Anda di halaman 1dari 64

MAKALAH SEMINAR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Nn Y DENGAN POST OPERASI


LAPARATOMI APENDIKSITIS DI RUANG CEMPAKA

RSUD WONOSARI

Dosen Pembimbing : Santi Damayanti, M.Kep., Ns., Sp.Kep.KMB

Disusun Oleh Kelompok 25 :

Indrianingsih : 22160081
Satrio Budi Utomo : 22160014
Trivena Puimera : 22160032

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA

2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Apendiksitis adalah inflamasi atau peradangan pada apendiks yang berbahaya
jika tidak di tangani dengan segera dimana terjadi infeksi berat yang biasa
menyebabkan pecahnya lumen usus. Apendisitis perforasi adalah pecahnya
dinding apendiks yang sudah gangrene yang menyebabkan pus masuk ke dalam
rongga perut sehingga terjadi peritonitis umum (Saferi, 2017)
Data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2018 angka kejadian
apendiksitis cukup tinggi di dunia, dengan angka mortalitas 21.000 jiwa dimana
populasi laki-laki 12.000 jiwa dan perempuan 10.000 jiwa.
Apendiksitis yang tidak segera ditangani akan menimbulkan komplikasi.
Salah satu komplikasi yang paling membahayakan adalah perforasi. Perforasi
dapat menyebabkan sepsis dan terjadi pada 17% hingga 32%. Durasi gejala yang
berkepanjangan sebelum penanganan dapat meningkatkan resiko (Saferi, 2017)
Sehingga apendiksitis perforasi memerlukan penanganan berupa intervensi
bedah dengan tindakan laparatomi untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas
akibat perforasi. Dalam tindakan operatif atau bedah, perawat memiliki peran
dalam melakukan asuhan keperawatan perioperatif . Peran perawat perioperatif
tampak meluas, mulai dari praoperatif, intraoperatif, sampai ke perawatan pasien
pasca anestesi (Mubarak, 2019)

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami
apendiksitis.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui dan memahami definisi apendiksitis
b. Mengetahui dan memahami etiologi apendiksitis
c. Mengetahui dan memahami manifestasi klinis apendiksitis
d. Mengetahui dan memahami patofisiologi apendiksitis
e. Mengetahui dan memahami patway apendiksitis
f. Mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang apendiksitis
g. Mengetahui dan memahami komplikasi apendiksitis
h. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan medis dan keperawatan
apendiksitis
i. Mengetahui dan memahami pencegahan apendiksitis
j. Mengetahui dan memahami definisi post operasi laparatomi, fase-fase
penyembuhan luka, prinsip-prinsip perawatan luka post operasi,
komplikasi, etiologi, dan jenis-jenis laparatomi.
k. Mampu melakukan pengkajian pada pasien yang mengalami apendiksitis
l. Mampu menegakkan diagnosa keperawatanpada pasien yang mengalami
apendiksitis
m. Menyusun perencanaan keperawatan pada pasien pada pasien yang
mengalami apendiksitis
n. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien yang mengalami
apendiksitis
o. Melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan pada pasien yang
mengalami apendiksitis
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Defenisi
Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan merupakan
penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini mengenai semua umur
baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia
10 sampai 30 tahun (Mardalela, 2017).
Apendisitis adalah salah satu penyakit saluran pencernaan yang paling umum
ditemukan dan yang paling sering memberikan keluhan abdomen yang akut (acu
abdomen).
Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran
bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen
darurat. Sedangkan apendisitis kronik adalah nyeri perut kanan bawah lebih dari 2
minggu, radang kronik apendiks secara makroskopik dan mikroskopik, dan
keluhan menghilang setelah apendiktomi (Wijaya & Putri, 2013).
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa apendisitis adalah
kondisi dimana terjadi infeksi pada umbai apendiks dan merupakan penyakit
bedah abdomen yang paling sering terjadi.
Menurut Sjamsuhidayat (2010), apendisitis terdiri dari lima bagian antara lain 
:
1. Apendisitis akut
Adalah peradangan apendiks yang timbul meluas dan mengenai peritoneum
pariental setempat sehingga menimbulkan rasa sakit di abdomen kanan
bawah.
2. Apendisitis infiltrat (Masa periapendikuler)
Apendisitis infiltrat atau masa periapendikuler terjadi bila apendisitis
ganggrenosa  di tutupi pendinginan oleh omentum.
3. Apendisitis perforata
Ada fekalit didalam lumen, Umur (orang tua atau anak muda) dan
keterlambatan  diagnosa merupakan faktor yang berperan  dalam terjadinya
perforasi apendiks.
4. Apendisitis rekuren
Kelainan ini terjadi bila serangan apendisitis akut pertama kali sembuh
spontan, namun apendiks tidak pernah kembali ke bentuk aslinya karena
terjadi fibrosis dan jaringan parut. Resikonya untuk terjadinya serangan lagi
sekitar 50%.
5. Apendisitis kronis
Fibrosis menyeluruh dinding apendiks, sumbatan parsial atau total lumen
apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama di mukosa dan infiltrasi sel
inflamasi kronik.

B. Etiologi
Penyebab penyakit apendisitis secara pasti belum diketahui. Tetapi, terjadinya
apendisitis ini umumnya karena bakteri. Selain itu, terdapat banyak faktor
pencetus terjadinya penyakit ini diantaranya sumbatan lumen apendiks,
hiperplasia jaringan limfe, fekalit, tumor apendiks dan cacing askaris yang dapat
menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan
apendisitis adalah erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E.histolytica.
Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan rendah
serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis juga merupakan
faktor pencetus terjadinya penyakit ini. Konstipasi akan menaikkan tekanan
intrasekal yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan
meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semuanya ini
mempermudah timbulnya apendisitis akut (wijaya & putri, 2013)

C. Manifestasi Klinik
Menurut mutaqqin arif (2011), keluhan apendisitis biasanya bermula dari
nyeri di daerah umbilikus atau periumbilikus yang berhubungan dengan muntah.
Dalam 2 – 12 jam nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah yang akan menetap
dan diperberat bila berjalan atau batuk. Terdapat juga keluhan anoreksia, malaise
dan demam yang tak terlalu tinggi. Biasanya juga terdapat konstipasi tetapi
kadang-kadang terjadi diare, mual dan muntah.
Pada permulaan timbulnya penyakit belum ada keluhan abdomen yang
menetap namun dalam beberapa jam nyeri abdomen kanan bawah akan semakin
progresif dan dengan pemeriksaan seksama akan dapat ditunjukkan satu titik
dengan nyeri maksimal perkusi ringan pada kuadran kanan bawah dapat
membantu menentukan lokasi nyeri.
Menurut Suzanne C Smeltzer dan Brenda G Bare (2014), apendisitis akut
sering tampil dengan gejala yang khas yang didasari oleh radang mendadak
umbai cacing yang memberikan tanda setempat. Nyeri kuadran bawah terasa dan
biasanya disertai oleh demam ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan.
Pada apendiks yang terinflamasi, nyeri tekan dapat dirasakan pada kuadran
kanan bawah pada titik Mc.Burney yang berada antara umbilikus dan spinalis
iliaka superior anterior. Derajat nyeri tekan, spasme otot dan apakah terdapat
konstipasi atau diare tidak tergantung pada beratnya infeksi dan lokasi apendiks.
Bila apendiks melingkar di belakang sekum, nyeri tekan terasa didaerah lumbal.
Bila ujungnya ada pada pelvis, tanda-tanda ini dapat diketahui hanya pada
pemeriksaan rektal. Nyeri pada defekasi menunjukkan ujung apendiks berada
dekat rektum. Nyeri pada saat berkemih menunjukkan bahwa ujung apendiks
dekat dengan kandung kemih atau ureter. Adanya kekakuan pada bagian bawah
otot rektus kanan dapat terjadi. Tanda rovsing dapat timbul dengan melakukan
palpasi kuadran bawah kiri yang secara paradoksial menyebabkan nyeri yang
terasa dikuadran kanan bawah. Apabila apendiks telah ruptur, nyeri menjadi
menyebar. Distensi abdomen terjadi akibat ileus paralitik dan kondisi pasien
memburuk. Pada pasien lansia, tanda dan gejala apendisitis dapat sangat
bervariasi. Tanda-tanda tersebut dapat sangat meragukan, menunjukkan obstruksi
usus atau proses penyakit lainnya. Pasien mungkin tidak mengalami gejala
sampai ia mengalami ruptur apendiks. Insidens perforasi pada apendiks lebih
tinggi pada lansia karena banyak dari pasien-pasien ini mencari bantuan
perawatan kesehatan tidak secepat pasien-pasien yang lebih muda.
Menurut Diane C. Baughman dan JiAnn C. Hackley (2010), manifestasi klinis
apendisitis adalah sebagai berikut:
1. Nyeri kuadran kanan bawah dan biasanya disertai dengan demam derajat
rendah, mual, dan seringkali muntah
2. Pada titik Mc Burney terdapat nyeri tekan setempat karena tekanan dan
sedikit kaku dari bagian bawah otot rektus kanan
3. Nyeri alih mungkin saja ada; letak apendiks mengakibatkan sejumlah nueri
tekan, spasme otot, dan konstipasi serta diare kambuhan
4. Tanda Rovsing (dapat diketahui dengan mempalpasi kuadran kanan bawah ,
yang menyebabkan nyeri kuadran kiri bawah)
5. Jika terjadi ruptur apendiks, maka nyeri akan menjadi lebih menyebar; terjadi
distensi abdomen akibat ileus paralitik dan kondisi memburuk.

D. Patofisiologi
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh
hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat
peradangan sebelumnya, atau neoplasma. Obstruksi tersebut menyebabkan
mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Semakin lama mukus
tersebut semakin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai
keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Tekanan
yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan
edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi
apendisitis akut lokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium. Bila sekresi mukus
terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan menyebkan
obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding.
Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga
menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah. Keadaan ini disebut apendisitis
supuratif akut (wijaya & putri, 2013).
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks
yang diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa.
Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi. Bila
semua proses diatas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan
bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut infiltrate
apendikularis. Peradangan pada apendiks tersebut dapat menjadi abses atau
menghilang. Pada anak-anak, kerena omentum lebih pendek dan apendiks lebih
panjang, maka dinding apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan
daya tahan tubuh yang masih kurang sehingga memudahkan terjadinya perforasi.
Sedangkan pada orang tua, perforasi mudah terjadi karena telah ada gangguan
pembuluh darah (wijaya & putri, 2013).
E. Patway
F.
Etiologi
Obstruk lumen apendiks oleh :
1. Fecalith (massa feses yang keras)
2. Hiperplasia dari folikel limfoit Infeksi kuman dari colon (E.Coli)
3. Benda asing (seperti biji cabai, biji jeruk)
4. Tumor apendiks
5. Pelekukan/terpuntirnya apendiks
6. Oklusi eksternal usus oleh perlekatan

Fecalist, benda asing, tumor

Obstruksi lumen apendiks dan peningkatan tekanan intra lumen

Penekanan pembulu darah lumen dan terjadi kematian sel/ kerusakan jaringan

Inflamasi apendiks

APENDISITIS

Pre Op Tindakan Pembedahan Post Op

Respon Peningkatan Tindakan Distensi Efek Luka


peradangan vaskularisasi dan invasif abdomen anastesi
permebilitas apendiktomi
darah meningkat Pemajanan
Pelepasan Spasme Mual mikoorganisme
mediator nyeri dan Perubahan abdomen muntah
merangsang Peningkatan status
nosireseptor pada intra abdominal kesehatan Risiko
dan penekanan Nyeri infeksi
ujung saraf bebas
serabut tipe c gaster
ketidaktahuan
Mobilitas
Pengiriman implus nyeri terbatas
Mual muntah
ke medulla spinalis Koping
sehingga terjadi nyeri individu tidak
difus epigastrium Anoreksia Gangguan
efektif
menjalar ke RLQ mobilitas
abdomen fisik
Defisit nutrisi
Ansietas

Nyeri akut
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang biasa dilakukan pada pasien yang diduga
appendicitis akut adalah pemeriksaan darah lengkap dan test protein reaktive
(CRP). Pada pemeriksaan darah lengkap sebagian besar pasien biasanya
ditemukan jumlah leukosit di atas 10.000 dan neutrofil diatas 75 %.
Sedangkan pada pemeriksaan CRP ditemukan jumlah serum yang mulai
meningkat pada 6-12 jam setelah inflamasi jaringan.
2. Pemeriksaan urine
Untuk melihat adanya eritrosit, leukosit dan bakteri di dalam urin.
pemeriksaan ini sangat membantu dalam menyingkirkan diagnosis banding
seperti infeksi saluran kemih atau batu ginjal yang mempunyai gejala klinis
yang hampir sama dengan appendisitis.
3. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologi yang biasa dilakukan pada pasien yang diduga
appendicitis akut antara lain adalah Ultrasonografi, CT-scan. Pada
pemeriksaan ultrasonogarafi ditemukan bagian memanjang pada tempat yang
terjadi inflamasi pada appendiks. Sedang pada pemeriksaan CT-scan
ditemukan bagian yang menyilang dengan apendicalith serta perluasan dari
appendiks yang mengalami inflamasi serta adanya pelebaran dari saekum.
4. Pemeriksaan USG
Bila hasil pemeriksaan fisik meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan USG,
terutama pada wanita, juga bila dicurigai adanya abses. Dengan USG dapat
dipakai untuk menyingkirkan diagnosis banding seperti kehamilan ektopik,
adnecitis dan sebagainya.
5. Abdominal X-Ray
Digunakan untuk melihat adanya fecalith sebagai penyebab appendisitis.
pemeriksaan ini dilakukan terutama pada anak-anak.
(wijaya & putri, 2013)

H. Komplikasi
Komplikasi utama apendisitis adalah perforasi apendiks yang dapat
berkembang menjadi peritonitis atau abses. Insidens perforasi adalah 10%
sampai 32%. Insidens lebih tinggi pada anak kecil dan lansia. Perforasi secara
umum terjadi 24 jam setelah awitan nyeri. Gejala mencakup demam dengan suhu
37,7 oC atau lebih tinggi, penampilan toksik, dan nyeri atau nyeri tekan abdomen
yang kontinyu (Smeltzer dan Barre, 2014).
Yang paling sering adalah :
1. Perforasi
Insident perforasi 10-32 %, rata-rata 20 %, paling sering terjadi pada
muda sekali atau terlalu tua, perforasi timbul 93% pada anak-anak di
bawah 2 tahun antara 40-75% kasus usia diatas 60 tahun ke atas. Perforasi
jarang timbul dalam 12 jam pertama sejak awa sakit, tetapi insiden
meningkat tajam sesudah 24 jam. Perforasi terjadi 70 % pada kasus
dengan peningkatan suhu 39,5°C tampak toksik, nyeri tekan seluruh perut
dan leukositosis meningkat akibat perforasi dan pembentukan abses.
2. Peritonitis
Adalah trombofebitis septik pada sistem vena porta ditandai dengan panas
tinggi 39°C-40°C menggigil dan ikterus merupakan penyakit yang relatif
jarang.
a. Tromboflebitis supuratif dari sistem portal, jarang terjadi tetapi
merupakan komplikasi yang laten
b. Abses subfrenikus dan fokal sepsis intraabdominal lain
c. Obstruksi intestinal juga dapat terjadi akibat perlekatan
(Wijaya & Putri, 2017)

I. Penatalaksanaan
Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan.
Antibiotik dan cairan IV diberikan serta pasien diminta untuk membatasi aktivitas
fisik sampai pembedahan dilakukan. Analgetik dapat diberikan setelah
diagnosa ditegakkan. Apendiktomi (pembedahan untuk mengangkat
apendiks) dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi.
Apendiktomi dapat dilakukan dibawah anestesi umum atau spinal, secara terbuka
ataupun dengan cara laparoskopi yang merupakan metode terbaru yang sangat
efektif. Bila apendiktomi terbuka, insisi Mc.Burney banyak dipilih oleh para ahli
bedah. Pada penderita yang diagnosisnya tidak jelas sebaiknya dilakukan
observasi dulu. Pemeriksaan laboratorium dan ultrasonografi bisa dilakukan bila
dalam observasi masih terdapat keraguan. Bila terdapat laparoskop, tindakan
laparoskopi diagnostik pada kasus meragukan dapat segera menentukan akan
dilakukan operasi atau tidak (Smeltzer C. Suzanne, 2014).
Penatalaksanaan apendisitis adalah sebagai berikut:
1. Tindakan medis
a. Observasi terhadap diagnosa
Dalam 8 – 12 jam pertama setelah timbul gejala dan tanda apendisitis,
sering tidak terdiagnosa, dalam hal ini sangat penting dilakukan observasi
yang cermat. Penderita dibaringkan ditempat tidur dan tidak diberi apapun
melalui mulut.  Bila diperlukan maka dapat diberikan cairan aperviteral.
Hindarkan pemberian narkotik jika memungkinkan, tetapi obat sedatif
seperti barbitural atau penenang tidak karena merupakan kontra indikasi.
Pemeriksaan abdomen dan rektum, sel darah putih dan hitung jenis di
ulangi secara periodik. Perlu dilakukan foto abdomen dan thorak posisi
tegak pada semua kasus apendisitis, diagnosa dapat jadi jelas dari tanda
lokalisasi kuadran kanan bawah dalam waktu 24 jam setelah timbul gejala.
b. Intubasi
Dimasukkan pipa naso gastrik preoperatif jika terjadi peritonitis atau
toksitas yang menandakan bahwa ileus pasca operatif yang sangat
menggangu. Pada penderita ini dilakukan aspirasi kubah lambung jika
diperlukan. Penderita dibawa kekamar operasi dengan pipa tetap terpasang.
c. Antibiotik
Pemberian antibiotik preoperatif dianjurkan pada reaksi sistematik dengan
toksitas yang berat dan demam yang tinggi .
2. Terapi bedah
Pada apendisitis tanpa komplikasi, apendiktomi dilakukan segera setelah
terkontrol ketidakseimbangan cairan dalam tubuh dan gangguan sistematik
lainnya. Biasanya hanya diperlukan sedikit persiapan. Pembedahan yang
direncanakan secara dini baik mempunyai  praksi mortalitas 1 % secara
primer  angka morbiditas dan mortalitas penyakit ini tampaknya disebabkan
oleh komplikasi ganggren dan perforasi yang terjadi akibat yang tertunda.
3. Terapi pasca operasi
Perlu dilakukan obstruksi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya
perdarahan didalam, syok hipertermia, atau gangguan  pernapasan angket
sonde lambung bila pasien telah sadar, sehingga aspirasi cairan lambung dapat
dicegah. Baringkan pasien dalam posisi fowler. Pasien dikatakan baik bila
dalam 12 jam tidak terjadi gangguan. Selama itu pasien dipuasakan. Bila
tindakan operasi lebih besar, misalnya pada perforasi atau peritonitis umum,
puasa diteruskan sampai fungsi usus kembali normal. Kemudian berikan
minum mulai  15 ml/jam selama 4-5 jam lalu naikkan menjadi 30 ml/jam. 
Keesokan harinya diberikan makan saring, dan hari berikutnya diberikan
makanan lunak. Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak
ditempat tidur selama 2 x 30 menit. Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan
duduk  diluar kamar. Hari ketujuh jahitan dapat diangkat dan pasien
diperbolehkan pulang. 
J. Pencegahan
1. Diet tinggi serat akan sangat membantu melancarkan aliran pergerakan
makanan dalam saluran cerna sehingga tidak tertumpuk lama dan mengeras.
2. Minum air putih minimal 8 gelas sehari dan tidak menunda buang air besar
juga akan membantu kelancaran pergerakan saluran cerna secara keseluruhan.
(sulung & sarah, 2017)

K. Post Operasi Laparatomi


1. Pengertian
Laparatomi adalah pembedahan perut, membuka selaput perut dengan
operasi. Bedah laparatomi merupakan tindakan operasi pada daerah abdomen,
bedah laparatomi merupakan teknik sayatan yang dilakukan pada daerah
abdomen yang dapat dilakukan pada bedah digestif dan kandungan.
Pembedahan perut sampai membuka selaput perut.
Ada 4 cara pembedahan laparatomi yaitu:
- Midline incision
- Paramedian, yaitu sedikit ke tepi dari garis tengah ( 2,5 cm), panjang (12,5
cm).
- Transverse upper abdomen incision, yaitu insisi di bagian atas,misalnya
pembedahan colesistotomy dan splenektomy.
- Transverse lower abdomen incision, yaitu insisi melintang di bagian
bawah 4 cm di atas anterior spinal iliaka, misalnya pada operasi
appendictomy.
Latihan-latihan fisik seperti latihan napas dalam, latihan batuk,
menggerakan otot-otot kaki, menggerakkan otot-otot bokong, Latihan alih
baring dan turun dari tempat tidur. Semuanya dilakukan hari ke 2 post operasi
(Sjamsurihidayat, 2010).
2. Fase-fase penyembuhan luka
a) Fase inflamatoti
Fase ini terjadi segera setelah luka dan berakhir 3 – 4 hari. Dua proses
utama terjadi pada fase ini yaitu hemostasis dan pagositosis. Hemostasis
(penghentian perdarahan) akibat fase konstriksi pembuluh darah besar di
daerah luka, retraksi pembuluh darah, endapan fibrin (menghubungkan
jaringan) dan pembentukan bekuan darah di daerah luka. Bekuan darah
dibentuk oleh platelet yang menyiapkan matrik fibrin yang menjadi
kerangka bagi pengambilan sel. Scab (keropeng) juga dibentuk
dipermukaan luka. Bekuan dan jaringan mati, scab membantu hemostasis
dan mencegah kontaminasi luka oleh mikroorganisme. Dibawah scab
epithelial sel berpindah dari luka ke tepi. Sel epitel membantu sebagai
barier antara tubuh dengan lingkungan dan mencegah masuknya
mikroorganisme (Saferi, 2017).
Fase inflamatori juga memerlukan pembuluh darah dan respon seluler
digunakan untuk mengangkat benda-benda asing dan jaringan mati. Suplai
darah yang meningkat ke jaringan membawa bahanbahan dan nutrisi yang
diperlukan pada proses penyembuhan. Pada akhirnya daerah luka tampak
merah dan sedikit bengkak (Saferi, 2017).
Selama sel lekosit (terutama neutropil) berpindah ke daerah interstitial.
Tempat ini ditempati oleh makrofag yang keluar dari monosit selama lebih
kurang 2 jam setelah cidera/luka. Makrofag ini menelan mikroorganisme
dan sel debris melalui proses yang disebut pagositosis. Makrofag juga
mengeluarkan angiogenesis growth factor (AGF) yang merangsang
pembentukan ujung epitel diakhir pembuluh darah. Makrofag dan AGF
bersama-sama mempercepat proses penyembuhan. Respon inflamatori ini
sangat penting bagi proses penyembuhan (Saferi, 2017).
b) Fase poliferatif
Fase kedua ini berlangsung dari hari ke-3 atau 4 sampai hari ke-21
setelah pembedahan. Fibroblast (menghubungkan sel-sel jaringan) yang
berpindah ke daerah luka mulai 24 jam pertama setelah pembedahan.
Diawali dengan mensintesis kolagen dan substansi dasar yang disebut
proteoglikan kira-kira 5 hari setelah terjadi luka. Kolagen adalah substansi
protein yang menambah tegangan permukaan dari luka. Jumlah kolagen
yang meningkat menambah kekuatan permukaan luka sehingga kecil
kemungkinan luka terbuka. Selama waktu itu sebuah lapisan
penyembuhan nampak dibawah garis irisan luka Kapilarisasi tumbuh
melintasi luka, meningkatkan aliran darah yang memberikan oksigen dan
nutrisi yang diperlukan bagi penyembuhan. Fibroblast berpindah dar
pembuluh darah ke luka membawa fibrin. Seiring perkembangan
kapilarisasi jaringan perlahan berwarna merah. Jaringan ini disebut
granulasi jaringan yang lunak dan mudah pecah (Saferi, 2017).
c) Fase maturasi
Fase maturasi dimulai hari ke-21 dan berakhir 1-2 tahun setelah
pembedahan. Fibroblast terus mensintesis kolagen. Kolagen menjalin
dirinya , menyatukan dalam struktur yang lebih kuat. Bekas luka menjadi
kecil, kehilangan elastisitas dan meninggalkan garis putih (Saferi, 2017).
3. Prinsip-prinsip perawatan luka post operasi
Ada beberapa prinsip dalam penyembuhan luka menurut Wijaya & Putri
(2013) yaitu:
a) Kemampuan tubuh untuk menangani trauma jaringan dipengaruhi oleh
luasnya kerusakan dan keadaan umum kesehatan tiap orang
b) Respon tubuh pada luka lebih efektif jika nutrisi yang tepat tetap dijaga
c) Respon tubuh secara sistemik pada trauma
d) Aliran darah ke dan dari jaringan yang luka
e) Keutuhan kulit dan mukosa membran disiapkan sebagai garis pertama
untuk mempertahankan diri dari Mikroorganisme
f) Penyembuhan normal ditingkatkan ketika luka bebas dari benda asing
tubuh termasuk bakteri.
4. Komplikasi
Komplikasi penyembuhan luka meliputi infeksi, perdarahan, dehiscence dan
eviscerasi.
a) Infeksi
Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama
pembedahan atau setelah pembedahan. Gejala dari infeksi sering muncul
dalam 2 – 7 hari setelah pembedahan. Gejalanya berupa infeksi termasuk
adanya purulent, peningkatan drainase, nyeri, kemerahan dan bengkak di
sekeliling luka, peningkatan suhu, dan peningkatan jumlah sel darah putih
(Sjamsurihidayat dan Jong, 2010).
b) Perdarahan
Perdarahan dapat menunjukkan suatu pelepasan jahitan, sulit membeku
pada garis jahitan, infeksi, atau erosi dari pembuluh darah oleh benda
asing (seperti drain). Hipovolemia mungkin tidak cepat ada tanda.
Sehingga balutan (dan luka di bawah balutan) jika mungkin harus sering
dilihat selama 48 jam pertama setelah pembedahan dan tiap 8 jam setelah
itu. Jika perdarahan berlebihan terjadi, penambahan tekanan balutan luka
steril mungkin diperlukan. Pemberian cairan dan intervensi pembedahan
mungkin diperlukan (Sjamsurihidayat dan Jong, 2010).
c) Dehiscence dan Eviscerasi
Dehiscence dan eviscerasi adalah komplikasi operasi yang paling serius.
Dehiscence adalah terbukanya lapisan luka partial atau total. Eviscerasi
adalah keluarnya pembuluh melalui daerah irisan. Sejumlah faktor
meliputi, kegemukan, kurang nutrisi, multiple trauma, gagal untuk
menyatu, batuk yang berlebihan, muntah, dan dehidrasi, mempertinggi
resiko klien mengalami dehiscence luka. Dehiscence luka dapat terjadi 4 –
5 hari setelah operasi sebelum kollagen meluas di daerah luka. Ketika
dehiscence dan eviscerasi terjadi luka harus segera ditutup dengan balutan
steril yang lebar, kompres dengan normal saline. Klien disiapkan untuk
segera dilakukan perbaikan pada daerah luka (Sjamsurihidayat dan Jong,
2010).
5. Etiologi
Etiologi sehingga di lakukan lapratomi adalah karena disebabkan oleh
beberapa hal :
a) Trauma abdomen (tumpul dan tajam)
b) Peritonitis
c) Perdarahan saluran cerna
d) Sumbatan pada usus dan usus halus
e) Massa pada abdomen
(Smeltzer & Brenda, 2014)
6. Jenis-jenis laparatomi
Ada 4 cara insisi pembedahan yang dilakukan, antara lain:
a) Midline incision
Metode insisi yang paling sering digunakan, karena sedikit perdarahan,
eksplorasi dapat lebih luas, cepat di buka dan di tutup, serta tidak
memotong ligamen dan saraf. Namun demikian, kerugian jenis insis ini
adalah terjadinya hernia cikatrialis. Indikasinya pada eksplorasi gaster,
pankreas, hepar, dan lien serta di bawah umbilikusuntuk eksplorasi
ginekologis, rektosigmoid, dan organ dalam pelvis.
b) Paramedian Yaitu ; sedikit ke tepi dari garis tengah (± 2,5 cm), panjang
(12,5 cm). Terbagi atas 2 yaitu, paramedian kanan dan kiri, dengan
indikasi pada jenis operasi lambung, eksplorasi pankreas, organ pelvis,
usus bagian bagian bawah, serta plenoktomi. Paramedian insicion
memiliki keuntungan antara lain : merupakan bentuk insisi anatomis dan
fisiologis, tidak memotong ligamen dan saraf, dan insisi mudah diperluas
ke arah atas dan bawah.
c) Transverse upper abdomen incision Yaitu ; insisi di bagian atas, misalnya
pembedahan colesistotomy dan splenektomy.
d) Transverse lower abdomen incision Yaitu; insisi melintang di bagian
bawah ± 4 cm di atas anterior spinal iliaka, misalnya; pada operasi
appendectomy.
(Smeltzer & Brenda, 2014)
L. Pengkajian keperawatan
Pengkajian pada masalah pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan ada
sebagai berikut:
1. Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian ini meliputi alasan pasien yang menyebabkan terjadinya
gangguan nyeri
2. Riwayat penyakit terdahulu
Pengkajian ini berhubungan dengan nyeri
3. Kemampuan fungsi motorik
Pengkajian fungsi matorik antara lain antara lain pada abdomen
4. Kemampuan aktivitas
Pengkajian ini untuk memenilai kemampuan gerak ke posisi miring, duduk,
berdiri, bangun berpindah tanpa bantuan
5. Kemampuan rentang gerak
Pengkajian ini dilakukan pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul,dan
kaki
6. Perubahan intoleransi aktivitas
Pengkajian intoleran aktivitas yang berhubungan dengan perubahan pada
system pernafasan, antara lain: suara nafas, analisa gas darah, gerakan dinding
thorak, adanya mukus, batuk yang produktif diikuti panas, dan nyeri saat
respirasi. sedangkan yang berhubungan dengan system kardivaskuler, seperti
nadi dan tekanan darah, gangguan sirkulasi perifer, adanya thrombus, serta
perubahan tanda vital setelah melakukan aktivitas atau perubahan posisi.
7. Kekuataan otot dangangguan koordinasi Kekuatan otot dapat dikaji secara
bilateral atau.
8. Perubahan fisiologis
Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya gangguan
aktivitas antara lain perubahan perilaku, peningkatan emosi, perubahan dalam
mekanisme koping dan lain-lain.

M. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut
2. Ansietas
3. Gangguan mobilisasi fisik
4. Defisit perawatan diri
N. Rencana keperawatan
Tujuan dan
Tanggal Diagnosa
Kriteria Hasil
No / Jam Keperawatan Intervensi (SIKI)
(SLKI)
1 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
agen pencedera Tindakan keperawatan (I.08238)
fisiologis. selama ……x…… 1. Identifikasi lokasi,
jam diharapkan klien karakteristik, durasi,
dapat teratasi dengan frekuensi, kualitas,
kriteria hasil : intensitas nyeri.
Tingkat Nyeri 2. Berikan Teknik
(L.08066) nonfarmakologis untuk
1. Keluhan nyeri mengurangi nyeri.
2. Frekuensi nadi 3. Jelaskan penyebab,
3. Tekanan Darah periode dan pemicu
nyeri.
2 Ansietas b.d Setelah dilakukan Dukungan
krisis situasional Tindakan keperawatan Keyakinan
selama ……x…… (I.09259)
jam diharapkan klien 1. Identifikasi keyakinan,
dapat teratasi dengan masalah dan tujuan
kriteria hasil : keperawatan
Tingkat Ansietas 2. Berikan harapan yang
(L.09093) realistis sesuai
1. Verbalisasi prognosis
kebingungan, 3. Berikan penjelasan
2. Perilaku gelisah, yang relevan dan
3. Perilaku tegang. mudah dipahami
3 Gangguan Setelah dilakukan Dukungan
mobilisasi fisik b.d Tindakan keperawatan Mobilisasi
Efek agen selama ……x…… (I.05173)
farmakologis jam diharapkan klien 1. Monitor
dapat teratasi dengan kondisi
kriteria hasil : umum selama
Mobilitas Fisik melakukan
(L.05042) mobilisasi
1. Gerakan terbatas 2. Fasilitasi
melakukan
pergerakan
3. Libatkan
keluarga
untuk
membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan
4. Anjurkan
melakukan
mobilisasi
dini
5. Anjurkan
mobilisasi
sederhana
yang harus di
lakukan

O. Implementasi
Sesuai intervensi yang dilakukan

P. Evaluasi
1. Diagnosa 1 : Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis.
a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri.
b. Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
c. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
2. Diagnosa 2 : Ansietas b.d krisis situasional
a. Identifikasi keyakinan, masalah dan tujuan keperawatan
b. Berikan harapan yang realistis sesuai prognosis
c. Berikan penjelasan yang relevan dan mudah dipahami
3. Diagnosa 3 : gangguan mobilitas fisik b.d efek agen farmakologi
a. Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
b. Fasilitasi melakukan pergerakan
c. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
pergerakan
d. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
e. Anjurkan mobilisasi sederhana yang harus di lakukan
5.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Perawat 1. Indrianingsih 22160081


2. Satrio Budi Utomo 22160014
3. Trivena Puimera 22160032

1. IDENTITAS
a. Pasien
Nama : Nn.Y
Umur : 16 thn
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar
Status Pernikahan : Belum menikah
Alamat : Mulo Gunung Kidul
Tanggal Masuk RS : Minggu, 12/02/2023
Jam MRS : 09.30
Diagnosa Medis : Post Operasi Laparatomi Apendiksitis

b. Penanggung jawab
Nama : Ny. P
Umur : 45 thn
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wirausaha
Status Pernikahan : Janda
Alamat : Mulo Gunung Kidul
Hubungan dengan klien : Ibu

2. Keluhan utama
Pasien mengatakan saat ini nyeri pada perut bekas luka operasi.

3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang
Keluaga pasien mengatakan pasien pasien di bawa kerumah sakit karena
perutnya kanan bawah nyeri selama 3 hari yang lalu, keluarga juga
mengatakan karena pasien sudah tidak kuat menahan nyeri pada perut kanan
bawah tersebut maka dari itu keluarga membawa pasien ke UGD RSUD
Wonosari pukul 09.30 WIB. Di UGD pasien mendapatkan terapi infus RL
dengan 24 tpm. TD : 110/90 mmHg, Nadi : 88 x/i, Respirasi : 22 x/I, Suhu :
36,5°C, SpO2 : 98 %.
b. Riwayat penyakit / kesehatan dahulu
1) Penyakit yang pernah dialami
a) Kanak-kanak : Keluarga pasien mengatakan tidak ada
b) Kecelakaan : Keluarga pasien mengatakan tidak ada
c) Pernah dirawat : Keluarga pasien mengatakan belum pernah
dirawat
d) Operasi sebelumnya : Keluarga pasien mengatakan pasien belum
pernah operasi sebelumnya dan ini pertama kalinya
2) Alergi (obat, makanan, plester) : Pasien mengatakan tidak memiliki
alergi obat maupun makanan
3) Imunisasi : Keluarga pasien mengatakan pasien sudah imunisasi lengkap
4) Kebiasaan : Pasien mengatakan tidak memiliki kebisaan merokok, minum
kopi maupun alkohol
Jenis Frekuensi Jumlah Lamanya
Merokok - - -
Kopi - - -
Alkohol - - -
5) Obat-obatan
a) Lamanya : pasien mengatakan tidak mengkonsumsi obat secara jangka
panjang
b) Macam : tidak ada
c. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit seperti DM
dan HT

GENOGRAM
6. Basic Promoting physiology of Health
1. Aktivitas dan latihan
Sebelum sakit Selama sakit
a Pekerjaan Pelajar Pelajar
b Olah raga rutin 1 minggu sekali Tidak berolah raga
c Alat Bantu jalan Tidak menggunakan Tidak menggunakan
d Kemampuan melakukan Aktif Aktif atau pasif
ROM
e Terapi Tidak ada Tidak ada

f. Kemampuan ambulasi & ADL (Indeks Barthel):


Sebelum sakit Selama sakit

Makan/minum 0 : Tidak mampu 2 1


1 :Butuh bantuan
memotong, menyuap
2 : mandiri
Mandi 0:Tergantug orang lain 1 0
1 : Mandiri
Perawatan diri 0 :Membutuhkan bantuan 1 0
(Grooming) orang lain
1 : Mandiri dalam
perawatan muka,
rambut, gigi, dan
bercukur
Berpakaian/ 0 :  Tergantung 2 1
berdandan orang lain
1 : Sebagian dibantu (misal
mengancing baju)
2  :  Mandiri
BAK 0  : inkontinensia 2 0
atau pakai kateter
dan tidak
terkontrol
1  : Kadang Inkontinensia
(maks, 1x24 jam)
2 :   Kontinensia (teratur
untuk lebih dari 7 hari)
Buang air besar 0  : Inkontinensia (tidak 2 1
(Bladder) teratur atau perlu enema)
1: Kadang
Inkontensia (sekali
seminggu)
2 : Kontinensia (teratur)
Penggunaan 0 : Tergantung 2 1
toilet bantuan orang
lain
1 : Membutuhkanbantuan,
tapi dapat melakukan
beberapa hal sendiri
2 :  Mandiri
Berpindah 0 : Tidak mampu 3 2
1 : Butuh bantuan untuk
bisa duduk (2 orang)
2 : Bantuan kecil (1orang)
3 :Mandiri
Berjalan/ 0 : Immobile (tidak 3 2
mobilitas mampu)
1  :Menggunakan kursi
roda
2  : Berjalan dengan
bantuan satu orang
3  : Mandiri (meskipun
menggunakan alat bantu
seperti, tongkat)
Naik turun 0 :  Tidak mampu 2 1
tangga 1:Membutuhkan bantuan
1 (alat bantu)
2 :    Mandiri

Interpretasi hasil Nilai


Ketergantungan total 0–4
Ketergantungan Berat 5-8
Ketergantungan Sedang 9-11
Ketergantungan ringan 12-19
Mandiri 20

Interprestasi hasil yaitu 10 dengan ketergantungan sedang


Tabel skala jatuh dari morse :

N Pengkajian Skala Nilai Ket


o
1 Riwayat jatuh : apakah Tidak 0 0 Tidak ada riwayat
jatuh dalam 3 bulan terakhir. Ya 25
2 Diagnosa sekunder : Tidak 0 0 Hanya memiliki satu
Apakah memiliki lebih dari Ya 15
satu penyakit.
3 Alat Bantu jalan : 0 0 Bedrest
    Bedrest / dibantu perawat
     Kruk / tongkat / walker. 15
    Berpegangan pada benda – 30
benda sekitar. (Kursi,
lemari,meja).
4 Terapi intravena : Apakah Tidak 0 20 Terpasang infus
saat ini terpasang infus. Ya 20
5 Gaya Berjalan / cara 0 0 bedrest
Berpindah:
     Normal / Besrest / immobile
(tidak dapat bergerak
sendiri)
     Lemah tidak bertenaga. 10
     Gangguan atau tidak 20
normal(pincang /diseret).
6 Status mental: 0 0 Pasien menyadari
     Menyadari kondisi dirinya. kondisinya saat ini
M mengalami keterbatasan 15 harus bedrest
daya ingat.
Total nilai 20

Tingkatan Resiko Nilai MPS


Tidak Beresiko 0 – 24
Resiko Rendah 25 – 50
Resiko Tinggi ≥51

Tingkat resiko yaitu 20 dengan tidak beresiko


1. Tidur dan istirahat
a. Sebelum Sakit
DS : Pasien mengatakan tidur dari jam 9 sampai 5 pagi, tidak ada
gangguan tidur sering tebangun atau sulit tidur

b. Selama Sakit
DS : Pasien mengatakan tidur jam 9 sampai jam 5 pagi kadang
terbangun karena nyeri dibagian perutnya
DO : Pasien tampak lemas

2. Kenyamanan dan nyeri


a. Sebelum Sakit
DS : Sebelum sakit pasien tidak memiliki keluhan nyeri

b. Selama Sakit
DS :
Onset : Pasien mengatakan nyeri muncul pada saat banyak
untuk bergerak
Paliatif : Pasien mengatakan nyeri berkurang ketika tidur atau
tidak beraktivitas, melakukan relaksasi dan setelah di
berikan obat
Provocati : Pasien mengatakan nyeri bertambah ketika bergerak
f dan beraktivitas
Quality : Pasien mengatakan nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk
Region : Pasien mengatakan nyeri muncul di perut bekas
operasi

Scale : Pasien mengatakan skala nyeri 4 dari 1-10


Time : Pasien mengatakan nyeri muncul secara terus menerus
periode nyeri sekitar 1 menit
DO : Wajah pasien tampak meringis, pasien tampak
menahan nyeri, TD : 130/90 mmHg N : 98 x/mnt

3. Nutrisi
a. Sebelum Sakit
DS : Pasien mengatakan sebelum sakit tidak pernah
mengalami gangguan nafsu makan dan menghabiskan
makannya, pasien makan 3X/hari

b. Selama Sakit
DS : Pasien mengatakan selama dirumah sakit
menghabiskan porsi makanannya, pasien makan
3x/hari

DO : Pasien tampak menghabiskan porsi makanannya dari


RS, konjungtiva anemis, turgor kulit elastis

4. Cairan, Elektrolit dan Asam Basa


a. Sebelum Sakit
DS : Pasien mengatakan sebelum sakit minum kurang lebih
2 L/hari air putih saja

b. Selama Sakit
DS : Pasien mengatakan setelah sakit hanya minum
setengan botol air mineral 1,5L

DO : Tampak botol air mineral 1,5 L, turgor kulit elastis

Balance Cairan :
Input Output
Makan 150 ml Urin 1500 ml
Minum 750 ml Feses Tidak ada
Air metabolisme 300 IWL 500 ml
Infus* 1500 Drainage* Tidak ada
Nutrisi NGT* Tidak ada Perdarahan* Tidak ada
Obat* 11 ml Muntah* Tidak ada
Lainnya Tidak ada Lainnya Tidak ada
Total 2711 Total 2000
*kalau ada
Balance cairan = Input – Output
= 2711-2000
= 711 ml
5. Oksigenasi
a. Sebelum Sakit
DS : Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan oksigenasi
dan tidak menggunakan alat bantu nafas

b. Selama Sakit
DS : Pasien mengatakan tidak mengalami sesak

DO : Pasien tampak tidak menggunakan alat bantu nafas, RR =


22 x/menit.

6. Eliminasi Fekal/Bowel
a. Sebelum Sakit
DS : Pasien mengatakan sebelum sakit rutin BAB 1x/hari

b. Selama Sakit
DS : Pasien mengatakan selama sakit pasien belum BAB

DO : Perut pasien terasa sedikit kencang

7. Eliminasi urin
a. Sebelum Sakit
DS : Pasien mengatakan sebelum sakit pasien BAK 4-5X/hari,
berwarna bening

b. Selama Sakit
DS : Pasien mengatakan tidak terasa karena terpasang alat bantu
BAK

DO : Pasien tampak terpasang selang kateter dan urin 1500cc


dalam 6 jam, warna kuning jernih dan berbau khas.
8. Sensori, persepsi dan kognitif
a. Sebelum Sakit
DS : Pasien mengatakan jika pasien tidak ada keluhan
penglihan, pendengaran, perabaan dan penciuman.

b. Selama Sakit
DS : Pasien mengatakan jika pasien tidak ada keluhan terkait
penglihatan, perabaan, pendenaran, dan penciuman

DO : Pasien tampak menjawab pertanyaan prawat dengan


intonasi yang jelas

9. Kebersihan dan perawatan diri


DS : Keluarga mengatakan selama sakit pasien hanya di seka untuk
membersihan dirinya, keluarga pasien mengatakan selama sakit
tidak mau diganti untuk sprai tempat tidur karena takut apabila
banyak bergerak, dan keluarga juga mengatakan belum ada
dirapikan untuk rambutnya, dan keluarga pasien juga mengatakan
takut untuk mengganti baju pasien.

DO : Pasien tampak hanya diseka oleh keluarganya, tempat tidur


pasien tampak kotor, rambut pasien tampak berantakan, baju
paisen tampak lusuh karena belum diganti.

10. Integritas kulit dan kulit


DS : Pasien mengatakan tidak memiliki luka pada kulit

DO : Pasien tampat tidak ada luka

11. Imobilisasi dan imobilisasi


DS : Pasien mengatakan apabila beraktivitas / bergerak akan nyeri
pada perut, pasien mengatakan takut untuk melakukan mobilisasi
karena habis operasi

DO : Pasien tampak lemas, pasien tampak tidak bergerak karena takut


nyeri timbul. Aktivitas pasien terbatas
4. Pemeriksaan Fisik :
a. Keadaan Umum :
Kesadaran : Composmentis
GCS : Eye (4) Motorik (6) verbal (5) =15
Vital Sign :
TD : 130/90 mmHg
Nadi : Frekuensi : 98 x/mnt
Irama : reguler
Kekuatan/isi : kuat
Respirasi : Frekuensi : 24 x/mnt
Irama : teratur
Suhu : 36,7 oC
b. Kepala :
Kulit Kepala : Kulit kepala bersih, tidak ada lesi dan edema
Rambut : Rambut bersih, tidak mudah rontok
Muka : Muka simetris, tidak ada pembengkakan dan lesi
Mata
Palpebra : Palpebra pasien normal
Kornea : Kornea pasien normal
Sklera : Sklera pasien anikterik
Pupil : Pupil pasien isokor
Lensa : Pasien mengatakan penglihatan kabur
Visus : Tidak terkaji
Hidung : Bentuk hidung simetris, bersih tidak ada secret, tidak
ada nyeri tekan, tidak ada lesi dan edema
Mulut : Mulut bersih, mukosa bibir lembab
Telinga : Telinga simetris, bersih tidak ada nyeri tekan dan
tidak ada lesi
c. Leher : Tidak ada lesi dan edema, tidak ada pembesaran
kelejar tiroid, tidak ada nyeri telan
d. Punggung : Punggung tidak terkaji karena pasien takut nyeri
saat bergerak
e. Pinggang : Tidak terkaji karena pasien takut bergerak
f. Dada : Bentuk : simetris
1) Pulmo :
Inspeksi : tidak ada lesi dan edema, tidak ada retraksi dinding dada
Auskultasi : suara nafas vesikuler dan tidak ada suara tambahan
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : suara pulmo normal yaitu sonor
2) Cordis :
Inspeksi : tidak terlihat
Auskultasi : suara reguler (lup, dup) dantidak ada suara tambahan
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS 4-5 midclarikula
Perkusi :
Jantung pekak
Batas jantung kanan atas ICS 2 midclaricula
Batas jantung kiri atas ICS 2 linea parasternalis sinistra
Batas jantung kanan bawah ICS 4 linea parasternalis
Batas jantung kiri bawa ICS 4 linea mediacaevikula sinistra
g. Abdomen
Inspeksi : tampak luka operasi
Auskultasi : bising usus 16x/menit
Palpasi : terdapat nyeri di area perut
Perkusi : tidak terkaji karena nyeri
h. Genetalia
DS : Pasien mengatakan tidak memiliki keluhan dibagian genetalia

DO : Tidak dikaji

i. Rectum
DS : Pasien mengatakan tidak ada keluhan di bagian rektumnya

DO : Tidak terkaji

j. Ektremitas
DS : Pasien mengatakan tidak ada keluahan pada ekstremitas

DO : Tangan kanan pasien tampak terpasang infus

c. Status Neurologi (untuk pasien dengan gangguan neurologis*)


Saraf – saraf cranial
1. Nervus I (Olfactorius) : penghidu : pasien mengatakan tidakk ada
gangguan pada indra penciumannya
2. Nervus II (Opticus) : Penglihatan : pasien mengatakan tidak ada gangguan
pada penglihatannya
3. Nervus III, IV, VI (Oculomotorius, Trochlearis, Abducens)
a) Konstriksi pupil : keika di berikan cahaya pada pupil pasien
pupil pasien mengalami konstriksi
b) Gerakan kelopak mata: gerakan kelopak mata pasien normal dapat
membuka dan menutup dengan baik
c) Pergerakan bola mata : normal
d) Pergerakan mata ke bawah & dalam: mata pasien dapat bergerak
normal ke bawa dan ke dalam
4. Nervus V (Trigeminus)
a) Sensibilitas / sensori : pasien peka terhadap rangsangan cubitan
b) Refleks dagu : pasien mampu menggerakkan dagu
c) Refleks cornea :
5. Nervus VII (Facialis)
a) Gerakan mimik : mampu membuka mulut dan tersenyum
b) Pengecapan 2 / 3 lidah bagian depan : pasien mampu merasakn manis
6. Nervus VIII (Acusticus)
Fungsi pendengaran : pasien tidak mengalami gangguan pendengaran
7. Nervus IX dan X (Glosopharingeus dan Vagus)
a) Refleks menelan : mampu menelan
b) Refleks muntah : reflek muntah ketika makan
c) Pengecapan 1/3 lidah bagian belakang : pasien mampu merasakan rasa
pahit
d) Suara :
8. Nervus XI (Assesorius)
a) Memalingkan kepala ke kiri dan ke kanan : pasien dapat memalingkan
kepala kekiri dan kekanan
b) Mengangkat bahu : pasien dapat mengangkat bahu
9. Nervus XII (Hypoglossus)
Deviasi lidah : pasien mampu menggerakkan lidah

c. Psikososio budaya Dan Spiritual :


Psikologis :
Perasaan klien setelah mengalami masalah ini adalah Pasien mengatakan
ingin segera sembuh dan kembali beraktivitas seperti biasa, pasien
mengatakan takut untuk bergerak.

Cara mengatasi perasaan tersebut Pasien mengatakan berdoa agar dirinya


cepat sembuh dan pulang kerumah

Rencana klien setelah masalah terselesaikan adalah pasien mengatakan akan


menjaga kesehatan
Jika rencana klien tidak dapat diselesaikan maka : Pasien mengatakan akan
terus berusaha dan mencari jalan pengobatan lain

Pengetahuan klien tentang masalahah/penyakit yang ada : pasien mengatakan


belum pernah dioperasi sebelumnya, dan kekurangan informasi mengenai
informasi yang akan dilakukan untuk tindakan operasi

Sosial :
Aktivitas atau peran di masyarakat adalah : Pasien mengatakan dimasyarakat
pasien mengikuti kegiatan karang taruna di desanya

Kebiasaan lingkungan yang tidak disukai adalah : pasien mengatakan tidak


ada kebiasaan yang tidak disukai dilingkungannya

Cara mengatasinya : tidak ada

Pandangan klien tentang aktifitas sosial dilingkungannya : aktifitas sosial


cukup aktif .

Budaya :
Budaya yang diikuti klien adalah budaya: jawa.
Kebudayaan yang dianut merugikan kesehatannya: tidak ada

Spiritual :
Aktivitas ibadah sehari-hari pasien mengatakan sebelum sakit sholat 5 waktu
tapi setelah di rumah sakit sholatnya bolong bolong

Kegiatan keagamaan yang biasa di lakukan : pasien mengatakan biasanya


mengikuti kegiatan pengajian yang ada dilingkungannya maupun pengajian
disekolahnya

Keyakinan klien tentang peristiwa/masalah kesehatan yang sekarang sedang


dialami : Pasien mengatakan yakin penyakitnya akan segera sembuh
d. PemeriksaanPenunjang :
(Hasil pemeriksaan laboratorium, radiology, EKG,EEG dll)
Pemeriksaan Laboratorium :
Tanggal : 12/02/2023, Jam : 12.34
JenisPemeriksaan Hasil Harga Normal Satuan Interpretasi hasil
HB 12,8 12-16 g/dl Normal
Leukosit 9.10 4.3-11.4 10*3/ul Normal
Eritrosit 4.86 4.4-4.5 10*6/ul Tinggi
Trombosit 254 150-450 10*3/ul Normal
Hematokrit 37.42 37-37 % Tinggi
LYM % 36 25-40 % Normal
MON % 2 3-7 % Rendah
EOS % 0 2-4 % Rendah
BAS % 0 0-1 % Normal
GRA % 62 0-0 % Tinggi
Golongan Darah O
Gula Darah Sewaktu 94 80-140 Normal
Antigen SARS COV Negative Negative Normal
Glucose Negative Negative Normal
Protein Trace Negative
PH 6.0 7.37-7.45 Rendah
Leukosit sedimen 0-1 0-5 Normal
Eritrosit 0-1 0-1 Normal
Epitel 5-8 0-0 Tinggi
Cylinder Negative Negative Normal
Kristal Negative Negative Normal
Bakteri +1 Negative Tinggi

Pemeriksaan Radiologi, EKG,EEG :


Tanggal :………, Jam :…………..
JenisPemeriksaan Hasil Bacaan Kesan Interpretasi hasil
e. Terapi Medis :
JenisTerapi Nama Obat Dosis Rute Implikasi Keperawatan
Cairan IV Asering 24 Tpm IV Memenuhi cairan tubuh
Obat parenteral Ceftriaxone 2 x 1000 gr IV Obat antibiotik
Metronidazole Obat antibiotik untuk mengobati
3 x 500 gr IV
bakteri
Ketorolac 3 x 50 gr IV Untuk mengatasi nyeri
Paracetamol 3 x 500 mg IV Untuk mengatasi demam
Ranitidin 2 x 50 mg IV Untuk mengatasi mual
Omeprazole 2 x 40 mg IV Untuk mengatasi sakit lambung
Obat peroral
ObatTopikal
ANALISA DATA
Nama : An No. Register : 413347
Umur : 16 Diagnosa Medis : Apendiksitis
Ruang Rawat : Cempaka Alamat :

TGL/JAM DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM


13/02/2023 DS : Agen pencedera Nyeri Akut
ONSET : fisik
Pasien mengatakan nyeri muncul pada
saat banyak untuk bergerak

PALIATIF :
Pasien mengatakan nyeri berkurang
ketika tidur atau tidak beraktivitas,
melakukan relaksasi dan setelah di
berikan obat

PROVOCATIF :
Pasien mengatakan nyeri bertambah
ketika bergerak dan beraktivitas

QUALITY :
Pasien mengatakan nyeri terasa seperti
ditusuk-tusuk

REGION :
Pasien mengatakan nyeri muncul di
perut bekas operasi

SCALE :
Pasien mengatakan skala nyeri 4 dari
1-10

TIME :
Pasien mengatakan nyeri muncul
secara terus menerus periode nyeri
sekitar 1 menit
DO :
- Wajah pasien tampak meringis
- Pasien tampak menahan nyeri
- TD :130/90 mmHg
- N : 98 x/mnt
- S :36,7°C
- Spo₂ : 97%
13/02/2023 DS : Krisis situasional Ansietas
- Pasien mengatakan ini pertama
kalinya pasien operasi
- Pasien mengatakan setelah
operasi takut untuk bergerak
- Pasien mengatakan bingung
- Pasien mengatakan merawa
kwatir dengan akibat dari kondisi
yang di hadapi sekarang
- Pasien mengatakan mual
DO :
- Pasien tampak gelisah
- Pasien tampak tegang
13/02/2023 DS : Efek agen Gangguan
- Keluarga mengatakan pasien farmakologis mobilitas fisik
belum bisa menggerakkan kaki
karena masih efek obat bius
- Keluarga mengatakan pasien takut
untuk melakukan pergerakan
karena habis operasi
- Pasien mengatakan belum bisa
miring kanan kiri karena belum 6
jam setelah operasi
DO :
- Pasien tampak lemas
- Kekuatan otot pasien menurun
dan rentang gerak ekstermitas atas
dan bawah menurun
- Pasien tampak tidak bergerak
karena takut nyeri timbul.
- Aktivitas pasien terbatas
13/02/2023 DS : Efek prosedur Risiko infeksi
invasif
- Pasien mengatakan terdapat luka
bekas operasi di perut
- Pasien mengatakan operasi hari
pertama

DO :
- Tampak terdapat luka bekas
operasi di perut
- Tampak luka operasi pasien tidak
ada kemerahan, tidak ada nanah
- Panjang luka 10 cm

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik


2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan efek agen farmakologis
4. Risiko infeksi ditandai dengan Efek prosedur invasif
RENCANA KEPERAWATAN
Nama : An No. Register : 413347
Umur : 16 Diagnosa Medis : Apendiksitis
Ruang Rawat : Cempaka Alamat :

No Diagnosa Tujuan & Intervensi Rasionalisasi


Nama/
Keperawatan Kriteria Hasil (NIC/SIKI)
TTD
(NANDA/SDKI) (NOC/SLKI)
1 Nyeri Akut b.d Setelah Manajemen Nyeri Manajemen Nyeri KEL
Agen pencedera dilakukan (I.08238) (I.08238) 25
fisik tindakan O O
keperawatan 1. Identifikasi lokasi, 1. Mengetahui lokasi,
3X24 jam karakteristik, durasi, karakteristik, durasi,
diharapkan frekuensi, kualitas, frekuensi, kualitas,
tingkat nyeri intensitas nyeri intensitas nyeri
berkurang 2. Identifikasi skala nyeri 2. Mengetahui skala nyeri
dengan kriteria 3. Identifikasi respon non 3. Mengetahui respon non
hasil : verbal verbal
1. Keluhan 4. Identifikasi factor yang 4. Mengetahui factor yang
nyeri skala memperberat dan memperberat dan
awal 3 memperingan nyeri memperingan nyeri
(sedang)
menjadi 5 T T
(membaik) 5. Berikan teknik 5. Mengetahui pemberian
2. sikap nonfarmaklologi untuk teknik nonfarmaklologi
protektif menguangi rasa nyeri untuk mengurangi rasa
skala awal 3 nyeri
(sedang) E
menjadi 5 6. Ajarkan teknik E
(membaik) nonfarmakologis untuk 6. Mengatahui cara teknik
3. kesulitan mengurangi rasa nyeri nonfarmakologis untuk
tidur skala mengurangi rasa nyeri
awal 3 K
(sedang) 7. Kolaborasi pemberian K
menjadi 5 analgetik 7. Mengetahui kolaborasi
(membaik) pemberian analgetik
2 Ansietas Setelah “Terapi Relaksasi” “Terapi Relaksasi” KEL
berhubungan dilakukan (I.09326) (I.09326) 25
dengan krisis tindakan O O
keperawatan
situasional 1. Identifikasi teknik 1. Untuk mengetahui
selama 3X24
relaksasi yang pernah teknik relaksasi yang
jam
efektif digunakan pernah efektif
diharapkan
2. Monitor respon digunakan
tingkat
terhadap terapi 2. Untuk mengetahui
ansietas dapat
respon terhadap terapi
menurun dari
T
level 3
3. Gunakan relaksasi T
(sedang) ke
sebagai strategi 3. Untuk mengetahui
level 5
penunjang dengan relaksasi sebagai
(menurun).
analgetik atau strategi penunjang
Dengan
tindakan medis lain, dengan analgetik atau
Kriteria Hasil
jika sesuai tindakan medis lain,
:
jika sesuai
1. Perilaku
E
gelisah
4. Anjurkan mengambil E
menurun dari
posisi nyaman 4. Untuk mengetahui
level 3
5. Anjurkan rileks dan posisi nyaman
(sedang) ke
merasakan sensasi 5. Untuk mengetahui
level 4
relaksasi perasaan rileks dan
(cukup
merasakan sensasi
menurun)
K relaksasi
2. Perilaku
6. Kolaborasi pemberian
tegang
obat sesuai anjuran K
menurun dari
dokter 6. Untuk mengkolaborasi
level 3
pemberian obat sesuai
(sedang) ke
anjuran dokter
level 4
(cukup
menurun)
3 Gangguan Setelah Dukungan Mobilisasi Dukungan Mobilisasi KEL
mobilitas fisik dilakukan (I.05173) (I.05173) 25
b.d efek agen Tindakan O O
farmakologis keperawatan 1. Monitor kondisi 1. Mengetahui kondisi
selama 3x24 umum selama umum selama
jam melakukan mobilisasi melakukan mobilisasi
diharapkan
mobilitas fisik
klien dapat T T
meningkat 2. Fasilitasi melakukan 2. Mengetahui fasilitasi
dengan kriteria pergerakan melakukan pergerakan
hasil : 3. Libatkan keluarga 3. Mengetahui untuk
1. Kekuatan untuk membantu melibatkan keluarga
otot (3 pasien dalam untuk membantu pasien
sedang ke meningkatkan dalam meningkatkan
level 4 pergerakan pergerakan
cukup
meningkat) E E
2. Gerakan 4. Anjurkan mobilisasi 4. Agar melakukan
terbatas (3 sederhana yang harus mobilisasi dini
sedang ke di lakukan 5. Mengetahui mobilisasi
level 2 sederhana yang harus di
cukup K lakukan
meningkat) 5. Kolaborasi pemberian
obat sesuai anjuran K
dokter 6. Untuk mengetahui
kolaborasi pemberian
obat sesuai anjuran
dokter
4 Risiko infeksi Setelah “Pencegahan infeksi” “Pencegahan infeksi” KEL
ditandai dengan dilakukan (I.14539) (I.14539) 25
Efek prosedur tindakan O O
invasif keperawatan 1. Monitor tanda dan 1. Untuk mengetahui
3X24 jam gejala infeksi lokal dan tanda dan gejala infeksi
diharapkan sistemik lokal dan sistemik
tingkat infeksi
dapat menurun T T
dari level 3 2. Batasi jumlah 2. Untuk mengetahui
sedang ke level 4 pengunjung batasan jumlah
cukup menurun pengunjung
dengan kriteria E
hasil : 3. Jelaskan tanda dan E
1. Demam gejala infeksi 3. Untuk mengetahui
(dari level 3 4. Ajarkan cara penjelasan tanda dan
sedang ke memeriksa kondisi gejala infeksi
level 4 luka atau luka operasi 4. Untuk mengetahui cara
cukup 5. Anjurkan meningkan memeriksa kondisi luka
menurun) asupan nutrisi atau luka operasi
2. Kemerahan 5. Untuk mengetahui
(dari level 3 K meningkan asupan
sedang ke 6. Kolaborasi pemberian nutrisi
level 4 obat sesuai anjuran
cukup dokter K
menurun) 6. Untuk mengetahui
3. Bengkak kolaborasi pemberian
(dari level 3 obat sesuai anjuran
sedang ke dokter
level 4
cukup
menurun)
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : An No. Register : 413347
Umur : 16 Diagnosa Medis : Apendiksitis
Ruang Rawat : Cempaka Alamat :

HARI 1

No Tanggal Jam Implementasi Evaluasi Nama/


Dx Ttd
1 13/02/ 08.30 Manajemen Nyeri (I.08238) S: KEL
2023 O 25
Mengidentifikasi lokasi, O:
karakteristik, durasi, frekuensi, Pasien mengatakan nyeri
kualitas, intensitas muncul pada saat banyak
DS : untuk bergerak
- Pasien mengatakan nyeri luka P:
bekas operasi di perut Pasien mengatakan nyeri
DO : berkurang ketika tidur/ tidak
- Pasien tampak menahan nyeri beraktivitas, melakukan
08.35 Mengidentifikasi skala nyeri relaksasi napas dalam dan
DS : setelah di berikan obat
- Pasien mengatakan skala P :
nyeri 4 dari 1-10 Pasien mengatakan nyeri
DO : bertambah ketika bergerak
- Skala nyeri 4 dan beraktivitas
08.40 Mengidentifikasi respon non Q:
verbal Pasien mengatakan nyerinya
DO : terasa seperti ditusuk-tusuk
- Pasien tampak menahan nyeri R :
- Pasien tampak meringis Pasien mengatakan nyeri
08.45 Mengidentifikasi factor yang muncul di perutbekas operasi
memperberat dan memperingan S:
nyeri Pasien mengatakan skala
DS : nyeri 4 dari 1-10
- Pasien mengatakan nyeri T :
berkurang ketika tidur/ tidak Pasien mengatakan nyeri
beraktivitas, melakukan muncul terus menerus
relaksasi dan setelah minum periode nyeri sekitar 1 menit
obar - Pasien mengatakan
- Pasien mengatakan nyeri nyerinya sedikit
bertambah ketika bergerak berkurang setelah
dan beraktifitas diberi relaksasi napas
DO : dalam
- Pasien tampak menahan - Pasien mengatakan
nyeri paham cara
- Pasien tampak meringis melakukan tarik napas
08.50 T dalam
Memberikan teknik non - Pasien mengatakan
farmaklologi untuk mengurangi nyerinya berkurang
rasa nyeri setelah diberi obat
DS : untuk mengurangi
- Pasien mengatakan nyeri
nyerinya sedikit
berkurang setelah diberi O:
relaksasi napas dalam - Pasien tampak menahan
DO : nyeri
- Pasien tampak lebih - Skala nyeri 4
tenang dan rileks - Pasien tampak meringis
08.55 Mengajarkan teknik - Pasien tampak lebih
nonfarmakologis untuk tenang dan rileks
mengurangi rasa nyeri - Pasien bisa mengulang
DS : terapi yang telah
- Pasien mengatakan pahan diajarkan
cara melakukan tarik - Pasien diberikan obat
napas dalam ketorolak

DO : - Td: 130/90 mmHg


- N: 98 x/m
- Pasien bisa mengulang
- S: 36,7°C
terapi yang telah
- Spo₂ : 97 %
diajarkan
09.00 K
Mengkolaborasi pemberian A:

analgetik Masalah teratasi sebagian

DS :
- Pasien mengatakan nyerinya P:

berkurang setelah diberi obat Lanjutkan intervensi


untuk mengurangi nyeri - Mengidentifikasi skala
DO : nyeri
- Pasien tampak rileks - Mengidentifikasi respon
- Pasien diberikan obat ketorolak non verbal
- Mengetahui pemberian
teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi rasa
nyeri
2 13/02/20 12.00 “Terapi Relaksasi” (I.09326) S: KEL
23 O - Pasien mengatakan ini 25
Mengidentifikasi teknik pertama kalinya pasien
relaksasi yang pernah efektif operasi
digunakan - Pasien mengatakan
DS : setelah operasi takut
- Pasien mengatakan pernah untuk bergerak
menggunakan teknik tarik - Pasien mengatakan
napas dalam jika mengalami bingung
ansietas - Pasien mengatakan
DO : merawa kwatir dengan
- Pasien tanpak bisa akibat dari kondisi yang
menggunakan teknik tarik di hadapi sekarang
napas dalam - Pasien mengatakan mual
12.10 Memonitor respon terhadap - Pasien mengatakan
terapi pernah menggunakan
DS : teknik tarik napas dalam
- Pasien mengatakan jika mengalami ansietas
sedikit lega setelah selesai - Pasien mengatakan
melakukan terapi sedikit lega setelah
DO : selesai melakukan
- Pasien tampak lebih terapi
tenang, gelisah sudah - Pasien mengatakan
berkurang menggunakan
12.20 T relaksasi jika
Gunakan relaksasi sebagai mengalami ansietas
strategi penunjang dengan - Pasien mengatakan ia
analgetik atau tindakan medis nyaman dengan posisi
lain kepala lebih tinggi
DS : - Pasien mengatakan dia

- Pasien mengatakan rileks dan bisa


menggunakan relaksasi mersakan terapi
jika mengalami ansietas - Pasien mengatakan mual

DO dan diberikan obat mual

- Pasien tampak bisa


O:
menggunakan terapi tarik
- Pasien tampak gelisah
napas
- Pasien tampak tegang
12.30 E
- Pasien tampak bisa
Anjurkan mengambil posisi
menggunakan teknik
nyaman
tarik napas dalam
DS :
- Pasien tampak lebih
- Pasien mengatakan ia
tenang, gelisah sudah
nyaman dengan posisi
berkurang
kepala lebih tinggi
- Pasien tampak bisa
DO :
menggunakan terapi
- Pasien diatur dengan
tarik napas
posisi kepala lebih tinggi
- Pasien diatur dengan
12.40 Anjurkan rileks dan
posisi kepala lebih tinggi
merasakan sensasi relaksasi
- Pasien tampak rilek
DS :
dan bisa mengikuti
- Pasien mengatakan dia rileks
terapi yang diberikan
dan bisa mersakan terapi
- Pasien tampak diberikan
DO :
obat ranitidin
- Pasien tampak rilek dan
bisa mengikuti terapi yang
A:
diberikan
Masalah teratasi sebagian
12.50 K
Kolaborasi pemberian obat sesuai
P:
anjuran
Lanjutkan Intervensi
DS :
- Memonitor respon
- Pasien mengatakan mual dan
terhadap terapi
diberikan obat mual
- Gunakan relaksasi sebagai
DO :
strategi penunjang dengan
- Pasien tampak diberikan obat
analgetik atau tindakan
ranitidin
medis lain
3 13/02/ 14.00 Dukungan Mobilisasi S: KEL
2023 (I.05173) - Pasien mengatakan 25
O apabila beraktivitas /
Memonitor kondisi umum bergerak akan nyeri pada
selama melakukan mobilisasi perut
DS : - Pasien mengatakan jika
- Pasien mengatakan apabila sudah bisa
beraktivitas / bergerak akan menggerakkan kaki bisa
nyeri pada perut mencoba miring kanan
DO : dan kiri
- Pasien tampak tidak banyak - Pasien mengatakan
gerak dalam melakukan
14.10 T pergerakan atau
Memfasilitasi melakukan imobilisasi di bantu
pergerakan keluarga
DS : - Pasien mengatakan
- Pasien mengatakan jika melakukan miring kanan
sudah bisa menggerakkan dan kiri
kaki bisa mencoba miring
kanan dan kiri O:
DO : - Pasien tampak tidak
- Aktivitas pasien terbatas banyak gerak
14.15 Melibatkan keluarga untuk - Aktivitas pasien terbatas
membantu pasien dalam - Pasien tampak tidak
meningkatkan pergerakan bergerak
DS : - Pasien tampak miring
- Pasien mengatakan dalam kanan dan kiri
melakukan pergerakan atau
imobilisasi di bantu keluarga A:
DO : Masalah belum teratasi
- Pasien tampak tidak
bergerak P:
14.20 E Lanjutkan Intervensi
Menganjurkan mobilisasi Memonitor kondisi umum
sederhana yang harus dilakukan selama melakukan
DS : mobilisasi
- Pasien mengatakan melakukan Memfasilitasi melakukan
miring kanan dan kiri pergerakan
DO : Menganjurkan mobilisasi
- Pasien tampak miring kanan sederhana yang harus
dan kiri Dilakukan

4 13/02/20 17.00 “Pencegahan infeksi” S: KEL


23 (I.14539) - Pasien mengatakan 25
O terdapat luka bekas
Memonitor tanda dan gejala operasi di perut
infeksi lokal dan sistemik - Pasien mengatakan
DO : operasi hari pertama
- Tampak terdapat luka bekas - Pasien mengatakan yang
operasi di perut menunggu hanya ibu
- Tidak ada kemerahan dan saja
tidak ada nanah - Keluarga mengatakan
- Panjang luka operasi 10 cm paham terkait tanda dan
17.05 T gejala infeksi
Membatasi jumlah pengunjung - Keluarga mengatakan
DS : paham cara untuk
- Pasien mengatakan yang memeriksa kondisi luka
menunggu hanya ibu saja operasi
DO : - Pasien mengatakan
- Tampak pengujung tidak mengkonsumsi putih
ada telur
17.15 E - Pasien mengatakan luka
Menjelaskan tanda dan gejala bekas operasi di ganti
infeksi perban setiap pagi
DS : - Pasien mengatakan di
- Keluarga mengatakan berikan obat suntik
paham terkait tanda dan antibiotik
gejala infeksi
DO : O:
- Pasien tampak - Tampak terdapat luka
memperhatikan penjelasan bekas operasi di perut
tanda dan gejala infeksi - Tampak luka operasi
17.25 Mengajarkan cara memeriksa pasien tidak ada
kondisi luka atau luka operasi kemerahan, tidak ada
DS : nanah
- Keluarga mengatakan - Panjang luka 10 cm
paham cara untuk - Tampak pengujung tidak
memeriksa kondisi luka ada
operasi - Pasien tampak
memperhatikan
DO : penjelasan tanda dan
- Keluarga pasien tampak gejala infeksi
memperhatikan cara - Keluarga pasien tampak
memeriksa luka memperhatikan cara
17.30 Menganjurkan meningkatkan memeriksa luka
asupan nutrisi - Pasien tampak
DS : mengkonsumsi putih
- Pasien mengatakan telur
mengkonsumsi putih telur - Pasien tampak dilakukan
DO : medikasi setiap pagi
- Pasien tampak - Pasien tampak di berikan
mengkonsumsi putih telur obat antibiotik
17.35 K ceftriaxsone
Mengkolaborasi pemberian obat
sesuai anjuran dokter A:
DS : Masalah teratasi sebagian
- Pasien mengatakan luka
bekas operasi di ganti P:
perban setiap pagi Lanjutkan intervensi
- Pasien mengatakan di Memonitor tanda dan gejala
berikan obat suntik infeksi lokal dan sistemik
antibiotik Menganjurkan
DO : meningkatkan asupan nutrisi
- Pasien tampak dilakukan Mengkolaborasi pemberian
medikasi setiap pagi obat sesuai anjuran dokter
- Pasien tampak di berikan obat
antibiotik ceftriaxsone
HARI KE 2

No Tanggal Jam Implementasi Evaluasi Nama/


Dx Ttd
1 14/02/ 08.30 Manajemen Nyeri (I.08238) S: KEL
2023 O 25
Mengidentifikasi lokasi, O:
karakteristik, durasi, frekuensi, Pasien mengatakan nyeri
kualitas, intensitas muncul pada saat banyak
DS : untuk bergerak
- Pasien mengatakan nyeri luka P:
bekas operasi di perut Pasien mengatakan nyeri
DO : berkurang ketika tidur/ tidak
- Pasien tampak menahan nyeri beraktivitas, melakukan
08.35 Mengidentifikasi skala nyeri relaksasi napas dalam dan
DS : setelah di berikan obat
- Pasien mengatakan skala P:
nyeri 4 dari 1-10 Pasien mengatakan nyeri
DO : bertambah ketika bergerak
- Skala nyeri 3 dan beraktivitas
08.40 Mengidentifikasi respon non Q:
verbal Pasien mengatakan nyerinya
DO : terasa seperti ditusuk-tusuk
- Pasien tampak menahan nyeri R :
- Pasien tampak meringis Pasien mengatakan nyeri
08.45 T muncul di perutbekas operasi
Memberikan teknik S:
nonfarmaklologi untuk Pasien mengatakan skala
mengurangi rasa nyeri nyeri 3 dari 1-10
DS : T:

- Pasien mengatakan Pasien mengatakan nyeri

nyerinya sedikit muncul terus menerus

berkurang setelah diberi periode nyeri sekitar 1 menit

relaksasi napas dalam - Pasien mengatakan

DO : nyerinya sedikit
berkurang setelah
- Pasien tampak lebih
diberi relaksasi napas
tenang dan rileks
dalam
08.50 K - Pasien mengatakan
Mengkolaborasi pemberian nyerinya berkurang
analgetik setelah diberi obat
DS : untuk mengurangi
- Pasien mengatakan nyerinya nyeri
berkurang setelah diberi obat
untuk mengurangi nyeri O:
DO : - Pasien tampak menahan
- Pasien tampak rileks nyeri
- Pasien diberikan obat ketorolak- Skala nyeri 3
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak lebih
tenang dan rileks
- Pasien diberikan obat
ketorolak
- Td: 125/90 mmHg
- N: 89 x/m
- S: 36,5°C
- Spo₂ : 98 %

A:
Masalah teratasi sebagian

P:
Lanjutkan intervensi
- Mengidentifikasi skala
nyeri
- Mengidentifikasi respon
non verbal
- Mengetahui pemberian
teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi rasa
nyeri
2 14/02/20 12.00 “Terapi Relaksasi” (I.09326) S: KEL
23 O - Pasien mengatakan 25
Mengidentifikasi teknik setelah operasi masih
relaksasi yang pernah efektif takut untuk bergerak
digunakan - Pasien mengatakan
DS : merasa kwatir dengan
- Pasien mengatakan pernah akibat dari kondisi yang
menggunakan teknik tarik di hadapi sekarang
napas dalam jika mengalami - Pasien mengatakan mual
ansietas berkurang
DO : - Pasien mengatakan ia
- Pasien tanpak bisa nyaman dengan posisi
menggunakan teknik tarik kepala lebih tinggi
napas dalam - Pasien mengatakan dia
12.05 T rileks dan bisa
Gunakan relaksasi sebagai mersakan terapi
strategi penunjang dengan - Pasien mengatakan mual
analgetik atau tindakan medis berkurang dan diberikan

lain obat mual

DS :
O:
- Pasien mengatakan
- Pasien tampak gelisah
menggunakan relaksasi
- Pasien tampak tegang
jika mengalami ansietas
- Pasien tampak bisa
DO
menggunakan teknik
- Pasien tampak bisa
tarik napas dalam
menggunakan terapi tarik
- Pasien tampak lebih
napas
tenang, gelisah sudah
12.10 E
berkurang
Anjurkan mengambil posisi
- Pasien tampak bisa
nyaman
menggunakan terapi
DS :
tarik napas
- Pasien mengatakan ia
- Pasien diatur dengan
nyaman dengan posisi
posisi kepala lebih tinggi
kepala lebih tinggi
- Pasien tampak rilek
DO :
dan bisa mengikuti
- Pasien diatur dengan
terapi yang diberikan
posisi kepala lebih tinggi
- Pasien tampak diberikan
12.15 K
obat ranitidin
Kolaborasi pemberian obat sesuai
anjuran
A:
DS :
Masalah teratasi sebagian
- Pasien mengatakan mual dan
diberikan obat mual
P:
DO : Lanjutkan Intervensi
- Pasien tampak diberikan obat - Memonitor respon
ranitidin terhadap terapi
- Gunakan relaksasi
sebagai strategi
penunjang dengan
analgetik atau tindakan
medis lain
3 14/02/ 14.00 Dukungan Mobilisasi S: KEL
2023 (I.05173) - Pasien mengatakan 25
O sudah bisa
Memonitor kondisi umum menggerakkan kaki bisa
selama melakukan mobilisasi mencoba miring kanan
DS : dan kiri
- Pasien mengatakan apabila - Pasien mengatakan
beraktivitas / bergerak akan dalam melakukan
nyeri pada perut pergerakan atau
DO : imobilisasi di bantu
- Pasien tampak tidak banyak keluarga
gerak - Pasien mengatakan
14.05 Melibatkan keluarga untuk mencoba duduk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan O:
DS : - Pasien tampak tidak
- Pasien mengatakan dalam banyak gerak
melakukan pergerakan atau - Aktivitas pasien terbatas
duduk di bantu keluarga - Pasien tampak mencoba
DO : duduk
- Pasien tampak di bantu
keluarga A:
14.10 E Masalah teratasi sebagian
Menganjurkan mobilisasi
sederhana yang harus dilakukan P:
DS : Lanjutkan Intervensi
- Pasien mengatakan Memonitor kondisi umum
mencoba untuk duduk selama melakukan
DO : mobilisasi
- Pasien tampak mencoba Memfasilitasi melakukan
duduk pergerakan
Menganjurkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan
4 13/02/20 17.00 “Pencegahan infeksi” S: KEL
23 (I.14539) - Pasien mengatakan 25
O operasi hari kedua
Memonitor tanda dan gejala - Keluarga mengatakan
infeksi lokal dan sistemik paham terkait tanda dan
DO : gejala infeksi
- Tampak terdapat luka bekas - Keluarga mengatakan
operasi di perut paham cara untuk
- Tidak ada kemerahan dan memeriksa kondisi luka
tidak ada nanah operasi
- Panjang luka operasi 10 cm - Pasien mengatakan
17.05 Mengajarkan cara memeriksa mengkonsumsi putih
kondisi luka atau luka operasi telur
DS : - Pasien mengatakan luka
- Keluarga mengatakan bekas operasi di ganti
paham cara untuk perban setiap pagi
memeriksa kondisi luka - Pasien mengatakan di
operasi berikan obat suntik
DO : antibiotik
- Keluarga pasien tampak
memperhatikan cara O:
memeriksa luka - Tampak terdapat luka
17.10 Menganjurkan meningkatkan bekas operasi di perut
asupan nutrisi - Tampak luka operasi
DS : pasien tidak ada
- Pasien mengatakan kemerahan, tidak ada
mengkonsumsi putih telur nanah
DO : - Panjang luka 10 cm
- Pasien tampak - Tampak pengujung tidak
mengkonsumsi putih telur ada
17.15 K - Keluarga pasien tampak
Mengkolaborasi pemberian obat memperhatikan cara
sesuai anjuran dokter memeriksa luka
DS : - Pasien tampak
- Pasien mengatakan luka mengkonsumsi putih
bekas operasi di ganti
perban setiap pagi telur
- Pasien mengatakan di - Pasien tampak dilakukan
berikan obat suntik medikasi setiap pagi
antibiotik - Pasien tampak di berikan
DO : obat antibiotik
- Pasien tampak dilakukan ceftriaxsone
medikasi setiap pagi
- Pasien tampak di berikan obat A :
antibiotik ceftriaxsone Masalah teratasi sebagian

P:
Lanjutkan intervensi
Memonitor tanda dan gejala
infeksi lokal dan sistemik
Menganjurkan
meningkatkan asupan nutrisi
Mengkolaborasi pemberian
obat sesuai anjuran dokter
HARI KE 3

No Tanggal Jam Implementasi Evaluasi Nama/


Dx Ttd
1 15/02/ 08.30 Manajemen Nyeri (I.08238) S: KEL
2023 O 25
Mengidentifikasi lokasi, O:
karakteristik, durasi, frekuensi, Pasien mengatakan nyeri
kualitas, intensitas muncul pada saat banyak
DS : untuk bergerak
- Pasien mengatakan nyeri luka P:
bekas operasi di perut Pasien mengatakan nyeri
DO : berkurang ketika tidur/ tidak
- Pasien tampak menahan nyeri beraktivitas, melakukan
08.35 Mengidentifikasi skala nyeri relaksasi napas dalam dan
DS : setelah di berikan obat
- Pasien mengatakan skala P:
nyeri 4 dari 1-10 Pasien mengatakan nyeri
DO : bertambah ketika bergerak
- Skala nyeri 3 dan beraktivitas
08.40 T Q:
Memberikan teknik Pasien mengatakan nyerinya
nonfarmaklologi untuk terasa seperti ditusuk-tusuk
mengurangi rasa nyeri R:
DS : Pasien mengatakan nyeri

- Pasien mengatakan muncul di perutbekas operasi

nyerinya sedikit S:

berkurang setelah diberi Pasien mengatakan skala

relaksasi napas dalam nyeri 3 dari 1-10

DO : T:
Pasien mengatakan nyeri
- Pasien tampak lebih
muncul terus menerus
tenang dan rileks
periode nyeri sekitar 1 menit
09.00 K
Mengkolaborasi pemberian - Pasien mengatakan

analgetik nyerinya sedikit

DS : berkurang setelah

- Pasien mengatakan nyerinya diberi relaksasi napas

berkurang setelah diberi obat dalam

untuk mengurangi nyeri - Pasien mengatakan


DO : nyerinya berkurang
- Pasien tampak rileks setelah diberi obat
- Pasien diberikan obat ketorolak untuk mengurangi
nyeri

O:
- Pasien tampak menahan
nyeri
- Skala nyeri 3
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak lebih
tenang dan rileks
- Pasien diberikan obat
ketorolak
- Td: 120/85 mmHg
- N: 85 x/m
- S: 36,8°C
- Spo₂ : 96 %

A:
Masalah teratasi sebagian

P:
Lanjutkan intervensi
- Mengidentifikasi skala
nyeri
2 15/02/20 12.00 “Terapi Relaksasi” (I.09326) S: KEL
23 O - Pasien mengatakan 25
Mengidentifikasi teknik setelah operasi sudah
relaksasi yang pernah efektif tidak takut untuk
digunakan bergerak
DS : - Pasien mengatakan
- Pasien mengatakan pernah sudah tidak mual
menggunakan teknik tarik - Pasien mengatakan dia
napas dalam jika mengalami rileks dan bisa mersakan
ansietas terapi

DO : O:
- Pasien sudah tidak
- Pasien tanpak bisa gelisah
menggunakan teknik tarik napas - Pasien tampak lebih
dalam tenang
- Pasien tampak rilek
dan bisa mengikuti
terapi yang diberikan

A:
Masalah teratasi

P:
Hentikan Intervensi
3 15/02/ 14.00 Dukungan Mobilisasi S: KEL
2023 (I.05173) - Pasien mengatakan dalam 25
Melibatkan keluarga untuk melakukan pergerakan

membantu pasien dalam seperti duduk, berjalan di

meningkatkan pergerakan bantu keluarga

DS : - Pasien mengatakan

- Pasien mengatakan dalam mencoba untuk berjalan


melakukan pergerakan seperti
duduk, berjalan di bantu O:
keluarga - Pasien tampak mencoba
DO : berjalan
- Pasien tampak di bantu - Pasien tampak dibantu
keluarga keluarga
14.05 E
Menganjurkan mobilisasi A:
sederhana yang harus dilakukan Masalah teratasi
DS :
- Pasien mengatakan mencoba P:
untuk berjalan Hentikan Intervensi
DO :
- Pasien tampak bisa berjalan
4 15/02/20 16.00 “Pencegahan infeksi” S: KEL
23 (I.14539) - Pasien mengatakan 25
O operasi hari ketiga
Memonitor tanda dan gejala - Pasien mengatakan
infeksi lokal dan sistemik mengkonsumsi putih
DO : telur
- Tampak terdapat luka bekas - Pasien mengatakan luka
operasi di perut bekas operasi di ganti
- Tidak ada darah dan tidak perban setiap pagi
ada nanah - Pasien mengatakan di
- Panjang luka operasi 10 cm berikan obat suntik
16.05 Menganjurkan meningkatkan antibiotik
asupan nutrisi
DS : O:
- Pasien mengatakan - Tampak terdapat luka
mengkonsumsi putih telur bekas operasi di perut
DO : - Tampak luka operasi
- Pasien tampak pasien tidak ada
mengkonsumsi putih telur kemerahan, tidak ada
16.10 K nanah
Mengkolaborasi pemberian obat - Panjang luka 10 cm
sesuai anjuran dokter - Tampak pengujung tidak
DS : ada
- Pasien mengatakan luka - Keluarga pasien tampak
bekas operasi di ganti memperhatikan cara
perban setiap pagi memeriksa luka
- Pasien mengatakan di - Pasien tampak
berikan obat suntik mengkonsumsi putih
antibiotik telur
DO : - Pasien tampak dilakukan
- Pasien tampak dilakukan medikasi setiap pagi
medikasi setiap pagi - Pasien tampak di berikan
- Pasien tampak di berikan obat obat antibiotik
antibiotik ceftriaxsone ceftriaxsone

A:
Masalah teratasi

P:
Hentikan intervensi
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pada tahapan ini akan menguraikan tentang pembahasan asuhan keperawatan
pada pasien Nn. Y umur 16 tahun, jenis kelamin perempuan dengan diagnosa post
operasi laparatomi apendiksitis yang di rawat di Ruang cempaka RSUD Wonosari,
pada tanggal 13 Februari 2023, jam 09:30 WIB.

B. Diagnosa
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan, didapatkan beberapa diagnosa
menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017) antara lain sebagai berikut:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan efek agen farmakologis
4. Risiko infeksi ditandai dengan efek prosedur invasif

C. Intervensi
Intervensi yang dapat diberikan untuk mengatasi ke empat diagnosa diatas
Menurut Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2017) yaitu :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respon non verbal
- Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Berikan teknik nonfarmaklologi untuk menguangi rasa nyeri
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
- Kolaborasi pemberian analgetik
2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
- Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
- Monitor respon terhadap terapi
- Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik atau
tindakan medis lain, jika sesuai
- Anjurkan mengambil posisi nyaman
- Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
- Kolaborasi pemberian obat sesuai anjuran dokter
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan efek agen farmakologis
- Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
- Fasilitasi melakukan pergerakan
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
pergerakan
- Anjurkan mobilisasi sederhana yang harus di lakukan
4. Risiko infeksi ditandai dengan efek prosedur invasif
- Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
- Batasi jumlah pengunjung
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
- Anjurkan meningkan asupan nutrisi
- Kolaborasi pemberian obat sesuai anjuran dokter

D. Impelemtasi
Implementasi keperawatan yang dilakukan adalah mengacu pada intervensi yang
telah ditetapkan. Dimana semua intervensi dilakukan secara menyeluruh dan
koperatif. Adapun implementasi yang dilakukan masing- masing diagnosa adalah:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik dengan implementasi :
- Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
- Mengidentifikasi skala nyeri
- Mengidentifikasi respon non verbal
- Mengidentifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Memberikan teknik nonfarmaklologi untuk menguangi rasa nyeri
- Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
- Mengkolaborasi pemberian analgetik
2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional dengan implementasi
- Mengidentifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
- Memonitor respon terhadap terapi
- Menggunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik
atau tindakan medis lain, jika sesuai
- Menganjurkan mengambil posisi nyaman
- Menganjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
- Berkolaborasi pemberian obat sesuai anjuran dokter
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan efek agen farmakologis
dengan implementasi :
- Memonitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
- Memfasilitasi melakukan pergerakan
- Melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
pergerakan
- Menganjurkan mobilisasi sederhana yang harus di lakukan
4. Risiko infeksi ditandai dengan efek prosedur invasif
- Memonitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
- Membatasi jumlah pengunjung
- Menjelaskan tanda dan gejala infeksi
- Mengajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
- Menganjurkan meningkan asupan nutrisi
- Berkolaborasi pemberian obat sesuai anjuran dokter

E. Evaluasi
Dalam melakukan evaluasi penerapan asuhan keperawatan pada Nn Y, untuk
diagnosa keperawatan nyeri akut teratasi sebagian. Untuk diagnosa keperawatan
ansietas didapatkan hasil akhir bahwa tujuan teratasi, untuk diagnosa keperawatan
gangguan mobilitas fisik tujuan teratasi dan untuk diagnosa risiko infeksi tujuan
teratasi, hal ini berarti tujuan yang telah ditetapkan oleh penulis telah dilakukan
dengan baik.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan dari Nn. Y diruang Cempaka RSUD WONOSARI. Dapat
disimpulkan bahwa :
1. Seluruh pengkajian yang dilakukan dan didapatkan hasil data yang sesuai
dengan teori yang digunakan
2. Diagnosa keperawatan yang muncul sesuai dengan pohon masalah yang
dibuat Adapun diagnose tersebut adalah
3. Intervensi yang direncanakan dibuat sesuai dengan kondisi pasien.
4. Implementasi semua intervensi yang ditetapkan telah dilakukan secara
keseluruhan.
5. Evaluasi dimana ketika diagnose adalah nyeri akut tujuan teratasi sebagian,
ansietas tujuan teratasi, gangguan mobilitas fisik tujuan teratasi dan risiko
infeksi teratasi.

B. Saran
1. Bagi profesi keperawatan
Hasil studi kasus ini dapat dijadikan refrensi dalam menetapkan intervensi
pada pasien dengan penyakit apendiksitis tetapi pada pasien umumnya.
2. Bagi rumah sakit
Hasil studi kasus ini dapat dijadikan acuan dalam menerapkan manajemen
keperawatan yang harus diimplementasikan secara komprehensif sesuai
dengan disiplin ilmu keperawatan
3. Bagi penulis
Dari hasil karya ilmiah ini dapat dijadikan upaya penulis untuk
menjadikannya acuan dan dasar dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
sehingga dapat meningkatkan kemampuan dan mengaplikasikan ilmu
pengetahuan tentang bagaimana pasien pada penyakit apendiksitis
DAFTAR PUSTAKA

Baughman, Diane C dan Hackley, JiAnn C. 2010. Keperawatan Medikal Bedah:


Buku Saku untuk Brunner dan Suddarth. Jakarta: EGC.
Mardalena, Ida. (2017). Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Sistem
Pencernaan.Yogyakarta : Pustaka Baru Press
Mubarak (2019) Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta: EGC
Mutaqqin, Arif & Kumala Sari. (2011). Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medika
Saferi (2017) Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta: Salemba Medika
Sjamsuhidajat, R dan Wim de Jong. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Smeltzer S C & Brenda G Bare. (2014). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth’s Edisi 10. Jakarta : EGC.
Sulung, Neila & Sarah Dian Rani. (2017). Teknik RelaksasiGenggam Jari Terhadap
Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Apendiktomi. Jurnal Endurance 2(3) (397-
405).
Wijaya, andra saferi & putri, yessie mariza putri. (2013). Keperawatan medikal bedah
KMB 1. Nuha Medika. Yogyakarta
Wilkinson, Judith M dan Ahern, Nancy R. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan:
Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil Noc. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai