1. Abses
2. Perforasi
3. Peritonitis
KLASIFIKASI
Klasifikasi appendisitis terbagi menjadi dua yaitu, appendisitis akut dan appendisitis
kronik (Sjamsuhidajat & de jong, 2015):
1. Appendisitis akut.
Appendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh radang
mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat, disertai maupun tidak
disertai rangsang peritonieum lokal.
2. Appendisitis kronik.
Diagnosis appendisitis kronis baru dapat ditegakkan jika ditemukan adanya : riwayat
nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu, radang kronik apendiks secara
makroskopik dan mikroskopik.
MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri kuadran kanan bawah dan biasanya demam ringan
2. Mual, muntah
3. Anoreksia, malaise
4. Nyeri lepas lokal pada titik Mc. Burney
5. Spasme otot
6. Konstipasi, diare
PATOFISIOLOGI
Apendisitis disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing,
struktur karena fikosis akibat peradangan sebelumnya atau neoplasma. Makin lama mucus tersebut makin banyak,
namun elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan
intralumen, tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema.
Diaforesis bakteri dan ulserasi mukosa pada saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri
epigastrium. Sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat hal tersebut akan menyebabkan vena,
edema bertambah dan bakteri akan menembus dinding apendiks. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai
peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri di abdomen kanan bawah, keadaan ini disebut dengan
apendisitis sukuratif akut. Aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan
gangrene stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh ini pecah akan terjadi
apendisitis perforasi (Wijaya & Putri, 2013). Penatalaksanaan medik pada klien apendiksitis yakni apendiktomi
yaitu pembedahan untuk mengangkat apendiks pembedahan di indikasikan bila diagnosa apendisitis telah
ditegakkan. Hal ini dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan risiko perforasi. Pilihan apendiktomi dapat
Cito (segera) untuk apendisitis akut, abses dan perforasi (Suratun & Lusianah, 2015).
PENATALAKSANAAN
SEBELUM OPERASI
1. Observasi
2. Diberikan Antibiotik
OPERASI
3. Anastesi Umum
4. USG, CT Scan (Penunjang)
SETELAH OPERASI
5. Observasi TTV
6. Klien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan
7. Puasa diteruskan sampai fungsi usus kembali normal
TERAPI DIET
1. Diet cair
Setelah tindakan operasi, saluran pencernaan membutuhkan waktu untuk kembali
seperti semula. Pada awalnya pasien dianjurkan untuk menjalankan diet cair sampai
kondisi pulih (tidak ada lagi mual dan muntah akibat anestesi). Diet cair berupa
pemberian makanan atau minuman yang cair, misalnya jus apel atau sup. Biasanya
Anda diperbolehkan makan jika dokter sudah mendengar adanya bunyi usus dengan
menggunakan stetoskop.
2. Diet Lunak
Setelah tubuh mulai pulih dari operasi, maka pola diet selanjutnya yang dianjurkan
adalah dengan mengonsumsi makanan yang lunak sehingga usus pun bisa sembuh
secara perlahan. Makanan lunak bisa berupa bubur atau kentang yang dihaluskan.
LANJUTAN…