RSUD WONOSARI
Indrianingsih : 22160081
Satrio Budi Utomo : 22160014
Trivena Puimera : 22160032
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Apendiksitis adalah inflamasi atau peradangan pada apendiks yang berbahaya
jika tidak di tangani dengan segera dimana terjadi infeksi berat yang biasa
menyebabkan pecahnya lumen usus. Apendisitis perforasi adalah pecahnya
dinding apendiks yang sudah gangrene yang menyebabkan pus masuk ke dalam
rongga perut sehingga terjadi peritonitis umum (Saferi, 2017)
Data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2018 angka kejadian
apendiksitis cukup tinggi di dunia, dengan angka mortalitas 21.000 jiwa dimana
populasi laki-laki 12.000 jiwa dan perempuan 10.000 jiwa.
Apendiksitis yang tidak segera ditangani akan menimbulkan komplikasi.
Salah satu komplikasi yang paling membahayakan adalah perforasi. Perforasi
dapat menyebabkan sepsis dan terjadi pada 17% hingga 32%. Durasi gejala yang
berkepanjangan sebelum penanganan dapat meningkatkan resiko (Saferi, 2017)
Sehingga apendiksitis perforasi memerlukan penanganan berupa intervensi
bedah dengan tindakan laparatomi untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas
akibat perforasi. Dalam tindakan operatif atau bedah, perawat memiliki peran
dalam melakukan asuhan keperawatan perioperatif . Peran perawat perioperatif
tampak meluas, mulai dari praoperatif, intraoperatif, sampai ke perawatan pasien
pasca anestesi (Mubarak, 2019)
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami
apendiksitis.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui dan memahami definisi apendiksitis
b. Mengetahui dan memahami etiologi apendiksitis
c. Mengetahui dan memahami manifestasi klinis apendiksitis
d. Mengetahui dan memahami patofisiologi apendiksitis
e. Mengetahui dan memahami patway apendiksitis
f. Mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang apendiksitis
g. Mengetahui dan memahami komplikasi apendiksitis
h. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan medis dan keperawatan
apendiksitis
i. Mengetahui dan memahami pencegahan apendiksitis
j. Mengetahui dan memahami definisi post operasi laparatomi, fase-fase
penyembuhan luka, prinsip-prinsip perawatan luka post operasi,
komplikasi, etiologi, dan jenis-jenis laparatomi.
k. Mampu melakukan pengkajian pada pasien yang mengalami apendiksitis
l. Mampu menegakkan diagnosa keperawatanpada pasien yang mengalami
apendiksitis
m. Menyusun perencanaan keperawatan pada pasien pada pasien yang
mengalami apendiksitis
n. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien yang mengalami
apendiksitis
o. Melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan pada pasien yang
mengalami apendiksitis
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Defenisi
Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan merupakan
penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini mengenai semua umur
baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia
10 sampai 30 tahun (Mardalela, 2017).
Apendisitis adalah salah satu penyakit saluran pencernaan yang paling umum
ditemukan dan yang paling sering memberikan keluhan abdomen yang akut (acu
abdomen).
Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran
bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen
darurat. Sedangkan apendisitis kronik adalah nyeri perut kanan bawah lebih dari 2
minggu, radang kronik apendiks secara makroskopik dan mikroskopik, dan
keluhan menghilang setelah apendiktomi (Wijaya & Putri, 2013).
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa apendisitis adalah
kondisi dimana terjadi infeksi pada umbai apendiks dan merupakan penyakit
bedah abdomen yang paling sering terjadi.
Menurut Sjamsuhidayat (2010), apendisitis terdiri dari lima bagian antara lain
:
1. Apendisitis akut
Adalah peradangan apendiks yang timbul meluas dan mengenai peritoneum
pariental setempat sehingga menimbulkan rasa sakit di abdomen kanan
bawah.
2. Apendisitis infiltrat (Masa periapendikuler)
Apendisitis infiltrat atau masa periapendikuler terjadi bila apendisitis
ganggrenosa di tutupi pendinginan oleh omentum.
3. Apendisitis perforata
Ada fekalit didalam lumen, Umur (orang tua atau anak muda) dan
keterlambatan diagnosa merupakan faktor yang berperan dalam terjadinya
perforasi apendiks.
4. Apendisitis rekuren
Kelainan ini terjadi bila serangan apendisitis akut pertama kali sembuh
spontan, namun apendiks tidak pernah kembali ke bentuk aslinya karena
terjadi fibrosis dan jaringan parut. Resikonya untuk terjadinya serangan lagi
sekitar 50%.
5. Apendisitis kronis
Fibrosis menyeluruh dinding apendiks, sumbatan parsial atau total lumen
apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama di mukosa dan infiltrasi sel
inflamasi kronik.
B. Etiologi
Penyebab penyakit apendisitis secara pasti belum diketahui. Tetapi, terjadinya
apendisitis ini umumnya karena bakteri. Selain itu, terdapat banyak faktor
pencetus terjadinya penyakit ini diantaranya sumbatan lumen apendiks,
hiperplasia jaringan limfe, fekalit, tumor apendiks dan cacing askaris yang dapat
menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan
apendisitis adalah erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E.histolytica.
Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan rendah
serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis juga merupakan
faktor pencetus terjadinya penyakit ini. Konstipasi akan menaikkan tekanan
intrasekal yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan
meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semuanya ini
mempermudah timbulnya apendisitis akut (wijaya & putri, 2013)
C. Manifestasi Klinik
Menurut mutaqqin arif (2011), keluhan apendisitis biasanya bermula dari
nyeri di daerah umbilikus atau periumbilikus yang berhubungan dengan muntah.
Dalam 2 – 12 jam nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah yang akan menetap
dan diperberat bila berjalan atau batuk. Terdapat juga keluhan anoreksia, malaise
dan demam yang tak terlalu tinggi. Biasanya juga terdapat konstipasi tetapi
kadang-kadang terjadi diare, mual dan muntah.
Pada permulaan timbulnya penyakit belum ada keluhan abdomen yang
menetap namun dalam beberapa jam nyeri abdomen kanan bawah akan semakin
progresif dan dengan pemeriksaan seksama akan dapat ditunjukkan satu titik
dengan nyeri maksimal perkusi ringan pada kuadran kanan bawah dapat
membantu menentukan lokasi nyeri.
Menurut Suzanne C Smeltzer dan Brenda G Bare (2014), apendisitis akut
sering tampil dengan gejala yang khas yang didasari oleh radang mendadak
umbai cacing yang memberikan tanda setempat. Nyeri kuadran bawah terasa dan
biasanya disertai oleh demam ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan.
Pada apendiks yang terinflamasi, nyeri tekan dapat dirasakan pada kuadran
kanan bawah pada titik Mc.Burney yang berada antara umbilikus dan spinalis
iliaka superior anterior. Derajat nyeri tekan, spasme otot dan apakah terdapat
konstipasi atau diare tidak tergantung pada beratnya infeksi dan lokasi apendiks.
Bila apendiks melingkar di belakang sekum, nyeri tekan terasa didaerah lumbal.
Bila ujungnya ada pada pelvis, tanda-tanda ini dapat diketahui hanya pada
pemeriksaan rektal. Nyeri pada defekasi menunjukkan ujung apendiks berada
dekat rektum. Nyeri pada saat berkemih menunjukkan bahwa ujung apendiks
dekat dengan kandung kemih atau ureter. Adanya kekakuan pada bagian bawah
otot rektus kanan dapat terjadi. Tanda rovsing dapat timbul dengan melakukan
palpasi kuadran bawah kiri yang secara paradoksial menyebabkan nyeri yang
terasa dikuadran kanan bawah. Apabila apendiks telah ruptur, nyeri menjadi
menyebar. Distensi abdomen terjadi akibat ileus paralitik dan kondisi pasien
memburuk. Pada pasien lansia, tanda dan gejala apendisitis dapat sangat
bervariasi. Tanda-tanda tersebut dapat sangat meragukan, menunjukkan obstruksi
usus atau proses penyakit lainnya. Pasien mungkin tidak mengalami gejala
sampai ia mengalami ruptur apendiks. Insidens perforasi pada apendiks lebih
tinggi pada lansia karena banyak dari pasien-pasien ini mencari bantuan
perawatan kesehatan tidak secepat pasien-pasien yang lebih muda.
Menurut Diane C. Baughman dan JiAnn C. Hackley (2010), manifestasi klinis
apendisitis adalah sebagai berikut:
1. Nyeri kuadran kanan bawah dan biasanya disertai dengan demam derajat
rendah, mual, dan seringkali muntah
2. Pada titik Mc Burney terdapat nyeri tekan setempat karena tekanan dan
sedikit kaku dari bagian bawah otot rektus kanan
3. Nyeri alih mungkin saja ada; letak apendiks mengakibatkan sejumlah nueri
tekan, spasme otot, dan konstipasi serta diare kambuhan
4. Tanda Rovsing (dapat diketahui dengan mempalpasi kuadran kanan bawah ,
yang menyebabkan nyeri kuadran kiri bawah)
5. Jika terjadi ruptur apendiks, maka nyeri akan menjadi lebih menyebar; terjadi
distensi abdomen akibat ileus paralitik dan kondisi memburuk.
D. Patofisiologi
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh
hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat
peradangan sebelumnya, atau neoplasma. Obstruksi tersebut menyebabkan
mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Semakin lama mukus
tersebut semakin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai
keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Tekanan
yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan
edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi
apendisitis akut lokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium. Bila sekresi mukus
terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan menyebkan
obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding.
Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga
menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah. Keadaan ini disebut apendisitis
supuratif akut (wijaya & putri, 2013).
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks
yang diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa.
Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi. Bila
semua proses diatas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan
bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut infiltrate
apendikularis. Peradangan pada apendiks tersebut dapat menjadi abses atau
menghilang. Pada anak-anak, kerena omentum lebih pendek dan apendiks lebih
panjang, maka dinding apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan
daya tahan tubuh yang masih kurang sehingga memudahkan terjadinya perforasi.
Sedangkan pada orang tua, perforasi mudah terjadi karena telah ada gangguan
pembuluh darah (wijaya & putri, 2013).
E. Patway
F.
Etiologi
Obstruk lumen apendiks oleh :
1. Fecalith (massa feses yang keras)
2. Hiperplasia dari folikel limfoit Infeksi kuman dari colon (E.Coli)
3. Benda asing (seperti biji cabai, biji jeruk)
4. Tumor apendiks
5. Pelekukan/terpuntirnya apendiks
6. Oklusi eksternal usus oleh perlekatan
Penekanan pembulu darah lumen dan terjadi kematian sel/ kerusakan jaringan
Inflamasi apendiks
APENDISITIS
Nyeri akut
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang biasa dilakukan pada pasien yang diduga
appendicitis akut adalah pemeriksaan darah lengkap dan test protein reaktive
(CRP). Pada pemeriksaan darah lengkap sebagian besar pasien biasanya
ditemukan jumlah leukosit di atas 10.000 dan neutrofil diatas 75 %.
Sedangkan pada pemeriksaan CRP ditemukan jumlah serum yang mulai
meningkat pada 6-12 jam setelah inflamasi jaringan.
2. Pemeriksaan urine
Untuk melihat adanya eritrosit, leukosit dan bakteri di dalam urin.
pemeriksaan ini sangat membantu dalam menyingkirkan diagnosis banding
seperti infeksi saluran kemih atau batu ginjal yang mempunyai gejala klinis
yang hampir sama dengan appendisitis.
3. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologi yang biasa dilakukan pada pasien yang diduga
appendicitis akut antara lain adalah Ultrasonografi, CT-scan. Pada
pemeriksaan ultrasonogarafi ditemukan bagian memanjang pada tempat yang
terjadi inflamasi pada appendiks. Sedang pada pemeriksaan CT-scan
ditemukan bagian yang menyilang dengan apendicalith serta perluasan dari
appendiks yang mengalami inflamasi serta adanya pelebaran dari saekum.
4. Pemeriksaan USG
Bila hasil pemeriksaan fisik meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan USG,
terutama pada wanita, juga bila dicurigai adanya abses. Dengan USG dapat
dipakai untuk menyingkirkan diagnosis banding seperti kehamilan ektopik,
adnecitis dan sebagainya.
5. Abdominal X-Ray
Digunakan untuk melihat adanya fecalith sebagai penyebab appendisitis.
pemeriksaan ini dilakukan terutama pada anak-anak.
(wijaya & putri, 2013)
H. Komplikasi
Komplikasi utama apendisitis adalah perforasi apendiks yang dapat
berkembang menjadi peritonitis atau abses. Insidens perforasi adalah 10%
sampai 32%. Insidens lebih tinggi pada anak kecil dan lansia. Perforasi secara
umum terjadi 24 jam setelah awitan nyeri. Gejala mencakup demam dengan suhu
37,7 oC atau lebih tinggi, penampilan toksik, dan nyeri atau nyeri tekan abdomen
yang kontinyu (Smeltzer dan Barre, 2014).
Yang paling sering adalah :
1. Perforasi
Insident perforasi 10-32 %, rata-rata 20 %, paling sering terjadi pada
muda sekali atau terlalu tua, perforasi timbul 93% pada anak-anak di
bawah 2 tahun antara 40-75% kasus usia diatas 60 tahun ke atas. Perforasi
jarang timbul dalam 12 jam pertama sejak awa sakit, tetapi insiden
meningkat tajam sesudah 24 jam. Perforasi terjadi 70 % pada kasus
dengan peningkatan suhu 39,5°C tampak toksik, nyeri tekan seluruh perut
dan leukositosis meningkat akibat perforasi dan pembentukan abses.
2. Peritonitis
Adalah trombofebitis septik pada sistem vena porta ditandai dengan panas
tinggi 39°C-40°C menggigil dan ikterus merupakan penyakit yang relatif
jarang.
a. Tromboflebitis supuratif dari sistem portal, jarang terjadi tetapi
merupakan komplikasi yang laten
b. Abses subfrenikus dan fokal sepsis intraabdominal lain
c. Obstruksi intestinal juga dapat terjadi akibat perlekatan
(Wijaya & Putri, 2017)
I. Penatalaksanaan
Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan.
Antibiotik dan cairan IV diberikan serta pasien diminta untuk membatasi aktivitas
fisik sampai pembedahan dilakukan. Analgetik dapat diberikan setelah
diagnosa ditegakkan. Apendiktomi (pembedahan untuk mengangkat
apendiks) dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi.
Apendiktomi dapat dilakukan dibawah anestesi umum atau spinal, secara terbuka
ataupun dengan cara laparoskopi yang merupakan metode terbaru yang sangat
efektif. Bila apendiktomi terbuka, insisi Mc.Burney banyak dipilih oleh para ahli
bedah. Pada penderita yang diagnosisnya tidak jelas sebaiknya dilakukan
observasi dulu. Pemeriksaan laboratorium dan ultrasonografi bisa dilakukan bila
dalam observasi masih terdapat keraguan. Bila terdapat laparoskop, tindakan
laparoskopi diagnostik pada kasus meragukan dapat segera menentukan akan
dilakukan operasi atau tidak (Smeltzer C. Suzanne, 2014).
Penatalaksanaan apendisitis adalah sebagai berikut:
1. Tindakan medis
a. Observasi terhadap diagnosa
Dalam 8 – 12 jam pertama setelah timbul gejala dan tanda apendisitis,
sering tidak terdiagnosa, dalam hal ini sangat penting dilakukan observasi
yang cermat. Penderita dibaringkan ditempat tidur dan tidak diberi apapun
melalui mulut. Bila diperlukan maka dapat diberikan cairan aperviteral.
Hindarkan pemberian narkotik jika memungkinkan, tetapi obat sedatif
seperti barbitural atau penenang tidak karena merupakan kontra indikasi.
Pemeriksaan abdomen dan rektum, sel darah putih dan hitung jenis di
ulangi secara periodik. Perlu dilakukan foto abdomen dan thorak posisi
tegak pada semua kasus apendisitis, diagnosa dapat jadi jelas dari tanda
lokalisasi kuadran kanan bawah dalam waktu 24 jam setelah timbul gejala.
b. Intubasi
Dimasukkan pipa naso gastrik preoperatif jika terjadi peritonitis atau
toksitas yang menandakan bahwa ileus pasca operatif yang sangat
menggangu. Pada penderita ini dilakukan aspirasi kubah lambung jika
diperlukan. Penderita dibawa kekamar operasi dengan pipa tetap terpasang.
c. Antibiotik
Pemberian antibiotik preoperatif dianjurkan pada reaksi sistematik dengan
toksitas yang berat dan demam yang tinggi .
2. Terapi bedah
Pada apendisitis tanpa komplikasi, apendiktomi dilakukan segera setelah
terkontrol ketidakseimbangan cairan dalam tubuh dan gangguan sistematik
lainnya. Biasanya hanya diperlukan sedikit persiapan. Pembedahan yang
direncanakan secara dini baik mempunyai praksi mortalitas 1 % secara
primer angka morbiditas dan mortalitas penyakit ini tampaknya disebabkan
oleh komplikasi ganggren dan perforasi yang terjadi akibat yang tertunda.
3. Terapi pasca operasi
Perlu dilakukan obstruksi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya
perdarahan didalam, syok hipertermia, atau gangguan pernapasan angket
sonde lambung bila pasien telah sadar, sehingga aspirasi cairan lambung dapat
dicegah. Baringkan pasien dalam posisi fowler. Pasien dikatakan baik bila
dalam 12 jam tidak terjadi gangguan. Selama itu pasien dipuasakan. Bila
tindakan operasi lebih besar, misalnya pada perforasi atau peritonitis umum,
puasa diteruskan sampai fungsi usus kembali normal. Kemudian berikan
minum mulai 15 ml/jam selama 4-5 jam lalu naikkan menjadi 30 ml/jam.
Keesokan harinya diberikan makan saring, dan hari berikutnya diberikan
makanan lunak. Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak
ditempat tidur selama 2 x 30 menit. Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan
duduk diluar kamar. Hari ketujuh jahitan dapat diangkat dan pasien
diperbolehkan pulang.
J. Pencegahan
1. Diet tinggi serat akan sangat membantu melancarkan aliran pergerakan
makanan dalam saluran cerna sehingga tidak tertumpuk lama dan mengeras.
2. Minum air putih minimal 8 gelas sehari dan tidak menunda buang air besar
juga akan membantu kelancaran pergerakan saluran cerna secara keseluruhan.
(sulung & sarah, 2017)
M. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut
2. Ansietas
3. Gangguan mobilisasi fisik
4. Defisit perawatan diri
N. Rencana keperawatan
Tujuan dan
Tanggal Diagnosa
Kriteria Hasil
No / Jam Keperawatan Intervensi (SIKI)
(SLKI)
1 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
agen pencedera Tindakan keperawatan (I.08238)
fisiologis. selama ……x…… 1. Identifikasi lokasi,
jam diharapkan klien karakteristik, durasi,
dapat teratasi dengan frekuensi, kualitas,
kriteria hasil : intensitas nyeri.
Tingkat Nyeri 2. Berikan Teknik
(L.08066) nonfarmakologis untuk
1. Keluhan nyeri mengurangi nyeri.
2. Frekuensi nadi 3. Jelaskan penyebab,
3. Tekanan Darah periode dan pemicu
nyeri.
2 Ansietas b.d Setelah dilakukan Dukungan
krisis situasional Tindakan keperawatan Keyakinan
selama ……x…… (I.09259)
jam diharapkan klien 1. Identifikasi keyakinan,
dapat teratasi dengan masalah dan tujuan
kriteria hasil : keperawatan
Tingkat Ansietas 2. Berikan harapan yang
(L.09093) realistis sesuai
1. Verbalisasi prognosis
kebingungan, 3. Berikan penjelasan
2. Perilaku gelisah, yang relevan dan
3. Perilaku tegang. mudah dipahami
3 Gangguan Setelah dilakukan Dukungan
mobilisasi fisik b.d Tindakan keperawatan Mobilisasi
Efek agen selama ……x…… (I.05173)
farmakologis jam diharapkan klien 1. Monitor
dapat teratasi dengan kondisi
kriteria hasil : umum selama
Mobilitas Fisik melakukan
(L.05042) mobilisasi
1. Gerakan terbatas 2. Fasilitasi
melakukan
pergerakan
3. Libatkan
keluarga
untuk
membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan
4. Anjurkan
melakukan
mobilisasi
dini
5. Anjurkan
mobilisasi
sederhana
yang harus di
lakukan
O. Implementasi
Sesuai intervensi yang dilakukan
P. Evaluasi
1. Diagnosa 1 : Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis.
a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri.
b. Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
c. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
2. Diagnosa 2 : Ansietas b.d krisis situasional
a. Identifikasi keyakinan, masalah dan tujuan keperawatan
b. Berikan harapan yang realistis sesuai prognosis
c. Berikan penjelasan yang relevan dan mudah dipahami
3. Diagnosa 3 : gangguan mobilitas fisik b.d efek agen farmakologi
a. Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
b. Fasilitasi melakukan pergerakan
c. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
pergerakan
d. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
e. Anjurkan mobilisasi sederhana yang harus di lakukan
5.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. IDENTITAS
a. Pasien
Nama : Nn.Y
Umur : 16 thn
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar
Status Pernikahan : Belum menikah
Alamat : Mulo Gunung Kidul
Tanggal Masuk RS : Minggu, 12/02/2023
Jam MRS : 09.30
Diagnosa Medis : Post Operasi Laparatomi Apendiksitis
b. Penanggung jawab
Nama : Ny. P
Umur : 45 thn
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wirausaha
Status Pernikahan : Janda
Alamat : Mulo Gunung Kidul
Hubungan dengan klien : Ibu
2. Keluhan utama
Pasien mengatakan saat ini nyeri pada perut bekas luka operasi.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang
Keluaga pasien mengatakan pasien pasien di bawa kerumah sakit karena
perutnya kanan bawah nyeri selama 3 hari yang lalu, keluarga juga
mengatakan karena pasien sudah tidak kuat menahan nyeri pada perut kanan
bawah tersebut maka dari itu keluarga membawa pasien ke UGD RSUD
Wonosari pukul 09.30 WIB. Di UGD pasien mendapatkan terapi infus RL
dengan 24 tpm. TD : 110/90 mmHg, Nadi : 88 x/i, Respirasi : 22 x/I, Suhu :
36,5°C, SpO2 : 98 %.
b. Riwayat penyakit / kesehatan dahulu
1) Penyakit yang pernah dialami
a) Kanak-kanak : Keluarga pasien mengatakan tidak ada
b) Kecelakaan : Keluarga pasien mengatakan tidak ada
c) Pernah dirawat : Keluarga pasien mengatakan belum pernah
dirawat
d) Operasi sebelumnya : Keluarga pasien mengatakan pasien belum
pernah operasi sebelumnya dan ini pertama kalinya
2) Alergi (obat, makanan, plester) : Pasien mengatakan tidak memiliki
alergi obat maupun makanan
3) Imunisasi : Keluarga pasien mengatakan pasien sudah imunisasi lengkap
4) Kebiasaan : Pasien mengatakan tidak memiliki kebisaan merokok, minum
kopi maupun alkohol
Jenis Frekuensi Jumlah Lamanya
Merokok - - -
Kopi - - -
Alkohol - - -
5) Obat-obatan
a) Lamanya : pasien mengatakan tidak mengkonsumsi obat secara jangka
panjang
b) Macam : tidak ada
c. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit seperti DM
dan HT
GENOGRAM
6. Basic Promoting physiology of Health
1. Aktivitas dan latihan
Sebelum sakit Selama sakit
a Pekerjaan Pelajar Pelajar
b Olah raga rutin 1 minggu sekali Tidak berolah raga
c Alat Bantu jalan Tidak menggunakan Tidak menggunakan
d Kemampuan melakukan Aktif Aktif atau pasif
ROM
e Terapi Tidak ada Tidak ada
b. Selama Sakit
DS : Pasien mengatakan tidur jam 9 sampai jam 5 pagi kadang
terbangun karena nyeri dibagian perutnya
DO : Pasien tampak lemas
b. Selama Sakit
DS :
Onset : Pasien mengatakan nyeri muncul pada saat banyak
untuk bergerak
Paliatif : Pasien mengatakan nyeri berkurang ketika tidur atau
tidak beraktivitas, melakukan relaksasi dan setelah di
berikan obat
Provocati : Pasien mengatakan nyeri bertambah ketika bergerak
f dan beraktivitas
Quality : Pasien mengatakan nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk
Region : Pasien mengatakan nyeri muncul di perut bekas
operasi
3. Nutrisi
a. Sebelum Sakit
DS : Pasien mengatakan sebelum sakit tidak pernah
mengalami gangguan nafsu makan dan menghabiskan
makannya, pasien makan 3X/hari
b. Selama Sakit
DS : Pasien mengatakan selama dirumah sakit
menghabiskan porsi makanannya, pasien makan
3x/hari
b. Selama Sakit
DS : Pasien mengatakan setelah sakit hanya minum
setengan botol air mineral 1,5L
Balance Cairan :
Input Output
Makan 150 ml Urin 1500 ml
Minum 750 ml Feses Tidak ada
Air metabolisme 300 IWL 500 ml
Infus* 1500 Drainage* Tidak ada
Nutrisi NGT* Tidak ada Perdarahan* Tidak ada
Obat* 11 ml Muntah* Tidak ada
Lainnya Tidak ada Lainnya Tidak ada
Total 2711 Total 2000
*kalau ada
Balance cairan = Input – Output
= 2711-2000
= 711 ml
5. Oksigenasi
a. Sebelum Sakit
DS : Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan oksigenasi
dan tidak menggunakan alat bantu nafas
b. Selama Sakit
DS : Pasien mengatakan tidak mengalami sesak
6. Eliminasi Fekal/Bowel
a. Sebelum Sakit
DS : Pasien mengatakan sebelum sakit rutin BAB 1x/hari
b. Selama Sakit
DS : Pasien mengatakan selama sakit pasien belum BAB
7. Eliminasi urin
a. Sebelum Sakit
DS : Pasien mengatakan sebelum sakit pasien BAK 4-5X/hari,
berwarna bening
b. Selama Sakit
DS : Pasien mengatakan tidak terasa karena terpasang alat bantu
BAK
b. Selama Sakit
DS : Pasien mengatakan jika pasien tidak ada keluhan terkait
penglihatan, perabaan, pendenaran, dan penciuman
DO : Tidak dikaji
i. Rectum
DS : Pasien mengatakan tidak ada keluhan di bagian rektumnya
DO : Tidak terkaji
j. Ektremitas
DS : Pasien mengatakan tidak ada keluahan pada ekstremitas
Sosial :
Aktivitas atau peran di masyarakat adalah : Pasien mengatakan dimasyarakat
pasien mengikuti kegiatan karang taruna di desanya
Budaya :
Budaya yang diikuti klien adalah budaya: jawa.
Kebudayaan yang dianut merugikan kesehatannya: tidak ada
Spiritual :
Aktivitas ibadah sehari-hari pasien mengatakan sebelum sakit sholat 5 waktu
tapi setelah di rumah sakit sholatnya bolong bolong
PALIATIF :
Pasien mengatakan nyeri berkurang
ketika tidur atau tidak beraktivitas,
melakukan relaksasi dan setelah di
berikan obat
PROVOCATIF :
Pasien mengatakan nyeri bertambah
ketika bergerak dan beraktivitas
QUALITY :
Pasien mengatakan nyeri terasa seperti
ditusuk-tusuk
REGION :
Pasien mengatakan nyeri muncul di
perut bekas operasi
SCALE :
Pasien mengatakan skala nyeri 4 dari
1-10
TIME :
Pasien mengatakan nyeri muncul
secara terus menerus periode nyeri
sekitar 1 menit
DO :
- Wajah pasien tampak meringis
- Pasien tampak menahan nyeri
- TD :130/90 mmHg
- N : 98 x/mnt
- S :36,7°C
- Spo₂ : 97%
13/02/2023 DS : Krisis situasional Ansietas
- Pasien mengatakan ini pertama
kalinya pasien operasi
- Pasien mengatakan setelah
operasi takut untuk bergerak
- Pasien mengatakan bingung
- Pasien mengatakan merawa
kwatir dengan akibat dari kondisi
yang di hadapi sekarang
- Pasien mengatakan mual
DO :
- Pasien tampak gelisah
- Pasien tampak tegang
13/02/2023 DS : Efek agen Gangguan
- Keluarga mengatakan pasien farmakologis mobilitas fisik
belum bisa menggerakkan kaki
karena masih efek obat bius
- Keluarga mengatakan pasien takut
untuk melakukan pergerakan
karena habis operasi
- Pasien mengatakan belum bisa
miring kanan kiri karena belum 6
jam setelah operasi
DO :
- Pasien tampak lemas
- Kekuatan otot pasien menurun
dan rentang gerak ekstermitas atas
dan bawah menurun
- Pasien tampak tidak bergerak
karena takut nyeri timbul.
- Aktivitas pasien terbatas
13/02/2023 DS : Efek prosedur Risiko infeksi
invasif
- Pasien mengatakan terdapat luka
bekas operasi di perut
- Pasien mengatakan operasi hari
pertama
DO :
- Tampak terdapat luka bekas
operasi di perut
- Tampak luka operasi pasien tidak
ada kemerahan, tidak ada nanah
- Panjang luka 10 cm
HARI 1
DS :
- Pasien mengatakan nyerinya P:
DO : nyerinya sedikit
berkurang setelah
- Pasien tampak lebih
diberi relaksasi napas
tenang dan rileks
dalam
08.50 K - Pasien mengatakan
Mengkolaborasi pemberian nyerinya berkurang
analgetik setelah diberi obat
DS : untuk mengurangi
- Pasien mengatakan nyerinya nyeri
berkurang setelah diberi obat
untuk mengurangi nyeri O:
DO : - Pasien tampak menahan
- Pasien tampak rileks nyeri
- Pasien diberikan obat ketorolak- Skala nyeri 3
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak lebih
tenang dan rileks
- Pasien diberikan obat
ketorolak
- Td: 125/90 mmHg
- N: 89 x/m
- S: 36,5°C
- Spo₂ : 98 %
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
- Mengidentifikasi skala
nyeri
- Mengidentifikasi respon
non verbal
- Mengetahui pemberian
teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi rasa
nyeri
2 14/02/20 12.00 “Terapi Relaksasi” (I.09326) S: KEL
23 O - Pasien mengatakan 25
Mengidentifikasi teknik setelah operasi masih
relaksasi yang pernah efektif takut untuk bergerak
digunakan - Pasien mengatakan
DS : merasa kwatir dengan
- Pasien mengatakan pernah akibat dari kondisi yang
menggunakan teknik tarik di hadapi sekarang
napas dalam jika mengalami - Pasien mengatakan mual
ansietas berkurang
DO : - Pasien mengatakan ia
- Pasien tanpak bisa nyaman dengan posisi
menggunakan teknik tarik kepala lebih tinggi
napas dalam - Pasien mengatakan dia
12.05 T rileks dan bisa
Gunakan relaksasi sebagai mersakan terapi
strategi penunjang dengan - Pasien mengatakan mual
analgetik atau tindakan medis berkurang dan diberikan
DS :
O:
- Pasien mengatakan
- Pasien tampak gelisah
menggunakan relaksasi
- Pasien tampak tegang
jika mengalami ansietas
- Pasien tampak bisa
DO
menggunakan teknik
- Pasien tampak bisa
tarik napas dalam
menggunakan terapi tarik
- Pasien tampak lebih
napas
tenang, gelisah sudah
12.10 E
berkurang
Anjurkan mengambil posisi
- Pasien tampak bisa
nyaman
menggunakan terapi
DS :
tarik napas
- Pasien mengatakan ia
- Pasien diatur dengan
nyaman dengan posisi
posisi kepala lebih tinggi
kepala lebih tinggi
- Pasien tampak rilek
DO :
dan bisa mengikuti
- Pasien diatur dengan
terapi yang diberikan
posisi kepala lebih tinggi
- Pasien tampak diberikan
12.15 K
obat ranitidin
Kolaborasi pemberian obat sesuai
anjuran
A:
DS :
Masalah teratasi sebagian
- Pasien mengatakan mual dan
diberikan obat mual
P:
DO : Lanjutkan Intervensi
- Pasien tampak diberikan obat - Memonitor respon
ranitidin terhadap terapi
- Gunakan relaksasi
sebagai strategi
penunjang dengan
analgetik atau tindakan
medis lain
3 14/02/ 14.00 Dukungan Mobilisasi S: KEL
2023 (I.05173) - Pasien mengatakan 25
O sudah bisa
Memonitor kondisi umum menggerakkan kaki bisa
selama melakukan mobilisasi mencoba miring kanan
DS : dan kiri
- Pasien mengatakan apabila - Pasien mengatakan
beraktivitas / bergerak akan dalam melakukan
nyeri pada perut pergerakan atau
DO : imobilisasi di bantu
- Pasien tampak tidak banyak keluarga
gerak - Pasien mengatakan
14.05 Melibatkan keluarga untuk mencoba duduk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan O:
DS : - Pasien tampak tidak
- Pasien mengatakan dalam banyak gerak
melakukan pergerakan atau - Aktivitas pasien terbatas
duduk di bantu keluarga - Pasien tampak mencoba
DO : duduk
- Pasien tampak di bantu
keluarga A:
14.10 E Masalah teratasi sebagian
Menganjurkan mobilisasi
sederhana yang harus dilakukan P:
DS : Lanjutkan Intervensi
- Pasien mengatakan Memonitor kondisi umum
mencoba untuk duduk selama melakukan
DO : mobilisasi
- Pasien tampak mencoba Memfasilitasi melakukan
duduk pergerakan
Menganjurkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan
4 13/02/20 17.00 “Pencegahan infeksi” S: KEL
23 (I.14539) - Pasien mengatakan 25
O operasi hari kedua
Memonitor tanda dan gejala - Keluarga mengatakan
infeksi lokal dan sistemik paham terkait tanda dan
DO : gejala infeksi
- Tampak terdapat luka bekas - Keluarga mengatakan
operasi di perut paham cara untuk
- Tidak ada kemerahan dan memeriksa kondisi luka
tidak ada nanah operasi
- Panjang luka operasi 10 cm - Pasien mengatakan
17.05 Mengajarkan cara memeriksa mengkonsumsi putih
kondisi luka atau luka operasi telur
DS : - Pasien mengatakan luka
- Keluarga mengatakan bekas operasi di ganti
paham cara untuk perban setiap pagi
memeriksa kondisi luka - Pasien mengatakan di
operasi berikan obat suntik
DO : antibiotik
- Keluarga pasien tampak
memperhatikan cara O:
memeriksa luka - Tampak terdapat luka
17.10 Menganjurkan meningkatkan bekas operasi di perut
asupan nutrisi - Tampak luka operasi
DS : pasien tidak ada
- Pasien mengatakan kemerahan, tidak ada
mengkonsumsi putih telur nanah
DO : - Panjang luka 10 cm
- Pasien tampak - Tampak pengujung tidak
mengkonsumsi putih telur ada
17.15 K - Keluarga pasien tampak
Mengkolaborasi pemberian obat memperhatikan cara
sesuai anjuran dokter memeriksa luka
DS : - Pasien tampak
- Pasien mengatakan luka mengkonsumsi putih
bekas operasi di ganti
perban setiap pagi telur
- Pasien mengatakan di - Pasien tampak dilakukan
berikan obat suntik medikasi setiap pagi
antibiotik - Pasien tampak di berikan
DO : obat antibiotik
- Pasien tampak dilakukan ceftriaxsone
medikasi setiap pagi
- Pasien tampak di berikan obat A :
antibiotik ceftriaxsone Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
Memonitor tanda dan gejala
infeksi lokal dan sistemik
Menganjurkan
meningkatkan asupan nutrisi
Mengkolaborasi pemberian
obat sesuai anjuran dokter
HARI KE 3
nyerinya sedikit S:
DO : T:
Pasien mengatakan nyeri
- Pasien tampak lebih
muncul terus menerus
tenang dan rileks
periode nyeri sekitar 1 menit
09.00 K
Mengkolaborasi pemberian - Pasien mengatakan
DS : berkurang setelah
O:
- Pasien tampak menahan
nyeri
- Skala nyeri 3
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak lebih
tenang dan rileks
- Pasien diberikan obat
ketorolak
- Td: 120/85 mmHg
- N: 85 x/m
- S: 36,8°C
- Spo₂ : 96 %
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
- Mengidentifikasi skala
nyeri
2 15/02/20 12.00 “Terapi Relaksasi” (I.09326) S: KEL
23 O - Pasien mengatakan 25
Mengidentifikasi teknik setelah operasi sudah
relaksasi yang pernah efektif tidak takut untuk
digunakan bergerak
DS : - Pasien mengatakan
- Pasien mengatakan pernah sudah tidak mual
menggunakan teknik tarik - Pasien mengatakan dia
napas dalam jika mengalami rileks dan bisa mersakan
ansietas terapi
DO : O:
- Pasien sudah tidak
- Pasien tanpak bisa gelisah
menggunakan teknik tarik napas - Pasien tampak lebih
dalam tenang
- Pasien tampak rilek
dan bisa mengikuti
terapi yang diberikan
A:
Masalah teratasi
P:
Hentikan Intervensi
3 15/02/ 14.00 Dukungan Mobilisasi S: KEL
2023 (I.05173) - Pasien mengatakan dalam 25
Melibatkan keluarga untuk melakukan pergerakan
DS : - Pasien mengatakan
A:
Masalah teratasi
P:
Hentikan intervensi
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pada tahapan ini akan menguraikan tentang pembahasan asuhan keperawatan
pada pasien Nn. Y umur 16 tahun, jenis kelamin perempuan dengan diagnosa post
operasi laparatomi apendiksitis yang di rawat di Ruang cempaka RSUD Wonosari,
pada tanggal 13 Februari 2023, jam 09:30 WIB.
B. Diagnosa
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan, didapatkan beberapa diagnosa
menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017) antara lain sebagai berikut:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan efek agen farmakologis
4. Risiko infeksi ditandai dengan efek prosedur invasif
C. Intervensi
Intervensi yang dapat diberikan untuk mengatasi ke empat diagnosa diatas
Menurut Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2017) yaitu :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respon non verbal
- Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Berikan teknik nonfarmaklologi untuk menguangi rasa nyeri
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
- Kolaborasi pemberian analgetik
2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
- Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
- Monitor respon terhadap terapi
- Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik atau
tindakan medis lain, jika sesuai
- Anjurkan mengambil posisi nyaman
- Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
- Kolaborasi pemberian obat sesuai anjuran dokter
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan efek agen farmakologis
- Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
- Fasilitasi melakukan pergerakan
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
pergerakan
- Anjurkan mobilisasi sederhana yang harus di lakukan
4. Risiko infeksi ditandai dengan efek prosedur invasif
- Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
- Batasi jumlah pengunjung
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
- Anjurkan meningkan asupan nutrisi
- Kolaborasi pemberian obat sesuai anjuran dokter
D. Impelemtasi
Implementasi keperawatan yang dilakukan adalah mengacu pada intervensi yang
telah ditetapkan. Dimana semua intervensi dilakukan secara menyeluruh dan
koperatif. Adapun implementasi yang dilakukan masing- masing diagnosa adalah:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik dengan implementasi :
- Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
- Mengidentifikasi skala nyeri
- Mengidentifikasi respon non verbal
- Mengidentifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Memberikan teknik nonfarmaklologi untuk menguangi rasa nyeri
- Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
- Mengkolaborasi pemberian analgetik
2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional dengan implementasi
- Mengidentifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
- Memonitor respon terhadap terapi
- Menggunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik
atau tindakan medis lain, jika sesuai
- Menganjurkan mengambil posisi nyaman
- Menganjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
- Berkolaborasi pemberian obat sesuai anjuran dokter
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan efek agen farmakologis
dengan implementasi :
- Memonitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
- Memfasilitasi melakukan pergerakan
- Melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
pergerakan
- Menganjurkan mobilisasi sederhana yang harus di lakukan
4. Risiko infeksi ditandai dengan efek prosedur invasif
- Memonitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
- Membatasi jumlah pengunjung
- Menjelaskan tanda dan gejala infeksi
- Mengajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
- Menganjurkan meningkan asupan nutrisi
- Berkolaborasi pemberian obat sesuai anjuran dokter
E. Evaluasi
Dalam melakukan evaluasi penerapan asuhan keperawatan pada Nn Y, untuk
diagnosa keperawatan nyeri akut teratasi sebagian. Untuk diagnosa keperawatan
ansietas didapatkan hasil akhir bahwa tujuan teratasi, untuk diagnosa keperawatan
gangguan mobilitas fisik tujuan teratasi dan untuk diagnosa risiko infeksi tujuan
teratasi, hal ini berarti tujuan yang telah ditetapkan oleh penulis telah dilakukan
dengan baik.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan dari Nn. Y diruang Cempaka RSUD WONOSARI. Dapat
disimpulkan bahwa :
1. Seluruh pengkajian yang dilakukan dan didapatkan hasil data yang sesuai
dengan teori yang digunakan
2. Diagnosa keperawatan yang muncul sesuai dengan pohon masalah yang
dibuat Adapun diagnose tersebut adalah
3. Intervensi yang direncanakan dibuat sesuai dengan kondisi pasien.
4. Implementasi semua intervensi yang ditetapkan telah dilakukan secara
keseluruhan.
5. Evaluasi dimana ketika diagnose adalah nyeri akut tujuan teratasi sebagian,
ansietas tujuan teratasi, gangguan mobilitas fisik tujuan teratasi dan risiko
infeksi teratasi.
B. Saran
1. Bagi profesi keperawatan
Hasil studi kasus ini dapat dijadikan refrensi dalam menetapkan intervensi
pada pasien dengan penyakit apendiksitis tetapi pada pasien umumnya.
2. Bagi rumah sakit
Hasil studi kasus ini dapat dijadikan acuan dalam menerapkan manajemen
keperawatan yang harus diimplementasikan secara komprehensif sesuai
dengan disiplin ilmu keperawatan
3. Bagi penulis
Dari hasil karya ilmiah ini dapat dijadikan upaya penulis untuk
menjadikannya acuan dan dasar dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
sehingga dapat meningkatkan kemampuan dan mengaplikasikan ilmu
pengetahuan tentang bagaimana pasien pada penyakit apendiksitis
DAFTAR PUSTAKA