Anda di halaman 1dari 14

PERADABAN ISLAM MASA RASULULLAH (MAKKAH-

MADINAH)
Tugas ini disusun untuk memenuhi sebagian tugas

mata kuliah Pendidikan Sejarah Peradaban Islam

Dosen Pengampu: Imam Faizin, S.S, S.Pd.I, M.S.I

Disusun oleh:

Agus Nurcholis (3130002)

Erni Suryanti (3130003)

Winda Apriliani (3130004)

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH

(STIT PEMALANG)

2015
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tiga tahun lamanya Rasulullah SAW melakukan dakwah secara rahasia dan
sembunyi-sembunyi. Kemudian turunlah firman Allah SWT, surat al-Hijr: 94 yang
memerintahkan agar Rasulullah berdakwah secara terang-terangan. Pertama kali seruan yang
bersifat umum ini beliau tujukan pada kerabatnya, kemudian kepada penduduk Makkah baik
golongan bangsawan, hartawan maupun hamba sahaya. Setelah itu kepada kabilah-kabilah
Arab dari berbagai daerah yang datang ke Makkah untuk mengerjakan haji. Sehingga lambat
laun banyak orang Arab yang masuk Agama Islam. Dengan makin banyaknya orang Arab
yang masuk Agama Islam, pemimpin Quraisy mencoba menghalangi dakwah Nabi dengan
mengatur siasat yaitu membuat ketentuan tertulis dengan pemboikotan total terhadap Bani
Hasyim dan Bani Abdul Muttalib . Pemboikotan ini berhenti setelah para pemimpin Quraisy
sadar terhadap tindakan mereka yang terlalu kejam. Namun selang beberapa waktu sesudah
itu, Abu Thalib meninggal dunia, tiga hari kemudian istrinya yang sangat dicintainya, Siti
Khodijah pun wafat. Tahun ini kemudian terkenal dalam sejarah sebagai Am al- Huzni
(tahun duka cita). Sepeninggal dua orang pendukung tersebut kaum Quraisy tak segan-segan
melampiaskan amarahnya. Karena kaum Quraisy tersebut Nabi berusaha menyebarkan Islam
keluar kota, salah satunya ke kota Thaif. Namun Nabi malah diejek, bahkan dilempari batu
hingga Nabi terluka di bagian kepala dan badan. Untuk menghibur Nabi, maka pada tahun
kesepuluh kenabian, Allah mengisra mirajkannya. Meninggalnya Abu Thalib
menyebabkan semakin besarnya tekanan kafir Quraisy terhadap Nabi Muhammad SAW dan
kaum muslimin di Makkah, sehingga gerak dakwah yang dilakukan amatlah sulit, tidak
jarang ditemukan penindasan demi penindasan terhadap kaum muslimin, bahkan sampai
kepada rencana pembunuhan terhadap Nabi sendiri.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hijrahnya Rasulullah saw di Madinah?
2. Bagaimana Rasulllah saw membangun masyarakat Islam di Madinah?
BAB II

PEMBAHASAN

PERADABAN ISLAM PADA MASA RASULULLAH SAW

PERIODE MAKKAH-MADINAH

A. Arti Hijrah Nabi ke Madinah

Hijrah menurut bahasa berasal dari bahasa latin yaitu hegira dan dikenal dalam
bahasa arab yang berarti memutuskan hubungan dengan orang lain. Dari
pengertian menurut bahasa tersebut dapat dipahami bahwa hijrah pada dasarnya
dimaksudkan untuk menyingkirkan diri dari tindakan-tindakan dan teror yang bersifat fisik
yang dapat mencelakakan diri sendiri.

Hijrah menurut istilah adalah akhir periode Makkah dan awal dimulainya periode
Madinah yang merupakan kebalikan dari hidup Nabi Muhammad saw. Dia meninggalkan
kota besar tempatnya dilahirkan dan dibesarkan karena sangat meremehkannya, kemudian ia
masuk kota besar yang mengangkatnya sebagai seorang pemimpn yang terhormat.
Sementara hijrah meniurut Nurcholis Madjid adalah tekad dalam meninggalkan kepalsuan,
pindah sepenuhnya kepada kebenaran, dengan kesediaan untuk berkorban dan menderita,
karena kayakinan kemenangan terakhir akan dianugrahkan Allah kepada pejuang kebenaran
itu. Jadi pengertian hijrah dalam hal ini menyangkut aspek spiritual dan kejiwaan, yakni
suatu tekad tidak mengenal kalah dalam menegakkan kebenaran1

B. Periode Makkah

Dakwah Rasulullah pertama kali di Mekkah adalah mengenalkan Allah Yang Maha
Esa (tauhid). Allah adalah pencipta alam semesta, pemberi kehidupan dan penentu kematian,
pemberi rizki, dll. Nabi Muhammad yakin bahwa perubahan mendasar akan terjadi bila
dimulai dari penanaman tauhid yang benar. Disamping itu tauhid yang benar akan membawa
pengaruh yang luar biasa terhadap kehidupan-kehidipan yang lain seperti politik, ekonomi,
hukum, keamanan dll. Intinya dakwah itu menekankan aspek tauhid kepada Allah dalam arti
yang luas.2

Pada periode ini, tiga tahun pertama, dakwah islam dilakukan secara sembunyi-
sembunyi. Nabi Muhammad mulai melaksanakan dakwah islam dilingkungan keluarga,
mula-mula istri beliau sendiri, yaitu khadijah, yang menerima dakwah beliau, lau Zaid,
bekas budak beliau. Disamping itu juga banyak orang yang masuk Islam dengan perantaraan
Abu Bakar yang terkenal dengan julukan Assabiqunal Awwalun (orang-orang yang lebih
dahulu masuk Islam), mereka adalah Utsman bin Affan, Zubair bin Awwan, Saad bin Abi
Waqqash, Abdur Rahman bin Auf, Thalhah bin Ubaidillah, Abu Ubaidah bin Jarrah dan
Al-Arqam bin Abil Arqam, yang rumahnya dijadikan markas untuk berdakwah (rumah
Arqam).

Kemudian setelah turun ayat 94 Surah Al-Hijr, Nabi Muhammad saw mulai
berdakwah secara terang-terangan.

Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan


(kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. (QS. Al-Hijr (94))3

Namun, dakwah yang dilakukan beliau tidak mudah karena mendapat tantangan dari
kaum kafir Quraisy. Banyak cara dan upaya yang ditempuh para pemimpin Quraisy untuk
mencegah dakwah Nabi Muhammad saw, namun selalu gagal baik secara diplomatik dan
bujuk rayu maupun tindakan-tindakan kekerasan secara fisik. Selama 13 tahun hidup di kota
Mekkah, Rasulullah saw serta para pengikutnya sering mengalami cobaan besar dan siksaan
yang pedih, disamping itu hak kemerdekaan mereka dirampas, mereka diusir dan harta
benda mereka disita. Siksaan pedih berupa dera cambuk sangat meresahkan para sahabat dan
kaum muslimin pada umumnya.

2
Moh. Nurhakim, Sejarah & Peradaban Islam, UMM Press, Malang, hlm. 24
3
Syamsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Amzah, Jakarta, hlm. 65-66
Puncak dari segala cara itu adalah dengan diberlakukannya pemboikotan terhadap
Bani Hasyim yang merupakan tempat Nabi Muhammad berlindung. Pemboikotan ini
berlangsung selama tiga tahun dan merupakan tindakan yang paling melemahkan umat
Islam pada saat itu. Pemboikotan ini baru berhenti setelah kaum Quraisy menyadari bahwa
apa yang mereka lakukan sangat keterlaluan.

Tekanan dari orang-orang kafir semakin keras terhadap gerakan dakwah Nabi
Muhammad saw, terlebih setelah meninggalnya dua orang yang selalu melindungi dan
menyokong Nabi Muhammad dari orang-orang kafir, yaitu paman beliau, Abu Thalib, dan
istri tercinta beliau, Khadijah. Peristiwa itu terjadi pada tahun ke sepuluh kenabian. Tahun
ini merupakan tahun kesedihan bagi Nabi Muhammad saw sehingga dinamakan Amul
Khuzn.

Karena di Mekkah dakwah Nabi Muhammad saw mendapat rintangan dan tekanan
dan juga mendapat tantangan dari kaum kafir Quraisy. Hal tersebut timbul karena beberapa
faktor, yaitu sebagai berikut:

1. Mereka tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan. Mereka mengira bahwa
tunduk pada seruan Nabi Muhammad berarti tunduk kepada kepemimpinan Bani Abdul
Muthalib.
2. Nabi Muhammad menyerukan persamaan hak antara bangsawan dan hamba sahaya.
3. Para pemimpin Quraisy tidak mau percaya ataupun mengakui serta tidak menerima
ajaran tentang kebangkitan kembali dan pembalasan di akhirat.
4. Taklid kepada nenek moyang adalah kebiasaan yang berurat akar pada bangsa Arab,
sehingga sangat berat bagi mereka untuk meninggalkan agama nenek moyang dan
mengikuti agama Islam.
5. Pemahat dan penjual patung memandang Islam sebagai penghalang rezeki.4

Kaum musyrikin Quraisy semakin gila melancarakan intimidasi terhadap kaum


muslimin. Keadaan tersebut telah membuat kehidupan umat muslim di Mekah sudah tidak
kondusif lagi, oleh karena itu setelah melakukan perjanjian aqabah yang kedua dimana ada
73 jamaah haji datang dari Yastrib meminta kepada Nabi Muhammad saw agar berkenan

4
Samsul Munir Amin, ibid, hlm. 66
berpindah ke Yatsrib, mereka berjanji akan melindungi Nabi dari macam ancaman. Hal ini
membuat Nabi segera memerintahkan para sahabatnya untuk hijrah ke Yatsrib. Dalam waktu
dua bulan hampir semua kaum muslimin sekitar 150 orang telah meninggalkan kota
Mekkah.

Pada akhirnya nabi memutuskan untuk berdakwah diluar Mekkah. Namun di Thaif
beliau dicaci dan dilempari batu sampai beliau terluka. Hal ini semua hampir menyebabkan
Nabi Muhammad putus asa, sehingga untuk menguatkan hati baliau, Allah Swt mengisra
dan memirajkan beliau pada tahun kesepuluh kenabian itu. Berita tentang Isra dan Miraj
ini menggemparkan masyarakat Mekkah. Bagi orang kafir, peristiwa ini dijadikan bahan
propaganda untuk mendustakan Nabi Muhammad saw. Sedang bagi orang yang beriman
merupakan ujian keimanan.

C. Periode Madinah

Perjalanan Nabi dari Mekkah ke Yastrib (Madinah), digambarkan oleh Bani Hasyim
sebagai berikut: Rasulullah datang dengan sembunyi-sembunyi kerumah Abu Bakar,
kemudian mereka berdua keluar dari pintu kecil dibelakang pintu rumah, menuju sebuah gua
di bukit Tsur sebelah selatan kota Mekkah lalu mereka masuk ke gua itu.

Dalam perjalanan ke Yastrib Nabi ditemani oleh Abu Bakar. Ketika tiba di Quba,
sebuah desa yang jaraknya sekitar 5 km dari Yastrib, Nabi istirahat beberapa hari lamanya
dan menginap di rumah Kalsum ibn Hindun. Tak lama kemudian, Ali menggabungkan dir
dengan Nabi, setelah menyelesaikan segala urusan di Mekkah.5

Bulan-bulan pertama di Madinah tidak ada peristiwa penting dengan tanggal pasti
yang tercatat selama enam bulan pertama kehidupan Muhammad di Madnah. Padahal pasti
banyak peristiwa yang terjadi. Dalam periode ini pengembangan islam lebih ditekankan
pada dasar-dasar pendidikan masyarakat Islam dan pendidikan sosial kemasyarakatan. Oleh
karena itu Nabi kemudian meletakkan dasar-dasar masyarakat Islam di Madinah, sebagai
berikut:6

5
Fatah Syukur NC, Sejarah Peradaban Islam, Pustaka Rizki Putra, Semarang, hlm. 37-38
6
Samsul Munir Amin, Op.cit, hlm. 66-67
1. Mendirikan Masjid, inilah masjid pertama yang didirikan Nabi, sebagai pusat
peribadatan, yang bertujuan untuk mempersatukan umat Islam dalam satu majelis,
sehingga di majelis ini umat Islam bisa bersama-sama melaksanakan shalat jamaah
secara teratur, mengadili perkara-perkara dan bermusyawarah. Setelah masjid berdiri
turunlah perintah Allah untuk mendirikan sholat Jumat dan Rasulullah mengajak para
sahabat untuk mendirikan sholat Jumat yang pertama kali. Pada saat khutbah Nabi
menyampaikan empat hal yang dihari kemudian menjadi dasar utama piagam Madinah.
Empat hal yang disampaikan oleh Rasul tersebut adalah:
a. Al-Adallah al-Insaniyah (Perikemanusiaan)
b. Asy-Syura (Permusyawaratan)
c. Al-Wahdat al-Islamiyah (Persatuan Islam)
d. Al-Ukhuwat al-Islamiyah (Persaudaraan Islam)7
2. Mempersatukan dan mempersaudarakan kaum Anshar dan Muhajirin, dengan cara
memepersaudarakan antara dua golongan ini, Rasulullah telah mencipatakan suatu
perian yang berdasarkan agama pengganti persaudaraan yang berdasar kesukuan seperti
sebelumnya.
3. Perjanjian saling membantu antara sesama kaum muslimin dan bukan muslimin.
Menurut Ibnu Hasyim, isi perjanjian tersebut antara lain sebagai berikut:
- Pengakuan atas hak pribadi keagamaan dan politik.
- Kebebasan agama terjamin untuk semua umat.
- Adalah kewajiban penduduk Madinah, baik muslim maupun nonmuslim dalam hal
moril maupun materiil.
- Rasulullah adalah pemimpin umum bagi penduduk Madinnah.
4. Meletakkan dasar-dasar politik, ekonomi dan sosial untuk masyarakat baru.
Ketika masyarakat Islam terbentuk maka diperlukan dasar-dasar yang kuat bagi
masyarakat yang baru terbentuk tersebut.
a. Peletakkan Asas-asas Politik, Ekonomi dan Sosial Negri Madinah

Islam adalah agama dan sudah sepantasnya jika di dalam negara diletakkan dasar-
dasar Islam maka turunlah ayat-ayat Al-quran pada periode ini untuk membangun

7
Fatah Syukur, Op.cit, hlm.38
legalitas dari sisi-sisi tersebut sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah dengan perkataan
dan tindakannya. Hiduplah kota Madinah dalam sebuah kehidupan yang mulia dan penuh
dengan nilai-nilai utama. Terjadi sebuah persaudaraan yang jujur dan kokoh, ada
solidaritas yang erat diantara anggota masyarakatnya.

Secara sistematik, proses peradaban yang dilakukan oleh Nabi pada masyarakat
Islam di Yatsrib adalah: pertama, Nabi Muhammad saw mengubah nama Yatsrib menjadi
Madinah (Madinat Ar-Rasul, MadinahAn-Nabi, atau Madinah Al-Munawwaroh).
Perubahan nama yang menggambarkan cita-cita Nabi Muhammad saw, yaitu membentuk
sebuah masyarakat yang tertib dan maju dan berperadaban. Kedua, membangun masjid,
yang bukan hanya dijadikan pusat kegiatan ritual sholat saja, tetapi juga menjadi sarana
penting untuk mempersatukan kaum muslimin dengan musyawarah dalam merundingkan
masalah-masalah yang dihadapi. Di samping itu, masjid juga menjadi pusat kegiatan
pemerintahan. Ketiga, Nabi Muhammad saw membentuk kegiatan muakhat
(persaudaraan) yaitu mempersaudarakan kaum Muhajirin dan kaum Anshar.8
Persaudaraan diharapkan dapat mengikat kaum muslimin dalam satu persaudaraan dan
kekeluargaan. Nabi Muhammad saw membentuk persaudaraan yang baru, yaitu
persaudaraan seagama, disamping bentuk persaudaraan yang sudah ada sebelumnya,
yaitu bentuk persaudaraan berdasarkan darah. Keempat, membentuk persahabatan dengan
pihak-pihak lain yang tidak beragama Islam, dan kelima, Nabi Muhammad saw
membentuk pasukan tentara untuk mengantisipasi gangguan-gangguan yang dilakukan
oleh musuh.

Dalam menjalankan roda pemerintahan Nabi saw sebagai kepala negara


menggunakan prinsip-prinsip keadilan yang harus dijalankan kepada setiap penduduk
tanpa pandang bulu. Nabi juga menerapkan prinsip musyawarah untuk memecahkan
segala macam persoalan. Selain itu, Nabi tidak hanya mengakomodasikan kepentingan
kaum muslimin, melainkan juga kaum Yahudi dan mempersatukan kedua ummat yang
serumpun itu dibawah kepemimpinannya. Nabi juga bertindak sebagai hakim yang
mengadili perkara-perkara yang terjadi di tengah masyarakat. Untuk mengadili
pelanggaran ketertiban umum, Nabi membentuk lembaga hisbah yang bertugas

8
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, Pustaka Setia, Bandung, hlm. 64
melakukan ketertiban atas perilaku perdagangan di pasar-pasar. Tidak sebatas itu saja,
Nabi juga mengelola zakat, pajak dan ghanimah untuk kesejahteraan penduduk.

Sementara itu untuk pemerintahan daerah, Nabi mengangkat para gubernur atau
hakim. Salah satu diantaranya adalah mengangkat Muadz bin Jabal menjadi gubernur di
Yaman. Sedangkan untuk memperlancar tugas-tugas kenegaraan, Nabi dibantu oleh
beberapa orang sekertaris seperti Zaid bin Tsabit dan Ali bin Abi Thalib. Dalam
hubungan internasional, Nabi menjalankan hubungan diplomatik dengan Negara-negara
sahabat. Ia mengirim surat dakwah kepada kepala negara lain, diantaranya adalah Persia,
Abbessinnia, Oman, Yamamah, Bahrain, Syam dan Yaman. Hal ini merupakan langkah
untuk menjalankan hubungan diplomatik secara damai.

b. Piagam Madinah

Agar stabilitas masaryarakat dapat diwujudkan, Nabi Muhammad mengadakan


ikatan perjanjian dengan Yahudi dan orang-orang Arab yang masih menganut agama
nenek moyang. Sebuah dokumen berhasil diabadikan yang umumnya deikenal sebagai
Piagam Madinah. Piagam yang menjamin kebebasan beragama orang-orang Yahudi
sebagai suatu komunitas yang dikeluarkan. Setiap golongan masyarakat memiliki hak
tertentu dalam bidang politik dan keagamaan. Kemerdekaan beragama dijamin, dan
seluruh anggota masyarakat berkewajiban mempertahankan negri dari seragan luar.9

Para sejarawan barat maupun Timur menganggap Piagam Madinah sebagai


dokumen politik yang paling lengkap dan paling tua usianya. Piagam ini jauh mendahului
konstitusi Amerika Serikat (1787) yang biasa dipandang sebagai konstitusi pertama di
dunia yang dipelopori oleh Declaration of Human Rights (5 Juli 1775). Ia juga
mendahului konstitusi Prancis (1795) yang dipelopori Les droits de I home et du citoyen
(Agustus 1789). Dan bahkan mendahului konvensi (konstitusi tidak tertulis) inggris yang
disebut Magna Charta (15 Juli 1512). Piagam ini diterima sebagai bukti situasi politik
Madinah pada aawal tinggalnya Muhammad di Madinah.

Piagam ini dimulai dengan mukadimah:

9
Fatah Syukur, Op.cit, hlm. 41
Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang! Ini
adalah tulisan Muhammad diantara kaum Mukmin dan Muslim Quraisy dan penduduk
Yastrib (Madinah) da orang-orang yang mengikuti mereka, dan diberikan kepada mereka
dan yang berjuang bersama mereka. Mereka adalah umat yang satu yang berbeda dengan
umat yang lain.10

Piagam Madinah dapat dianggap menunjukan bahwa orang Madinah sekarang


sedang membentuk sebuah unit politik dengan tipe baru, sebuah umat atau masyarakat,
umat bertindak sangat mirip sebuah suku. Muhammad, seperti seorang kepala suku.
Muhammad bukan penguasa atas umat ini. Kaum muhajirin diperlakukan sebagai suatu
kabilah dan ia adalah kepalanya, namun ada delapan kabilah lain yang juga memiliki
kepala masing-masing. Jika piagam itu adalah bukti kuat tentang hal ini dia menonjol
dibanding kepala-kepala kabilah yang lain karena dua hal. Pertama, orang-orang yang
mendukung perjanjian itu, yang kita sebut Piagam Madinah, adalah orang-orang beriman,
dan itu menyiratkan bahwa mereka menerima Muhammad sebagai Nabi. Kedua, Piagam
itu menyatakan bahwa kapan saja ada sesuatu yang menimbulkan perselisihan, sesuatu itu
harus dikembalikan kepada Allah dan Muhammad.

c. Pendidikan Islam di Madinah

Tanggapan orang-orang Madinah tentang kedatangan Nabi sangat diidam-


idamkan. Orang-orang Madinah memeluk agama Islam dengan hati yang iklas, serta
dengan tulus membantu Nabi dalam menyiarkan agama Islam. Kemajuan Islam yang
pesat di Madinah itu menghawatirkan orang-orang kafir Mekkah. Kebencian mereka
terhadap Rasul dan kaum muslimin kian hari semakin bertambah dan orang-orang kafir
itu berusaha untuk mencerai beraikan mereka. Kaum muslimin sangat marah terhadap
orang-orang kafir Makkah. Mereka menunggu ijin dari Allah guna membahas orang-
orang sang penindas itu, dan membebaskan wanita-wanita dan anak-anak yang tidak
berdosa serta orang-orang muslim yang malang yang masih disiksa di Mekkah.

Adapun titik tekan pendidikan Islam pada periode Madinah adalah:

10
W. Montgomery Watt, Muhammad sang Negarawan, Diglossia, Yogyakarta, hlm. 137-138
1) Pembentukan dan pembinaan masyarakat baru menuju satu kesatuan sosial dan
politik. Dalam hal ini Nabi melaksanakan pendidikan sebagai berikut:
- Nabi mengikis habis sisa-sisa permusuhan dan pertengkaran antar suku, dengan
jalan mengikat tali persaudaraan diantara mereka.
- Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, nabi menganjurkan kepada kaum
Muhajirin untuk usaha dan bekerja sasuai dengan kemampuan dan pekerjaan
masing-masing seperti waktu di Mekkah.
- Menjalin kerjasama dan tolong menolong dalam membentuk tata kehidupan
masyarakat yang adil dan makmur.
- Shalat jumat sebagai media komunikasi seluruh umat Islam.
2) Pendidikan sosial dan kewarganegaraan. Pendidikan ini dilaksanakan melalui:
- Pendidikan ukhuwah (persaudaraan) antar kaum muslimin
- Pendidikan kesejahteraan sosial dan tolong menolong
- Pendidikan kesejahteraan keluarga kaum kerabat.
3) Pendidikan anak dalam Islam. Rasulullah selalu mengingatkan kepada umatnya,
antara lain:
- Agar kita selalu menjaga diri dan anggota keluarga dari api neraka
- Agar jangan meninggalkan anak dan keturunan dalam keadaan lemah dan tidak
berdaya menghadapi tantangan hidup
- Orang yang dimuliakan Allah adalah orang yang berdoa agar dikaruniai keluarga
dan anak keturunan yang menyenangkan hati
4) Pendidikan Hankam dakwah Islam.
Dalam rangka memperkokoh masyarakat dan negara baru itu, ia segera meletakkan
dasar-dasar kehidupan bermasyarakat; yaitu pembangunan masjid, ukhuwah
islamiyah dan hubungan persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak beragama
islam.11

11
Fatah Syukur, Op.cit, hlm. 38-41
BAB III

KESIMPULAN

Adanya kesepakatan Piagam Madinah, menciptakan suasana baru yang menghilangkan


atau memperkecil pertentangan antar suku bagi penduduk madinah. Kebebasan beragama juga
telah mendapatkan jaminan bagi semua golongan. Yang lebih ditekankan adalah kerjasama dan
persamaan hak dan kewajiban semua golongan dalam kehidupan sosial politik di dalam
mewujudkan pertahanan dan perdamaian.

Piagam Madinah ternyata mampu mengubah eksistensi orang-orang mukmindan yang


lainnya dari sekedar kumpulan manusia menjadi masyarakat politik, yaitu suatu masyarakat yang
memiliki kedaulatan dan otoritas politik dalam wilayah Madinah sebagai tempat mereka hidup
bersama, bekerjasama dalam kebaikan atas dasar kesadaran sosial mereka, yang bebas dari
pengaruh dan penguasaan masyarakat lain dan mampu mewujudkan kehendak mereka sendiri.
Dalam waktu yang relatif pendek tersebut, Nabi telah sukses menciptakan tiga pekerjaan besar,
yaitu:

a. Membentuk suatu umat yang menjadi umat yang terbaik


b. Mendirikan suatu negara yang bernama Negara Islam, dan
c. Mengajarkan suatu agama, yaitu agama Islam.

DAFTAR PUSTAKA
Anin, Samsul Munir. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: AMZAH. 2009

Moh. Nurhakim. Sejarah & Peradaban Islam. Malang: UMM Press. 2004

Supriyadi, Dedi. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia. 2008

Syukur, Fatah. Sejarah Peradaban Islam. Semarang: Pustaka Rizki Putra. 2009

Watt, W. Montgomery. Muhammad sang Negarawan. Jogjakarta: Diglossia. 2007

http://inayahrii.blogspot.co.id/2012/12/peradaban-islam-rosulullah-periode.html

Anda mungkin juga menyukai