0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
196 tayangan15 halaman
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut merupakan laporan pendahuluan tentang appendiks di ruang rawat inap Amarilis 1 RSUD Tugu Rejo Semarang.
2. Laporan tersebut membahas tentang pengertian, patofisiologi, gejala klinis, faktor penyebab, pemeriksaan pendukung, komplikasi, penatalaksanaan, dan asuhan keperawatan pasien appendiks.
3. Informasi penting yang disajikan antara
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut merupakan laporan pendahuluan tentang appendiks di ruang rawat inap Amarilis 1 RSUD Tugu Rejo Semarang.
2. Laporan tersebut membahas tentang pengertian, patofisiologi, gejala klinis, faktor penyebab, pemeriksaan pendukung, komplikasi, penatalaksanaan, dan asuhan keperawatan pasien appendiks.
3. Informasi penting yang disajikan antara
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut merupakan laporan pendahuluan tentang appendiks di ruang rawat inap Amarilis 1 RSUD Tugu Rejo Semarang.
2. Laporan tersebut membahas tentang pengertian, patofisiologi, gejala klinis, faktor penyebab, pemeriksaan pendukung, komplikasi, penatalaksanaan, dan asuhan keperawatan pasien appendiks.
3. Informasi penting yang disajikan antara
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN 2021 LAPORAN PENDAHULUAN APPENDIKS A. Appendiks 1. Pengertian Appendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan merupakan penyebab nyeri abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini menyerang semua umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia 10 sampai 30 tahun dan merupakan penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan dan merupakan penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer & Bare, 2013). Apendisitis adalah suatu proses obstruksi yang disebabkan oleh benda asing batu feses kemudian terjadi proses infeksi dan disusul oleh peradangan dari apendiks verivormis (Hidayat, 2020). 2. Patofisiologi Apendisitis dimulai oleh obstruksi lumen yang disebabkan oleh feses yang fekalit. Sesuai dengan pengamatan epidemiologi, apendisitis berhubungan dengan asupan makanan rendah serat. Pada stadium awal, terlebih dahulu terjadi inflamasi mukosa. Inflamasi kemudian berlanjut ke submukosa dan melibatkan peritoneal. Cairan eksudat fibrinopurulenta terbentuk beberapa permukaan peritoneal yang bersebelahan. Dalam stadium ini mukosa glandular yang nekrosis terkelupas ke dalam lumen yang menjadi distensi dengan pus. Arteri yang menyuplai apendiks akan menjadi bertrombosit dan apendiks yang kurang suplai darah menjadi nekrosis. Jika perforasi yang terjadi dibungkus oleh omentum, abses local akan terjadi (Hidayat, 2020). 3. Manifestasi klinik Menurut PPNI (2016) tanda dan gejala nyeri akut dibagi menjadi tanda gejala dan tanda gejala minor. Secara spesifik tanda dan gejala nyeri akut pasien post operasi apendiktomi Menurut Potter.&.Perry (2014). Sayatan luka post operasi apendiktomi yang dihasilkan merupakan trauma bagi penderita dan menimbulkan berbagai keluhan. Tanda dan gejala nyeri akut yang muncul seperti denyut jantung, tekanan darah dan frekuensi pernapasan yang meningkat. Gerakan tubuh dan ekspresi wajah yang mengindikasikan nyeri seperti memegang bagian tubuh yang nyeri, dan ekspresi wajah yang menyeringai atau gelisah. a. Nyeri kuadran kanan bawah dan biasanya demam ringan b. Mual, muntah c. Anoreksia, malaise d. Nyeri lepas lokal pada titik Mc. Burney e. Spasme otot f. Konstipasi, diare 4. Faktor Penyebab Apendisitis akut merupakan infeksi bakteria. Berbagai hal menjadi faktor penyebabnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor pencetus disamping hyperplasia jaringan limfe, batu feses, tumor apendiks, dan cacing askaris dapat juga menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang diduga menimbulkan apendisitis yaitu erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E.Histolytica (Jong, 2011). Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya appendisitis. Konstipasi akan menaikkan tekanan intrasekal, yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semuanya ini akan mempermudah timbulnya appendisitis akut (Jong, 2011). 5. Faktor Penunjang Pemeriksaan penunjang pada pasien dengan post operasi appendiktomi menurut Wijaya dan Putri tahun (2013), yaitu: a. Laboratorium. Pemeriksaan leukosit meningkat antara rentang 10.000 –hingga 18.000 / mm3, kemudian neutrophil juga meningkat antara 75%, dan WBC juga akan meningkat sampai 20.000. b. Data Pemeriksaan Diagnostik. Radiologi, yaitu pada pemeriksaan ini foto colon akan menunjukkan adanya batu feses pada katup. Kemudian pemeriksaan barium enema menunjukkan apendiks yang terisi barium hanya sebagian 6. Komplikasi Komplikasi terjadi akibat keterlambatan penanganan appendisitis.Adapun jenis komplikasi menurut (Sulekale, 2016) adalah : a. Abses Abses merupakan peradangan apendiks yang berisi pus. Teraba massa lunak di kuadran kanan bawah atau daerah pelvis. Massa ini mulamula berupa flegmon dan berkembang menjadi rongga yang mengandung pus. Hal ini terjadi apabila appendisitis gangren atau mikroperforasi ditutupi oleh omentum. b. Perforasi Perforasi massa yang terdiri dari apendiks, sekum, serta letak usus halus. Perforasi terjadi sekitar 75% pada kasus dengan peningkatan suhu 39,50C atau lebih akan tampak toksik, nyeri tekan pada seluruh perut dan leukositosis juga akan meningkat akibat dari perforasi dan pembentukan abses. c. Peritonitis Peritonitis adalah infeksi yang terjadi pada sistem vena porta yang ditandai dengan shu 390C – 400C serta menggigil dan icterus adalah merupakan penyakit yang jarang terjadi. 7. Penatalaksanaan Menurut (Wijaya & Putri, 2013) penatalaksanaan medis pada appendisitis meliputi a. Medis. 1) Sebelum operasi / pre op a) Observasi Dalam kurun waktu 8-12 jam setelah munculnya keluhan, perlu di observasi dengan ketat karena tanda dan gejala apendisitis belum jelas. Pasien akan diminta untuk meakukan tirah baring dan dipuasakan terlebih dahulu. Laksatif tidak boleh di berikan apabila di curigai adanya apendisitis. Diagnosis yang ditegakkan dengan lokasi nyeri pada kuadran kanan bawah setelah timbulnya keluhan nyeri. b) Antibiotik Apendisitis ganggrenosa atau apenditis perforasi akan memerlukan obat jenis antibiotik, kecuali apendiksitis tanpa komplikasi yang tidak memerlukan antibiotik c) Operasi Operasi atau pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat apendiks yaitu apendiktomi. Apendiktomi dilakukan dibawah anestesi umum dengan pembedahan abdomen bawah atau dengan laparoskopi (Brunner & Suddarth, 2010). Apendiktomi dilakukan dengan dua metode pembedahan, yaitu secara teknik terbuka (pembedahan konvensional laparatomi) atau dengan teknik laparoskopi yang merupakan teknik pembedahan minimal invasive (Brunner & Suddarth, 2010). d) Setelah operasi Kaji tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya perdarahan di dalam. Baringkan klien dalam posisi semi fowler. Klien dikatakan baik apabila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan, dan selama itu klien dipuasakan. Satu hari setelah operasi, klien di anjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur selama 2 x 30 menit. Hari kedua pasien dapat dianjurkan duduk di luar kamar. Hari ke tiga dapat di angkat dan di bolehkan untuk pulang (Mansjoer, 2010). b. Non Farmakologi. Tindakan yang dapat dilakukan perawat adalah selain mengubah posisi, meditasi, makan, dan membuat klien merasa nyaman yaitu mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam (Potters & Perry,2014). 8. PATHWAYS B. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Keperawatan Pengkajian keperawatan adalah salah satu dari komponen proses keperawatan yang dilakukan oleh perawat dalam menggali permasalahan dari pasien meliputi pengumpulan data tentang status kesehatan pasien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat, dan berkesinambungan (Muttaqin, 2011). a. Riwayat Keperawatan 1) Riwayat Penyakit Sekarang Lingkungan, kebisingan mempengaruhi rasa aman dan nyaman. Lingkungan pasien mencakup semua faktor fisik dan psikososial yang mempengaruhi atau berakibat terhadap kehidupan atau kelangsungan hidup pasien. Keamanan yang ada dalam lingkungan ini akan mengurangi insiden terjadinya penyakit dan cedera yang akan mempenngaruhi rasa aman dan nyaman pasien. 2) Riwayat Penyakit Dahulu Trauma pada jaringan tubuh, misalnya ada luka bekas operasi/bedah menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan dan iritasi secar langsung pada reseptor sehingga mengganggu rasa nyaman pasien. 3) Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat ini bisa dapat menyebabkan gangguan rasa aman dan nyaman, karena dengan adanya riwayat penyakit maka klien akan beresiko terkena penyakit sehingga menimbulka rasa tidak nyaman seperti nyeri. b. Pemeriksaan Fisik 1) Kepala, Bentuk simetris, warna rambut hitam, persebaran rambut merata, kebersihan cukup, benjolan tidak ada, nyeri tekantidak ada. 2) Wajah, Bentuk simetris, agak pucat, edema tidak ada, nyeri tidak ada. 3) Mata, Konjungtiva anemis, reflek pupil ishokor, benjolan tidak ada,nyeri tekan tidak ada. 4) Hidung, Bentuk simetris, secret tidak ada 5) Telinga, Serumen tidak ada, bentuk simetris, nyeri tekan tidak ada. 6) Mulut dan Gigi, Bentuk simetris, mukosa mulut kering, kebersihan cukup,lidah bersih, pembesaran tonsil tidak ada. 7) Leher, Pembesaran kelenjar tiroid tidak ada, distensi vena jugularis tidak ada 8) Thorak, Bentuk dada simetris, suara nafas wheezing dan krekel tidak ada, retraksi otot dada tidak ada 9) Abdomen, Bentuk simetris, lesi tidak ada, peristaltic usus 8 x/menit,pembesaran hati tidak ada, nyeri lepas dan nyeri tekan tidak ada, asites tidak ada. 10) Ekstermitas, Edema tidak ada, sianosis tidak ada, pergerakan terkoordinir tetapi lemah. 2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul Diagnosis keperawatan adalah penilaian khusus mengenai respon pasien terhadap masalah-masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialami baik yang berlangsung secara aktual maupun secara. Diagnosa keperawatan dalam penelitian ini yaitu diagnosa actual. Diagnosa aktual terdiri dari tiga komponen yaitu masalah (problem), penyebab (etiologi), tanda (sign), dan gejala (symptom) (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Pada diagnosa apendiks didapatkan beberapa diagnosa yaitu : a. Ansietas b.d ancaman kematian/ krisis situasional b. Nyeri akut b.d agen cidera fisik c. Resiko infeksi b.d prosedur invasif (insisi bedah pada perut) d. Resiko defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan 3. Intervensi Keperawatan Kode Diagnosa Tujuan Intervensi Keperawatan Rasional Kode Jenis Tindakan Intervensi D.0080 Ansietas b.d Setelah dilakukan I.09326 Terapi 1. Identifikasi Mengetahui ancaman kematian/ tindakan keperawatan Relaksasi tingkat kecemasan penyebab kecemasan krisis situasional selama 3x24 jam 2. Ciptakan Memberikan diharapkan klien lingkungan yang kenyamanan klien dapat teratasi nyaman masalah ansietas 3. Anjurkan posisi Memberikan dengan kriteria hasil, Sebagai berikut : nyaman kenyamanan klien 4. Demonstrasikan Menurunkan 1. Anisetas menurun dan latih teknik kecemasan klien
2. Klien dapat relaksasi
mengontro atau mengatasi kecemasan secara mandri 3. Tanda-tanda vital dalam batas normal 4. Klien tidak mengalami gelisah D.0077 Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan I.08238 Manajemen 1. Identifikasi nyeri Mengetahui cidera fisik tindakan keperawatan Nyeri lokasi,kualitas,skala, selama 3x24 jam penyebab, dan waktu diharapkan klien dapat teratasi nyeri 2. Berikan terapi Mengurangi nyeri masalah nyeri akut dengan kriteria hasil, nonfarmakologis Sebagai berikut : 3. Ajarkan terknik Menambah informasi
1. Skala nyeri 0 nonfarmakologis dala mengatasi nyeri
2. Tidak gelisah secara mandiri 3. Tanda-tanda vital 4. Kolaborasi Mengurangi nyeri dalam batas pemberian normal 4. Klien dapat analgetik 5. mengontriol nyeri D.0142 Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan I.14539 Pencegahan 1. Monitor tanda Mengetahui tanda prosedur invasif tindakan keperawatan Infeksi gejala infeksi gejala infeksi 2. Berikan perawatan Menvegah terjadinya (insisi bedah pada selama 3x24 jam kulit infeksi perut) diharapkan klien 3. Jelaskan tanda dan Memberikan dapat teratasi gejala infeksi informai terkait tanda masalah resiko dan gejala infeksi infeksi dengan 4. Ajarkan cuci Mengurangi gejala kriteria hasil, Sebagai tangan infeksi berikut : 5. Kolaborasi Mengurangi gejala
1. Leukosit dalam pemberian infeksi
batas normal antibiotik
2. Tidak ada tanda-
tanda infeksi 3. Luka bersih 4. Luka kering D.0032 Resiko defisit Setelah dilakukan I03119 Manajemen 1. Monitor asupan Mengetahi nutrisi nutrisi b.d tindakan keperawatan nutrisi makan yang masuk kedalam ketidakmampuan selama 3x24 jam tubuh mencerna makanan diharapkan klien 2. Berikan makanan Membantu dalam dapat teratasi yang tinggi protein proses penyembuhan masalah resiko defisit dan kalori luka nutrisi dengan 3. Anjurkan makan Membantu kriteria hasil, Sebagai sedikit tapi sering pemasukan nutrisi berikut : 4. Kolaborasi dengan Membantu dalam 1. IMT dalam batas normal ahli gizi pemenuhan nutrisi
2. Nafsu makan tubuh
klien meningkat 3. Tidak ada gangguan menelan 4. Membran mukosa lembab DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Egc.
Jong, S. & de. (2011). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC. Hidayat, Erwin. (2020). ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN APPENDICITIS YANG DI RAWAT DI RUMAH SAKIT Sulekale, A. (2016). Penerapan Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Kasus Appendisitis di Rumah Sakit Santa Anna Kendari. Smeltzer & Bare. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brurner & Suddarath (8th ed.). Jakarta: EGC Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : DPP PPNI Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : DPP PPNI Potter, P., & Perry, A. (2014). Fundamentals of Nursing (7th ed.). Philadelphia: Elsevier Ltd. Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika.