pada tahun 1096-1291.

 Bidang Ekonomi Sosial


Andalusia yang sudah dikuasai Islam pada 711 M dan konstantinopel
pada 1453 M, menjadikan sektor perdagangan Eropa banyak dikuasai
oleh pedagang Islam. Hal ini karena kawasan tersebut kemudian
dijadikan sebagai salah satu jalur perdagangan Asia ke Eropa. Kondisi
ini menjadikan negara Islam memiliki dominasi dalam sistem
perdagangan yang diterapkan di kawasan tersebut
.
 Bidang Kebudayaan
Dengan masuknya bangsa Arab ke kawasan Eropa, menjadikan bangsa
Eropa mampu memahami pemikiran kuno yang banyak didominasi dari
bangsa Yunani serta Babilonia. Ada beberapa tokoh dari kedua kawasan
tersebut yang dianggap sebagai tokoh-tokoh yang mampu mengubah
pemikiran dunia.

 Bidang Pendidikan
Banyak pemuda Eropa yang belajar di universitas-unniversitas Islam di
Spanyol seprti Cordoba, Sevilla, Malaca, Granada dan Salamanca.
Selama belajar di universitas-universitas tersebut, mereka aktif
menterjemahkan buku-buku karya ilmuwan muslim. Pusat
penerjemahan itu adalah Toledo. Setelah mereka pulang ke negerinya,
mereka mendirikan seklah dan universitas yang sama. Universitas yang
pertama kali berada di Eropa ialah Universitas Paris yang didirikan
pada tahun 1213 M dan pada akhir zaman pertengahan di Eropa baru
berdiri 18 universitas. Pada universitas tersebut diajarkan ilmu-ilmu
yang mereka peroleh dari universitas Islam seperti ilmu kedokteran,
ilmu pasti dan ilmu filsafat.
Banyak gambaran berkembangnya Eropa pada saat berada dalam
kekuasaan Islam, baik dalm bidang ilmu pengetahuan, tekhnologi,
kebudayaan, ekonomi maupun politik.
Akibat atau pengaruh dari perkembangan ilmu pengetahuan Islam ini
menimbulkan kajian filsafat Yunani di Eropa secara besar-besaran dan
akhirnya menimbulkan gerakan kebangkitan atau renaissans pada abad
ke-14. berkembangnya pemikiran yunani ini melalui karya-karya
terjemahan berbahasa arab yang kemudian diterjemahkan kembali ke
dalam bahasa latin. Disamping itu, Islam juga membidani gerakan
reformasi pada abad ke-16 M, rasionalisme pada abad ke-17 M, dan
aufklarung atau pencerahan pada abad ke-18 M.
Nasib kaum muslim di Spanyol sepeninggal Abu Abdullah
Muhammad dihadapakan pada beberapa pilihan antara lain masuk ke
dalam kristen atau meninggalkan spanyol. Bangunan-bangunan
bersejarah yang dibangun oleh Islam diruntuhkan dan ribuan muslim
mati terbunuh secara tragis. Pada tahun 1609 M, Philip III
mengeluarkan undang-undang yang berisi pengusiran muslim secara
pakasa dari spanyol. Dengan demikian, lenyaplah Islam dari bumi
Andalusia, khusunya Cordoba yang menjadi pusat kebudayaan dan
ilmu pengetahuan di barat sehingga hanya menjadi kenangan.

 Perkembangan Kebudayaan Islam Pada Abad Pertengahan


Perkembangan kebudayaan Islam timbul setelah diawali sederetan
kebudayaan manusia dan seiring dengan sederetan kebudayaan
setelahnya. Kebudayaan-kebudayaan Islam pada abad pertengahan
yang menonjol diantaranya: Dalam perkembangan arsitektur Islam
berupa bangunan-bangunan Masjid yang indah seperti Masjid Al
Muhammadi, Masjid Agung Sulaiman dan Masjid Abi Ayyub Al
Anshari dengan hiasan-hiasan kaligrafi yang indah. Selain itu terdapat
235 bangunan dibangun dan dikoordinasi oleh Sinan, arsitek yang
berasal dari Anatolia. Perkembangan kebudayaan Islam tersebut terjadi
pada masa kerajaan Usmani.
Pada masa kerajaan Safawi telah berhasil membuat Isfahan menjadi
ibukota dan kota yang indah yang terdiri dari bangunan-bangunan
seperti masjid, rumah-rumah sakit, sekolah-sekolah, jembatan raksasa
di atas Zende Rud, dan Istana Chihil Sutun, taman-taman wisata yang
ditata dengan indah. Di Isfahan terdapat 162 masjid, 48 akademi, 1802
penginapan dan 273 pemandian umum. Dalam bidang seni, gaya
arsitek bangunan-bangunannya sangat kentara, misalnya masjid Shah
(1611 M dan masjid Syaikh Lutf Allah (1603 M. Unsur seni lainnya
seperti kerajinan tangan, karpet, permadani, pakaian, keramik,tenunan,
mode, tembikar, dan seni lukis.
Selain yang tersebut, perkembangan budaya Islam juga
berkembang di kerajaan Mongol misalnya karya seni yang menonjol
adalah karya sastra gubahan penyair istana, baik yang berbahasaPersia
maupun India. Malik Muhammad Jayazi adalah penyair India yang
terkenal dan menghasilkan karya besar “Padmavat”, Abu Fadl dengan
karyanya Akhbar nama dan Aini Akhbari yang memaparkan sejarah
kerajaan Mongol dengan figure kepemimpinannya. Dalam hal seni
terdapat karya-karya arsitektur yang indah seperti Istana Fatpur Sikri di
Sikri, vila dan masjid-masjid yang megah nan indah seperti masjid
yang berlapiskan mutiara dan Taj Mahal di Agra, Masjid Raya Delhi
dan istana indah di Lahore.
E. Islam di Abad Modern
Zaman modern menjadi relevan bukan semata karena namanya yang
menarik, tetapi karena kandungan substantifnya yang disebut
modernitas. Dalam wacana pemikiran tentang modernitas ditemukan
banyak sekali saran dan pendapat tentang nilai-nilai fundamental dari
modernitas tersebut. Dalam kesempatan ini akan dikutipkan pandangan
yang diramu oleh Syahrin Harahap. Beliau berpendapat bahwa manusia
modern, yaitu manusia yang telah menghayati modernitas, menganut
dan menerapkan nilai-nilai fundamental berikut:
1. Penghormatan terhadap akal. Manusia modern menghormati akal
sebagai anugerah Allah swt. yang membedakannya dari segala jenis
ciptaan lainnya. Penghormatan di sini bermakna pemanfaatan yang
sebaik- baiknya fungsi akal dalam kehidupan manusia.
2. Jujur dan memiliki tanggungjawab personal. Kejujuran adalah
salah satu simpul akhlak yang sangat fundamental dan semua lawan
dari kejujuran adalah tercela dalam sistem Islam. Kejujuran juga
merupakan awal dari sikap dan perilaku bertanggungjawab.
Seorang yang tidak jujur atau curang pada dasarnya adalah
mengalihkan tanggungjawab personalnya kepada orang lain dan
pada saat yang sama mengalihkan hak orang lain kepadanya.
3. Kemampuan menunda kesenangan sesaat demi kesenangan abadi.
Kemampuan menunda adalah kompetensi mental manusia modern.
Secara sistemik, kemampuan ini memungkinkan orang melihat
sesuatu yang kompleks dan mampu mengelola sebuah proses
berjangka panjang. Dalam konteks kesalehan, kesenangan sesaat
adalah dunia dan segala dimensi material kehidupan; sementara
kesenangan abadi adalah kehidupan akhirat yang kekal.
4. Komitmen waktu dan etos kerja tinggi. Manusia modern
menghargai waktu dan mampu mengelola penghargaan itu menjadi
perilaku tepat waktu, efisiensi waktu, dan prioritas waktu.
Komitmen waktu yang baik harus pula diimbangi dengan etos kerja
yang baik. Maka manusia modern adalah seseorang pekerja keras,
pantang menyerah, dan menghargai waktu.
5. Keyakinan akan keadilan yang merata. Manusia modern meyakini
bahwa keadilan dapat diperjuangkan sehingga merata di tengah
masyarakat. Keadilan sosial, dengan demikian, menjadi salah satu
cita-cita dari seorang manusia modern. Sebaliknya, manusia
modern memusuhi kesenjangan sosial dan mengambil bagian
dalam menguranginya.
6. Penghargaan tinggi terhadap ilmu pengetahuan. Manusia modern
menghargai ilmu pengetahuan: mendorong pengembangannya,
memanfaatkannya secara baik dalam kehidupannya. Ia tidak akan
tebelenggu oleh mitos, klenik, dan aneka praktik yang tidak
berbasis ilmu pengetahuan.
7. Perencanaan masa depan. Manusia modern, karena berpikiran
jangka panjang, memiliki perencanaan tentang masa depan. Ia
memiliki proyeksi masa depan dan bagaimana perannya dalam
masa depan itu. Lalu ia berupaya keras dan sistematis untuk
merealisasikan rencananya itu. Manusia modern tidak pasif dan
menunggu garis nasib menentukan masa depannya.
8. Penghargaan terhadap bakat dan kemampuan. Manusia modern
menghargai setiap bakat yang kemudian ditransformasikan ke
dalam serangkaian kemampuan. Ia menghargai orang lain
berdasarkan kompetensi dan profesionalitas.
9. Penegakan moralitas. Manusia modern menerapkan dan
memperjuangkan penegakan moralitas, baik pada tataran personal
maupun pada tataran sosial. Ia percaya bahwa moralitas adalah
anasir mutlak dalam eksistensi dan perkembangan masyarakat
manusia. Dalam konteks sejarah Islam, modernitas jelas menjadi
tujuan atau cita-cita utama dalam dua abad terakhir. Ini dikatakan
dengan tetap mengingat adanya perbedaan-perbedaan yang
terkadang sangat tajam tentang apa yang dimaksud dengan
modernitas tersebut. Rangkaian pengupayaan yang dilakukan untuk
mencapai modernitas itu disebut sebagai modernisasi.
Modernisasi dapat diposisikan sebagai tema besar sejarah Islam periode
modern. Modernisasi merambah semua aspek kehidupan umat Islam
tanpa kecuali. Modernisasi berlangsung di semua wilayah Dunia Islam,
meskipun dengan intensitas dan tingkat kemajuan yang saling berbeda.
Ringkas kata, sejarah Islam periode modern adalah sebuah episode
sejarah di mana mimpi-mimpi modernitas diupayakan secara kolosal
oleh umat Islam, dengan harapan mampu merengkuh nilai-nilai
modernitas, sehingga benar-benar menjadi masyarakat Islam yang
modern. Ini adalah sebuah episode yang penuh dengan dinamika
menarik, mulai dari tataran perumusan pemikirannya, pilihan-pilihan
aksi pengupayaannya, proses-proses negosiasi sosiologisnya, hingga
variasi tingkat keberhasilannya.

KESIMPULAN
Dari berbagai paparan di atas, maka pada bagian ini dapat dikerucutkan dalam beberapa
kesimpulan yaitu, Perpindahan Nabi Muhammad saw dari Makkah ke Madinah pada
saat itu merupakan sebuah langkah yang sangat revolusioner, karena hijrah di masa itu
tidak sekedar perpindahan tempat tinggal, tetapi merupakan bagian dari upaya
perubahan pola pikir, perilaku dan tradisi. Di mana dalam tradisi Arab pra-Islam, suku
merupakan nilai suci. Dan meninggalkan kelompok yang masih memiliki hubungan
darah dan bergabung dengan kelompok lain yang tidak memiliki hubungan darah
adalah suatu hal yang belum pernah terdengar. Pada prinsipnya, hal itu dianggap
penghinaan dan merupakan kesalahan yang tidak dapat dimaafkan.
Di Madinah Nabi saw mampu membentuk komunitas ummah yang terbentuk
oleh suatu ideologi bersama. Dalam komunitas ummah itu, tidak seorang pun dipaksa
untuk mengikuti Islam, akan tetapi semua dapat bersatu, tidak saling menyerang, dan
bahkan berjanji untuk saling melindungi. Sehingga kaum Quraysh di Makkah berusaha
untuk memusnahkan komunitas ummah di Madinah itu.

DAFTAR ISI
Harun Nasution,(2001). Islam Ditinjau dari berbagai Aspeknya. Jakarta: UI Press.
Syed Mamudunnasir,(1994) Islam Its Concepts and History terj. Adang Affandi.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Syamruddin Nasution,(2007). Sejarah Perkembangan Peradaban Islam. Asa Riau
Fauzi & Aminatul,(2021). Peradaban Islam; Kejayaan dan Kemundurannya. Al-Ibrah
6(2), 2-19.
Firas Alkhateeb,(2016). Lost Islamic History: reclaiming Muslim civilisation from the
past. Yogyakarta: Benteng Pustaka

Anda mungkin juga menyukai