Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

APPENDIKS DI RUANG AMARILIS 1


RSUD TUGU REJO SEMARANG

Disusun Oleh:
Muhammad Sa’id Hasan
202002040039

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN
PEKALONGAN
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
APPENDIKS
A. Appendiks
1. Pengertian
Appendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan
merupakan penyebab nyeri abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini
menyerang semua umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih
sering menyerang laki-laki berusia 10 sampai 30 tahun dan merupakan
penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan dan
merupakan penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat
(Smeltzer & Bare, 2013).
Apendisitis adalah suatu proses obstruksi yang disebabkan oleh benda
asing batu feses kemudian terjadi proses infeksi dan disusul oleh
peradangan dari apendiks verivormis (Hidayat, 2020).
2. Patofisiologi
Apendisitis dimulai oleh obstruksi lumen yang disebabkan oleh feses
yang fekalit. Sesuai dengan pengamatan epidemiologi, apendisitis
berhubungan dengan asupan makanan rendah serat. Pada stadium awal,
terlebih dahulu terjadi inflamasi mukosa. Inflamasi kemudian berlanjut ke
submukosa dan melibatkan peritoneal. Cairan eksudat fibrinopurulenta
terbentuk beberapa permukaan peritoneal yang bersebelahan. Dalam
stadium ini mukosa glandular yang nekrosis terkelupas ke dalam lumen
yang menjadi distensi dengan pus. Arteri yang menyuplai apendiks akan
menjadi bertrombosit dan apendiks yang kurang suplai darah menjadi
nekrosis. Jika perforasi yang terjadi dibungkus oleh omentum, abses local
akan terjadi (Hidayat, 2020).
3. Manifestasi klinik
Menurut PPNI (2016) tanda dan gejala nyeri akut dibagi menjadi
tanda gejala dan tanda gejala minor. Secara spesifik tanda dan gejala nyeri
akut pasien post operasi apendiktomi Menurut Potter.&.Perry (2014).
Sayatan luka post operasi apendiktomi yang dihasilkan merupakan trauma
bagi penderita dan menimbulkan berbagai keluhan. Tanda dan gejala nyeri
akut yang muncul seperti denyut jantung, tekanan darah dan frekuensi
pernapasan yang meningkat. Gerakan tubuh dan ekspresi wajah yang
mengindikasikan nyeri seperti memegang bagian tubuh yang nyeri, dan
ekspresi wajah yang menyeringai atau gelisah.
a. Nyeri kuadran kanan bawah dan biasanya demam ringan
b. Mual, muntah
c. Anoreksia, malaise
d. Nyeri lepas lokal pada titik Mc. Burney
e. Spasme otot
f. Konstipasi, diare
4. Faktor Penyebab
Apendisitis akut merupakan infeksi bakteria. Berbagai hal menjadi
faktor penyebabnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor pencetus
disamping hyperplasia jaringan limfe, batu feses, tumor apendiks, dan
cacing askaris dapat juga menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang
diduga menimbulkan apendisitis yaitu erosi mukosa apendiks karena
parasit seperti E.Histolytica (Jong, 2011).
Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan
makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya
appendisitis. Konstipasi akan menaikkan tekanan intrasekal, yang
berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya
pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semuanya ini akan mempermudah
timbulnya appendisitis akut (Jong, 2011).
5. Faktor Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien dengan post operasi appendiktomi
menurut Wijaya dan Putri tahun (2013), yaitu:
a. Laboratorium.
Pemeriksaan leukosit meningkat antara rentang 10.000 –hingga
18.000 / mm3, kemudian neutrophil juga meningkat antara 75%,
dan WBC juga akan meningkat sampai 20.000.
b. Data Pemeriksaan Diagnostik.
Radiologi, yaitu pada pemeriksaan ini foto colon akan
menunjukkan adanya batu feses pada katup. Kemudian
pemeriksaan barium enema menunjukkan apendiks yang terisi
barium hanya sebagian
6. Komplikasi
Komplikasi terjadi akibat keterlambatan penanganan
appendisitis.Adapun jenis komplikasi menurut (Sulekale, 2016) adalah :
a. Abses
Abses merupakan peradangan apendiks yang berisi pus. Teraba
massa lunak di kuadran kanan bawah atau daerah pelvis. Massa ini
mulamula berupa flegmon dan berkembang menjadi rongga yang
mengandung pus. Hal ini terjadi apabila appendisitis gangren atau
mikroperforasi ditutupi oleh omentum.
b. Perforasi
Perforasi massa yang terdiri dari apendiks, sekum, serta letak usus
halus. Perforasi terjadi sekitar 75% pada kasus dengan peningkatan
suhu 39,50C atau lebih akan tampak toksik, nyeri tekan pada seluruh
perut dan leukositosis juga akan meningkat akibat dari perforasi dan
pembentukan abses.
c. Peritonitis
Peritonitis adalah infeksi yang terjadi pada sistem vena porta yang
ditandai dengan shu 390C – 400C serta menggigil dan icterus adalah
merupakan penyakit yang jarang terjadi.
7. Penatalaksanaan
Menurut (Wijaya & Putri, 2013) penatalaksanaan medis pada
appendisitis meliputi
a. Medis.
1) Sebelum operasi / pre op
a) Observasi
Dalam kurun waktu 8-12 jam setelah munculnya keluhan,
perlu di observasi dengan ketat karena tanda dan gejala
apendisitis belum jelas. Pasien akan diminta untuk meakukan
tirah baring dan dipuasakan terlebih dahulu. Laksatif tidak
boleh di berikan apabila di curigai adanya apendisitis.
Diagnosis yang ditegakkan dengan lokasi nyeri pada kuadran
kanan bawah setelah timbulnya keluhan nyeri.
b) Antibiotik
Apendisitis ganggrenosa atau apenditis perforasi akan
memerlukan obat jenis antibiotik, kecuali apendiksitis tanpa
komplikasi yang tidak memerlukan antibiotik
c) Operasi
Operasi atau pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat
apendiks yaitu apendiktomi. Apendiktomi dilakukan dibawah
anestesi umum dengan pembedahan abdomen bawah atau
dengan laparoskopi (Brunner & Suddarth, 2010).
Apendiktomi dilakukan dengan dua metode pembedahan,
yaitu secara teknik terbuka (pembedahan konvensional
laparatomi) atau dengan teknik laparoskopi yang merupakan
teknik pembedahan minimal invasive (Brunner & Suddarth,
2010).
d) Setelah operasi
Kaji tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya
perdarahan di dalam. Baringkan klien dalam posisi semi
fowler. Klien dikatakan baik apabila dalam 12 jam tidak
terjadi gangguan, dan selama itu klien dipuasakan. Satu hari
setelah operasi, klien di anjurkan untuk duduk tegak di
tempat tidur selama 2 x 30 menit. Hari kedua pasien dapat
dianjurkan duduk di luar kamar. Hari ke tiga dapat di angkat
dan di bolehkan untuk pulang (Mansjoer, 2010).
b. Non Farmakologi.
Tindakan yang dapat dilakukan perawat adalah selain mengubah
posisi, meditasi, makan, dan membuat klien merasa nyaman yaitu
mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam (Potters & Perry,2014).
8. PATHWAYS
B.
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan adalah salah satu dari komponen proses
keperawatan yang dilakukan oleh perawat dalam menggali permasalahan
dari pasien meliputi pengumpulan data tentang status kesehatan pasien
secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat, dan berkesinambungan
(Muttaqin, 2011).
a. Riwayat Keperawatan
1) Riwayat Penyakit Sekarang
Lingkungan, kebisingan mempengaruhi rasa aman dan nyaman.
Lingkungan pasien mencakup semua faktor fisik dan psikososial
yang mempengaruhi atau berakibat terhadap kehidupan atau
kelangsungan hidup pasien. Keamanan yang ada dalam lingkungan
ini akan mengurangi insiden terjadinya penyakit dan cedera yang
akan mempenngaruhi rasa aman dan nyaman pasien.
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Trauma pada jaringan tubuh, misalnya ada luka bekas operasi/bedah
menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan dan iritasi secar
langsung pada reseptor sehingga mengganggu rasa nyaman pasien.
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat ini bisa dapat menyebabkan gangguan rasa aman dan
nyaman, karena dengan adanya riwayat penyakit maka klien akan
beresiko terkena penyakit sehingga menimbulka rasa tidak nyaman
seperti nyeri.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala, Bentuk simetris, warna rambut hitam, persebaran rambut
merata, kebersihan cukup, benjolan tidak ada, nyeri tekantidak ada.
2) Wajah, Bentuk simetris, agak pucat, edema tidak ada, nyeri tidak
ada.
3) Mata, Konjungtiva anemis, reflek pupil ishokor, benjolan tidak
ada,nyeri tekan tidak ada.
4) Hidung, Bentuk simetris, secret tidak ada
5) Telinga, Serumen tidak ada, bentuk simetris, nyeri tekan tidak ada.
6) Mulut dan Gigi, Bentuk simetris, mukosa mulut kering, kebersihan
cukup,lidah bersih, pembesaran tonsil tidak ada.
7) Leher, Pembesaran kelenjar tiroid tidak ada, distensi vena jugularis
tidak ada
8) Thorak, Bentuk dada simetris, suara nafas wheezing dan krekel
tidak ada, retraksi otot dada tidak ada
9) Abdomen, Bentuk simetris, lesi tidak ada, peristaltic usus 8
x/menit,pembesaran hati tidak ada, nyeri lepas dan nyeri tekan tidak
ada, asites tidak ada.
10) Ekstermitas, Edema tidak ada, sianosis tidak ada, pergerakan
terkoordinir tetapi lemah.
2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
Diagnosis keperawatan adalah penilaian khusus mengenai respon
pasien terhadap masalah-masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialami baik yang berlangsung secara aktual maupun secara. Diagnosa
keperawatan dalam penelitian ini yaitu diagnosa actual. Diagnosa aktual
terdiri dari tiga komponen yaitu masalah (problem), penyebab (etiologi),
tanda (sign), dan gejala (symptom) (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
Pada diagnosa apendiks didapatkan beberapa diagnosa yaitu :
a. Ansietas b.d ancaman kematian/ krisis situasional
b. Nyeri akut b.d agen cidera fisik
c. Resiko infeksi b.d prosedur invasif (insisi bedah pada perut)
d. Resiko defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan
3. Intervensi Keperawatan
Kode Diagnosa Tujuan Intervensi Keperawatan Rasional
Kode Jenis Tindakan
Intervensi
D.0080 Ansietas b.d Setelah dilakukan I.09326 Terapi 1. Identifikasi Mengetahui
ancaman kematian/ tindakan keperawatan Relaksasi
tingkat kecemasan penyebab kecemasan
krisis situasional selama 3x24 jam 2. Ciptakan Memberikan
diharapkan klien
lingkungan yang kenyamanan klien
dapat teratasi
nyaman
masalah ansietas
3. Anjurkan posisi Memberikan
dengan kriteria hasil,
Sebagai berikut : nyaman kenyamanan klien
4. Demonstrasikan Menurunkan
1. Anisetas
menurun dan latih teknik kecemasan klien

2. Klien dapat relaksasi


mengontro atau
mengatasi
kecemasan
secara mandri
3. Tanda-tanda
vital dalam batas
normal
4. Klien tidak
mengalami
gelisah
D.0077 Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan I.08238 Manajemen 1. Identifikasi nyeri Mengetahui
cidera fisik tindakan keperawatan Nyeri
lokasi,kualitas,skala,
selama 3x24 jam
penyebab, dan waktu
diharapkan klien
dapat teratasi nyeri
2. Berikan terapi Mengurangi nyeri
masalah nyeri akut
dengan kriteria hasil, nonfarmakologis
Sebagai berikut : 3. Ajarkan terknik Menambah informasi

1. Skala nyeri 0 nonfarmakologis dala mengatasi nyeri


2. Tidak gelisah
secara mandiri
3. Tanda-tanda vital 4. Kolaborasi Mengurangi nyeri
dalam batas
pemberian
normal
4. Klien dapat analgetik
5.
mengontriol nyeri
D.0142 Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan I.14539 Pencegahan 1. Monitor tanda Mengetahui tanda
prosedur invasif tindakan keperawatan Infeksi gejala infeksi gejala infeksi
2. Berikan perawatan Menvegah terjadinya
(insisi bedah pada selama 3x24 jam
kulit infeksi
perut) diharapkan klien
3. Jelaskan tanda dan Memberikan
dapat teratasi
gejala infeksi informai terkait tanda
masalah resiko
dan gejala infeksi
infeksi dengan 4. Ajarkan cuci Mengurangi gejala
kriteria hasil, Sebagai tangan infeksi
berikut : 5. Kolaborasi Mengurangi gejala

1. Leukosit dalam pemberian infeksi

batas normal antibiotik

2. Tidak ada tanda-


tanda infeksi
3. Luka bersih
4. Luka kering
D.0032 Resiko defisit Setelah dilakukan I03119 Manajemen 1. Monitor asupan Mengetahi nutrisi
nutrisi b.d tindakan keperawatan nutrisi
makan yang masuk kedalam
ketidakmampuan selama 3x24 jam
tubuh
mencerna makanan diharapkan klien 2. Berikan makanan Membantu dalam
dapat teratasi
yang tinggi protein proses penyembuhan
masalah resiko defisit
dan kalori luka
nutrisi dengan
3. Anjurkan makan Membantu
kriteria hasil, Sebagai
sedikit tapi sering pemasukan nutrisi
berikut :
4. Kolaborasi dengan Membantu dalam
1. IMT dalam batas
normal ahli gizi pemenuhan nutrisi

2. Nafsu makan tubuh


klien meningkat
3. Tidak ada
gangguan
menelan
4. Membran
mukosa lembab
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Egc.


Jong, S. & de. (2011). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Hidayat, Erwin. (2020). ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
APPENDICITIS YANG DI RAWAT DI RUMAH SAKIT
Sulekale, A. (2016). Penerapan Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Kasus
Appendisitis di Rumah Sakit Santa Anna Kendari.
Smeltzer & Bare. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brurner &
Suddarath (8th ed.). Jakarta: EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :
DPP PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia :
DPP PPNI
Potter, P., & Perry, A. (2014). Fundamentals of Nursing (7th ed.). Philadelphia:
Elsevier Ltd.
Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 2,
Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Anda mungkin juga menyukai