Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Apendisitis merupakan peradangan pada apendiks vermiformis atau biasa dikenal di masyarakat dengan
peradangan pada usus buntu yang penyebabnya bahwa adanya peradangan atau sumbatan pada apendiks yang
bersifat Episodik dan hilang timbul dalam waktu yang lama. Apendisitis merupakan salah satu kasus tersering
dalam bidang bedah abdomen yang menyebabkan nyeri abdomen akut dan memerlukan tindakan bedah segera
untuk mencegah komplikasi. (Amalina, et al, 2018). Selain itu apedisitis juga
dapatmenimbulkanpenyakitkomplikasi lainnya seperti : peritonitastromboflebitis supuratifdari sistem
portal,abses subfrenikusdan fokal sepsintraabdominal, obstruksi Intestinal,dan apabila terbentuk abses
apendisitisakan teraba massa di kuadran kanan bawah yang cenderung menggelembung kearah rektum
dan vagina,(Black & Hawks,2014).
Etiologi: appendisitis yaitu inflamasi akut pada apendiks dan edema; ulserasi pada mukosa; obstruksi pada
colon oleh pemberian barium; berbagai macam penyakit cacing; tumor atau benda asing dan striktur karena
fibrosis pada dinding usus(Dermawan& Rahayuningsih, 2010)
Patofisiologi: apendisitis dimulai dari terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau
tersumbat, kemungkinan disebabkan oleh fekalit (massa keras dari feses), tumor, atau beda asing. Proses
inflamasi ini menyebabkan peningkatan tekanan intraluminal, sehingga menimbulkan nyeri abdomen dan
menyebar secara hebat dan progresif dalam beberapa jam terlokalisasi di kuadran kanan bawah abdomen. Hal
tersebut menyebabkan apendik yang terinflamasi tersebut berisi pus (Smeltzer & Bare, 2012).

Kejadian apendisitis di negara-negara berkembang tercatat lebih rendah jika dibandingkan dengan
negara maju. World Health Organization (WHO) menyebutkan insidensi apendisitis di Asia dan Afrika pada
tahun 2014 adalah 4,8% dan 2,6% penduduk dari total populasi, (WHO, 2013).Apendisitis Akut maupun
perforasi paling banyak terjadi pada usia 15-24 tahun (46%).
Laporan menurut WHO di Asia insidensi apendisitis adalah 4,8% penduduk dari total populasi
(Brunicardi et al, 2019).Terdapat 259 juta kasus Apendisitis pada laki-laki di seluruh Dunia yang tidak
terdiagnosis, sedangkan pada perempuan terdapat 160 juta kasus Apendisitis yang tidak terdiagnosis. 7%
populasi di Amerika Serikat menderita Apendisitis dengan Prevalensi 1,1 kasus tiap 1.000 orang pertahun. Di
Asia Tenggara, Indonesia menempati urutan pertama sebagai angka kejadian Apendisitis akut tertinggi dengan
prevalensi 0.05%, diikuti oleh Filipina sebesar 0.022% dan Vietnam sebesar 0.02% (Wijaya, et al, 2020).Hal
ini tidak terjadi pada setiap orang, tapi seperti kita ketahui bahwa usia 20-40 tahun bisa dikategorikan sebagai
usia produktif, dimana orang yang berada pada usia tersebut
melakukan banyak sekali kegiatan.Apendisitis dapat memunculkan gejala yang khas pada penderitanya seperti
Nyeri pada kuadran kanan bawah biasanya disertai oleh demam ringan, mual, muntah, dan hilangnya nafsu
makan, selain itu apabila apendiks telah ruptur, nyeri menjadi lebih menyebar, distensi abdomen terjadi akibat
Ileus paralitik dan kondisi memburuk. (Black & Hawks, 2014).

Pemeriksaan laboratorium awal untuk mendeteksi apendisitis dengan ditandai adanya leukositosis.
Hasil pemeriksaan menunjukkan 90% pasien apendisitis mengalami peningkatan leukosit antara 10.000 sell
sampai dengan 15.000 sel. Leukosit melebihi 18.000-20.000 sel/μl menandakan kemungkinan terjadinya
perforasi apendiks (Sesa and Sabir, 2016).Penanganan apendisitis akut Selain pemberian antibiotik untuk
mengatasi infeksi, penanganan utama apendisitis akut adalah tindakan operasi dengan prosedur apendektomi
(appendectomy) yaitu pengangkatan organ appendiks.Prosedur appendectomy ini merupakan prosedur operasi
yang paling sering dilakukan di seluruh dunia.Ada dua cara dalam melakukan prosedur appendectomy :
1. Pertama metode laparotomi, dilakukan dengan membedah perut bagian kanan bawah sepanjang 5-10
cm kemudian mengangkat organ appendiks
2. Kedua metode laparoskopi, dilakukan dengan membuat sayatan kecil beberapa buah, melalui sayatan
tersebut dokter akan memasukkan alat bedah khusus untuk mengangkat organ appendiks
1.2 Rumusan masalah
Pada usia berapakah seseorang rentan terkena Apindisitis
1.3 Tujuan Umum
Mengetahui tentang apa saja faktor faktor yang berhubungan dengan Apendisitis
1.4 Tujuan Khusus
1. Menjelaskan definisi Apendisitis
2. Menjelaskan tentang gejala Apendisitis
3. Menjelaskan Etiologi dari Apendisitis
4. Menjelaskan etiologi dan patofisiologi Apendisitis
5. Menjelaskan penanganan Apendisitis
1.5 Daftar pustaka
1.Amalina, A., Suchitra, A. and Saputra, D. (2018) ‘Hubungan Jumlah Leukosit Pre Operasi dengan
Kejadian Komplikasi Pasca Operasi Apendektomi pada Pasien Apendisitis Perforasi di RSUP Dr. M. Djamil
Padang’, Jurnal Kesehatan Andalas, 7(4), p. 491. doi: 10.25077/jka.v7i4.907.
2. Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis untuk Hasil yang
Diharapkan;Edisi 8. Singapore: Elseiver
3.https://eprints.umm.ac.id/41408/3/jiptummpp-gdl-sitidewiam-50971-3-bab2.pdf
4. https://www.emc.id/id/care-plus/penanganan-terkini-pada-peradangan-usus-buntu-
akut#:~:text=Penanganan%20apendisitis%20akut,sering%20dilakukan%20di%20seluruh%20dunia.
5. Nasution, P. A, et al. (2013). Hubungan Antara Jumlah Leukosit Dengan Apendisitis Akut Dan
Apendisitis Perforasi Di Rsu Dokter Soedarso Pontianak. Jurnal Penelitian
6. Sesa, W. C. and Sabir, M. (2016) ‘Perbandingan Antara Suhu Tubuh, Kadar Leukosit, dan Platelet
Distribution Width (PDW) Pada Apendisitis Akut dan Perforasi’, Jurnal Kesehatan Tadulako, 2(2), pp. 24–32.
Available at: http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/HealthyTadulako/article/download/8329/6610.
7. WHO, (2013). Globlal Burden Disease. Diakses 3 Januari 2013. Tersedia
pada:http://www.who.int/healthinfo/glob al_burden_disease/BD_reportupdate_An
8. Wijaya, W., Eranto, M. and Alfarisi, R. (2020) ‘Perbandingan Jumlah Leukosit Darah Pada Pasien
Appendisitis Akut Dengan Appendisitis Perforasi’, 11(1), pp. 341–346. doi: 10.35816/jiskh.v10i2.288
9.https://www.emc.id/id/care-plus/penanganan-terkini-pada-peradangan-usus-buntu-
akut#:~:text=Penanganan%20apendisitis%20akut,sering%20dilakukan%20di%20seluruh%20dunia.
Bab II
Tinjauan Pustaka

A. Definisi Apendisitis

Apendisitis merupakan peradangan pada apendiks vermiformis atau biasa dikenal di masyarakat dengan
peradangan pada usus buntu yang penyebabnya bahwa adanya peradangan atau sumbatan pada apendiks yang
bersifat Episodik dan hilang timbul dalam waktu yang lama. Apendisitis merupakan salah satu kasus tersering
dalam bidang bedah abdomen yang menyebabkan nyeri abdomen akut dan memerlukan tindakan bedah segera
untuk mencegah komplikasi. (Amalina, et al, 2018).

B. Gejala Apendisitis

Apendisitis dapat memunculkan gejala yang khas pada penderitanya seperti Nyeri pada kuadran
kanan bawah biasanya disertai oleh demam ringan, mual, muntah, dan hilangnya nafsu makan, selain itu
apabila apendiks telah ruptur, nyeri menjadi lebih menyebar, distensi abdomen terjadi akibat Ileus paralitik
dan kondisi memburuk. (Black & Hawks, 2014).

C. Etiologi Apendisitis

apendisitis yaitu inflamasi akut pada apendiks dan edema; ulserasi pada mukosa; obstruksi pada colon
oleh pemberian barium; berbagai macam penyakit cacing; tumor atau benda asing dan striktur karena fibrosis
pada dinding usus(Dermawan& Rahayuningsih, 2010)

D. Patofisiologi

apendisitis dimulai dari terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau tersumbat,
kemungkinan disebabkan oleh fekalit (massa keras dari feses), tumor, atau beda asing. Proses inflamasi ini
menyebabkan peningkatan tekanan intraluminal, sehingga menimbulkan nyeri abdomen dan menyebar secara
hebat dan progresif dalam beberapa jam terlokalisasi di kuadran kanan bawah abdomen. Hal tersebut
menyebabkan apendik yang terinflamasi tersebut berisi pus (Smeltzer & Bare, 2012).

E. Penanganan Apendisitis

apendisitis akut Selain pemberian antibiotik untuk mengatasi infeksi, penanganan utama apendisitis
akut adalah tindakan operasi dengan prosedur apendektomi (appendectomy) yaitu pengangkatan organ
appendiks.Prosedur appendectomy ini merupakan prosedur operasi yang paling sering dilakukan di seluruh
dunia.Ada dua cara dalam melakukan prosedur appendectomy :
1. Pertama metode laparotomi, dilakukan dengan membedah perut bagian kanan bawah sepanjang 5-10
cm kemudian mengangkat organ appendiks
2. Kedua metode laparoskopi, dilakukan dengan membuat sayatan kecil beberapa buah, melalui sayatan
tersebut dokter akan memasukkan alat bedah khusus untuk mengangkat organ appendiks

Anda mungkin juga menyukai