Anda di halaman 1dari 4

HIPNOSIS DALAM SUDUT PANDANG ISLAM

Jogjakarta, 27 Oktober 2019

Hypnos merupakan dewa yang menguasai tidur dalam mitologi Yunani, (di mitologi

Romawi dikenal sebagai Somnus). Akhir abad 3 SM Kerajaan mesir ditujukan untuk terapi. Di

Yunani, terdapat kuil Hipnosis untuk persembahan pada dewa penyembuhan, Aesculapius

(mahasiswa kesehatan tentunya tidak asing dengan nama ini). Perkembangan Hypno semakin

pesat dengan adanya tokoh seperti Frederick anton Mesmer (1734-1815). Marquis De Puysegur

(1781-1825) hingga Sigmund Freud (1856-1939) yang mengembangkan teori praktik

psikoanalisis. Pada tahun 1955 Hypno mulai diijinkan oleh The British Medical Association

sebagai Anestesia. Berkembang pesat di bawah asuhan Bapak Hypnosis modern Milton Ericson

(1901-1980) sehingga Hypnosis makin popular di jamannya.

Hypno biasanya dimulai oleh prosedur yang dikenal sebagai induksi hipnosis, yang

umumnya terdiri dari rangkaian panjang instruksi awal dan sugesti atau yang kita sebut dengan

mantra. Sugesti hipnosis dapat disampaikan oleh seorang hipnotis di hadapan subjek, atau

mungkin dilakukan sendiri oleh subjek (Self-hipnosis).

Bagaimana pandangan islam dalam praktik Hypno ini? Kita ketahui bersama bahwa

dalam upaya penyembuhan pasien harus bersifat holistik yang meliputi status fisik, Riwayat

kesehatan, Aspek biologis, psikologis, ekonomi, kultral, sosial dan Spiritual. Setiap kita yang

bekerja dalam upaya penyembuhan pasien pasti ingin pasien cepat sembuh. Pertanyaannya,

apakah cara yang kita tempuh ini sudah sesuai dengan syariat Islam? Aspek spiritual sering
terlupakan dalam tindakan penyembuhan pasien. Bahkan saat ini lebih mengarah ke Spesialistik

pengobatan, bukan lagi secara holistik. Lantas kepada siapakah kita mengharap kesembuhan jika

bukan kepada sang maha penyembuh Allah SWT, sehingga saat ini yang perlu kita benahi adalah

addressing – nya. Addressing maksudnya ialah mengarahkan atau memasrahkan segala penyakit

kita atau pasien kepada Allah SWT bukan kepada Dokter, bukan kepada terapis bekam,

akupunturis, dukun atau yang lainnya. Sebuah studi di Jakarta yang dilakukan oleh Bina rohani

RSI Cempaka Putih dari 100 orang yang sakaratul maut yang mampu mengucap Kalimat

Syahadat hanya 7 orang. Disinilah peran kita dalam memilih pengobatan atau membantu pasien

dalam memilih pengobatan sesuai dengan Syariat agama Islam. Saat ini spiritualitas telah

menjadi bagian terpenting dari kesehatan. Bahkan spritualitas juga memiliki daya penyembuh

yang sangat kuat.

Terkadang kita menghalalkan segala cara untuk kesembuhan pasien, alih-alih ingin

menyembuhkan pasien dengan menggunakan SEFT (spiritual emotion freedom technic) namun

justru malah menabrak aqidah. Harus kita tahu juga bahwa SEFT merupakan derivate / turunan

dari Hypno. Program lainnya bisa berupa NLP, reiki, dan masih banyak lagi. Sepertinya

fenomena semua gerakan spritualisme dan program cara hidup bahagia (pengobatan alternative,

terapi jiwa, maupun pengembangan diri) tersebut tak ada masalah bahkan sangat positif. Namun,

jika kita tidak berhati-hati dalam bertindak maka praktik tersebut justru dapat menjerumuskan

kita pada kerusakan aqidah islam kita.

Praktik diatas dapat membatalkan tauhid rububiyah. Apa itu tauhid rububiyah? yaitu,

menyakini bahwa Allah adalah Dzat yang menciptakan, menghidupkan, mematikan, memberi

rizki, mendatangkan segala mamfaat dan menolak segala mudharat. Dzat yang mengawasi,

mengatur, penguasa, pemilik hukum dan selainnya dari segala sesuatu yang menunjukkan
kekuasaan tunggal bagi Allah. Dari sini, seorang mukmin harus meyakini bahwa tidak ada

seorangpun yang menandingi Allah dalam hal ini. Allah berfirman: “’Katakanlah!’ Dialah Allah

yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya sgala sesuatu. Dia tidak

beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan-Nya.” (QS. Al

Ikhlash: 1-4).

Saat ini kita harus berhati-hati dalam melakukan tindakan dan harus selalu mengingat

akan pentingnya menjaga akidah kita agar tidak terjerumus ke dalam praktik-praktik diatas.

Tidak perlu kita memberikan penamaan yang tidak sesuai syariat contoh: Hypno marketing,

Hypnoruqyah atau Hypnobirthing, padahal kita tidak sedang praktik hypno didalamnya, hanya

saja penamaannya agar tampak kekinian tapi kenyataannya dapat merusak akidah kita. Labeling

terhadap praktik kita seharusnya lebih islami seperti Nabawiyah Birthing, Islamic Marketing dll.

Hypno dan derivatnya ini merupakan program umum iblis/syaiton (khutuwat) yang mana

terdapat pada firman Allah dalam surat Al-Isra ayat 64 “(Dan godalah) bujuklah (siapa yang

kamu sanggupi di antara mereka dengan rayuanmu) dengan ajakanmu melalui nyanyian dan

tiupan serulingmu serta semua seruanmu yang menjurus kepada perbuatan maksiat (dan

kerahkanlah) mintalah bantuan (terhadap mereka dengan pasukan berkuda dan pasukanmu yang

berjalan kaki) mereka adalah pasukan yang berkendaraan dan berjalan kaki dalam keadaan

maksiat (dan berserikatlah dengan mereka pada harta benda) yang diharamkan; seperti hasil dari

riba dan rampasan atau rampokan (dan anak-anak) dari perbuatan zina (dan beri janjilah mereka)

bahwasanya hari berbangkit dan hari pembalasan itu tidak ada. (Dan tidak ada yang dijanjikan

oleh setan kepada mereka) tentang hal-hal tersebut (melainkan tipuan belaka) kebatilan belaka”.

Maka solusi agar kita selamat dari Khutuwat tersebut adalah 1). Tinggalkan segala ajaran

yang tidak sesuai dengan syariat dan jangan tasyabbuh (mengikuti gaya orang kafir), 2). Ganti
istilah yang tidak mengaitkan dengan hypno apabila memang isinya adalah nasihat dan tidak ada

hubungannya dengan teknik dan metode hypno, 3). Nasihat adalah inti agama islam maka

jadikanlah nasihat sarana untuk memperbaiki kondisi manusia, 4). Nasihat terbaik dengan

dakwah bil hal dan bil hikmah.

Wallahu’alam..

Rasulullah SAW bersabda “Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka

tunggulah kehancuran itu”.

Anda mungkin juga menyukai