Anda di halaman 1dari 21

TUGAS INDIVIDU

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

KOLIDA SEPTI UTAMI (4B) 201902071


01
SIKAP ERGONOMIK PADA
PROFESI PERAWAT
DEFINISI
Ergonomi berasal dari dua kata Yunani yaitu ”Ergon” dan ”Nomos” yang
berarti kerja dan aturan. Ergonomi adalah ilmu interdisipliner yang mempelajari interaksi
antara manusia dan objek yang digunakan serta kondisi lingkungan. Ergonomi adalah
ilmu, teknologi dan seni yang berupaya meserasikan alat, cara dan lingkungan kerja
terhadap kemampuan dan batasan manusia untuk terwujudnya kondisi lingkungan kerja
yang sehat, aman, nyaman dan efisien demi tercapainya produktivitas yang setinggi-
tingginya
Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan
pekerjaan mereka Sasaran penelitian ergonomic adalah manusia pada saat bekerja dalam
lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi adalah penyesuaian tugas
pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia yang ditujukan untuk menurunkan stress yang
akan dihadapi.
LANJUTANNYA……

Perawat merupakan tenaga kesehatan yang ruang lingkupnya tidak terlepas dari
rumah sakit ataupun pusat – pusat pelayanan kesehatan. Masih kurangnya rasio perawat
dengan jumlah penduduk menyebabkan resiko beban kerja perawat meningkat. Beban
kerja perawat yang meningkat ini dapat menyebabkan resiko-resiko terkait pekerjaan,
khususnya berkaitan dengan resiko fisik. Resiko fisik yang dapat dialami oleh perawat
disebabkan oleh dua hal yaitu faktor lingkungan kerja dan faktor interna.

Penerapan prinsip - prinsip ergonomi ditempat kerja masih kurang tersentuh atau
mendapat perhatian secara penuh terutama pada pekerjaan perawat di rumah sakit.
Pemberian pemahaman secara komprehensif dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap
dalam penerapan posisi yang ergonomis. Lebih lanjut disebutkan bahwa sikap dan posisi
kerja yang ergonomis dapat mengurangi kelelahan dan rasa sakit saat bekerja, sehingga
menimbulkan kenyamanan dalam melakukan pekerjaan tersebut.
FAKTOR PENYEBAB
Desain lokasi Pengaturan
Tata ruang
kerja yang shift yang
buruk
kerja buruk jelek

Beban Penanganan Desain


tangung-jawab material terlalu peralatan dan
berlebihan berlebihan alat kerja yang
buruk
LANJUTANNYA…….

Persyaratan Pekerjaan yang Ketidakseras


penanganan mengharuskanperp ian jam
material indahan bolak- kerja dengan
berlebihan balik istirahat
CONTOH KONDISI BAHAYA YANG TERJADI
SERTA MEKANISME KRONOLOGISNYA
1. TERPELESET

Terpeleset , biasanya karena lantai licin


yang dapat berakibat luka ringan
(memar), luka berat (memar otak).
2. MENGANGKAT BEBAN YANG
CUKUP BERAT
Mengangkat beban merupakan pekerjaan yang
cukup berat, terutama bila mengabaikan kaidah
ergonomi yang dapat berakibat cedera pada
punggung.
3. RESIKO TERJADI KEBAKARAN

Risiko terjadi kebakaran (sumber : bahan kimia,


kompor, listrik), bahan desinfektan yang mungkin
mudah menyala (flammable) dan beracun. Kebakaran
terjadi bila terdapat 3 unsur bersama-sama yaitu:
oksigen, bahan yang mudah terbakar dan panas. Yang
dapat mengakibatkan timbulnya kebakaran dengan
akibat luka bakar dari ringan sampai berat bahkan
kematian dan juga timbulnya keracunan akibat kurang
hati-hati.
UPAYA
PENCEGAHANNYA
1. TERPELESET

Pencegahan: Dengan memakai sepatu anti slip, jangan memakai


sepatu dengan hak tinggi, atau tali sepatu longgar. Kemudian hati-
hati bila berjalan pada lantai yang sedang dipel (basah dan licin)
atau tidak rata konstruksinya dan juga memperhatikan pemeliharaan
lantai dan tangga.
2. MENGANGKAT BEBAN YANG CUKUP
BERAT
Pencegahan: Beban jangan terlalu berat, jangan berdiri
terlalu jauh dari beban, jangan mengangkat beban dengan
posisi membungkuk tapi pergunakanlah tungkai bawah
sambil berjongkok, dan Pakaian penggotong jangan terlalu
ketat sehingga pergerakan terhambat.
3. RESIKO TERJADI KEBAKARAN

Pencegahan: Konstruksi bangunan harus tahan api, sistem penyimpanan yang baik
terhadap bahan-bahan yang mudah terbakar, pengawasan terhadap kemungkinan
timbulnya kebakaran yaitu adanya sistem tanda kebakaran, yang manual yang
memungkinkan seseorang menyatakan tanda bahaya dengan segera ataupun otomatis
yang menemukan kebakaran dan memberikan tanda secara otomatis, adanya jalan untuk
menyelamatkan diri, perlengkapan dan penanggulangan kebakaran, penyimpanan dan
penanganan zat kimia yang benar dan aman.
TERIMAKASIH !
#2
UPAYA MENCEGAH HAZARD PSIKOSOSIAL
KOLIDA SEPTI UTAMI
(4B)201902071
DEFINISI
Hazard merupakan semua sumber, situasi ataupun aktivitas yang
berpotensi menimbulkan cedera (kecelakaan kerja) atau penyakit akibat kerja.
Risiko dapat didefinisikan sebagai suatu kombinasi dari kemungkinan terjadinya
peristiwa yang berhubungan dengan cidera parah atau sakit akibat kerja dan
terpaparnya seseorang atau alat pada suatu bahaya.
Hazard psikososial adalah suatu bentuk bahaya yang dapat mengancam
kesehatan mental para pekerja dan risiko penurunan produktifitas pekerja.
Dikarenakan hal tersebut upaya atau pencegahan pada hazard
psikososial yang akan dibahas ini menjadi hal penting selain melindungi atau
mencegah bahaya fisik atau luar lainnya.
FAKTOR PENYEBAB
1. Faktor teknis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau terdapat pada
peralatan kerja yang digunakan atau dari pekerjaan itu sendiri
2. Faktor lingkungan,yaitu potensi bahaya yang berasal dari atau berada di
dalam lingkungan, yang bisa bersumber dari proses produksi termasuk
bahan baku, baik produk antara maupun hasil akhir.
3. Faktor manusia, merupakan potensi bahaya yang cukup besar terutama
apabila manusia yang melakukan perkerjaan tersebut tidak berada dalam
kondisi kesehatan yang prima baik fisik maupun psikis.
CONTOH KONDISI BAHAYA SERTA MEKANISME KRONOLOGISNYA

Potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kondisi aspek-aspek psikologis ketenaga
kerjaan yang kurang baik atau kurang mendapatkan perhatian seperti: penempatan tenaga kerja yang tidak
sesuai dengan bakat, minat, kepribadian, motivasi, temperamen atau pendidikannya, sistem seleksi dan
klasifikasi tenaga kerja yang tidak sesuai, kurangnya keterampilan tenaga kerja dalam melakukan
pekerjaannya sebagai akibat kurangnya latihan kerja yang diperoleh, serta hubungan antara individu yang
tidak harmoni dan tidak serasi dalam organisasi kerja. Kesemuanya tersebut akan menyebabkan terjadinya
stress akibat kerja.
Faktor psikososial utama yang berperan adalah stress, dimana stressor kerja dapat berupa
hubungan antar pekerja maupun beban kerja (secara kuantitatif atau kualitatif).
Hasil studi di Jepang menunjukkan bahwa:
Kelelahan fisik akibat kerja sebesar 70 – 74%
Kelelahan mental akibat kerja sebesar 73 – 75% (lebih tinggi)
Penderita jantung koroner memiliki waktu kerja lebih dari 60 jam per minggu tinggi)
UPAYA PENCEGAHANNYA
Upaya pegendalian atau pencegahan bahaya resiko, terhadap stress kerja padakaryawan ,
kegelisahan, depresi , penghargaan diri yang kurang sampai meningkatnyagejala penyakit jantung.

1. Elimination adalah menghilangkan semua faktor risiko dari process kerja yangmenjadi sumber bahaya.
2. Substitution adalah Mengganti hal-hal yang mempunyai pengaruh berbahayaterhadap psikis dan fisik
pekerja
3. Minimasi adalah Memperkecil kemungkina timbulnya bahaya
4. Engineering Control adalah pendekatan secara teknik misalnya : penilaiankinerja pekerja,
5. Administrative Control adalah pengawasan terhadap keputusan atau peraturan- peraturan yang telah
disepakati bersama.
6. Supervisi atau bertujuan untuk meningkatkan pemahaman pekerja sehinggafaktor resiko timbulnya
bahaya dapat dikurangi
7. PPE atau APD : Sebagai pelindung antara pekerja dan hal-hal pencetus bahaya dengan pemahaman
pekerja yang baik dan pendekatan diri terhadap
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai