Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

RETINOBLASTOMA
KELOMPOK 1
Niken Widiyastuti (201902078)
Nova Rivaldi W (201902079)
Oni Riski Purwanti (201902080)
Rahma Arvita Sari (201902081)
Rera Oktavia (201902082)
Riski Romadhon (201902083)
Sa’adatul Mukharomah (201902084)
Sitna Amalia R (201902085)
Syahratul Husna (201902086)
Vivin Nurul Jannah (201902087)
Wiwit SetiowatI N (201902089)
Definisi

Retinoblastoma adalah tumor endo-okular pada anak


yang mengenai saraf embrionik retina. Kasus ini jarang
terjadi, sehingga sulit untuk dideteksi secara awal. Rata
rata usia klien saat diagnosis adalah 24 bulan pada
kasus unilateral, 13 bulan pada kasus kasus bilateral.
Beberapa kasus bilateral tampak sebagai kasus
unilateral, dan tumor pada bagian mata yang lain
terdeteksi pada saat pemeriksaan evaluasi. ini
menunjukkan pentingnya untuk memeriksa klien
dengan dengan anestesi pada anak anak dengan
retinoblastoma unilateral, khususnya pada usia
dibawah 1 tahun (Pudjo Hagung Sutaryo, 2006 ).
ETIOLOGI
Secara pasti belum diketahui.
Kelainan Kromosom Terjadi karena kehilangan kedua kromosom
dari satu pasang alel dominant protektif yang berada dalam pita
kromosom 13q14. Bisa karena mutasi atau diturunkan. Penyebabnya
adalah tidak terdapatnya gen penekan tumor, yang sifatnya
cenderung diturunkan. Kanker bisa menyerang salah satu mata yang
bersifat somatic maupun kedua mata yang merupakan kelainan yang
diturunkan secara autosom dominant. Kanker bisa menyebar ke
kantung mata dan ke otak (melalu saraf penglihatan/nervus optikus).
Faktor Genetik Gen cacat RB1 dapat warisan dari orang tua baik,
pada beberapa anak, bagaimanapun, mutasi terjadi pada tahap awal
perkembangan janin. Tidak diketahui apa yang menyebabkan
kelainan gen, melainkan yang paling mungkin menjadi kesalahan
acak selama proses copy yang terjadi ketika sel membelah.
PATOFISIOLOGI
Retinoblastoma adalah tumor neuroblastik yang ganas pada
lapisan nukleus retina
Tumor tersebut muncul dalam lapisan internal nukleus retina
dan tumbuh ke dalam kapasitas vitreous (type endophytic)
Tipe exophytic muncul dalam lapisan eksternal nukleus dan
tumbuh ke dalam rongga subretina, dengan detachment
retina
 Sering kali tumbuh secara kombinasi endophtytic dan
exophytic
 Keberadaan tumor dapat terjadi dalam koroid, sklera dan
saraf optik penyebaran tumor secara hematogen; bone
marrow, skletal, nodus lymphe dan hati.(yuliani, 2010)
Manifestasi Klinis

Tumor intraokuler, tergantung ukuran dan posisi


Refleks mata boneka “ cat eye reflex ” atau
leukokoria, pupil keputihan
Strabismus
Radang orbital
Hyphema
Pandangan hilang unilateral tidak dikeluhkan oleh
anak
Sakit kepala
Muntah, amorexia, dan berat badan menurun (yuliani,
2010).
Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan fisik : opthalmoscopy


bilateral
 CT scan atau MRI
Aspirasi bone marrow (yuliani, 2010).
Penatalaksanaan

Tergantung stadium dan diagnosis


 Stadium I, II, III biasanya dengan external irradiasi
Tujuan pengobatan adalah untuk membasmi tumor dan
mempertahankan pandangan
Radiasi biasanya diberikan di atas 3-4 minggu
Pembedahan (enukleasi) adalah pilihan karena
pertumbuhan tumor, khususnya pada saraf yang terlibat
Chemoterapy pada kasus extraokuler, regional atau
sudah metastase. Obatnya diantaranya; cytoxon,
vincristine (oncovin), dactinomycin, doxorubicin,
cisplaxin, infosfamide, methotrexate (yuliani, 2010).
Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan sensori persepsi : penglihatan


berhubungan dengan kekeruhan lensa mata.
2. Risiko cedera berhubungan dengan penurunan
ketajaman penglihatan.
3. Ansietas berhubungan dengan perubahan status
kesehatan.
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan proses
penyakit.
5. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
fisiologis.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
Rencana Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (SIKI)

1. Gangguan persepsi Tujuan : Setelah dilakukan Minimalisir Rangsangan :


sensori : penglihatan intervensi keperawatan selama O :
berhubungan dengan 1x24 jam maka diharapkan - Periksa status mental, status sensori, dan tingkat
kekeruhan lensa mata persepsi sensori membaik, kenyamanan (mis.nyeri, kelelahan)
dengan kriteria hasil: T:
- Konsentrasi membaik - Diskusikan tingkat toleransi terhadap beban sensori
- Orientasi membaik (mis.bising, terlalu terang)
- Batasi stimulasi lingkungan (mis.cahaya, suara,
aktivitas)
- Jadwalkan aktivitas harian dan istirahat
E:
- Ajarkan cara meminimalisir stimulus (mis.mengatur
pencahayaan ruangan, mengurangi kebisingan,
membatasi kunjungan)
K:
- Kolaborasi dalam meminimalkan tindakan/prosedur
- Kolaborasi pemberian obat yang mempengaruhi
persepsi stimulus.
2. Ansietas berhubungan Tujuan : Setelah dilakukan Reduksi Ansietas
dengan perubahan status intervensi keperawatan selama O :
kesehatan 1x24 jam maka diharapkan - Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis.kondisi,
tingkat ansietas menurun, waktu, stressor)
dengan kriteria hasil: - Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan non verbal)
- Gelisah dan tegang T :
menurun - Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
- Keluhan pusing menurun kepercayaan
- Pola tidur membaik - Temani pasien untuk mengurangi kecemasan jika
memungkinkan
- Pahami situasi yang membuat ansietas
- Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa
yang akan dating
E:
- Anjurkan keluarga untuk menemani pasien jika perlu
- Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
ketegangan
- Latih teknik relaksasi
K:
- Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu
3. Gangguan citra tubuh Tujuan : Setelah dilakukan Promosi Citra Tubuh
berhubungan dengan proses intervensi keperawatan selama O:
penyakit 1x24 jam maka diharapkan - Identifikasi budaya, agama, jenis kelamin, dan umur
citra tubuh meningkat, dengan terkait citra tubuh
kriteria hasil: - Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap
- Verbalisasi perasaan perkembangan
negative tentang - Monitor apakah pasien bias melihat bagian tubuh yang
perubahan tubuh menurun berubah
- Respon nonverbal pada T :
perubahan tubuh - Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya
membaik - Diskusikan perubahan akibat pubertas, kehamilan dan
- Hubungan social penuaan
membaik - Dsikusikan persepsi pasien dan keluarga tentang
perubahan citra tubuh
E:
- Jelaskan kepada keluarga tentang perawatan perubahan
citra tubuh
- Latih fungsi tubuh yang dimiliki
- Anjurkan menggunakan alat bantu
- Latih pengungkapan kemampuan diri kepada orang
lain maupun kelompok
4. Nyeri akut berhubungan Tujuan : Setelah dilakukan Pemberian Analgesik
dengan agen pencedera intervensi keperawatan selama O:
fisiologis. 1x24 jam maka diharapkan - Identifikasi karakteristik nyeri (mis. pencetus, pereda,
tingkat nyeri menurun, dengan kualitas, lokasi, intensitas, frekuensi, durasi)
kriteria hasil: - Identifikasi alergi obat
- Keluhan nyeri menurun - Identifikasi kesesuaian jenis analgesic (mis. narkotika,
- Meringis menurun non-narkotik, atau NSAID) dengan timgkat keparahan
- Gelisah menurun nyeri
- Kesulitan tidur menurun - Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah
- Frekuensi nadi membaik pemberian analgesic
  T:
- Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau bolus
opioid untuk mempertahankan kadar dalam serum
- Tetapkan target efektifitas analgesic untuk
mengoptimalkan respons pasien
- Dokumentasikan respons terhadap efek analgesic dan
efek yang tidak diinginkan
E:
- Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
K:
- Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesic, sesuai
indikasi
Intoleransi aktivitas berhubungan Tujuan : Setelah dilakukan intervensi Terapi Aktivitas
dengan kelemahan. keperawatan selama 1x24 jam maka O:
  diharapkan toleransi aktivitas - Identifikasi defisit tingkat aktivitas
meningkat, dengan kriteria hasil: - Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas tertentu
- Kemudahan dalam melakukan - Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi dalam aktivitas
aktivitas sehari-hari meningkat - Monitor respons emosional, fisik, sosial, dan spiritual terhadap
- Perasaan lemah menurun aktivitas
- Kecepatan berjalan meningkat T:
- Fasilitasi fokus pada kemampuan, bukan defisit yang dialami
- Sepakati komitmen untuk meningkatkan frekuensi dan rentang
aktivitas
- Fasilitasi aktivitas motorik untuk merelaksasi otot
- Libatkan keluarga dalam aktivitas, jika perlu
- Fasilitasi mengembangkan motivasi dan penguatan diri
E:
- Anjurkan melakukan aktivitas fisik, sosial, spiritual, dan kognitif
dalam menjaga fungsi dan kesehatan
- Anjurkan keluarga untuk memberi penguatan positif atas
partisipasi dalam aktivitas
 
K:
- Kolaborasi dengan terapis okupasi dalam merencanakan dan
memonitor program aktivitas, jika perlu
 
Risiko cedera berhubungan Tujuan : Setelah dilakukan Pencegahan Cedera
dengan penurunan ketajaman intervensi keperawatan selama O:
penglihatan. 1x24 jam maka diharapkan - Identifikasi area lingkungan yang berpotensi
tingkat cedera menurun, dengan menyebabkan cedera
kriteria hasil: - Identifikasi obat yang berpotensi menyebabkan cedera
- Toleransi aktivitas - Identifikasi kesesuaian alas kaki atau stoking elastis
meningkat pada ektremitas bawah
- Kejadian cedera menurun T:
- Luka/lecet menurun - Sediakan pencahayaan yang memadai
- Gunakan lampu tidur selama jam tidur
- Pastikan bel panggilan atau telepon mudah dijangkau
- Diskusikan mengenai alat bantu mobilitas yang sesuai
(mis. tongkat atau alat bantu jalan)
- Diskusikan bersama anggota keluarga yang dapat
mendampingi pasien
E:
- Jelaskan alasan intervensi pencegahan jatuh ke pasien
dan keluarga

Anda mungkin juga menyukai