Kep
NAMA NIM
Husmalyatthy A. Djae : 4050301440122063
Riskasari Rusdianto : 4050301440122086
Saruni Bahrun : 4050301440122091
Rukmana Zulkifli : 4050301440122088
Ismiyanti Sawal : 4050301440122068
Suyudi F. Wahab : 4050301440122096
Sahnia Ipa : 4050301440122090
Ismiyanti S. Sangaji : 4050301440122067
Dessy Abidin : 4050301440122055
Yustisya Maharani Salsa : 40503014401220100
Appendiks vermiformis atau yang sering disebut sebagai apendiks adalah organ
berbentuk tabung dan sempit yang mempunyai otot dan banyak mengandung jaringan
limfoid. Panjang apendiks vermiformis bervariasi dari 3-5 inci (8-13 cm). Dasarnya
melekat pada permukaan aspek posteromedial caecum, 2,5 cm dibawah junctura
iliocaecal dengan lainnya bebas. Lumennya melebar di bagian distal dan menyempit di
bagian proksimal (S. H. Sibuea, 2014).
Apendiks vermiformis terletak pada kuadran kanan bawah abdomen di region iliaca
dextra. Pangkalnya diproyeksikan ke dinding anterior abdomen pada titik sepertiga
bawah yang menghubungkan spina iliaca anterior superior dan umbilicus yang disebut
titik McBurney (Siti Hardiyanti Sibuea, 2014).
2. Fisiologi Appendisitis
Secara fisiologis, apendiks menghasilkan lendir 1 – 2 ml per hari. Lendir
normalnya dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalirkan ke sekum.
Hambatan aliran lendir di muara apendiks berperan pada patogenesis apendiks.
Immunoglobulin sekreator yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated Lympoid
Tissue) yang terdapat di sepanjang saluran pencerna termasuk apendiks ialah IgA.
Immunoglobulin tersebut sangat efektif sebagai perlindungan terhadap infeksi.
Namun demikian, pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh
karena jumlah jaringan limfa disini kecil sekali jika dibandingkan dengan
jumlahnya disaluran cerna dan diseluruh tubuh (Arifin, 2014).
C Etiologi
Appendisitis akut merupakan infeksi bakteria. Berbagai hal berperan sebagai
faktor pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan sebagai
faktor pencetus disamping hiperplasia jaringan limfe, fekalit, tumor apendiks, dan cacing
askaris dapat pula menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat
menimbulkan appendisitis 11 adalah erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E.
histolytica (Jong, 2010).
Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan rendah
serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya appendisitis. Konstipasi akan
menaikkan tekanan intrasekal, yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks
dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semuanya ini akan
mempermudah timbulnya appendisitis akut (Jong, 2010).
D Patofiologi
Appendisitis kemungkinan dimulai oleh obstruksi dari lumen yang disebabkan
oleh feses yang terlibat atau fekalit. Penjelasan ini sesuai dengan pengamatan
epidemiologi bahwa appendisitis berhubungan dengan asupan serat dalam makanan yang
rendah (Burkitt, 2007).
Pada stadium awal dari appendisitis, terlebih dahulu terjadi inflamasi mukosa.
Inflamasi ini kemudian berlanjut ke submukosa dan melibatkan lapisan muskular dan
serosa (peritoneal). Cairan eksudat fibrinopurulenta terbentuk pada permukaan serosa dan
berlanjut ke beberapa permukaan peritoneal yang bersebelahan, seperti usus atau dinding
abdomen, menyebabkan peritonitis lokal (Burkitt, 2007).
Dalam stadium ini mukosa glandular yang nekrosis terkelupas ke dalam lumen,
yang menjadi distensi dengan pus. Akhirnya, arteri yang menyuplai apendiks menjadi
bertrombosit dan apendiks yang kurang suplai darah menjadi nekrosis atau gangren.
Perforasi akan segera terjadi dan menyebar ke rongga peritoneal. Jika perforasi yang
terjadi dibungkus oleh omentum, abses lokal akan terjadi (Burkitt, 2007).
E Klasifikasi
Klasifikasi appendisitis terbagi menjadi dua yaitu, appendisitis akut dan appendisitis
kronik (Sjamsuhidajat & de jong, 2010):
a Appendisitis akut.
Appendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh radang
mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat, disertai maupun tidak
disertai rangsang peritonieum lokal. Gajala appendisitis akut talah nyeri samar-
samar dan tumpul yang merupakan nyeri viseral didaerah epigastrium disekitar
umbilikus. Keluhan ini sering disertai mual dan kadang muntah. Umumnya nafsu
makan menurun. Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah ketitik mcBurney.
Disini nyeri dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga merupakan
nyeri somatik setempat.
b Appendisitis kronik.
Diagnosis appendisitis kronis baru dapat ditegakkan jika ditemukan adanya :
riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu, radang kronik apendiks
secara makroskopik dan mikroskopik. Kriteria mikroskopik appendisitis kronik
adalah fibrosis menyeluruh dinding apendiks, sumbatan parsial atau total lumen
apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama dimukosa, dan adanya sel
inflamasi kronik. Insiden appendisitis kronik antara 1-5%.
F Manefestasi Klinik
a Nyeri kuadran kanan bawah dan biasanya demam ringan
b Mual, muntah
c Anoreksia, malaise
d Nyeri lepas lokal pada titik Mc. Burney
e Spasme otot
f Konstipasi, diare
G Penatalaksanaan medis
Menurut (Wijaya & Putri, 2013) penatalaksanaan medis pada appendisitis meliputi :
a. Sebelum operasi
1) Observasi
Dalam 8-12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala appendisitis
seringkali belum jelas, dalam keadaan ini observasi ketat perlu
dilaksanakan. Klien diminta melakukan tirah baring dan dipuasakan.
Pemeriksaan abdomen dan rektal serta pemeriksaan darah (leukosit dan
hitung jenis) diulang secara periodik, foto abdomen dan toraks tegak
dilakukan untuk mencari kemungkinan adanya penyulit lain. Pada
kebanyakan kasus, diagnosis ditegakkan dengan lokalisasi nyeri di daerah
kanan bawah dalam 12 jam setelah timbulnya keluhan.
b. Operasi
Tindakan operasi yang dapat dilakukan adalah apendiktomi. Apendiktomi
adalah suatu tindakan pembedahan dengan cara membuang apendiks
(Wiwik Sofiah, 2017). Indikasi dilakukannya 16 operasi apendiktomi yaitu
bila diagnosa appendisitis telah ditegakkan berdasarkan gejala klinis. Pada
keadaan yang meragukan diperlukan pemeriksan penunjang USG atau CT
scan. Apendiktomi dapat dilakukan dibawah anastesi umum atau spinal
dengan insisi pada abdomen bawah. Anastesi diberikan untuk memblokir
sensasi rasa sakit. Efek dari anastesi yang sering terjadi pada klien post
operasi adalah termanipulasinya organ abdomen sehingga terjadi distensi
abdomen dan menurunnya peristaltik usus. Hal ini mengakibatkan belum
munculnya peristaltik usus (Mulya, 2015) .
H Komplikasi
Komplikasi terjadi akibat keterlambatan penanganan appendisitis.Adapun jenis
komplikasi menurut (Sulekale, 2016) adalah :
a. Abses
Abses merupakan peradangan apendiks yang berisi pus. Teraba massa lunak di
kuadran kanan bawah atau daerah pelvis. Massa ini mulamula berupa flegmon dan
berkembang menjadi rongga yang mengandung pus. Hal ini terjadi apabila appendisitis
gangren atau mikroperforasi ditutupi oleh omentum. Operasi appendektomi untuk kondisi
abses apendiks dapat dilakukan secara dini (appendektomi dini) maupun tertunda
(appendektomi interval).
Appendektomi dini merupakan appendektomi yang dilakukan segera atau
beberapa hari setelah kedatangan klien di rumah sakit. Sedangkan appendektomi interval
merupakan appendektomi yang dilakukan setelah terapi konservatif awal, berupa
pemberian antibiotika intravena selama beberapa minggu.
b. Perforasi
Perforasi adalah pecahnya apendiks yang berisi pus sehingga bakteri menyebar ke
rongga perut. Perforasi jarang terjadi dalam 12 jam pertama sejak awal sakit, tetapi
meningkat tajam sesudah 24 jam.Perforasi dapat diketahui praoperatif pada 70% kasus
dengan gambaran klinis yang timbul lebih dari 36 jam sejak sakit, panas lebih dari 38,5°
C, tampak toksik, nyeri tekan seluruh perut, dan leukositosis terutama
Polymorphonuclear (PMN). Perforasi baik berupa perforasi bebas maupun
mikroperforasi dapat menyebabkan terjadinya peritonitis. Perforasi memerlukan
pertolongan medis segera untuk membatasi pergerakan lebih lanjut atau kebocoran dari
isi lambung ke rongga perut. Mengatasi peritonitis dapat dilakukan oprasi untuk
memperbaiki perforasi, mengatasi sumber infeksi, atau dalam beberapa kasus
mengangkat bagian dari organ yang terpengaruh .
c. Peritonitis
Peritonitis adalah peradangan pada peritoneum. Bila infeksi tersebar luas pada
permukaan peritoneum dapat menyebabkan timbulnya peritonitis umum. Aktivitas
peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik, usus meregang, dan hilangnya cairan
elektrolit mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi, dan oliguria. Peritonitis
disertai rasa sakit perut yang semakin hebat, muntah, nyeri abdomen, demam, dan
leukositosis. Penderita peritonitis akan disarankan untuk menjalani rawat inap di rumah
sakit. Beberapa penanganan bagi penderita peritonitis adalah :
1) Pemberian obat-obatan.
Penderita akan diberikan antibiotik suntik atau obat antijamur bila dicurigai
penyebabnya adalah infeksi jamur, untuk mengobati serta mencegah infeksi
menyebar ke seluruh tubuh. Jangka waktu pengobatan akan disesuaikan dengan
tingkat keparahan yang dialami klien.
2) Pembedahan.
Tindakan pembedahan dilakukan untuk membuang jaringan yang terinfeksi atau
menutup robekan yang terjadi pada organ dalam.
KASUS
Seorang pasien atas nama Nn.H di rawat di ruang cempaka dengan diagnose medis
Appendiksitis dengan post operasi appendiktomi. Pasien saat di lakukan pengkajian mengeluh
nyeri perut kuadran bawah pada luka operasi appendiktomi rasanya seperti di sayaat pada
bagian perut kuadraan bawah dengan skala nyeri 6. Hasil pengkajian di peroleh: pasien
terlihat menahan nyeri dan pucat, TTV: TD: 120/90 mmHg, N: 90xi, RR: 20x/I, S: 380c. luka
operasi yang mash ditutup perban, kedaan luka tampak sedikit basah, Leokosit: 10.00 mcL
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NN.H DENGAN DIAGNOSA MEDIS APPENDIKSITIS
A. Pengkajian
Tanggal Masuk RS : 26/09/2023 Jam Masuk RS : 07.00 WIT
1. Identitas
a. Identitas Klien
Inisial :H
Umur : 17thn
Suku/Bangsa : Bugis
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan :-
Alamat : Toboko
b. Identitas Penanggung Jawab
Inisial :R
Umur : 36thn
Suku/Bangsa : Bugis
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
Alamat : Toboko
Hubungan dg Klien: ibu klien
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Keluhan Utama :
Nh.H(17 Tahun) mengeluh nyeri perut kuadran bawah,pada luka appendiktomi rasana
seperti di sayat pada bagian perut kuadran bawahoo
3) Karakteristik Keluhan Utama (PQRST)
P (Provocative) : Klien mengatakan nyeri kuadran bawah pada luka oprasi
Q (Quality) : klien mengatakan rasanya seperti di sayat
R (Regio) : pada bagian perut kuadran bawah
S (Scale) : skala nyeri 6 (sedang)
T (Time : hilang timbul
3) Genogram 3 generasi:
Keterangan:
4) Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan (Apa yang biasa dilakukan klien saat sakit:
diet, latihan dan olah raga, pengobatan, terapi pada pelayanan kesehatan atau
mengatasi dengan membeli obat dari warung)
5) Faktor risiko yang berhubungan dengan kesehatan (kebiasaan/gaya hidup, status sosial-
ekonomi)
Porsi makan :
Jenis minuman :
Makanan pantangan :
c.
Pola Eliminasi
1) Eliminasi Uri
Kebiasaan
Frekuensi :
Jumlah :
Warna :
Bau :
Nyeri :
Nocturia :
Keluhan lain :
2) Eliminasi Alvi
Kebiasaan
Frekuensi :
Jumlah :
Warna :
Konsistensi :
Nyeri :
Keluhan lain :
d. Pola Aktivitas-Latihan
1) Kebiasaan
a) Jenis aktivitas yang dilakukan sehari-hari
b) Olahraga
Jenis olahraga :
Frekuensi :
Durasi :
Intensitas :
Gati pakain dalam : ……….. kali sehari, tiap kali madi / basah / kotor
Lamanya tidur : ………………, jam sehari (total tidur siang dan malam)
Ritual tidur untuk membantu tidur: Dzikir / Nonton TV / Dengan musik / Membaca)
f. Pola Persepsi-Kognitif
1) Kebiasaan
a) Gambaran tentang indera khusus: Penglihat :
Pendengar :
Perasa :
Peraba :
Pencium :
b) Apakah klien menggunakan alat bantu? (kacamata, alat bantu dengan, dsb)
Ya Tidak Jika ya, jelaskan:
2) Gambaran diri (segala sesuatu yang berhubungan dengan tubuh, yang disukai atau tidak
disukai)
5) Ideal diri (keinginan dan cita-cita, ekspresi klien terhadap penyakitnya, persepsi klien
terhadap penyakitnya)
h. Pola Hubungan-peran
1) Gambaran tentang peran berkaitan dengan keluarga, teman, rekan kerja
2) Perubahan :
a) Stressor yang dialami baru-baru ini: ada tidak, Jika ada, jelaskan:
k. Pola Keyakinan-Nilai
1) Latar belakang budaya/etnis:
2) Status ekonomi atau perilaku kesehatan yang berkaitan dengan kelompok budaya atau
etnik (misal: pantang makan daging, tidak menerima donor dari etnis lain, dll)
3) Apa yang penting bagi klien dan keluarga? (Misal: kehidupan setelah kematian)
4) Pentingnya agama/spiritualitas bagi klien dan keluarga (Misal: klien merasa tertekan jika
harus melanggar aturan dalam agamanya walaupun dikarenakan pengobatan)
Jenis pernapasan :
Irama pernapasan :
Pengembangan dada :
Lainnya :
3) Palpasi
Taktil Fremitus :
4) Perkusi : sonor
5) Auskultasi : ronchi(-)
Ictus cordis :
5) Perkusi
Batas-Batas Jantung : Atas : Kanan:
Kiri :
Bawah :
6) Auskultasi
Suara jantung :
Bentuk kepala :
Pupil :
I. Olfaktorius : II.
Optikus :
III. Okulomotorius : IV.
Troklearis : V.
Trigeminus : VI.
Abdusens : VII.
Fasialis :
VIII. Vestibulokoklearis :
IX. Glosofaringeal :
X. Vagus :
XI. Aksesorius :
XII. Hipoglosus :
8) Sensori : ada gangguan / tidak, jika ada, jelaskan:
Penglihatan :
Pendengaran :
Penciuman :
Pengecapan :
Perabaan :
9) Motorik Tes romberg :
10) Refleks
Refleks Fisiologis
a. Biseps :
b. Triceps :
c. Patella :
d. Plantar :
Refleks patologis
a. Babinsky :
b. Lainnya :
d. Sistem Perkemihan (B.4 : Bladder)
1) Keluhan :
2) Inspeksi
Distensi kandung kemih : Ya Tidak
3) Palpasi
Distensi kandung kemih : Ya Tidak
Nyeri tekan : Ya Tidak
4) Balance Cairan
Gusi :
Gigi :
Lidah :
Tonsil :
Abdomen : terdapat luka post operasi
appendiktomi di perut kuadran kanan
bawah
3) Auskultasi
Bising usus :
4) Palpasi
Nyeri tekan :
Massa :
Pembesaran organ :
5) Perkusi :
f. Sistem Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone)
1) Keluhan :
2) Inspeksi
Pergerakan sendi : bebas / terbatas, jika terbatas, sebutkan alasannya:
Kekuatan otot :
Edema ekstremitas :
3) Palpasi
Akral : Turgor :
g. Sistem Endokrin
1) Keluhan :
2) Inspeksi: Tanda disfungsi sistem endokrin ada tidak, jika ada sebutkan:
3) Palpasi
5. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal Pemeriksaan :
27/09/2023
Jenis Pemeriksaan: Leukosit
N Ukuran Hasil Satuan Nilai Normal
o
1. Leukosit 10.000 mcL 3.500-9.000
b. Perawatan
B. Klasifikasi Data
Data Subyektif :
-klien mengatakan rasanya seperti di sayat pada bagian perut kuadran bawah
-skala nyeri 6
Data Obyektif :
-TTV:TD:120/90 mmHg,RR:20x/menit,S:380C
-leukosit:10.000 mcL
C. Analisa Data
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
1. DS: Agen pencedera fisik Nyeri akut
(prosedur operasi)
-klien mengeluh nyeri perut
kuadran bawah pada luka operasi
-skala nyeri 6
DO:
DO:
-leukosit:10.000 mcL
DS:
-pada luka operasi appendiktomi rasanya seperti disayat pada bagian perut kuadran bawah
DO:
2. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasive (post operasi) di tandai dengan:
DS:
DO:
-leukosit:10.000 mcL
E. Nursing Care Plan
Inisial klien :H Ruang Rawat : Cempaka
Umur : 17Thn Diagnosis Medis : Appendiksitis
Nomor RM :110423
pemilihan
strategi 5. Riska
meredakan pengeta Jam 11.15
nyeri huan 5. jelaskan tujuan
pasien dan prosedur
Edukasi teknik
tentang
1. jelaskan nyeri nonfarmakologis
penyebab, akan relaksasi napas
periode, mengur dalam
dan pemicu angi Hasil : klien dan
nyeri ketegan keluarga belum
gan mengetahui
2. jelaskan pasien tujuan teknik
stretegi relaksasi napas
meredakan 6. dalam
nyeri teknik Paraf
relaksas
3. anjurkan
memonitor
i dapat &
mengur
nyeri angi Riska
secara ketegan Jam 11.20
mandiri gan otot 6. mengajarkan
dan teknik relaksasi
Kolaborasi
nyeri napas dalam
1. pasien a. anjurkan rileks
kolaborasi dan tenang
pemberian 7. b. menarik napas
analgetik pemberi dalam dari
an hidung dan
analgesi mengisi paru
k dapat paru dengan
memba udara melalui
ntu hitungan 1,2,3
enguran c. perlahan lahan
gi nyeri udara di
pasien hembuskan
melalui mulut
sambil merasakan
ekstrimitas atas
dan bawah rileks
d. anjurkan
bernapas dengan
irama normal 3
kali
e. menarik napas
lagi melalui
hidung dan
menghembuskan
melalui mulut
secara perlahan
lahan
f. membiarkan
telapak tangan
dan kaki rileks
g. usahakan agar
tetap konsentrasi
h. anjurkan untuk
mengulangi
prosedur hingga
nyeri terasa
berkurang
hasil : klien
mampu
mengikuti teknik
relaksasi napas
dalam untuk
meredahkan
nyeri
Paraf
&
Riska
jam 11.35
7.
mengkolaborasik
an pemberian
analgetik
Hasil : terapi infus
ringer laktat 20
tetes/menit,
ketorolac 1
gr/iv/8 jam
Paraf
&
Riska
Kamis, 28 Kamis,28
september 2023 september
Jam 14.00 2023
1. Jam 20.30
S:
mengidentifikasi
1. klien
lokasi nyeri
mengatakan
Hasil : klien nyeri perut
mengatakan kuadran
nyeri perut bawah pada
kuadran bawah luka operasi
pada luka operasi berkurang
bekurang 2. pada luka
Paraf operasi
rasanya
& seperti di
sayat pada
Riska bagian perut
Jam 14.05 bagian
2. bawah
mengidentifikasi sudah mulai
berkurang
karateristik nyeri
O:
Hasi : kilen
1. klien
mengatakan terlihat
rasanya seperti di sudah tidak
sayat pada bagian menahan
perut kuadran nyeri dan
bagian bawah pucat
berkurang 2. TTV:
Paraf TD: 120/90
mmHg
& N:
90x/menit
Riska RR:
Jam 14.10 20X/menit
0
3. S: 38 C
mengidentifikasi A: masalah
durasi nyeri teratasi
sebagian
Hasil : klien
P: Intervensi
mengatakan nyeri
1,2,3,4,5,8di
sudah mulai lanjutkan
membaik
Paraf Paraf
& &
Riska Riska
Jam 14.15
4.
mengidentifikasi
skala nyeri
Hasil : skala nyeri
4(sedang)
Paraf
&
Riska
Jam 14.16
5. jelaskan tujuan
dan prosedur
teknik
nonfarmakologis
relaksasi napas
dalam
Hasil : klien dan
keluarga masih
memerlukan
bantuan perawat
untuk
menjelaskan
ulang tujuan
teknik relaksasi
napas dalam
Paraf
&
Riska
Jam 14.17
6. mengajarkan
teknik relaksasi
napas dalam
a. anjurkan rileks
dan tenang
b. menarik napas
dalam dari
hidung dan
mengisi paru
paru dengan
udara melalui
hitungan 1,2,3
c. perlahan lahan
udara di
hembuskan
melalui mulut
sambil merasakan
ekstrimitas atas
dan bawah rileks
d. anjurkan
bernapas dengan
irama normal 3
kali
e. menarik napas
lagi melalui
hidung dan
menghembuskan
melalui mulut
secara perlahan
lahan
f. membiarkan
telapak tangan
dan kaki rileks
g. usahakan agar
tetap konsentrasi
h. anjurkan untuk
mengulangi
prosedur hingga
nyeri terasa
berkurang
hasil : klien
mampu megikuti
arahan perawat
Paraf
&
Riska
jam 14.25
7. menilai
kemampuan
menggunakan
teknik
nonfarmakologis
Hasil : jika nyeri
tiba klien sudah
dapat
memfokuskan
teknik relaksasi
napas dalam
untuk
meredahkan
nyeri
Paraf
&
Riska
14.30
8.
menkolaborasika
n pemberian
analgetik
Hasil : terapi infus
RL 20 tetes/menit
, ketorolac 1
gr/IV/8 jam
Paraf
&
Riska
Jumat, 29 Jumat,29
september 2023 september
Jam 08.00 2023
1. Jam 14.00
S:
mengidentifikasi
1. klien
lokasi nyeri
mengatakan
Hasil : klien tidak lagi
mengatakan tidak merasakan
lagi merasakan nyeri pada
nyeri pada perut perut
kuadran
kuadran bawah
bawah pada
pada luka operasi
luka operasi
Paraf
2. klien
& mengatakan
tidak lagi
merasakan
Riska
nyeri seperti
Jam 08.05
sayat
2. O:
mengidentifikasi 1. klien
karateristik nyeri sudah tidak
Hasi : kilen terlihat nyeri
mengatakan tidak dan pucat
lagi merasakan 2. skala
nyeri seperti di nyeri 2
sayat 3. TTV :
TD:
Paraf
120/80mmh
& g
N: 90/menit
Riska RR:
20x/menit
Jam 08.10 0
S: 37 C
3.
A:
mengidentifikasi
Masalah
durasi nyeri teratasi
Hasil : klien P:
mengatakan nyeri Intervensi
sudah mulai 1,2,3,4,5,8
membaik dihentikan
Paraf
&
Paraf
&
Riska
Jam 08.15
4.
Riska
mengidentifikasi
skala nyeri
Hasil : skala nyeri
2
Paraf
&
Riska
Jam 08.16
5. jelaskan tujuan
dan prosedur
teknik
nonfarmakologis
relaksasi napas
dalam
Hasil : klien dan
keluarga sudah
mulai melakukan
teknik relaksasi
napas dalam
secara mandiri
Paraf
&
Riska
Jam 08.25
8.
menkolaborasika
n pemberian
analgetik
Hasil : terapi infus
RL 20 tetes/menit
, ketorolac 1
gr/IV/8 jam
Paraf
&
Riska
2 Risiko Setelah Pencegaha 1. Rabu, 27 Rabu, 27
infeksi dilakuka n infeksi mendap september 2023 september
berhubun tindakan (I.14539) atkan Jam 14.00 2023
gan hasil 1.Monitor tanda Jam 20.30
Keperawat Observasi S:
dengan pengkaji dan gejala
an selama 1. Pasien
efek 1. Monitor an yang infeksi local dan
1x24 jam mengatakan
prosedur tanda dan tepat sistemik. tidak ada
diharapkan
invasive gejala untuk Hasil : Pasien demam,
tingkat
(post infeksi local menget mengatakan dan
infeksi
operasi) menurun dan ahui tidak ada demam, tidak gatal di
sistemik. tindaka dan sekitar
(D.0142) (L.14137) daerah luka
n apa tidak ada gatal di
dengan Terapeutik 2. Pasien
di tandai yang sekitar
dan keluarga
dengan: kriteria 1. Batasi dilakuka daerah luka
pasien juga
hasil: jumlah n Paraf
DS: tidak ingin
-klien
1.
pengunjun
g
2.untuk & dijenguk
bangak
Kebersihan menceg
mengeluh orang
tangan 2. Berikan ah Riska
nyeri 3. Pasien
meningkat. perawatan terjadin
perut dan keluarga
kulit pada ya iritasi Jam 14.05
pasien
kuadran 2. pada 2.Batasi jumlah
area paham dan
bawah Kebersihan daerah pengunjung
edema. bisa
pada luka luka Hasil: Pasien dan melakukan
badan
operasi 3. Cuci operasi keluarga cuci tangan6
meningkat. tangan maka pasien juga tidak langkah
DO:
sebelum perlu ingin dengan baik
3. Demam, dan dan benar
-luka diberika dijenguk bangak
operasi kemerahan sesudah orang O:
n
yang kontak 1. Suhu :
, perawat Paraf
dengan 36,5:C
&
masih an kulit
nyeri, 2. Tidak
ditutup pasien dan
tampak
perban lingkungan 3.menc
bengkak tanda
pasien egah Riska
-keadaan dan gejala
menurun. kontami
4. infeksi lokal
luka nasi Jam 14.10
4. Kadar sel dan sistemik
tampak Pertahanka silang/ 3.Berikan
seperti
sedikit n teknik menuru perawatan kulit
darah putih kemerahan
basah aseptic nkan pada area edema. pada sekitar
meningkat pada risiko Hasil: pasien luka operasi,
- klien infeksi mengatakan dan
leukosit:1 beresiko nyaman setelah juga tidak
0.000 tinggi. 4. merasa
diberikan
mcL menceg demam
Edukasi: perawatan pada
ah O:
daerah luka 0
terjadin Suhu:36,5 C
1. Jelaskan oprasi
ya 1. Pasien
tanda dan Paraf
terlihat lebih
perpind
&
gejala nyaman
infeksi. ahan
2. Pasien
bakteri dan keluarga
2. Ajarkan dari Riska
terlihat
cara tangan sudah bisa
mencuci ketiks Jam 14.20 mencuci
tangan terjadi 4.Cuci tangan tangan
dengan sebelum dan
benar. kontak sesudah kontak dengan
dengan dengan 6 langkah
3. anjurkan dengan baik
luka pasien dan
peningkata dan benar
operasi lingkungan
n nutrisi 3.Leukosit:
pasien.
5. 9.000 mcL
Hasil: pasien dan
doronga A:
keluarga paham Masalah
n
dan bias teratasi
peningk
melakukan cuci P:
atan
tangan 6 langkah Intervensi
asupan
dengan mandiri 1,2,3,4,5,6,7
nutrisi dihentikan
Paraf
yang
tinggi &
protein Paraf
&
untuk Riska
mening
katkan Jam 14.30
5. Jelaskan tanda Riska
pemben
tukan dan gejala
antibodi infeksi.
dan Hasil: pasien dan
vitamin keluarga sudah
untuk memahami tanda
menor dan gejala infeksi
malkan Paraf
sel
darah &
putih
Riska
yang Jam 14.35
mening 6. ajarkan cara
kat. memeriksa
kondisi luka atau
luka operasi
Hasil : klien dan
keluarga sudah
memahami cara
memeriksa
kondisi luka
operasi dengan
baik dan benar
Paraf
&
Riska
Jam 14.40
7. anjurkan
peningkatan
nutrisi
Hasil:setelah
pasien
mengomsumsi
makanan tinggi
vitamin mampu
menormalkan sel
darah putih
Paraf
&
Riska
F. Catatan Perkembangan
Inisial klien :H Ruang Rawat :
Umur : 17thn Diagnosis Medis : Appendiskitis
Nomor RM : 110423
A. Pengkajian
Tanggal dan Waktu Masuk RS dan Pengkajian, Diagnosis medis, nomor rekam medis Tuliskan
sesuai permintaan format.
1. Identitas
Tuliskan inisial nama klien dan data demografi lain sesuai permintaan format.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang 1)
Keluhan utama
Contoh:
Klien mengatakan nyerinya bertambah jika klien berada dalam posisi duduk atau perut
bawahnya tertekan. Klien mengatakan nyerinya berkurang jika klien menarik napas
panjang dan meluruskan kaki.
Contoh:
Genogram digambarkan dalam tiga generasi, klien sebagai generasi ke tiga. Jika klien sudah
memiliki anak, tuliskan dalam empat generasi. Berikan kode untuk orang-orang yang tinggal
serumah dengan klien. Genogram diisi hanya jika ada anggota keluarga yang menderita
penyakit keturunan atau penyakit menular Contoh genogram:
3. Pola Fungsional
Tuliskan data-data sesuai dengan permintaan format. Data riwayat dituliskan dalam bentuk data
subyektif.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem pernapasan
1) Keluhan
Tuliskan keluhan klien sistem pernapasan dalam data subyektif (Batuk, Sesak, Nyeri
waktu bernapas)
2) Inspeksi
a) Bentuk dada
Nyeri tekan : ada / tidak ( jika ada kemungkinan fraktur iga atau lainnya)
4) Perkusi
Sonor (normal), Hipersonor (empisema), Pekak (tumor, efusi pleura, empiema)
(1) Ronchi kering : suatu bunyi tambahan yang terdengar kontinyu terutama waktu
ekspirasi disertai adanya mucus/secret pada bronkus. Ada yang high pitch
(menciut) misalnya pada asma dan low pitch oleh karena secret yang meningkat
pada bronkus yang besar yang dapat juga terdengar waktu inspirasi.
(2) Ronchi basah (krepitasi) : bunyi tambahan yang terdengar tidak kontinyu pada
waktu inspirasi seperti bunyi ranting kering yang terbakar, disebabkan oleh
secret di dalam alveoli atau bronkiolus. Ronki basah dapat halus, sedang, dan
kasar. Ronki halus dan sedang dapat disebabkan cairan di alveoli misalnya pada
pneumonia dan edema paru, sedangkan ronki kasar misalnya pada
bronkiekstatis.
b) Wheezing
Bunyi seperti bersiul, kontinu, yang durasinya lebih lama dari krekels. Terdengar
selama : inspirasi dan ekspirasi, secara klinis lebih jelas pada saat ekspirasi.
c) Krakles
Bunyi yang berlainan, non kontinu akibat penundaan pembukaan kembali jalan
napas yang menutup. Terdengar selama inspirasi. Jenisnya:
e) Krekels kasar
Terdengar selama ekspirasi. Karakter suara parau, basah, lemah, kasar, suara
gesekan terpotong. Mungkin akan berubah ketika klien batuk.
b. Sistem kardiovaskuler
1) Keluhan
Tuliskan keluhan yang berhubungan dengan sistem kardiovaskuler dalam bentuk data
subyektif (nyeri dada, pusing, nyeri kepala, kram kaki, demam, lemas, haus)
3) Inspeksi
a) Bekas luka operasi : Ada/ tidak
b) Ictus cordis : Tampak jelas / tidak, lokasi: ICS 4-5/bergeser
(Ictus cordis adalah denyutan dinding thorax karena pukulan ventrikel kiri pada
dinding thorax. Bila normal akan berada di ICS (Intercosta spatium)-5 pada linea
medioclavikularis kiri selebar 1 cm saja. Inspeksi ictus cordis sulit didapat pada
pasien-pasien yang gemuk, berotot besar atau kelenjar mammaeyang besar.)
c) Konjungtiva
(1) Pinguekula adalah bercak putih kekuningan, terdiri atas jaringan ikat, berjalan
pada kedua sisi kornea. Biasanya akibat hiperlipidemia.
(2) Flikten adalah nodul kecil, banyak satu atau lebih, warna abu-abu agak kuning,
pada beberapa bagian konjungtiva dan kornea.
(3) Bercak Bitot adalah bercak segitiga pada kedua sisi kornea, warna pucat keabu-
abuan, berisi epitel yang kasar dan kering kadang-kadang juga mikroorganisme.
Didapatkan pada avitaminosis A.
(4) Radang biasanya ditandai dengan adanya warna merah, mengeluarkan air mata
dan kadang-kadang secret mukopurulen.
(5) Anemia adalah warna pucat, kadang-kadang amat pucat pada anemia berat.
d) Sklera mata : tidak icterus/Icterus /perdarahan
e) Tekanan Vena Jugularis : Terdapat peningkatan/ tidak
(Tekanan Vena Jugularis adalah gambaran tekanan pada atrium dekstra dan tekanan
diastolic pada ventrikel dekstra, pulsasinya dapat menyatakan abnormalitas
konduksi dan fungsi katup trikuspidalis)
f) Oedema : Ada/tidak
g) Capilarry refill time (CRT): normalnya <2 detik
4) Palpasi
Tuliskan hasil palpasi ictus cordis:
a) Letak: pada orang dewasa normal IC ada pada ICS V di sebelah medial linea
midklavikularis sinistra. Jika bergeser, kemungkinan terjadi kardiomegali.
b) Kekuatan: jika tidak kuat, kemungkinan jantung terkompensasi; jika kuat angkat,
kemungkinan gizi kurang atau kardiomegali
5) Perkusi
Pekak pada daerah jantung/melebar/menyempit Batas-Batas
Jantung : Atas : ICS II
Hasil perkusi batas-batas jantung kesan tidak melebar (jantung terkompensasi), kesan
melebar (kardiomegali)
6) Auskultasi
Normal : Bunyi jantung I dan II reguler
c. Sistem Persarafan
1) Keluhan
Tuliskan keluhan yang berhubungan dengan sistem persyarafan dalam bentuk data
subyektif (nyeri kepala, pusing, nyeri, kelemahan anggota tubuh, kelumpuhan, baal,
gangguan sensori)
2) Tingkat Kesadaran
a) Composmentis, yaitu kondisi seseorang yang sadar sepenuhnya, baik terhadap
dirinya maupun terhadap lingkungannya dan dapat menjawab pertanyaan yang
ditanyakan pemeriksa dengan baik.
b) Apatis, yaitu kondisi seseorang yang tampak segan dan acuh tak acuh terhadap
lingkungannya.
c) Delirium, yaitu kondisi seseorang yang mengalami kekacauan gerakan, siklus tidur
bangun yang terganggu dan tampak gaduh gelisah, kacau, disorientasi serta
meronta-ronta.
d) Somnolen yaitu kondisi seseorang yang mengantuk namun masih dapat sadar bila
dirangsang, tetapi bila rangsang berhenti akan tertidur kembali.
e) Sopor, yaitu kondisi seseorang yang mengantuk yang dalam, namun masih dapat
dibangunkan dengan rangsang yang kuat, misalnya rangsang nyeri, tetapi tidak
terbangun sempurna dan tidak dapat menjawab pertanyaan dengan baik.
f) Semi-coma yaitu penurunan kesadaran yang tidak memberikan respons terhadap
pertanyaan, tidak dapat dibangunkan sama sekali, respons terhadap rangsang nyeri
hanya sedikit, tetapi refleks kornea dan pupil masih baik.
g) Coma, yaitu penurunan kesadaran yang sangat dalam, memberikan respons
terhadap pertanyaan, tidak ada gerakan, dan tidak ada respons terhadap rangsang
nyeri.
3) GCS (Glasgow’s Coma Scale)
GCS dihitung dengan menggunakan penghitungan skor seperti dalam tabel. Hasil
penilaian dijumlahkan. Normalnya, GCS 15
Tidak bersuara 1
Extensi spontan 2
Tingkat kesadaran berdasarkan skala nilai dari skor yang didapat dari penilaian GCS
pasien :
4) Inspeksi
a) Bentuk kepala
Brachycephal (bulat), mesocephal (medium), dolichocephal (lonjong)
6) kelumpuhan
Diisi sesuai format, ada atau tidak. Jika ada, tuliskan bagian tubuh yang mengalami
kelumpuhan.
b) II (Optikus)
Normalnya kemampuan penglihatan klien 20/20 atau tidak ada gangguan pada
fungsi penglihatan.
d) V (Trigeminus)
Normalnya refleks kornea positif, tidak terdapat gangguan sensori dan motorik
wajah.
e) VII (Fasialis)
Normalnya tidak ada gangguan pada fungsi sensorik lidah bagian anterior, kontrol
ekspresi wajah, lakrimasi, dan salivasi.
f) VIII (Vestibulokoklearis)
Normalnya tidak ada gangguan fungsi pendengaran dan keseimbangan
g) IX (Glosofaringeal)
Normalnya tidak ada gangguan pada fungsi sensori lidah posterior
h) X (Vagus)
Normalnya tidak ada gangguan pergerakan ovula dan refleks menelan
i) XI (Aksesorius)
Normalnya tidak ada gangguan fungsi otot Sternocledomastodeus dan trapezius j)
XII (Hipoglosus)
8) Sensori
Normalnya tidak ada gangguan sensori
9) Motorik
Tes romberg normalnya negatif (tidak ada gangguan)
10) Refleks
Refleks Fisiologis normalnya positif
Refleks patologis normalnya negatif
d. Sistem Perkemihan (B.4 : Bladder)
1) Keluhan: Tuliskan keluhan yang berhubungan dengan sistem perkemihan dalam bentuk
data subyektif (tidak bisa berkemih, anyang-anyangan, urin menetes, tidak mampu
mengontrol BAK)
2) Inspeksi, Palpasi, Balance cairan
Isi atau beri tanda pada kolom yang tersedia sesuai kondisi klien
Gigi : karies, posisi, jarak, gigi rahang atas dan bawah, ukuran, warna, lesi, atau adanya
tumor
Kekuatan otot
5 2
5 2
Edema ekstremitas : jika ada edema, tuliskan “+”, jika tidak ada tuliskan “–“ dengan
menggunakan format seperti pada kekuatan otot.
Contoh:
Klien mengalami edema pada kedua tungkai, maka didokumentasikan:
- -
+ +
Kelainan ekstremitas : kelainan bentuk, ukuran, warna.
3) Palpasi
g. Sistem Endokrin
1) Keluhan: tuliskan keluhan yang berhubungan dengan sistem endokrin dalam bentuk
data subyektif (polidipsi, polifagi, poliuri, kelemahan, tremor, sering berkeringat,
penurunan libido, demam)
2) Inspeksi : Tanda disfungsi sistem endokrin (kelemahan, bentuk dan proporsi tubuh,
edema periorbita, exopthalmus, ekspresi wajah (datar atau tumpul), kelainan bentuk
dan penebalan lidah, tremor, pembesaran kelenjar tiroid, peningkatan vena jugularis,
hiperpigmentasi atau hipopigmentasi pada leher, infeksi jamur,
penumbuhan luka yang lama, bersisik dan petechiae, Bufflow neck, dll) 3)
Palpasi : Beri tanda pada pilihan ya atau tidak.
7. Pemeriksaan Penunjang
Tuliskan hasil pemeriksaan penunjang yang terdiri atas: tanggal pemeriksaan, jenis pemeriksaan,
hasil pemeriksaan, nilai normal, dan hasil bacaan.
Contoh:
Cefadroxil 500 mg/8 jam/IV Atau Cefadroxil 3 x 500 mg/IV
b. Perawatan
Tuliskan jenis tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien.
Contoh: Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam, tirah baring, alih baring setiap 2 jam.
B. Klasifikasi Data
Tuliskan data sesuai pada kelompok sesuai jenis data (subyektif dan obyektif).
Data-data yang dituliskan pada klasifikasi data adalah data-data yang bermasalah atau yang
merupakan batasan karakteristik dari masalah keperawatan yang ditegakkan.
Jangan menuliskan data normal yang tidak berhubungan dengan masalah keperawatan dan
terapi (misalnya terpasang infus, terpasang oksigen).
Contoh:
Data Subyektif Data Obyektif
1. Klien mengeluh sesak napas 1. Frekuensi pernapasan 30/menit
2. Klien mengeluh lemas 2. Jenis pernapasan kusmaul
3. Klien mengatakan sesak napasnya 3. Terdapat penggunaan otot
bertambah parah jika digunakan untuk bantu pernapasan
beraktivitas 4. Terdapat pernapasan cuping hidung
C. Analisa Data
Kelompokkan data dari klasifikasi data sesuai dengan pola yang teridentifikasi bermasalah.
Misalnya kolom pertama berisi data yang berhubungan dengan pola eliminasi saja, kolom kedua
berisi data yang berhubungan dengan pola nutrisi saja, dst.
Kolom data dapat diisi dengan data subyektif saja, data obyektif saja, maupun data subyektif
dan obyektif sesuai dengan batasan karakteristik masalah keperawatan yang ditegakkan.
Ketentuan pengisian sesuai jenis masalah keperawatan:
1. Jenis masalah problem focused
a. Tuliskan masalah keperawatan pada kolom masalah
b. Tuliskan faktor yang berhubungan pada kolom etiologi
c. Tuliskan data dukung yang sesuai dengan batasan karakteristik masalah pada kolom
data. Jangan tuliskan data yang tidak berhubungan dengan masalah atau pola yang
teridentifikasi bermasalah. Contoh:
N DATA ETIOLOGI PROBLEM
O
1 Data Subyektif: Hiperventilas Pola napas
1. Klien mengeluh sesak napas i tidak efektif
Data Obyektif:
1. Frekuensi pernapasan 30 kali/menit
2. Terdapat penggunaan otot bantu
pernapasan
3. Terdapat pernapasan cuping hidung
2. Jenis masalah risiko
a. Tuliskan masalah keperawatan pada kolom masalah
b. Kosongkan kolom etiologi, beri tanda ‘―’ pada kolom tersebut untuk mencegah
pengisian oleh pihak lain yang tidak bertanggung jawab.
c. Tuliskan data dukung yang sesuai dengan faktor masalah pada kolom data. Contoh:
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
Contoh:
1. Pola napas tidak efektif b.d. hiperventilasi yang ditandai oleh:
Data subyektif:
- Klien mengatakan dua hari yang lalu pernah terjatuh karena kepalanya terasa pusing
- Klien mengeluh pusing jika menegakkan leher
3. Kesiapan meningkatkan kenyamanan yang ditandai oleh: Data subyektif:
- Klien mengtakan ingin meningkatkan kenyamanan - Klien mengatakan ingin meningkatkan
rileksasi.
E. Nursing Careplan
Tuliskan nomor diagnosis sesuai urutan prioritas pada kolom nomor
Tuliskan diagnosis keperawatan dengan komponen lengkap (problem focused: PES, risiko: PS
(faktor risiko), promosi kesehatan: PS) pada kolom diagnosis keperawatan.
Tuliskan tujuan dan kriteria hasil yang memenuhi standar SMART (Specific, Measurable,
Achievable, Rationable, Time) pada kolom tujuan dan kriteria hasil.
Tuliskan rencana tindakan keperawatan pada kolom rencana tindakan keperawatan dengan
ketentuan:
1. Tuliskan rencana dalam bentuk kalimat perintah/ diawali oleh kata perintah (observasi, kaji,
ajarkan, kolaborasi, lanjutkan terapi, anjurkan, dll)
2. Tuliskan rencana secara lengkap
a. Tindakan mandiri : tuliskan jenis tindakan secara detail
Contoh : Ajarkan teknik relaksasi napas dalam
F. Catatan Perkembangan
Catatan perkembangan digunakan untuk menuliskan implementasi dan evaluasi hari ke-2 dan
selanjutnya.
Sistem pendokumentasian implementasi dan evaluasi mengacu pada
sistem pendokumentasian di tabel NCP.