J DENGAN
DIAGNOSA MEDIS BATU SALURAN KEMIH
DISUSUN OLEH :
GLORY SAMPOUW
711440120045
LATAR BELAKANG
Batu saluran kemih (BSK) merupakan penyakit yang sering di Indonesia. Dewasa ini, penyakit
Batu Saluran Kemih menjadi salah satu kasus yang membutuhkan perhatian perawat dalam
pemberian asuhan keperawatan karena prevalensinya di Indonesia yang terus meningkat
(Nurlina, 2008).
BSK adalah terbentuknya batu yang disebabkan oleh pengendapan substansi yang terdapat
dalam air kemih yang jumlahnya berlebihan atau karena faktor lain yang mempengaruhi
daya larut substansi. BSK dapat menyebabkan gejala nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran
kemih atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam
kandung kemih (batu kandung kemih). Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis, dan
dapat terbentuk pada ginjal (nefrolitiasis), ureter (ureterolithiasis), vesica urinaria
(vesicolithiasis), dan uretra (urethrolithiasis) (Basuki, 2009).
Batu Saluran Kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan Mesir kuno
dengan diketemukannya batu pada kandung kemih mummi (Muslim, 2007). Batu Saluran
Kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks ginjal, pielum,
ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk di ginjal kemudian turun ke saluran
kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena adanya
stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang
terbentu di dalam divertikel uretra. (Brunner dan Suddarth, 2003).
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya gangguan aliran urine,
gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan lain yang masih belum
terungkap (idiopatik). Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah
terjadinya batu saluran kemih pada seseorang, yaitu: faktor intrinsik: herediter (diduga
diturunkan dari orangtuanya), umur (paling sering didapatkan pada usia 30 – 50 tahun),
jenis kelamin (jumlah pasien lakilaki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien
perempuan) dan faktor ekstrinsik: geografi, iklim dan temperatur, asupan air, diet pekerjaan
(Purnomo, 2011 dalam Wardani, 2014).
Peran perawat sangatlah penting dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien
dengan masalah Batu saluran kencing. Asuhan keperawatan yang professional diberikan
melalui pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, penetapan diagnosa,
pembuatan intervensi, impelementasi keperawatan, dan mengevaluasi hasil tindakan
keperawatan.
Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasisawa mampu menerapkan Asuhan Keperawatan pada Ny. J dengan
batu saluran kemih.
2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian keperawatan pada Ny. J
dengan batu saluran kemih.
2. Mahasiswa dapat menetapkan diagnosa keperawatan pada Ny. J
dengan batu saluran kemih.
3. Mahasiswa dapat menyusun rencana keperawatan pada Ny. J dengan
batu saluran kemih..
4. Mahasiswa dapat melaksanakan tindakan keperawatan pada Ny. J
dengan batu saluran kemih.
5. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi keperawatan pada Ny. J dengan
batu saluran kemih.
Manfaat
1. Masyarakat
Hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi
dan informasi bagi masyarakat yang membaca supaya dapat mengetahui
penyakit batu saluran kemih.
2. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan,
Diharapkan dapat menjadi sumber referensi untuk mengembangkan
ilmu dalam bidang keperawatan tentang gangguan sistem perkemihan.
3.Bagi Penulis
Penulisan karya tulis ilmiah ini juga bermanfaat untuk mengetahui
antara teori dan kasus nyata yang terjadi dilapangan sinkron atau tidak, karena
dalam teori yang sudah ada tidak selalu sama dengan kasus yang terjadi.
Sehingga disusunlah karya tulis ilmiah ini.
BAB 2
PEMBAHASAN
TINJAUAN PUSTAKA
Etiologi
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan
gangguan aliran urin,gangguan metabolik, infeksi saluran kemih,dehidrasi, dan
keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik) (Purnomo, 2011).
Secara epidemiologis terdapat beberapa beberapa faktor yang
mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang. Faktor itu
meliputi faktor intrinsik, yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang dan
faktor ekstrinsik, yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan di sekitarnya
(Purnomo, 2011).
Faktor intrinsik itu antara lain adalah : Herediter (keturunan) : Penyakit ini
diduga diturunkan dari orangtuanya, Umur : Pada umumnya batu terbentuk pada
yang orang orang yang lebih tua (Daudon et al., 2004). Dimana penyakit Batu
Saluran Kemih S masih tetap jarang terjadi pada anak-anak (Rizvi et al.,2002), Jenis
kelamin: Ada penelitian yang mengatakan bahwa prevalensi terjadinya Batu
Saluran Kemih pada wanita dan pria adalah sama tapi ada juga penelitian yang
mengatakan bahwa pada pria resiko nya lebih besar (Cameron MA, Sakhaee K,
2011).
Beberapa faktor ekstrinsik di antaranya adalah : Geografi : Pada beberapa
daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran kemih yang lebih tinggi dari
pada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu),
sedangkan daerah Bantu di Afrika Selatan hampir tidak dijumpai penyakit batu
saluran kemih (Purnomo, 2011), Iklim dan temperatur : Ada beberapa penulis
yang mengemukakan bahwa ada dampak perubahan iklim terhadap penyakit BSK
(Chen et al., 2008), Asupan air : Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral
kalsium pada air yang dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden batu saluran
kemih (Purnomo, 2011).
Selain faktor resiko diatas, perubahan metabolik juga menjadi salah satu
faktor resiko.Diabetes dan hipertensi juga merupakan faktor resiko lain yang
berhubungan dekat dengan terjadinya batu ginjal. Selain itu, batu ginjal juga
sering terjadi pada orang orang yang obesitas dibandingkan orang-orang
dengan berat badan normal (Shahida Banu Shamsuddeen* and Shamaah
Huseen Al Enezi, 2013). Tingkat kekambuhan pada pria tiga kali lebih tinggi
daripada wanita karena dalam pembentukan batu ada hubungannya dengan
testosteron (Devi, Baskar and P.Varalakshmi, 1993).
Patofisiologi
Banyak faktor menyebabkan berkurangnya aliran urin dan menyebabkan
obstruksi, salah satunya adalah statis urine dan menurunnya volume urin akibat
dehidrasi serta ketidakadekuatan intake cairan, hal ini dapat meningkatkan resiko
terjadinya urolithiasis, rendahnya aliran urin adalah gejala abnormal yang umum
terjadi (Colella, et al., 2005), selain itu, berbagai kondisi pemicu terjadinya
urolithiasis seperti komposisi batu yang beragam menjadi faktor utama bekal
identifikasi penyebab urolithiasis. Batu yang terbentuk dari ginjal dan berjalan
menuju ureter paling mungkin tersangkut pada satu dari lokasi berikut, yaitu
sambungan uroteropelvik, titik ureter menyilang disebut batu staghorn. pembuluh
darah iliaka, dan sambungan ureterovesika keputusan untuk tindakan pengangkatan
batu. Batu yang masuk pada pelvis akan membentuk pola koligentes yang di sebut
staghorn.
Penatalaksanaan
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih secepatnya
harus dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih parah. Indikasi
untuk melakukan tindakan/terapi pada batu saluran kemih adalah jika batu telah
menimbulkan obstruksi, infeksi, atau harus diambil karena sesuatu indikasi sosial.
Batu dapat dikeluarkan dengan cara medikamentosa, dipecahkan dengan ESWL,
melalui tindakan endourologi, bedah laparaskopi, atau pembedahan terbuka.
Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya < 5 mm,
karena diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan
bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran urine dengan
pemberian diuretikum, dan minum banyak supaya dapat mendorong
batu keluar dari saluran kemih (Purnomo, 2011).
ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)
Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proksimal,atau batu
buli-buli tanpa melalui tindakan invasif dan tanpa pembiusan. Batu
dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan
melalui saluran kemih. Tidak jarang pecahan batu yang sedang keluar
menimbulkan perasaan nyeri kolik dan menyebabkan hematuria
(Purnomo, 2011).
Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk
mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan
kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang
dimasukkan langsung ke dalam saluran kemih.
Pembedahan
Bedah laparoskopi sering dipakai untuk mengambil batu ureter.
Nyeri akut
kebutuhan tubuh
Robekan vaskuler
PENGKAJIAN
1. Identitas
Klien
Nama : Ny.J
Umur : 36 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : PNS
Penanggung
Nama : Tn. B
. 2. Riwayat Keluarga
• Genogram
40 36
21 18
• Keterangan Genogram
= Laki-laki
= perempuan
= Tinggal serumah
= Keluarga yang sakit
= Hubungan keluarga
= Anggota keluarga yang meninggal
17,19,22,50 dan 53 = Umur
. 3. Status Kesehatan
3.1 Status Kesehatan Saat Ini
1)Keluhan utama (saat MRS dan saat ini)
Keluhan utama saat MRS :
Klien masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri pada daerah perut
Q (Quality)
: Klien mengatakan nyerinya seperti
tertusuk-tusuk.
R (Radiation) : Klien mengatakan nyeri pada perut
bagian
kebagian genitalia
S (Severity) : Skala nyeri yang dirasakan 6 (sedang)
3) Alasan masuk Rumah Sakit dan perjalanan penyakit saat ini Pada
tanggal 19 juli klien masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri perut
saat buang air kecil. Saat dilakukan pengkajian tanggal 22 Juli pukul
09.00 WITA klien mengeluh nyeri pada perut bagian bawah tembus
hinga belakang. Klien juga mengatakan setiap kali BAK kencingnya
meskipun terasa
sakit.
4) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Klien mengatakan tidak melakukan upaya apa-apa untuk mengatasi
memeriksakannya ke Puskesmas.
Utara dengan keluhan yang sama sekitar 1 tahun yang lalu. Klien juga
tuntas.
2) Pernah dirawat
Klien mengatakan sudah pernah dirawat di rumah sakit dengan keluhan
3) Riwayat alergi
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi baik pada makanan
4) Riwayat Transfusi
Klien mengatakan ia tidak memiliki riwayat tranfusi
.5) Kebiasaan :
1. Merokok
Klien mengatakan ia sudah lama berhenti merokok
2. Minum Kopi
Klien mengatakan tidak memiliki kebiasaan minum kopi
3. Penggunaan Alkohol
Klien mengatakan tidak memiliki kebiasaan minumminuman yang
beralkohol
6.2 Nutrisi/metabolik
Klien mengatakan tidak ada masalah dengan kebiasaan makannya dimana
Klien mengatakan tiap hari minum 2 - 2,5 liter air/hari sebelum sakit.
6.3 Pola Eliminasi
Klien mengatakan ada gangguan pada buang air kecil (BAK) 1 hari sebelum
masuk rumah sakit dan tidak ada masalah pada buang air besar
untuk buang air kecil dan setiap kali BAK kencingnya keluar sedikitsedikit dan
6.4 Oksigenasi
Klien tidak nampak terpasang oksigen
6.5 Pola tidur dan istirahat
Klien mengatakan sebelum sakit klien tidak mengalami susah tidur terutama
pada malam hari dimana klien biasa tidur 8 jam setiap harinnya tetapi pada
klien berulang kali bertanya kepada perawat mengenai tindakan operasi itu
seperti apa.
36,7 oC, Pernapasan : 23 x/menit, BB : 62 , TB : 167, IMT : 62/1,67 = 22,23 7.1 Kulit,
Rambut, dan Kuku
Distribusi rambut pasien nampak lebat, Tidak ada lesi, kulit kepala bersih,
warna kulit coklat gelap, akral hangat, turgor kulit baik, tidak ada oedem,
warna kuku pink.
7.2 Kepala dan Leher
Bentuk kepala pasien simetris antara kiri dan kanan dan tidak tampak ada lesi
serta tidak ada deviasi trakea, tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid dan
KGB.
7.3 Mata dan Telinga
Klien tidak mengalami gangguan penglihatan dan tidak memakai kaca mata,
pupil klien nampak isokor, konjungtiva klien tidak nampak anemis, sclera tidak
ikterus, klien tidak mengalami gangguan pendengaran dan tidak
menggunakan alat bantu pendengaran.
7.4 Sistem Pernafasan
Tidak ada batuk dan sesak
1) Inspeksi :
8. Pemeriksaan Penunjang
1. Data laboratorium pemeriksaan darah
Tanggal 23/7/2020
Tabel 3.1 Pemeriksaan Penunjang
Jenis pemeriksaan Hasil Nilai Normal Unit
WBC 7,00 4.00-10.0 103/µL
RBC 4,72 4.00-6.00 106/ml
HGB 12,7 12.00-16.00 g/dl
HCT 38,0 37.0-48.0 %
MCV 79,7 80-97.0 fL
MCH 26,6 26-33.5 pg
MCHC 33,4 31.5-35.0 pg
PLT 263 150-400 103/µL
Creatinine 0,9 0.7-1.2 mg/dL
Glukosa 94 70-180 mg/dL
SGOT 38 <45 U/L
SGPT 38 <41 gr/dL
Ureum 23 19-44 mg/dL
B. Klasifikasi data
c. Analisa Data
SYMPTOM ETIOLOGI PROBLEM
Data Subyektif : Faktor Ekstrinsik (Asupan air Nyeri akut
• Klien mengeluh nyeri pada mengandung kapur) D.0077
perut bagian bawah tembus ↓
hingga belakang dan menjalar Proses kristalisasi dan agresi
ke bagian genitalia substansi
Data Obyektif : ↓
• Tekanan darah : 150/90 Pengendapan batu
mmHg ↓
• Skala nyeri 6 (sedang) Pembentukan Batu Saluran
• Klien nampak meringis Kemih
memegang perut bagian bawah ↓
dan pinggang. Respon Obstruksi
Penekanan pada saraf ↓
• Ada nyeri tekan pada perut
Penekanan pada saraf
bagian bawah dan pada area
↓
pinggang.
Mengaktifkan mediator kimia
• Ada nyeri ketok pada (Histamin dan bradikinin)
pinggang bagian belakang ↓
Menstimulasi pelepasan
prostaglandin di hipotalamus
↓
Nyeri dipersepsikan(nyeri
kolik)
↓
Nyeri Akut
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut D.0077 b.d peningkatan frekuensi atau dorongan kontraksi uroteral, trauma
jaringan, pembentukan edema, dan iskemia seluler.
infasi diagnostik.
5. Dorong/bantu
dengan ambulasi
sesuai indikasi dan
tingkatkan
pemasukan cairan
sedikitnya 3-4 l/hari
dalam toleransi
jantung
6. Kolaborasi,
berikan obat sesuai
indikasi
7. Berikan kompres
hangat pada
punggung
8. Pertahankan
patensi kateter bila
digunakan
4. Selidiki keluhan
kandung kemih
penuh : palpasi
untuk distensi
suprapubik.
Perhatikan
penurunan keluaran
urine, adanya edema
periorbital/tergantu
ng
5. Observasi
perubahan status
mental, perilaku atau
tingkat kesadaran
6. Awasi
pemeriksaan
laboratorium,
contoh elektrolit,
BUN kreatinin
7. Ambil urine
untuk kultur dan
sensitivitas
8. Berikan obat
sesuai indikasi,
contoh : Perhatikan
patensi kateter tak
menetap, bila
menggunakan
9. Irigasi dengan
asam atau larutan
alkali sesuai indikasi
4. Implementasi
5.EVALUASI
Evaluasi terbagi atas dua jenis, yaitu evaluasi formatis dan evaluasi sumatif. Evaluasi somatif
berfokus pada aktifitas proses keperawatan dan hasil tindakan keperawatan. Evaluasi
formatif di lakukan segera setelah perawat mengimplementasikan rencana keperawatan
guna menilai keefektifan tindakan keperawatan yang telah di laksanakan. Penurunan
evaluasi formatif ini meliputi empat komponen yang di kenal dengan istilah SOAP yakni
subjektif(data berupa keluhan pasien), objekstif(data hasil pemeriksaan), analisis data
(perbandingan data dengan teori), dan perencanaan (Asmadi,2008)
Evaluasi yang di lakukan berdasarkan kondisi pasien Ny. J di lakukan setelah tindakan
keperawatan di terapkan kepada pasien. Hasil evaluasi pada Ny. J dengan diagnosa nyeri
akut berhubungan dengan agen cedera biologis pada tanggal 06 september 2021 dengan
beberapa pon di antara nya secara subjektif pasien Ny. J mengatakan nyerinya sudah
berkurang, yang di buktikan dengan data objektif yaitu skala nyeri dari nyeri sedang (4-6),
menjadi nyeri ringan(2-3) . masalah keperawatan Nyeri akut berhubungan dengan agen
cedera biologis teratasi, dan intervensi di hentikan. Dan untuk diagnosa ke dua gangguan
eliminasi urin berhubungan dengan infeksi saluran kemih secara subjektif pasien
mengatakan saat berkemih sudah tidak terasa panas dan kencing sudah tidak menetes yang
di dukung dengan data objektif pasien tidak tampak lemas, masalah keperawatan gangguan
eliminasi urin berhubungan dengan infeksi saluran kemih dengan stressor teratasi dan
intervensi di hentikan.
BAB 4
PENUTUP
1. Kesimpulan
1 .Pengkajian
Pengkajian pada kasus nyata Ny. j pada tanggal 6 september 2021 jam 9.00 di dapatkan
keluhan utama pasien mengatakan nyeri hilang timbul pada perut bagian kanan bawah,
nyeri menyebar dari perut hingga ke pinggang bagian belakang, saat berkemih terasa panas
pada penis saat berkemih hanya menetes dan warna urine kuning kemerahan sekitar nyeri
yang di rasakan pasien sekitar 3 hari yang lalu
2 Diagnosa
Daignosa yang di ambil yaitu: Nyeri akut berhubungan dengan Agen cedera biologis dan
Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan Infeksi saluran kemih.
3 Perencanaan
Rencana keperawatan yang di ambil berdasarkan NOC dan NIC yaitu pada NOC yang di ambil
tingkat nyeri dan pola eliminasi urine, NIC yang di ambil yaitu manajemen nyeri dan
mananjemen eliminasi urin.
.4 Pelaksanaan
Semua tindakan keperawatan di lakukan sesuai dengan aktifitasaktifitas yang berada pada
rencana keperawatan yang di susun, mulai dari Nyeri Akut berhubungan Agen Cedera
Biologis, samapai Gangguan
5 Evaluasi
Klien di pulangkan karena kondisinya telah membaik dan disarankan untuk kembali
melakukan kontrol. Maka penulis memberikan health education mengenai menganjurkan
kepada klien untuk selalu melakuan teknik relaksasi napas dalam ketika nyeri kembali
dirasakan dan ketika merasa cemas dan menganjurkan klien untuk selalu meningkatkan
istirahat, juga menganjurkan pada klien untuk selalu mengkonsumsi air yang cukup dan
menganjurkan keluarga untuk selalu menemani klien serta mengkonsumsi obat yang
diberikan sesuai dengan instruksi.
2. saran
Diharapkan keterlibatan dan kerja sama antara klien dan keluarga klien dengan perawat
dalam proses keperawatan. Sehingga didapatkan proses keperawatan yang
berkesinambungan, cepat dan tepat kepada klien.
3. Bagi Mahasiswa
Untuk mahasiswa yang akan melakukan studi kasus selanjutnya agar lebih memeperhatikan
dalam menegakkan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan data yang diperoleh pada
saat pengkajian.