Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS KEKURANGAN VITAMIN A

Disusun oleh:

1. Dara Ayu Tri Prasasti (201902056)

2. Elfina Susilowati (201902061)

3. Fera Fazera (201902064)

4. Kolida Septi Utami (201902071)

5. Riski Romadhon (201902083)

6.Yupita Ratnawati (201902090)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah, Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat taufik dan
hidayah Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Asuhan
Keperawatan komunitas kekurangan vitamin a”sebagai tugas mata kuliah Keperawatan
komunitas 1.

Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis telah mendapat bantuan berbagai pihak.
Untuk itu pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan terimakasih kepada :

1.Bapak priyoto, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku dosen mata kuliah Keperawatan komunitas 1 di


STIKES BHM MADIUN

2.Teman – teman anggota kelompok 04 yang ikut bekerja sama atas penyelesaian makalah
ini, beserta

3.Rekan – rekan yang telah memberi dukungan pada kami.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun guna sebagai bahan
evaluasi penulis untuk kedepannya lebih baik lagi. Akhir dari penulisan makalah ini penulis
ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah ikut membantu dan berpartisipasi dalam
menyusun makalah ini.

Madiun, 16 Januari 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
C. Batasan Masalah
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Komunitas
B. Konsep Dasar Penyakit
BAB 3 KASUS (ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS)
BAB 4 PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Tujuan
utama dari pembangunan nasional adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
optimal (Wahit, 2005). Dalam mencapai tujuan tersebut, terdapat beberapa kendala, salah
satu kendala yang berpengaruh sekali adalah adanya masalah kesehatan yang bersumber dari
berbagai faktor seperti faktor keturunan, perilaku, pelayanan kesehatan dan lingkungan.
Keperawatan komunitas merupakan salah satu strategi guna mencapai tujuan
pembangunan nasional. Keperawatan komunitas merupakan sebuah upaya pelayanan
keperawatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang dilaksanakan
oleh perawat dengan mengikutsertakan tim kesehatan lainnya dan masyarakat untuk
memperoleh tingkat kesehatan yang lebih tinggi dari individu, keluarga dan masyarakat
(Depkes RI, 1986).
Tujuan dari keperawatan komunitas menurut Wahit (2005) adalah untuk mencegah
dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui upaya keperawatan, sehingga diharapkan
masyarakat dapat secara mandiri untuk mengidentifikasi masalah kesehatan, menetapkan dan
memprioritaskan masalah tersebut, merumuskan serta memecahkan, menanggulangi masalah
kesehatan serta mengevaluasi keberhasilan dari suatu pemecahan masalah sehingga dapat
meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri. Tujuan inilah yang
dapat dijadikan strategi utama dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal seperti yang
diharapkan dalam pembangunan nasional.
Guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sesuai dengan tujuan pembangunan
nasional, khususnya di daerah pedesaan, Mahasiswa Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun
Program Studi Keperawatan melakukan upaya dengan menjalankan Praktek Keperawatan
Komunitas di RW III Desa Karangduren, Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas.
Pada saat pembekalan di Desa Karangduren Kepala Desa menyampaikan bahwa
lingkungan di desa Karangduren secara umum belum berperilaku hidup sehat dan
memfikirkan tentang kesehatan dan dari data t menunjukan adanya suatu masalah kesehatan
di RW III
Desa Karangduren. Masalah kesehatan yang muncul tersebut antara lain : mengenai angka
kesakitan balita yang menunjukan 12 % balita menderita diare, 11 % menderita ISPA.
Terdapat pula data temuan tentang pemanfaatan posyandu, yang menunjukan 14,75% balita
tidak rutin ke posyandu.

Masalah – masalah tersebut telah diinformasikan kepada warga Desa Karangduren,


khususnya warga RW III serta petugas Puskesmas dan petugas kesehatan setempat pada saat
Musyawarah Masyarakat Desa dengan diberikan arahan bahwa untuk balita dengan sakit
yang diderita tersebut sebagian besar penyebab darI Kekurangan Vitamin A .Dan tanggapan
warga terhadap penentuan pokok masalah tersebut sangatlah baik dan warga juga sangat
antusias ketika diminta kerjasamanya untuk menyusun perencanaan guna menyelesaikan
masalah-masalah tersebut.
Sebagai bentuk realisasi dari perencaaan pada saat Musyawarah Masyarakat Desa,
mahasiswa bekerja sama dengan petugas kesehatan, tokoh masyarakat serta warga setempat
dalam melakukan implementasi dari berbagai perencanaan tersebut. Sebagai bahan evaluasi
dan guna mengetahui seberapa besar peningkatan derajat kesehatan warga desa Karangduren
RW III, maka perlu adanya suatu pelaporan hasil kegiatan melaksanakan tindakan
keperawatan tersebut.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu menerapkan untuk memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan
kekurangan vitamin A
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian secara langsung pada anak dengan kekurangan
vitamin A.
b. Dapat merumuskan masalah dan membuat diagnosa keperawatan pada anak
dengan kekurangan vitamin A.
c. Dapat membuat perencanaan pada anak dengan kekurangan vitamin A.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dan mampu mengevaluasi tindakan
yang telah dilakukan pada anak dengan kekurangan vitamin A.
C. Batasan Masalah

Dalam penyusunan laporan ini, penyusun memfokuskan masalah yang terjadi di


masyarakat RW III Desa Karangduren, antara lain mengenai adanya resiko peningkatan
angka kesakitan diare dan ISPA pada balita akibat kurangnya gizi atau vitamin A dapat
teratasi, dan kurangnya pemanfaatan posyandu balita dapat teratasi guna untuk memberikan
kesehatan pada anak-anak balita pada RW III Desa Karangduren.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Komunitas

Perawatan Kesehatan adalah sebagai suatu lapangan khusus dibidang kesehatan,


keterampilan, hubungan antar manusia dan keterampilan organisasi diterapkan dalam
hubungan yang serasi kepada masyarakat (Freeman, 1961).
Perawatan komunitas merupakan perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok yang memepengaruhi kesehatan keseluruhan penduduk,
meliputi: peningkatan kesehatan, pemeliharaan kesehatan, penyuluhan kesehatan, koordinasi
dan pelayanan keperawatan berkelanjutan dipergunakan sebagai suatu pendekatan yang
komperhensip (Wahit, 2005).
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa perawatan komunitas
merupakan bidang khusus dalam ilmu keperawatan yang ditunjukan kepada individu,
keluarga, kelompok yang mempengaruhi kesehatan.
1. Asuhan Keperawatan Komunitas
a. Pengkajian
Riyadi, S (2007) menjelaskan bahwa pengkajian komunitas merupakan suatu proses
untuk dapat mengenal masyarakat. Masyarakat merupakan mitra terhadap keseluruhan
proses. Tujuan keperawatan dalam mengkaji komunitas adalah mengidentifikasi faktor-
faktor, baik faktor positif maupun faktor negatif yang mempengaruhi kesehatan warga
masyarakat.
Menurut Anderson dan Elisabeth (2006) dalam Riyadi, S(2007) pengkajian sumber
data yang digunakan data diperoleh melalui beberapa sumber yaitu :
1) Sensus
Sensus merupakan sumber data yang paling lengkap. Data sensus dapat
diperoleh dengan cara survey terhadap masyarakat. Meskipun data sensus
sangat lengkap namun kerancuan masih terjadi. Masyarakat mungkin masih
memberikan jawaban yang tidak jujur atas pertanyaan yang bersifat pribadi.
Data yang diperlukan meliputi data jumlah penduduk, komposisi penduduk
berdasarkan usia dan jenis kelamin, mata pencaharian penghasilan dan tingkat
pendidikan.

2) Data statitik vital


Data statitik vital adalah data tentang kejadian-kejadian yang tercatat secara
terus menerus badan pemerintahan. Data tersebut meliputi data kelahiran,
kematian, perkawinan, perkawinan, perceraian, serta mobilitas penduduk
(migrasi, imigrasi, transmigrasi).
3) Laporan penyakit yang terinformasika
Laporan penyakit yang terinformasikan adalah data yang dilaporkan oleh
Departemen Kesehatan baik pusat maupun daerah tentang penyakit-penyakit
atau kejadian luar biasa yang pernah atau sedang dialami oleh suatu daerah,
misalnya penyakit yang pernah wabah atau penyakit yang mayoritas pernah
diderita oleh sebagian besar mayarakat di suatu daerah.
4) Catatan medis dan rumah sakit
Catatan medis ini diperlukan untuk mengetahui sejauh mana masyarakat
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada. Selain itu, juga diperlukan untuk
mengetahui jenis penyakit dan angka kesakitan di daerah tersebut. Namun
catatan-catatan ini tidak menyajikan gambaran yang lengkap atau valid
tentang kesehatan komunitas karena tidak semua masyarakat memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan sehingga perlu dilakukan pendataan yang lebih
lengkap melalui pemeriksaan langsung kemasyarakat.
b. Analisa Data
Analisa data merupakan suatu proses yang terdiri dari banyak langkah. Fase-fase yang
dapat digunakan dalam membantu proses analisa data adalah :
1) Kategorisasi
Untuk menganalisa data pengkajian komunitas sangat membantu jika pertama-
tama mengkategorikan data. Data dikategorikan dalam berbagai cara. Kategori
data pengkajian komunitas ini meliputi :
a) Karakteristik demografi (ukuran keluarga, usia, jenis kelamin, dan
kelompok etnis serta ras).
b) Karakteristik geografi (batas wilayah, jumlah dan ukuran lahan tempat
tinggal, ruang publik dan jalan).
c) Karakteristik sosial ekonomi (kategori pekerjaan, penghasilan,
pendidikan yang dicapai dan pola penyewaan atau kepemilikan
rumah).
d) Struktur dan pelayanan kesehatan (rumah sakit, pusat pelayanan
kesehatan mental, bidan desa, polikinik kesehatan desa, Pukesmas).
2) Ringkasan
Setelah menentukan kategorisasi langkah selanjutnya membuat ringkasan data
dalam tiap kategori dan dibutuhkan pernyataan ringkasan maupun ukuran
ringkasan seperti rata-rata, diagram dan grafik.
3) Pembandingan
Tugas selanjutnya sebagai tambahan dalam menganalisa data adalah
mengidentifikasi kesenjangan, kerancuan dan kehilangan data. Kesenjangan
data tidak dapat dihindari seperti kesalahan dalam pencatatan, tugas penting
adalah menganalisa secara ktiris data dan menyadari potensi adanya
kesenjangan.
4) Penarikan Kesimpulan
Setelah mengkategorikan, meringkas, dan membandingkan data yang telah
dikumpulkan, langkah terakhir adalah menarik kesimpulan logis dari bukti
yang ada untuk mengarah ke rumusan diagnosa keperawatan komunitas.
Analisa data dilaksanakan berdasarkan data yang telah diperoleh dan disusun
dalam suatu format yang sistematis.
Dalam menganalisa data memerlukan pemikiran yang kritis. Data yang terkumpul
kemudian dianalisa seberapa besar faktor stressor yang mengancam dan seberapa berat reaksi
yang timbul dalam komunitas. Tugas terakhir adalah menganalisa penyataan kesimpulan
menjadi diagnosa keperawatan komunitas.
c. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa adalah pernyataan hasil analisa data. Diagnosa merupakan label yang
mendeskripsikan situasi atau kondisi dan mengandung etiologi. Diagnosa keperawatan
membatasi proses diagnostik pada berbagai diagnosis yang ditegakkan untuk menjadi respon
manusia terhadap masalah kesehatan baik aktual maupun potensial, yang dapat secara legal
ditangani oleh perawat.
Diagnosis keperawatan terdiri atas tiga bagian, yaitu : bagian pertama adalah deskripsi
masalah, respon berdasarkan kondisi, bagian kedua adalah identifikasi berbagai faktor
etiologi
yang berhubungan dengan masalah dan bagian ketiga adalah tanda dan gejala yang
merupakan karakteristik masalah. Diagnosa keperawatan komunitas berfokus pada suatu
komunitas yang biasanya didefinisikan sebagai suatu kelompok, populasi atau kumpulan
orang dengan sekurang-kurangnya memiliki suatu karakteristik tertentu. Untuk memperoleh
diagnosa komunitas, data hasil pengkajian komunitas dianalisa dan dibuat kesimpulan.
Pernyataan kesimpulan tersebut membentuk diagnosa keperawatan. Beberapa
kesimpulan membentuk bagian deskriptif dari diagnosa keperawatan yaitu menunjukkan
masalah kesehatan komunitas potensial dan aktual. Pernyataan kesimpulan bersifat etiologi
dan mencatat kemungkinan penyebab timbulnya masalah kesehatan. Pernyataan etiologi
dihubungkan dengan menggunakan “berhubungan dengan”, yang diikuti tanda dan gejala dari
etiologi tersebut.
d. Perencanaan
Setelah mengkaji kesehatan komunitas, menganalisa datadan menetapkan diagnosa
keperawatan komunitas. Langkah selanjutnya adalah mempertimbangkan intervensi
keperawatan yang dapat meningkatkan kesehatan komunitas tersebut untuk memfokuskan
rencana berfokus komunitas. Masing-masing diagnosa keperawatan komunitas mengarahkan
kepada upaya perencanaan perawat.
Setiap bagian dari diagnosis selain menggambarkan pengkajian komunitas juga
memberikan pengarahan bagi perencanaan, implementasi dan evaluasi program. Rencana
berfokus komunitas didasarkan pada diagnosa keperawatan yang mengandung tujuan serta
intervensi spesifik dalam mencapai hasil yang diharapkan. Perencanaan seperti pengkajian
dan analisa merupakan proses sistematik yang dibuat melalui kerja sama lintas program dan
lintas sektoral dalam komunitas.
Setelah tersusun diagnosa keperawatan kemudian semua ide dan proposal
implementasi dihasilkan melalui satu tujuan berfokus komunitas dan rencana kegiatan
konkrit. Setelah
memvalidasi diagnosa keperawatan bersama komunitas, tujuan berfokus untuk melaksanakan
program promosi kesehatan berdasarakan isi yang didasarkan warga, dengan menggunakan
yang diterima oleh norma, budaya dan dilakukan dari lokasi yang terjangkau oleh komunitas.
Setelah merumuskan tujuan langkah selanjutnya adalah menetapkan aktivitas program secara
spesifik.Perencanaan yang detail dari aktivitas program dan pencapaian tujuan.
e. Pelaksanaan
Pada tahap ini rencana yang telah disusun dilaksanakan dengan melibatkan individu,
keluarga dan masyarakat sepenuhnya dalam mengatasi masalah kesehatan dan keperawatan
yang dihadapi.Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam melaksanakan kegiatan perawatan
kesehatan masyarakat :
1) Melaksanakan kerja sama lintas program dan lintas sektoral dengan instansi
terkait.
2) Mengikutsertakan partisipasi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
dalam mengatasi masalah kesehatan.
3) Memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di masyarakat.
f. Evaluasi
Evaluasi dilakukan atas respon komunitas terhadap program kesehatan. Hal-hal yang
perlu dievaluasi adalah masukan atau input, pelaksanaan atau proses dan hasil akhir atau
output. Penilaian yang dilakukan berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai sesuai dengan
perencanaan yang telah disusun semula.
Fokus evaluasi adalah :
1) Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan pelaksanaan.
2) Perkembangan atau kemajuan proses pelaksanaan kegiatan.
3) Efektifitas kerja mahasiswa Praktek Keperawatan Komunitas dan masyarakat.
4) Seberapa besar peran serta masyarakat dalam setiap kegiatan.
5) Keberhasilan : Apakah status kesehatan meningkat atau menurun dalam waktu
tertentu?
6) Tindak lanjut dari pelaksanaan kesehatan yang ada terhadap masalah
kesehatan yang belum teratasi.
B. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi

Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang sangat diperlukan
oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata (agar dapat melihat dengan baik) dan untuk
kesehatan tubuh (meningkatkan daya tahan tubuh untuk melawan penyakit misalnya campak,
diare dan penyakit infeksi lain). Vitamin A atau berdasarkan struktur kimianya dibagi
menjadi 2 bentuk yaitu :

i. Retinol
Retinol dapat dimanfaatkan langsung oleh tubuh karena umumnya sumber
retinol diperoleh dari makanan hewani seperti,telur, hati, atau minyak ikan
yang mudah dicerna dalam tubuh.
ii. Betacarotene
Sering disebut pro-vitamin A baru dapat dirasakan setelah mengalami proses
pengolahan menjadi retinol. Sumber betacarotene berasal dari makanan nabati
yang berwarna orange atau hijau tua, seperti wortel, bayam, ubi, mangga, dan
papaya.

Retinol atau Retinal atau juga Asam Retinoat, dikenal sebagai faktor pencegahan
xeropthalmia, berfungsi untuk pertumbuhan sel epitel dan pengatur kepekaan rangsang sinar
pada saraf mata, Jumlah yang dianjurkan berdasarkan Angka Kecukupan Gizi yang
dianjurkan (KGA-2004) per hari 400 ug retinol untuk anak-anak dan dewasa 500 ug
retinol.Tubuh menyimpan retinol dan betacarotene dalam hati dan mengambilnya jika tubuh
memerlukannya.

2. Etiologi

Kekurangan vitamin A yang dipicu oleh kondisi gizi kurang atau buruk. Kerap terjadi
pada bayi lahir berat badan rendah, gangguan akibat kurang yodium (GAKY) serta anemia
gizi ibu hamil. Kelompok rentan xeroftalmia adalah anak dari keluarga miskin, anak di
pengungsian, anak di daerah yang pangan sumber vitamin A kurang, anak kurang gizi atau
lahir dengan berat badan rendah, anak yang sering menderita penyakit infeksi (campak, diare,
tuberkulosis, pneumonia) serta cacingan serta anak yang tidak mendapat imunisasi serta
kapsul vitamin A dosis tinggi.Defisiensi vitamin A awalnya merupakan ancaman yang tidak
kelihatan, yang apabila tidak ditangani dapat menyebabkan hilangnya penglihatan seseorang
terutama pada anak-anak. Dampak selanjutnya adalah ketika mereka tidak lagi bisa melihat
pada cahaya yang suram dan akan menderita penyakit yang disebut night blindness (buta
senja) atau xerophthalmia.Apabila penderitaan terus berlanjut konjangtiva dan cornea mata
menjadi kuning) kemudian muncul bercorak pada kornea dan selanjutnya berakibat pada
kebutaan yang permanen.

Penyebab utama kekurangan vitamin A adalah asupan zat gizi vitamin A (preformed
retinol) atau prekursor vitamin A yang tidak mencakupi peningkatan kebutuhan vitamin A
pada kondisi fisiologis dan patologis tertentu, penyerapan yang kurang kehilangan karena
diare sering merupakan penyebab kekurangan vitamin A.
Defisiensi vitamin A dapat menyebabkan fungsi kekebalan tubuh menurun, sehingga
mudah terkena infeksi. Kekurangan vitamin A menyebabkan lapisan sel yang menutupi paru-
paru tidak mengeluarkan lendir, sehingga mudah dimasuki mikroorganisme, bakteri, dan
virus yang dapat menyebabkan infeksi. Jika hal ini terjadi pada permukaan dinding usus
halus, akan menyebabkan diare.

Vitamin A menpunyai peranan penting pada sintesis protein yaitu pembentukan RNA
sehingga berperan terhadap pertumbuha sel. Vitamin A dibutuhkan untuk perkembangan
tulang dan sel epitel yang membentuk email gigi. Pada orang yang kekurangan vitamin A,
pertumbuhan tulang terhambat dan bentuk tulang tidak normal. Pada anak-anak yang
kekurangan vitamin A, terjadi kegagalan pertumbuhan.

Pada keadaan dimana terjadi defisiensi vitamin A akan terjadi gangguan mobilisasi
zat besi dari hepar, dengan akibat terjadi penurunan kadar feritin. Gangguan mobilisasi zat
besi jugaakan menyebabkan rendahnya kadar zat besi dalam plasma, dimana hal ini akan
mengganggu proses sintesis hemoglobin sehingga akan menyebabkan rendahnya kadar Hb
dalam darah.

Defisiensi vitamin A kronis anemia serupa seperti yang dijumpai pada defisiensi besi,
ditandai dengan Mean Corpuscular Volume (MCV) dan Mean Corpuscular Haemoglobin
Concentration (MCHC) rendah, terdapat anisositosis dan poikilositosis, kadar besi serum
rendah tetapi cadangan besi (ferritin) didalam hati dan sumsum tulang meningkat. KVA
menghambat penggunaan kembali besi untuk eritropoiesis, mengganggu pembentukan
transferin dan mengganggu mobilisasi besi.

3. Gejala Klinis

Kurang vitamin A (KVA) adalah kelainan sistemik yang mempengaruhi jaringan


epitel dari organ-organ seluruh tubuh, termasuk paru-paru, usus, mata dan organ lain, akan
tetapi gambaran yang karakteristik langsung terlihat pada mata. Kelainan kulit pada
umumnya tampak pada tungkai bawah bagian depan dan lengan atas bagian belakang, kulit
tampak kering dan bersisik seperti sisik ikan. Kelainan ini selain disebabkan karena KVA
dapat juga disebabkan karena kekurangan asam lemak essensial, kurang vitamin golongan B
atau Kurang Energi Protein (KEP) tingkat berat atau gizi buruk. Gejala klinis KVA pada
mata akan timbul bila tubuh mengalami KVA yang telah berlangsung lama. Gejala tersebut
akan lebih cepat timbul bila anak menderita penyakit campak, diare, ISPA dan penyakit
infeksi lainnya.
4. Komplikasi
a) Kurang vitamin A (KVA) pada anak-anak yang berada di daerah pengungsian dapat
menyebabkan mereka rentan terhadap penyakit infeksi, sehingga mudah sakit.
b) Anak yang menderita kurang vitamin A, bila terserang campak, diare atau penyakit
infeksi lain, penyakitnya tersebut akan bertambah parah dan dapat mengakibatkan
kematian. Infeksi akan menghambat kemampuan tubuh untuk menyerap zat-zat gizi
dan pada saat yang sama akan mengikis habis simpanan vitamin A dalam tubuh.
c) Kekurangan vitamin A untuk jangka waktu lama juga akan mengakibatkan terjadinya
gangguan pada mata, dan bila anak tidak segera mendapat vitamin A akan
mengakibatkan kebutaan.
d) Bayi-bayi yang tidak mendapat ASI mempunyai resiko lebih tinggi untuk menderita
KVA, karena ASI merupakan sumber vitamin A yang baik.
5. Pemeriksaan diagnostic
a) Tes adaptasi gelap
b) Kadar vitamin A dalam darah (kadar < 20 mg/200 ml menunjukkan kekurangan
intake)
6. Penatalaksanaan
a) Pencegahan
Prinsip dasar untuk mencegah adalah memenuhi kebutuhan vitamin A yang cukup untuk
tubuh serta mencegah penyakit infeksi terutama diare dan campak. Selain itu perlu
memperhatikan kesehatan secara umum.
Berikut beberapa langkah untuk mencegah:
1) Mengenal tanda-tanda kelainan secara dini
2) Bagi yang memiliki bayi dan anak disarankan untuk mengkonsumsi vitamin A dosis
tinggi secara periodik, yang didapatkan umumnya pada Posyandu terdekat.
3) Segera mengobati penyakit penyebab atau penyerta
4) Meningkatkan status gizi, mengobati gizi buruk
5) Memberikan ASI Eksklusif
6) Ibu nifas mengkonsumsi vitamin A (<30 hari) 200.000 SI
7) Melakukan Imunisasi dasar pada setiap bayi
b) Pengobatan
Pengobatan xeroftalmia adalah sebagai berikut;
1) Berikan 200.000 IU Vitamin A secara oral atau 100.000 IU Vitamin A injeksi.
2) Hari berikutnya, berikan 200.000 IU Vitamin A secara oral
3) 1 – 2 minggu berikutnya, berikan 200.000 IU Vitamin A secara oral
4) Obati penyakit infeksi yang menyertai
5) Obati kelainan mata, bila terjadi
6) Perbaiki status gizi

7. Pengkajian
 Identitas Pasien
 Keluhan Utama
1) Pasien mengeluh mata terasa kering
2) Pengelihatan menjadi kabur
3) Mata terasa berkunang-kunang
 Riwayat Keperawatan
 Pemeriksaan Fisik
Dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda atau gejala klinis dan menentukan diagnosis
serta pengobatannya, terdiri dari :
1) Pemeriksaan Umum
Dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit-penyakit yang terkait langsung
maupun tidak langsung dengan timbulnya xeroftalmia seperti gizi buruk, penyakit
infeksi, dan kelainan fungsi hati yang terdiri dari :
a) Antropometri : Pengukuran berat badan dan tinggi badan
b) Penilaian Status gizi : Apakah anak menderita gizi kurang atau gizi buruk
c) Kelainan pada kulit : kering, bersisik
2) Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan mata untuk melihat tanda Xeroftalmia dengan menggunakan senter
yang terang, dengan melihat :
a) Apakah ada tanda kekeringan pada konjungtiva (X1A)
b) Apakah ada bercak bitot (X1B)
c) Apakah ada tanda-tanda xerosis kornea (X2)
d) Apakah ada tanda-tanda ulkus kornea dan keratomalasia (X3A/X3B)
e) Apakah ada tanda-tanda sikatriks akibat xeroftalmia (XS)
f) Apakah ada gambaran seperti cendol pada fundus oculi dengan
opthalmoscope(XF)
3) Tes Adaptasi Gelap
Pemeriksaan didasarkan pada keadaan bila terdapat kekurangan gizi atau
kekurangan vitamin A. akan terjadi gangguan pada adaptasi gelap. Dengan uji
inidilakukan penilaian fungsi sel batang retina pada pasien dengan keluhan buta
senja. Pada pasien yang sebelumnya telah mendapat penyinaran terang, dilihat
kemampuan melihatnya sesudah sekitarnya digelapkan dengan perlahan-lahan
dinaikkan intensitas sumber sinar. Ambang rangsang mulai terligat menunjukkan
kemampuan pasien beradaptasi gelap.
4) Pemeriksaan Laboraturium
Pemeriksaan laboraturium dilakukan untuk mendukung diagnosa kekurangan
vitamin A, bila secara klinis tidak ditemukan tanda-tanda khas KVA, namun hasil
pemeriksaan lain menunjukkan bahwa anak tersebut resiko tinggi untuk
menderita KVA. Pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan serum retinol.
Bila ditemukan serum retinol < 20 ug/dl, berarti anak tersebut menderita KVA
sub klinis. Pemerikassan laboraturium lain dapat dilakukan untuk mengetahui
penyakit lain yang dapat memperparah seperti pada :
a) Pemeriksaan serum RBP (Retinol Binding Protein) lebih mudah untuk
melakukan dan lebih murah dari atudi retinol serum, karena RBP adalah
protein dan dapat dideteksi oleh tes imunologi. RBP juga merupakan
senyawa lebih stabil dari retinol yang berikatan dengan cahaya dan suhu.
Namun, tingkat RBP kurang akurat, karena mereka dipengaruhi oleh
konsentrasi protein serum dan karena jenis RBP tidak dapat dibedakan.
b) Pemeriksaan albumin darah karena tingkat albumin adalah ukuran langsung
dari kadar vitamin A.
c) Pemeriksaan darah lengkap untuk mengetahui kemungkinan anemia, infeksi
atau sepsis.
d) Pemeriksaan fungsi hati untuk mengevaluasi status gizi.
e) Pada anak-anak, pemeriksaan radiografi dari tulang panjang mungkin
berguna saat evaluasi sedang dibuat untuk pertumbuhan tulang dan untuk
deposisi tulang periosteal berlebih.
BAB 3

KASUS (ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS)

Di RW III Desa Karangduren Kecamatan Sokaraja


Kabupaten Banyumas

A. Pengkajian
1. Profil Wilayah
RW IV merupakan suatu wilayah di Desa Karangduren Kecamatan Sokaraja
Kabupaten Banyumas yang letaknya di tengah wilayah Desa Karangduren.
Batas Wilayah RW III
 Utara : lapangan sepak bola, perumahan Karen
 Timur : Klahang
 Selatan : Sungai Sogra
 Barat : RW II
Wilayah administrasi RW 4 dibagi dalam 6 RT. Kondisi geografis RW III
merupakan wilayah dataran rendah. Dengan curah hujan RW III tergolong sedang
dan luas wilayah RW IV adalah } 3 Ha.
U
B T
KLAHANG
RW III
RW II
S

SUNGAI
RW I JALAN RAYA

Gambar 3.1 Peta RW III

2. Data Demografi
Berdasarkan hasil survey jumlah penduduk RW III Desa Karangduren sebanyak
896 jiwa dengan jumlah warga laki-laki 432 jiwa dan perempuan 464 jiwa. Jadi,
tingkat kepadatan penduduk di wilayah ini cukup tinggi. Untuk jumlah penduduk
RW III sebagian besar berusia produktif. Hal ini dibuktikan ada 254 jiwa dengan
usia 21-35 tahun, 127 jiwa usia 36-45 tahun, dan 139 jiwa dengan usia 46- 60
tahun. Sebagian besar penduduk RW IV desa Karangduren bekerja sebagai
pedagang (11,83 %), petani (6,02 %), PNS (1,11 %), swasta (12,6 %), buruh (21,
54 %), ibu rumah tangga (15,29 %) dan tidak bekerja sebanyak 31, 58 %.
3. Nilai dan kepercayaan
Sebagian besar komunitas menganut agama islam dengan jumlah 99,21 %.
Terdapat sebuah tempat ibadah Masjid Al Amin yang terletak di RT 6 RW III dan
terdapat 4 mushola. Kegiatan rohani di RW III dilakukan secara bergilir di rumah
warga. Adapun acara rohani yang ada adalah tahlilan bapak-bapak, ibu-ibu,
muslimatan ibu-ibu RW setiap hari Minggu sore. Terdapat perkumpulan remaja
masjid Desa Karangduren RW III yang bernama IRMASA dan dilaksanakan
setiap Jumat Malam.
4. Lingkungan Fisik
a. Lingkungan Umum
Iklim di wilayah RW III desa Karangduren beriklim tropis dengan curah hujan
tergolong sedang dan merupakan wilayah dataran rendah, wilayah ini terbagi
dalam 6 RT, dalam wilayah ini terdapat sungai besar yaitu sungai sogra yang
membentang di wilayah RT 1 dan RT 2.
b. Lingkungan Perumahan
Sebagian besar perumahan di RW III desa Karangduren permanen sebanyak
191 rumah (83, 4 %), semi permanen 30 rumah (13,1 %), dan non permanen 8
rumah (3,5 %). Dengan lantai keramik (62,4 %), ubin (31,9 %), dan tanah
sebanyak (5,7 %). Dengan ventilasi baik dan pencahayaan 61,1 % baik, 31,9
cukup dan kurang 7 %. Kepadatan hunian rumah < 8 m2 sebanyak 15,3 %.
c. Penggunaan Air Bersih
Sumber air bersih yang digunakan sebagain besar oleh komunitas adalah
sumur sebanyak 96,1 %. Dengan kondisi air yang digunakan oleh warga
dengan air bersih dari sumur dan PDAM sebanyak 92,2 % dan air keruh
sebanyak 7,8 %. Masyarakat yang BAB di jamban sebanyak 161 (70,30%)
sementara yang di sungai 35 (19,70%), data kepemilikan jamban adalah 152
(66,37 %) dan jarak sumber air bersih dengan septictank dengan jarak < 10 m2
sebanyak 34,04%.
d. Pengolahan Limbah dan Sampah
Sebagian besar masyarakat sudah membuang sampah di tempat sampah baik
tempat sampah permanen maupun non permanen sebanyak 58,51 %, di kebun
24,45 % dan sebanyak 17,04 % di sungai. Pengolahan sampah yang dilakukan
oleh sebagian besar warga adalah dengan dibakar sebanyak 65,93 %, ditimbun
8,29 % dan sisanya dibiarkan begitu saja sebanyak 25,78 %.
5. Pendidikan Komunitas
Pendidikan di komunitas besar SD (42,41 %), SMP (19,86 %), SMA (16,07 %),
tidak / belum tamat sekolah (11,97 %), tidak tamat SD (7,70 %), dan perguruan
tinggi sebanyak (2,45 %).
6. Pemenuhan Kebutuhan
a. Nutrisi
Pemenuhan kebutuhan nutrisi untuk warga RW III dengan pengolahan sendiri
sebanyak 222 dari 229 rumah, penggunaan air untuk konsumsi yang dimasak
225 rumah, sementara sisanya menggunakan air saring (galon) untuk
konsumsi sehari-hari. Namun beberapa balita kurang pemenuhan kebutuhan
nutrisi baik vitamin a dan protein.
b. Eliminasi
Angka kesakitan diare yang diderita warga RW III sebanyak 7 pada balita dan
4 dewasa. Penyebab utama kesakitan mereka yaitu kurangnya asupan gizi
yang dikonsumsi setiap harinya.
c. Istirahat Tidur
Pada warga RW III yang mengalami gangguan tidur sebanyak 38 warga dan
yang banyak mengeluh adalah orang dewasa dan sebagian kecil pada lansia.
d. Aktivitas
Di RW III tersedia lapangan bola 1 dan lapangan bulu tangkis sebanyak 3
lapangan. Warga yang rutin melakukan aktivitas olahraga sebanyak 48 dari
896 warga.
7. Pelayanan Kesehatan Dan Sosial
Dalam komunitas RW III terdapat 2 posyandu yaitu posyandu lansia dan balita.
Dan dari jumlah warga yang mempunyai dana sehat askes, dana sehat jamkesmas
terdapat 288 dari 896 warga . Dalam komunitas ini semua anggota keluarga
melakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan dan terbesar di Puskesmas
sebanyak 101 rumah, bidan atau perawat 73 dan dokter praktek sebanyak 53
rumah.
a. Data Ibu hamil
Di RW III terdapat ibu hamil sebanyak 11 warga dan mereka rutin
memeriksakan kehamilannya baik di bidan maupun dokter.
b. Data Balita
Berdasarkan hasil survey jumlah balita dengan angka kesakitan 13 balita, 6
balita menderita ISPA dan sebnayak 7 balita mengalami diare. Balita di RW
III sebanyak 61 balita dan balita yang memiliki KMS adalah 46 yang lainnya
tidak mempunyai karena KMS hilang atau rusak. Balita yang rutin datang ke
posyandu balita sebanyak 52 balita.
c. Data Lansia
Hasil survey jumlah lansia di RW III sebanyak 102 dan yang mempunyai
riwayat sakit hipertensi 15 lansia, TBC 1 lansia, asam urat 23 lansia, Diabetes
melitus 4 lansia dan lain-lain (katarak, gondok, hernia) 20 lansia. Lansia yang
rutin melakukan pemeriksaan sebanyak 28 lansia. Lansia yang dalam
pemenuhan kebutuhan dibantu sebagian sebanyak 16 dan mandiri sebanyak
86.
8. Sumber Daya Masyarakat
Penghasilan 1 2 3 4 5 6 JMLH
200.000-400.000 8 7 5 14 4 7 45
500.000-700.000 15 25 13 21 15 14 103
800.000-1.000.000 3 8 9 3 11 7 41
>1.000.000 7 0 12 3 7 11 40
JMLH RUMAH 33 40 39 41 37 39 229

Berdasarkan survey yang telah dilakukan di RW III kondisi perekonomian warga


tergolong pada perekonomian menengah rata-rata setiap warga mempunyai
penghasilan Rp 500.000,00 – Rp 700.000,00 per bulan sebanyak 103 KK. Fasilitas
ekonomi di RW III antara lain warung, kios, sedangkan fasilitas lain seperti
minimarket berada di RW lain yang jaraknya cukup dekat.

B. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
1. Terdapat 7 balita (12 Kurangnya kesadaran Resiko terjadinya
%) mengalami diare. hidup sehat dengan peningkatan angka
2. Terdapat 6 balita (11 pemenuhan kebutuhan kesakitan diare dan ISPA
%) mengalami ISPA. gizi (kurangnya vitamin pada balita RW III Desa
A) Karangduren

C. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko terjadinya peningkatan angka kesakitan diare dan ISPA pada balita RW III
Desa Karangduren berhubungan dengan :
a. Kurangnya kesadaran hidup sehat dengan pemenuhan kebutuhan gizi
(kurangnya vitamin A)
Dimanefestasikan dengan :
1) Terdapat 7 balita (12 %) mengalami diare.
2) Terdapat 6 balita (11 %) mengalami ISPA.
D. Prioritas Diagnosa
No Diagnosa Peran Resiko Resiko Potensia Minat Sesuai Kemungkinan
Keperawata CHN Terjadi Keparaha l Masyrkat Program Diatas
n n Penkes Pemerintah
1. Resiko
terjadinya
peningkatan
angka 5 4 3 5 4 3 4
kesakitan
diare dan
ISPA pada
balita

Tersedianya Sumber Jmlh


Tempat Dana Waktu Fasilitas Petugas
5 4 5 5 5
52
Keterangan:
Kriteria nilai ditentukan dengan rentang 1 – 5 dengan ketentuan:
5 : maksimal
4 : sedang
3 : kurang
2 : rendah
1 : tidak ada
E. Perencanaan
No Diagnosa Tujuan Strategi Sasaran Kriteria Evaluasi Rencana
Kegiatan
Tupan Tupen Kriteria Standar
1. Resiko terjadinya Mening Setelah KIM : Warga Kogniti Warga 1. Berikan
peningkatan angka katnya dilakuk Pergera RW III f mampu penyuluhan
kesakitan diare hidup an kan Desa menjela tentang
dan ISPA pada sehat tindaka massa Karang Psikom skan perilaku
balita RW III Desa dengan n duren. otor atau hidup sehat
Karangduren pemenu asuhan menger dan gizi
berhubungan han kepera ti seimbang
dengan : kebutuh watan KIE : - tentang (vitamin A)
Kurangnya an gizi diharap : 2. Lakukan
kesadaran hidup kan : - koordinasi
sehat dengan - Perilak dengan
pemenuhan mening u hidup pengurus
kebutuhan gizi katnya sehat. RW untuk
(kurangnya kesadar - gizi melakukan
vitamin A) an seimba kegiatan
hidup ng memberika
sehat. (vitami n asupan
- n A) gizi pada
mening balita.
katnya
pemenu
han
kebutuh
an gizi
(vitami
n A).

F. Implementasi
N Diagnosa Tujuan Tanggal Tempat Penanggung Implementasi Evaluasi
o Khusus jawab
1. Resiko 1.Kesadara 5 Bpk Dara Ayu Memberikan Evaluasi
terjadinya n warga januari sugeng Fera Fazera penyuluhan struktur:
peningkata tentang 2022 RT 2 tentang Diare a.Rencana
n angka hidup sehat RW III dan Ispa akibat Penyuluhan
kesakitan 2.Kesadara 7 Ibu Elfina kurangnya Dilakukan tiga
diare dan n warga januari yekti Susilowati perilaku hidup hari
ISPA pada tentang 2022 RT 3 Kolida Septi sehat dan Sebelum
balita pemenuhan RW III U kurangnya Pelaksanaan
gizi 10 Bpk pemenuhan b.Informasi
seimbang januari bandi gizi seimbang Penyuluhan
(vitamin A) 2022 RT 4 Riski Disampaikan
RW III Romadhon satu hari
Yupita Sebelum
Ratnawati Pelaksanaan
Evaluasi Proses:
c.Peserta Yang
Hadir
Sebanyak
RT 2 : 29 Orang
RT 3 : 39 Orang
RT 4 : 21 Orang
Evaluasi Hasil:
Warga RW III
desa
Karangduren
mampu
mamahami
tentang penyakit
Diare dan ISPA
ditunjukkan
dengan warga
RW III mampu
menjawab
pertanyaan yang
diajukan
penyuluh dan
mampu
mendemonstrasi
kan cara
memberikan
pemenuhan gizi
seimbang pada
anak
(memberikan
vitamin A sesuai
kebutuhan)
BAB 4
PENUTUP
Asuhan keperawatan komunitas pada warga RW III Desa Karangduren telah
dilakukan pada tanggal 1 Januari 2022- 15 Januari 2022. Penyusun dapat mengambil
kesimpulan dan saran berdasarkan asuhan keperawatan yang telah kami susun dengan
harapan dapat bermanfaat bagi pemberian asuhan keperawatan komunitas yang akan datang.
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu :
1. Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara, survey, observasi, dan pemeriksaan
kesehatan pada masyarakat untuk mendapatkan data statistik vital dan laporan
penyakit yang terinformasikan serta catatan medis dari sosialitas pelayanan kesehatan
terdekat diantaranya Puskesmas dan Poliklinik Kesehatan Desa (PKD). Dalam
pengkajian ada beberapa kekurangan karena adanya beberapa kendala yaitu instrumen
yang kurang lengkap sehingga banyak data yang tidak terkaji maksimal, adanya
rumah yang tidak ditempati warga saat survey sehingga tidak terkaji dan kesibukan
warga yang menyebabkan terhambatnya pengkajian.
2. Pada analisa data terdapat data yang sudah diklasifikasikan yang mendukung
masalah keperawatan komunitas dengan prosentase angka yang tidak terukur secara
pasti akibat instrumen yang tidak lengkap, akan tetapi data tersebut diperkuat dengan
hasil wawancara dan data berupa gambar-gambar tentang keadaan lingkungan di RW
II yang membenarkan hasil survey yang tidak tertabulasi.
3. Diagnosa keperawatan yang muncul ada satu dan diurutkan berdasarkan prioritas
masalah yang terlampir. Masalah yang muncul tersebut adalah kebiasaan hidup yang
sehat pada warga di RW III Desa Karangduren, resiko terjadinya peningktan angka
kesakitan diare dan ISPA pada balita RW III Desa Karangduren, kurangnya balita di
RW III Desa Karangduren.
4. Rencana tindakan dan implementasi untuk semua diagnosa keperawatan komunitas
yang telah dilakukan diantaranya melakukan koordinasi dengan pihak Puskesmas,
tokoh masyarakat, dan warga kemudian juga melakukan upaya penyuluhan kesehatan
pada warga yang dilakukan setiap ada kegiatan warga seperti arisan RT, tahlilan dan
muslimatan dan dilakukan berdasarkan pada tiap permasalahan yang ada. Selain
pendidikan kesehatan, penggerakan massa juga dilakukan dengan mengadakan
kegiatan posyandu dan kegiatan mengenai tentang gizi.
5. Masalah keperawatan komunitas yang muncul sebagian teratasi, namun dalam hal
ini sebatas pada peningkatan pengetahuan warga mengenai kesehatan, penyakit yang
ada di masyarakat khususnya RW III Desa Karangduren, pola perilaku hidup sehat.
Oleh karena itu, diperlukan kerjasama dan koordinasi yang baik melalui kerjasama
baik lintas program maupun lintas sektoral dalam upaya tindak lanjut.
B. Saran
Berdasarkan asuhan keperawtan komunitas yang telah dilaksanakan pada
warga RW III Desa Karangduren, maka penyusun memberikan saran kepada para
pembaca khususnya para komponen masyarakat yang terkait pada masalah kesehatan
komunitas serta kepada mahasiswa dalam melakukan asuhan keperawatan komunitas
yakni :
1. Persiapan
a. Persiapan ke Masyarakat
Sebelum dilakukan pengkajian hendaknya dipersiapkan dengan matang dari segi
informasi mengenai kondisi masyarakat dan wilayah yang akan dilakukan asuhan
keperawatan komunitas. Hal tersebut dapat diperoleh melalui pembekalan yang
diperoleh dari pembimbing akademik, pihak pemerintah desa, puskesmas maupun
pihak-pihak lain yang terkait.
b. Persiapan Teknis
Instrumen pengkajian hendaknya disusun secara komprehensif atau mencakup
keseluruhan kondisi yang ada di masyarakat terkait masalah kesehatan. Selain itu,
dilakukan pula permohonan izin dan menjalin kerjasama yang baik dengan
pemerintahan desa setempat untuk melakukan asuhan keperawatan komunitas di
wilayah tersebut.
2. Pelaksanaan
a. Pengkajian dilaksanakan secara komprehensif yaitu meliputi observasi, wawancara,
angket maupun kuisioner. Instrumen pengkajian hendaknya disusun sedemikian rupa
secara komprehensif agar memudahkan dalam mengkaji kesehatan masyarakat.
Pengorganisasian masyarakat menjadi suatu tahap yang harus dilalui secara urut. Hal
ini dilakukan agar upaya pemasukan data dapat dilakukan secara optimal.
b. Agar data yang terkaji tepat dan akurat sebagai pendukung ditegakkannya diagnosa
keperawatan, hendaknya instrumen pengkajian disusun secara tepat dan akurat dan
disesuaikan dengan kondisi serta kemungkinan permasalahan yang muncul. Sebelum
melakukan pengkajian dilakukan pencarian data atau informasi mengenai kondisi
masyarakat dan wilayah tersebut.
c. Penentuan prioritas masalah hendaknya dibuat secara tepat dan akurat disesuaikan
dengan fakta yang ada dan program yang ada berdasarkan masalah keperawatan yang
muncul dalam masyarakat sehingga ditemukan diagnosa keperawatan yang tepat.
d. Rencana tindakan dan implementasi diusahakan untuk dilakukan secara optimal
yaitu dengan mengikutsertakan peran serta masyarakat dalam menyelesaikan masalah
dan perlu adanya pemberian motivasi serta informasi kepada masyarakat dengan
memanfaatkan kegiatan-kegiatan yang ada di masyarakat.
e. Evaluasi hasil kegiatan masalah keperawatan sebaiknya dilakukan berdasarkan
perencanaan yang telah direncanakan. Dalam hal ini perlu peran serta dari perangkat
desa maupun petugas kesehatan untuk memotivasi dan mengevaluasi setiap kegiatan
yamg telah dilakukan terkait masalah kesehatan yang muncul dalam masyarakat serta
untuk rencana tindak lanjut diperlukan pendelegasian yang jelas dan tepat kepada
bidan desa atau pihak yang terkait agar derajat kesehatan semakin meningkat.

Anda mungkin juga menyukai