Anda di halaman 1dari 8

LEMBAR KERJA FARMAKOTERAPI III

Kasus 6 Subyektif : Pasien mengeluh demam, disertai sesak


Seorang pasien laki-laki berusia 42 tahun nafas dan radang tenggorokan dari 2 minggu yang
lalu.
dibawa ke rumah sakit dengan keluhan demam
>38°C, disertai sesak nafas dan radang Obyektif : Pasien (laki-laki) berusia 42 tahun, Suhu
tenggorokan sejak 2 minggu yang lalu. demam pasien >38°C, tes lab menunjukkan positif
virus Influenza A (H5N1)
Diketahui pasien bertempat tinggal di sebelah
peternakan unggas yang baru-baru saja PH  (Patient history) : Tempat tinggal pasien di
sebelah peternakan unggas yang baru saja ditutup
peternakan tersebut ditutup sementara karena sementara karena unggas-unggas banyak mati
diduga unggas-unggas banyak mati karena karena virus flu burung.
virus flu burung. Dokter segera melakukan tes DH  (drugs history) : -
laboratorium dan diketahui pasien positif
terhadap virus influenza A (H5N1).
Bagaimana penatalaksanaan untuk pasien FH (Family History) : -
tersebut ?

a. Definisi: 
Flu burung (avian influenza) merupakan suatu jenis penyakit menular akut yang disebabkan
oleh adanya virus influenza tipe A sub tipe H5N1 yang pada umunya menyerang unggas, dan
dapat menular dari unggas ke manusia.Virus influenza ini terdiri dari beberapa tipe yaitu tipe
A, tipe B, dan tipe C. Penyakit ini termasuk kelompok penyakit menular berbahaya karena
bersifat zoonosis yang mematikan.

b. Patofisiologi (+siklus penyebaran)


Virus avian influenza berdasarkan patogenesitas dapat dibedakan menjadi
dua bentuk yaitu High Pathogenic Avian Influenza (HPAI) dan Low Pathogenic
Avian Influenza (LPAI). Bentuk HPAI ditandai dengan kematian hampir 100%
pada ayam buras dan ras dengan atau tanpa gejala menunjukkan gejala klinis
sebelum kematian. Di Asia, virus AI H5N1 termasuk dalam HPAI. Unggas air
dan burung liar merupakan reservoir alami yang tanpa menunjukkan gejala klinis
sehingga mampu menjadi perantara penyebaran virus AI. Sedangkan pada LPAI
ditunjukkan dengan gejala klinis ringan seperti gangguan saluran pernafasan,
depresi dan penurunan produksi telur (EID, 2006).
Proses infeksi virus AI dimulai dengan perlekatan virus dengan sel hospes.
Bagian hemaglutinin virus AI berikatan dengan reseptor permukaan sel hospes,
dan terjadi penggabungan virus dengan membran sel hospes. Perlekatan ini
ditentukan oleh kecocokan antara virus dengan reseptor permukaan sel hospes.
Untuk terjadi infeksi pada unggas, virus AI akan berikatan dengan glikoprotein
atau glikolipid permukaan sel hospes unggas yang mengandung gugus terminal
sialil-galactosa [Neu5Ac(a2-3)Gal] atau reseptor α2,3 asam sialat. (Garjito, 2013)

Atom C nomor 2 pada bagian sialic acid yang dimiliki hemaglutinin virus
AI akan berikatan dengan atom O nomor 3 dari gugusterminal sialil-galactosa sel
hospes dan membentuk ikatan α23 (Racaniello, 2013). Reseptor α2,3 ini
ditemukan banyak pada silia epitel endodermik (usus, paru-paru) pada unggas
yang menjadi target virus AI (Gambaryan et al.,2005; Kim et al., 2005). Asam
amino yang berikatan secara langsung dengan reseptor sel hospes) disebut residu
pengikat reseptor atau Reseptor Binding Site (RBS). Integritas residu pengikat
reseptor ini dipertahankan oleh kantong pengikat reseptor (reseptor binding
pocket), namun jika terjadi substitusi asam amino pada kantong pengikat reseptor
dapat menyebabkan perubahan pelipatan protein sehingga mengubah afinitas virus
pada reseptor (Harvey et al., 2004; Gambaryan et al., 2006; Auewarakul et al.,
2007). Protein neurominidase berperan memotong ikatan α23 untuk melepaskan
virus dari sel yang terinfeksi (Racainello, 2013).

Siklus replikasi virus AI dimulai saat hemaglutinin melekat di sel hospes


yang selanjutnya terjadi penelanan melalui proses endosistosis. Pada proses ini
terjadi pelepasan selubung virus (uncoating). Kedelapan segmen RNA yang
terbungkus oleh lapisan pelindung dari protein (ribonucleoprotein complex, RNP)
nukleokapsid (N) dilepaskan ke dalam sitoplasma. Segmen-segmen tersebut
selanjutnya menuju ke nukleus mengalami replikasi dan transkripsi (Raharjo,
2004).

Virus AI sebagai virus RNA berpolaritas negative ditranskripsi terlebih


dulu menjadi (+) mRNA oleh enzim RNA dependent RNA polymerase (RdRp)
karena bentukan (-) RNA tidak langsung dapat di translasi. Protein enzim ini
dibawa oleh virion dan dibentuk dari gabungan PB1, PB2 dan PA. mRNA yang
terbentuk dijadikan template untuk replikasi genom. Selanjutnya delapan segmen
yang berada di nukleus ditambah segmen RNA yang masih tersisa di sitoplasma
mengalami replikasi. Enam mRNA monosistronik yang dihasilkan di translasi
menjadi HA, NA, NP dan tiga polymerase (PB1, PB2, dan PA). Melalui
pembelahan mRNA untuk gen NS dan M masing-masing dua mRNA, yang
ditranslasi dalam reading frame berbeda dan menghasilkan protein NS1, NS2, M1
dan M2. Segmen RNA yang sudah tereplikasi keluar menuju sitoplasma untuk
dibungkus oleh HA, NA, M, NS menjadi virion yang siap dilepas dari sel inang.
Hemaglutinin dan neuraminidase diglikolisasi dalam reticulum endoplasma kasar,
dilengkapi di golgi, ditransportasikan ke permukaan dan melekat pada membran
sel. Penempelan ini dilakukan oleh protein neuraminidase bukan hemaglutinin
seperti saat masuk sel (Easterday et al., 1997; Raharjo, 2004). Siklus replikasi
virus Influenza terlihat pada Gambar 2.2.
c. Etiologi & Faktor Resiko
Etiologi dari
Disebabkan oleh virus avian influenza A (H5N1) yang merupakan virus pathogen. Avian
influenza terdiri dari beberapa subtype, yaitu H5N1, H7N3, H7N7, dan H9N9, namun virus flu
burung umumnya dikenal dengn H5N1 dengan struktur genetic RNA

Faktor Resiko : 

- Faktor agent
- Faktor : Manusia ( meliputi umur dan jenis kelamin),
dan Hewan
- Faktor Lingkungan
- Faktor Perilaku

d. Tanda dan Gejala

 Demam >38⁰ C
 Gejala saluran napas bawah
 Diare
 Muntah-muntah
 Nyeri perut
 Nyeri dada (pleuritik)
 Perdarahan dari hidung dan gusi

e. Data lab yang dibutuhkan:


Penderita yang terinfeksi H5N1 umumnya dilakukan pemeriksaan spesimen klinik berupa
swab tenggorokan dan cairan nasal. Untuk uji konfirmasinya dilakukan pemeriksaan :
 Mengisolasi virus
 Deteksi genom H5N1 metode Polymerase Chain Reaction (PCR) menggunakan
sepasang primer spesifik
 Tes imunoflouresensi terhadap antigen dengan menggunakan monoklonal antibodi
pada H5
 Pemeriksaan adanya peningkatan titer antibodi pada H5N1
 Pemeriksaan metode western blotting pada H5-spesifik

f. Terapi Farmakologi & Non Farmakologi


Terapi farmakologi (lengkap : nama generik, nama paten pilihan, dosis, rute, aturan pakai,
lama penggunaan, efek samping).
 Terapi Farmakologi.

No Nama Obat Dosis Rute Aturan Pakai Lama Efek Samping


Penggunaan

1. Paracetamol 500 oral 3 – 4 x sehari Hingga Muncul ruam kulit, Tubuh


mg demam terasa lemah, Kulit atau mata
turun berwarna kekuningan, Timbul
memar pada kulit, Urine
berwarna keruh atau
berdarah, Tinja berwarna
hitam atau BAB berdarah

2. oseltamivir 75 mg oral 2 x sehari 5 hari Insomnia, konjungtivitas,


mual, muntah, abdominal
pain, vertigo

3.

4.

5.

g. Pembahasan Kasus
Kasus AI H5N1 pada manusia diklasifikasikan dalam 3 jenis kasus sesuai perkembangan
diagnosis, yaitu kasus suspek AI, kasus probable dan kasus Confirmed.
Dari kasus virus influenza diatas, diketahui pasien dengan keluhan demam >38°C, disertai
sesak nafas dan radang tenggorokan sejak 2 minggu yang lalu. Ditambah dengan lebih
keadaan pasien bertempat tinggal di sebelah peternakan unggas yang baru-baru saja
peternakan tersebut ditutup sementara karena diduga unggas-unggas banyak mati karena virus
flu burung. Dari gejala dan hasil laboratorium yang diketahui pasien positif terhadap virus
influenza A (H5N1). Orang yang berisiko tinggi terserang flu burung (H5N1) ini adalah
pekerja peternakan penjual dan penjamah unggas dan produk mentahnya dan , petugas
laboratorium maupun masyarakat luas yang berdomisili dekat dengan unggas.
Pada kasus yang didapat, adapun terapi obat yang kami berikan kepada pasien yaitu
paracetamol tab 500 mg (3-4 x sehari) hingga demam turun sebagai antipiretik dan oseltamivir
kaps 75 mg (2 x sehari) penggunaan selama 5 hari sebagai antiviral untuk influenzanya.

h. KIE 
- Memberikan informasi kepada pasien tentang penyakitnya dan pengendalian diri dan
lingkungan dalam upaya mencegah penularan.

- Menjelaskan obat-obat yang harus digunakan, indikasi, cara penggunaan, dosis, dan
waktu penggunaannya.
- Melakukan pemantauan kepada pasien untuk melihat perkembangan terapinya dan
memonitor kemungkinan terjadinya efek samping obat.
- Tingkatkan kewaspadaan diri pasien dari gejala penyakit yang terjadi sehingga
membutuhkan pengobatan dan gejala efek samping.
- Memberikan motivasi dalam menangani ketidakpatuhan dengan menjelaskan
keuntungan dari pengobatan.

Monitoring Obat

Obat Monitoring Monitoring Efek Samping


Efek Terapi
1 Paracetamol Ketika mucul reaksi alergi, ruam pada kulit berupa eritema atau
urtikaria maka obat dihentikan. Tidak disarankan untuk pasien
yang mempunyai kelainan darah, hipotensi, kerusakan hati

2 Oseltamivir Bila terjadi nausea, muntah, sakit perut, dispepsia, diare, sakit
kepala, lelah, insomnia, pusing, conjungtivitis, epistaksis, ruam;
jarang reaksi hipersensitif; sangat jarang hepatitis, sindroma
Steven-Johnson maka seharunya dihentikan dalam
penggunaanya
3 .

4
5

Terapi Non Farmakologi :


Peningkatan asupan cairan dengan banyak minum air, teh, sari buah. Asupan cairan dapat mengurangi
rasa kering di tenggorokan, mengencerkan dahak dan membantu menurunkan demam. Istirahat yang
cukup.
Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir setelah memegang unggas dan sebelum makan,
menggunakan sarung tangan saat memegang unggas, menggunakan masker saat memasuki kandang
ungags, dan memasak daging unggas sampai matang.
Hal yang perlu dikonseling 
Kebersihan kandang unggas
Penggunaan penutup hidung/mulut ( masker) dan sarung tangan ketika masuk kekandang unggas
Cara memasak unggas (harus matang)
Cuci tangan pakai sabun setelah kontak dengan unggas/kotoran unggas
Penanganan unggas-unggas yang mati, misalnya cara mengubur unggas yang terinfeksi flu burung
Menerapkan etika batuk, yaitu dengan menutup mulut dan hidung dengan tisu atau lipat siku saat
batuk atau bersin
Tidak mengunjungi daerah atau tempat terjadinya wabah flu burung
Nama Kelompok :

Kelompok 6 :

1. 1800023235 AQIEL SHOUMA I E


2. 1800023238 KHOLIL FAHRI
3. 1800023240 SITI AULIA RAHMA
4. 1800023241 AFIFAH GUSTIN
5. 1800023242 YOSIFA VIVI TILANZA
6. 1800023243 AJENG PRIHANDINI
7. 1800023244 ROSHINTA ANDIEN DAMAYANTI

Daftar Pustaka 
B.Mulyadi dan Prihatini, 2005, Diagnosis Laboratorik Flu Burung (H5N1), Indonesian
Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory, Vol. 12, No. 2, Mar 2005: 72-81.
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/a9a057ad2e6c5f6acdc3811740961e66.pdf.

https://www.medscape.com/features/mktg/public/register/ppc1?src=ppc_google_acq
brand_solo_lp2_englang-global-int&gclid.

Santoso, M., Salim, H., Alim, H., Avian influenza (flu burung). Cermin dunia kedokteran,
2005, 148:21–4.

Stohr, K., Avian influenza and pandemics-research needs and opportunities. N Engl J Med.,
Jan 2005, 352(4):405–7.

S Yuan. 2013. Drugs to cure avian influenza infection – multiple ways to prevent cell death.
Cell Death and Disease (2013) 4, e835; doi:10.1038/cddis.2013.367.
Triwibowo Ambar Garjito. 2013. Virus Avian Influenza H5N1: Biologi Molekuler dan
Potensi Penularannya ke Unggas dan Manusia. Jurnal Vektora Vol. V No. 2: 85-97.

Anda mungkin juga menyukai