Anda di halaman 1dari 4

HYPNOTHERAPY DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Oleh: Ruslan Fariadi, S.Ag., M.S.I.

Hipnoterapi berasal dari kata  hypnos dan terapi yang berarti pengobatan menggunakan metode
hipnotis. Hipnoterapi juga bisa digunakan sebagai terapi kesehatan dengan menggunakan metode hipnotis,
namun varian dari hipnotis banyak. Azaznya yaitu dengan diantisipasi dulu atau kita harus lebih selektif
karena variannya yang banyak sekali, karena ada beragam cara dan jenisnya. Jika kita menggunakan teori
seperti ini pada umumnya yang pertama , melakukan hipnotis pada seseorang yang kemudian dia pada saat
mengalami ketidaksadaran kemudian diberi sugesti baik dengan kata-kata atau dengan sesuatu yang lain.
Maka kita harus memilah-milih mana yang akan kita jadikan solusi dan mana yang harus kita hindari karena
disitu terdapat aspek akidah (keyakinan).

Salah satu peristiwa hipnotis di zaman Rasulullah dan banyak dikuasai oleh bani asad yg disebut
dengan Sihrul ‘ain yang mana ketika menatap orang saja bisa membuat pingsan. Melalui ritual puasa tiga
hari dan setelah itu mereka sudah mampu mempraktikkan kepada manusia dan hewan.
Dalam Al-Quran sebenarnya memang ada ayat yang menyinggung ihwal hipnotis

“Dan sesungguhnya orang-orang kafir itu benar-benar hampir menggelincirkan kamu (Muhammad)
dengan pandangan mereka” (Al-Qalam: 51).

Maka bayangkan jika bukan karena intervensi Allah subhanahu wata’ala saat itu dengan kemampuan
dan keahlian Bani Asad terutama yang dari kalangan mereka yang membenci Rasulullhah Saw maka
nantinya dapat diperlambat tetapi Rasulullah SAW adalah orang yang sangat dekat dengan Allah subhanahu
wata’ala sehingga Allah melindunginya dengan kemampuan dzikirnya, tingkat kesholehannya,
kedekatannya dengan Allah subhanahu wata’ala luar biasa sehingga dapat selamat. Lalu bagaimana dengan
orang-orang yang mempunyai tingkat kesholehannya tertentu, kemampuan dzikir tertentu ini kemudian
ditafsirkan dalam suratnya tersebut.

Oleh sebab itu kemudian Rasulullah SAW memberikan prefensi yang mana ketika ada seorang anak
lahir maka diberikan imunitas (kekebalan) yang sifatnya non-fisik seperti ain atau hal yang spiritual. Hal itu
dilakukan karena pada usia anak-anak merupakan usia yang krusial (penting) terhadap suatu godaan atau
gangguan sehingga Rasulullah SAW mengajarkan dalam hadist bukhori yang berbunyi

“Dari Ibnu 'Abbas ra. berkata; "Nabi saw. biasa memohonkan perlindungan untuk Al Hasan dan Al Husein
(dua cucu Beliau) dan berkata; "Sesungguhnya nenek moyang kamu pernah memohonkan perlindungan
untuk Isma'il dan Ishaq dengan kalimat ini: “A'uudzu bi kalimaatillaahit taammati min kulli syaitaani wa
haammatin wa min kuli 'ainin laammah" ("Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna
dari setiap setan dan segala makhluq berbisa dan begitupun dari setiap mata jahat yang mendatangkan
petaka").” (HR. al-Bukhari)
dimana kesimpulannya yaitu kesehatan merupakan hal yang harus diperhatikan. Kesehatan dalam hal ini
meliputi kesehatan fisik biologis dan mental spiritual.

Jika hipnotis dikaitkan dengan dimensi akidah – Hipnotis ada yang bersifat tradisional-supranatural,
natural, dan modern. Dalam hipnotis terdapat sebuah kemampuan yang mengalihkan fungsi otak kanan atau
otak kiri tetapi adapun orang yang memanggil kekuatan tertentu. Maka kita sebagai orang muslim harus bisa
pandai memilih yang mana yang kita digunakan, dalam hal ini kita harus selektif.

Jika kita kaitkan dengan terapi pengobatan – jika kita kaji akan banyak karena ini merupakan
persoalan yang sangat kontroversi sehingga menghasilkan pro dan kontra secara mutlak. Tetapi ada yang
membolehkan dengan melihat jenisnya dengan cara yang lebih selektif. Pandangan pada umumnya dalam
kalangan ulama yang melarang antara lain dengan menggunakan QS. Al-An’am: 128 yang berbunyi

“Dan (ingatlah) hari di waktu Allah menghimpun mereka semuanya, (dan Allah berfirman): “Hai golongan
jin (syaitan), sesungguhnya kamu telah banyak (menyesatkan) manusia.” Lalu berkatalah kawan-kawan
mereka dari golongan manusia: “Ya Rabb kami, sesungguhnya sebagian dari kami
telah mendapatkan kesenangan dari sebagian (yang lain) dan kami telah sampai kepada waktu yang telah
Engkau tentukan bagi kami.”Allah berfirman: “Neraka itulah tempat kamu selama-lamanya,
kecuali jika Allah menghendaki (yang lain)” Sesungguhnya Rabbmu Maha Bijaksana lagi Maha
Mengetahui.”,

kemudian ada beberapa hadist nabi yang dijadikan landasan atau dengan fatwa “Al-Lajnah Ad-Daimah”
Saudi Arabia yang dijadikan sebagai referensi yang mana berbunyi

"Hipnotis adalah termasuk jenis tenung (sihir) dengan menggunakan jin, dimana penghipnotis
menguasakan jin kepada orang yang dihipnotis, kemudian berbicara (jin tersebut) lewat lisannya, dan
memberinya kekuatan untuk bisa mengerjakan sebuah pekerjaan tertentu. Jika jin tersebut jujur dan patuh
kepada penghipnotis sebagai imbalan dari ritual yang sudah dikerjakan oleh penghipnotis tersebut, maka
jin tersebut akan menjadikan orang yang terhipnotis menuruti apa yang diinginkan oleh penghipnotis baik
melakukan pekerjaan tertentu atau memberitahu sesuatu, jika jin tersebut benar-benar jujur kepada
penghipnotis. Oleh karena itu, menggunakan hipnotis dan menjadikannya cara untuk mengetahui tempat
barang yang dicuri atau barang yang hilang, atau penyembuhan penyakit, atau melakukan pekerjaan
tertentu dengan perantaraan orang yang dihipnotis adalah tidak boleh, bahkan termasuk syirik
sebagaimana (penjelasan) sebelumnya, dan ini juga termasuk bergantung kepada selain Allah di dalam
perkara-perkara diluar sebab-sebab yang biasa, yang Allah jadikan dan bolehkan untuk
makhluknya. (Fatawa Al-Lajnah Ad-daimah 1/348).

Sehingga ketika terjadi kontroversi, maka kita harus keluar dari kontroversi terlebih dahulu dengan
mencari alternatif-alternatif yang dapat dipertanggungjawabkan baik secara ilmu kesehatan, akidah, maupun
secara dimensi hukum agama pada khususnya. Ketika intervensinya dengan jin maka ini yang rawan dalam
bentuk kesyirikan dan bahkan ada bagian dari sihir itu sndiri, maka kita harus selektif. Jika kita membaca
hadist nabi, di dalamnya memberikan isyarat bahwa ketika seseorang meminta bantuan jin ,maka itu artinya
seseorang membuka terjadinya mabsadah-mabsadah yang lain yang lebih ekstrim karena umumnya jin
mempunyai sifat tidak ada yang tanpa pamrih dalam artian pasti suatu saat akan meminta tebusan atau
balasan. Tebusan itu mungkin tidak kepada orang yang melakukan atau memanfaatkan jasanya (jin) tetapi
bisa saja anaknya atau bahkan cucunya dan itu sudah banyak kasus yang sudah terjadi. Sehingga Rasulullah
SAW mencegah kita untuk berinteraksi dan memanfaatkan jasa mereka (jin), kita harus membiarkan dunia
mereka sesuai dengan dunianya dengan cara jangan mengusik dan begitu juga apabila jin tersebut mengusik
manusia maka kita harus melawan sebab sekali saja kita takluk maka kita akan menjadi bulanan2 dia terus.

Pendapat yang membolehkan tentunya yang pertama, dengan semangat mencari solusi . Kedua, tidak
menggunakan medium jin untuk dijadikan solusi. Kemudian bagaimana alternatif yang harus dilakukan
yang pertama adalah menutup munculnya kemudharatan dimana hal tersebut harus diprioritaskan ketimbang
hanya mencari keuntungan sesaat. Kedua yaitu semangat dari hadist nabi itu sendiri dimana kita mungkin
sembuh dari jenis tertentu tetapi terjebak pada jenis yang lebih akut lagi. Kemudian kita harus selektif
dengan mendahulukan skala prioritas. Apabila terdapat alternatif lain yang masih memungkinkan dan dapat
dipertanggungjawabkan dalam Ilmu Kedokteran dan secara Ilmu Agama juga tidak melanggar maka yang
menjadi pertanyaannya adalah mengapa kita tidak menggunakan sesuatu yang normal-normal saja? Apalagi
di dalam dunia Tenaga Dalam jika sudah ada istilah pembukaan (tingkat sensitivitas dari seseorang sifatnya
luar biasa). Istilah pembukaan itu pun bermacam-macam. Dalam sebuah hadist yang mana saat itu terjadi
kontroversi latihan tenaga dalam yang disitu berbicara tentang kekuatan mata, maka ketika seseorang dilatih
betul kemudian ia bisa mematahkan kayu dan sebagainya ini ada teorinya dan ada proses pelatihannya
sehingga orang itu mempunyai kemampuan lebih diatas rata-rata. Sehingga terkadang kita diperintah untuk
fokus terlebih dahulu. Contohnya ketika kita diperintah untuk menatap sebuah titik hitam hingga ukuran
waktu tertentu kemudian contoh lain seperti saling menatap antara dua insan kemudian pada level binatang
tertentu contohnya menatap ke anjing galak dengan ditatap matanya kemudian anjing tersebut lari maka
kemudian ini berarti matanya sudah luar biasa karena sudah bisa mengusir anjing galak. Jadi memang ada
satu kekuatan yang dapat dimiliki oleh seseorang tetapi masalahnya adalah bagaimana proses tersebut
berlangsung.

Ini merupakan hal-hal yang penting sehingga dalam banyak hal maka bagaimana kemampuan
seseorang dalam melakukan penyembuhan terhadap jenis penyakit tertentu apalagi jika sudah intervensi
dengan makhluk lain maka ruqyah itu menjadi salah satu solusi kemudian adapun obat-obat herbal yang
menjadi solusi lalu ada hal-hal lain selama tidak melanggar aspek akidah dan hukum Agama Islam.

Kesimpulannya yaitu yang pertama ada norma hukum, aturan yang harus kita perhatikan dalam
persoalan menjaga kesehatan atau penyembuhan. Kedua yaitu jangan sampai proses yang kita lakukan
bertentangan dengan akidah dan syariat Agama Islam. Ketiga yaitu ikhtiar untuk menggapai kesembuhan itu
adalah kewajiban. Hakikatnya seseorang yang tidak melakukan proses pengobatan, maka ia mendzolimi
dirinya sndiri dan ia tidak melakukan kewajibannya itu sendiri dengan hanya berdiam diri dan menunggu
takdir Allah subhanahu wata’ala dan kemudian ia tidak melakukan ikhtiar-ikhtiar yang diperintahkan oleh
agama.

Di tengah berbagai macam alternatif pengobatan, maka kita harus selektif. Selektifitas itu yakni yang
pertama dengan cara bertanya kepada ahlinya dan yang kedua melihat siapa orang yang melakukan
kemudian melihat bagaimana caranya atau metodenya lalu melihat apa media yang digunakan. Yang
terakhir yakni menjadikan agama sebagai barometer dan pijakan untuk menentukan hal tersebut sehingga
kita dapat sembuh tetapi biidznillah (dengan izin Allah) dan kita sembuh tidak melenceng dari ajaran Allah
dan kita sembuh baik secara fisik biologis maupun secara mental spiritual.

Nama = Septiana Saputri


Kelas = 4c
Nim = 1800023180

Anda mungkin juga menyukai