Anda di halaman 1dari 22

SATUAN ACARA KEGIATAN

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN MARAH

I. PENGANTAR
Bidang Studi : Komunikasi Keperawatan II
Pokok Bahasan : Komunikasi Terapeutik Pada Pasien Marah
Sub Pokok Bahasan :
1. Memberikan gambaran tentang tahap-tahap dalam komunikasi terapeutik
2. Memberikan gambaran cara berkomunikasi terapeutik yang baik dalam
menghadapi pasien/keluarga yang marah-marah

Waktu Pelaksanaan : 5 Juni 2020


Sasaran : 1. Pasien
2. Keluarga
3. Perawat
4. Dokter
Tempat : RS Islam Surakarta
Pelaksana : 1. Nurdahono, AMK
2. Dwi Sunarno, AMK
3. Titi Lestari, AMK
4. Purwanti, AMK
Waktu : menit

II. LATAR BELAKANG


Perilaku marah dapat disebabkan karena frustasi,takut, manipulasi atau intimidasi
dan adanya kegawatan. Perilaku marah merupakan hasil konflik emosional yang
belum dapat diselesaikan dan juga menggambarkan rasa tidak aman, kebutuhan akan
perhatian dan ketergantungan pada orang lain.
Respon terhadap marah dapat diungkapkan melalui 3 cara yaitu:
1. Mengungkapkan secara verbal
2. Menekan
3. Menantang
Kemarahan diawali oleh adanya stressor yang berasal dari internal seperti
penyakit hormonal, dendam, kesal. Selain itu ada factor eksternal seperti ledekan,
cacian dan makian, hilangnya benda berharga, tertipu, penggusuran, bencana dsb.
Sangat sering terjadi tenaga kesehatan harus menghadapi pasien yang marah atau
menjengkelkan, Sebagian merendahkan diri atau sarkastik sedangkan yang lain
bersikap menuntut dan terang-terangan memperlihatkan sikap permusuhan.
Terkadang pasien mengucapkan teguran yang tidak pantas yang bersifat
merendahkan. Tenaga kesehatan mungkin akan merasa sebal, marah, tidak sabar atau
frustasi.
Tenaga kesehatan harus menyadari bahwa treaksi itu adalah respon pasien
terhadap penyakitnya dan belum tentu menunjukkan respon terhadap perawat. Tiap
perawat harus menyadari bahwa emosi yang sama seperti marah atau takut ada di
kedua belah pihak, pasien dan tenaga kesehatan yang menanganinya. Seorang pasien
dapat mengungkapkan perasaannya kepada tenaga kesehatan. Dan sikap kita
seharusnya bertindak secara professional, objektif dan tidak merasa diserang atau
menjadi defensive. Karena itu kata kunci utama meredam kemarahan pasien adalah
dengan berusaha memenuhi kebutuhan, gagasan dan pengharapan mereka.
Pasien yang marah itu sebenarnya inginnya:
1. Didengarkan
2. Dimengerti
3. Dihormati
4. Diberi permintaan maaf
5. Diberikan penjelasan
6. Ada Tindakan perbaikan dalam waktu yang tepat.
Oleh karena itu ada beberapa cara dan sikap dari seorang perawat dalam meredam
kemarahan pasien antara lain :
1. Dengarkan
Biarkan pasien melepas kemarahannya. Cari fakta inti permasalahan, jangan lupa
bahwa pada tahap ini kita berurusan dengan perasaan dan emosi, bukan sesuatu
yang rasional. Emosi selalu menutup maksud pasien yang sesungguhnya.
Dengarkan dengan empati, bayangkan kita berada dalam posisi pasien yang
Lelah, gelisah, kesakitan dll.
2. Fokus
Jauhkan semua hal yang merintangi konsentrasi kita pada pasien (telepon, tamu
lain dll).
3. Tetap tenang dan kuasai diri
4. Ingatlah karakteristik pasien di rumah sakit adalah mereka yang sedang cemas,
gelisah dan khawatir dengan kondisi dirinya sendiri atau keluarganya sehingga
sangat bisa dimengerti bahwa kondisi seperti itu akan membuat seseorang
cenderung bertindak emosional.
5. Ulangi setiap fakta yang dikemukakan pasien
Hal ini sebagai tanda bahwa kita benar-benar mendengarkan semua keluhan
mereka.
6. Sampaikan informasi dengan sopan dan pelan-pelan
Tetap gunakan kata-kata seperti silakan, terimakasih atas masukannya dan sebut
pasien dengan namanya.
Adapun tahap-tahap dalam komunikasi terapeutik adalah
1. Tahap pra interaksi
2. Tahap orientasi
3. Tahap kerja
4. Tahap terminasi
5. Dimensi respon
III. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan komunikasi terapeutik dan penjelasan dari perawat dan dengan
pelayanan prima diharapkan pasien mendapatkan pengetahuan tentang cara
mengontrol marah.
b. Tujuan Khusus
1 Pasien bisa mengontrol marah
2 Pasien bisa memahami tujuan mengontrol marah
3 Pasien bisa memahami akibat jika tidak bisa mengontrol marah
4 Pasien sembuh dari kegawatan

IV. METODE : Wawancara dan pemberian penjelasan

V. MEDIA : 1. Ruangan pasien


2. Counter perawat

VI. MATERI : Terlampir


VII. KEGIATAN

NO KEGIATAN KOMUNIKASI PERAWAT KEGIATAN KLIEN


1. Tahap Pra Interaksi
1. Mengumpulkan data tentang klien
2. Membuat rencana pertemua dengan klien
3. Membawa tensimeter, thermometer, oxymetri, selang
oksigen.
2. Tahap Orientasi/Perkenalan
1. Memberikan salam terapeutik, badan agak membungkuk 1. Klien menjawab
dan tersenyum pada klien. salam dengan
rasa agak kesal.
2. Klien mengenal
nama perawat
2. Memperkenalkan nama perawat yang bertugas. yang bertugas.
3. Pasien menjawab
Namanya.
3. Menanyakan nama panggilan kesukaan klien 4. Klien tahu jam
dan waktu
4. Menjelaskan kontrak waktu dengan klien. perawat yang
bertugas saat itu.
5. Klien mengetahui
tugas dan
5. Menjelaskan peran dan kegiatan perawat yang bertugas kegiatan perawat
pagi itu. yang bertugas
saat itu.

3. Tahap Kerja
1. Menanyakan keluhan klien saat itu. 1. Klien menjawab
sesak nafas dan
dada sakit dengan
muka yang marah
dan panik.
2. Memulai Tindakan memasang oksigen, memposisikan 2. Klien mau
tempat tidur semi fowler, mengukur tanda-tanda vital klien menaati dan
dan menjelaskan tujuan dari kegiatan tersebut. mengerti
penjelasan
perawat.
3. Memberikan Tindakan nebulizer pada klien dan 3. Klien mengerti
menjelaskan fungsi dari Tindakan tersebut. dan mau
dilakukan
Tindakan
nebulizer.

4. Tahap Terminasi
1. Menanyakan ke klien tentang kondisi sebelum dan setelah 1. Klien menjawab
dilakukan Tindakan. sesak nafas
berkurang, pasien
lebih tenang dan
dari raut mukanya
marahnya sudah
berkurang.
2. Memberikan reinforcement positif berupa pujian pada 2. Klien merasa
klien. senang dan
tersenyum.
3. Memberikan kesempatan klien untuk bertanya. 3. Klien
menanyakan
tentang
kelanjutan
Tindakan
nebulizernya.
4. Menjelaskan tentang cara agar sesak nafasnya tidak 4. Klien dan
kambuh lagi. keluarga mengerti
dan mau
melaksanakan
anjuran perawat.
5. Merencanakan tindak lanjut untuk evaluasi sesak nafasnya. 5. Klien mengerti
dan respon pasien
lebih relaks dan
sudah tidak
marah lagi.

VIII. EVALUASI
1. Evaluasi struktur
a. Tn. D dan istrinya Ny. B hadir dalam kegiatan komunikasi.
b. Pada penyelenggaraan komunikasi terapeutik dilaksanakan oleh perawat 1 &
2.
2. Evaluasi proses
a. Tn. D dan istrinya mau menjawab pertanyaan dan mau menerima Tindakan
yang diberikan oleh perawat.
b. Tn. D dan Ny. B mau mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang dijelaskan
oleh perawat.
3. Evaluasi hasil
a. Tn. D dan Ny. B mengerti cara mengontrol kemarahan.
b. Tn. D dan Ny. B mengerti sebab dan akibat bila tidak bisa mengontrol
kemarahan.
c. Tn. D dan Ny. B sudah tidak marah dan keluhan sesak nafasnya berkurang.
d. Tn. D dan Ny. B tahu cara penanganan apabila ada keluhan yang diakibatkan
karena marah-marah.

IX. DAFTAR PUSTAKA


Pramesti,D.nd. Menangani Keluhan customer (Rumah Sakit). (Pdf)Jogja: Available
Through: http://yoyoke web. Ugm.ac.id/download/menangani keluhan customer.pdf

Liliweri, Alo.2007. Dasar-Dasar Komunikasi Kesehatan. Yogyakarta : Pustaka


Pelajar

Keliat B, 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 2. Jakarta : EGC

Towsend, M.C. (1998) Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri Untuk


Pembuatan Rencana Keperawatan, Jakarta: EGC
Lampiran

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN MARAH

A. Pengertian
Stuart dan Sundeen (1987) memberikan pengertian mengenai marah adalah
perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan
sebagai ancaman.
Jadi kemarahan adalah suatu perasaan atau emosi yang timbul sebagai reaksi terhadap
kecemasan yang meningkat dan dirasakan sebagai ancaman.
Pengungkapan kemarahan secara langsung dan konstruktif pada waktu terjadi
akan melegakan individu dan membantu orang lain untuk mengerti perasaan yang
sebenarnya.
Sangat sering terjadi tenaga kesehatan harus menghadapi pasien yang marah atau
menjengkelkan, Sebagian merendahkan diri atau sarkastik sedangkan yang lain
bersikap menuntut dan terang-terangan memperlihatkan sikap permusuhan.
Terkadang pasien mengucapkan teguran yang tidak pantas yang bersifat
merendahkan. Tenaga kesehatan mungkin akan merasa sebal, marah, tidak sabar atau
frustasi.
Terkadang kita merasa benci atau sebal kepada pasien atau keluarga nya yang
marah-marah. Tetapi membenci pasien berlawanan dengan segala sesuatu yang
diajarkan kepada kita. Karena penyakitnya, pasien mempunyai perasaan hilang
kendali, kewibawaannya terganggu dan takut. Kemarahannya adalah mekanisme
untuk mengatasi perasaan takutnya.
Tenaga kesehatan harus menyadari bahwa treaksi itu adalah respon pasien
terhadap penyakitnya dan belum tentu menunjukkan respon terhadap perawat. Tiap
perawat harus menyadari bahwa emosi yang sama seperti marah atau takut ada di
kedua belah pihak, pasien dan tenaga kesehatan yang menanganinya. Seorang pasien
dapat mengungkapkan perasaannya kepada tenaga kesehatan. Dan sikap kita
seharusnya bertindak secara professional, objektif dan tidak merasa diserang atau
menjadi defensive. Karena itu kata kunci utama meredam kemarahan pasien adalah
dengan berusaha memenuhi kebutuhan, gagasan dan pengharapan mereka.

B. Rentang Respon Marah


Perilaku asertif merupakan perilaku individu yang mampu menyatakan atau
mengungkapkan rasa marah atau tidak setuju tanpa menyakiti atau menyalahkan
orang lain. Dengan perilaku ini dapat melegakan perasaan pada individu. Frustasi
merupakan respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan. Perilaku pasif
merupakan perilaku individu yang tidak mampu untuk mengungkapkan perasaan
marah yang sedang dialami, dilakukan dengan tujuan untuk menghindari sutu
tuntutan nyata. Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah, merupakan
dorongan mental untuk bertindak dan masih terkontrol. Individu agresif tidak
memperdulikan hakmorang lain. Bagi individu ini hidup adalah medan
peperangan. Biasanya individu kurang percaya diri. Harga dirinya ditingkatkan
dengan cara menguasai orang lain untuk membuktikan kemampuan yang
dimilikinya. Stres, cemas, harga diri rendah dan rasa bersalah dapat menimbulkan
kemarahan yang dapat mengarah pada perilaku kekerasan.

C. Ciri-Ciri Marah
1. Aspek biologi
Respon fisiologis timbul karena kegiatan system syaraf otonom bereaksi
terhadap sekresi ephineprin sehingga tekanan darah meningkat, takikardi,
wajah memerah.
2. Aspek emosional
Merasa tidak berdaya, putus asa, frustasi, mengamuk, ingin berkelahi,
dendam, bermusuhan, sakit hati, menyalahkan dan menuntut. Perilakunya
sel;alu ingin menarikmperhatian orang lain, membuat kegaduhan.
3. Aspek intelektual
Akan terus mencair penyebab kemarahannya.
4. Aspek social
Meliputi interaksi social, budaya, konsep percaya dan ketergantungan, emosi
marah akan menimbulkan kemarahan orang lain dan penolakan dari orang
lain.

5. Aspek spiritual
Keyakinan, nilai dan moral mempengaruhi terhadap ungkapan lingkungan
dengan tidak memperdulikan moral.

Hamzah (2001) juga menjabarkan ciri-ciri orang yang sedang marah yaitu :
1. Ciri pada wajah, berupa perubahan kulit wajah yang memerah, tubuh bergetar
keras, bola mata memerah, hidung kembang kempis, Gerakan tidak terkendali.
2. Meluncurnya makian, celaan, kata-kata yang menyakitkan yang mebuat orang
lain merasa risih mendengarnya.
3. Ciri pada anggota tubuh, berupa timbulnya keinginan untuk memukul,
melukai, merobek bahkan membunuh.
4. Ciri pada hati berupa rasa kebencian, dendam, dengki.

D. Penyebab Marah
Ada beberapa penyebab dari kemarahan yaitu :
1. Faktor Fisik
a. Kelehahan yang berlebihan.
b. Adanya zat-zat tertentu yang menyebabkan marah seperti kurangnya zat
asam di otak.
c. Hormon kelamin yang keluar pada waktu wanita mestruasi.

2. Faktor Psikis
a. Rendah diri, selalu merasa dirinya lebih rendah dari yang sebenarnya.
b. Sombong, menilai dirinya melebihi dari yang sebenarnya.
c. Egoistis, akan selalu mementingkan dirinya sendiri.
E. Fase-Fase Hubungan Komunikasi Terapeutik
Ada 4 fase dalam hubungan komunikasi terapeutik antara perawat dan klien yaitu
1. Fase Pra Interaksi
Fase pra interaksi merupakan masa persiapan sebelum berhubungan dan
berkomunikasi dengan klien. Seorang perawat perlu mengevaluasi dirinya
tentang kemampuan yang dimilikinya. Jika merasa ada ketidaksiapan maka
perlu membaca Kembali, diskusi dengan teman. Jika sudah siap perlu
membuat rencana interaksi dengan klien.
a. Evaluasi diri
Coba jawab pertanyaan yang berikut :
 Apa pengetahuan yang saya miliki tentang Teknik komunikasi
pada klien dengan kemarahan?
 Apa yang akan saya ucapkan saat bertemu dengan klien?
 Bagaimana saya bersikap jika klien diam, menolak dan marah?
 Bagaimana tingkat kecemasan saya?
b. Penetapan tahapan hubungan
Yang perlu ditetapkan tahapan hubungan perawat klien :
 Apa kontrak pertama?
 Apa kontrak selanjutnya?
 Apa tujuan pertemuan?
 Apa Tindakan yang akan saya lakukan?
 Bagaimana cara melakukan?
c. Rencana interaksi
 Siapkan secara tertulis rencana percakapan yang akan dilakukan.
 Tentukan Teknik komunikasi yang disesuaikan dengan tujuan yang
akan dicapai.
 Tentukan Teknik observasi yang akan dilakukan.
 Buat Langkah-langkah prosedur yang akan dilakukan.

2. Fase Orientasi (Perkenalan)


Fase ini dimulai dengan pertemuan dengan klien. Hal mutama yang perlu
dikaji adalah alasan klien meminta pertolongan yang akan mempengaruhi
terbinanya hubungan perawat klien. Dalam membina hubungan, tugas utama
adalah membina saling percaya, penerimaan dan pengertian, komunikasi yang
terbuka dan perumusan kontak dengan klien.
Elemen-elemen kontrak perlu diuraikan dengan jelas pada klien sehingga
Kerjasama perawat klien dapat optimal.
Diharapkan klien dapat berperan serta penuh dalam kontrak, namun pada
kondisi tertentu misalnya klien dengan gangguan realita, maka kontrak
dilakukan sepuhak dan perawat perlumengulang kontrak realitas klien
meningkat.
Perawat dan klien mungkin akan mengalami perasaan tak nyaman,
bimbang karena memulai hubungan baru. Klien yang mempunyai pengalami
hubungan interpersonal yang menyakitkan akan susah menerima dan terbuka
pada orang asing. Klien anak memerlukan rasa aman untuk mengekspresikan
perasaan tanpa dikritik atau dihukum.
Tugas perawat adalah mengeksplorasi pikiran, perasaan, perbuatan klien
dan mengidentifikasi masalah serta merumuskan tujuanbBersama klien.
Elemen kontrak perawat- klien :
1. Nama individu (perawat dan klien)
2. Peran perawat dan klien
3. Tanggung jawab perawat dan klien
4. Harapan perawat dan klien
5. Tujuan hubungan
6. Tempat pertemuan
7. Waktu pertemuan
8. Situasi terminasi
9. Kerahasiaan

Hal-hal yang perlu dilakukan pada fase perkenalan :


Perkenalan dilakaukan pada pertemuan pertama
a. Memberi salam
“Selamat pagi/Siang/Malam” sesuai latar belakang social budaya dan
agama .
b. Memperkenalkan diri perawat
“Nama saya Wahyu Setyaningsih, panggilan saya Wahyu”
c. Menanyakan nama pasien
“Nama bapak/ibu/saudara siapa, apa panggilan kesayangannya”
d. Menyepakati pertemuan/kontrak
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap” atau “Dimana kita akan duduk”
e. Menghadapi kontrak
“Saya perawat Wahyu yang akan bertugas di ruang Alhajj ini, saya akan
merawat bapak mulai dari jam 07.00 – 14.00”

f. Memulai percakapan awal


“Apa yang bapak rasakan sekarang ini”
g. Menyepakati masalah klien
“Dari percakapan kita tadi tampaknya anda sangat panik dan cemas ya
pak”
h. Mengakhiri perkenalan

3. Fase Kerja
Pada fase kerja, perawat dan klien mengeksplorasi stressor yang tepat dan
mendorong perkembangan kesadaran diri dengan menghubungkan persepsi,
pikiran, perasaan dan perbuatan klien. Perawat membantu klien mengatasi
kecemasan, meningkatkan kemandirian dan tanggung jawab diri sendiri dan
mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif. Perubahan perilaku mal
adaptif menjadi adaptif merupakan focus di fase ini.
Contoh : “Apa yang menyebabkan bapak marah”

4. Fase Terminasi
Terminasi adalah fase yang amat sulit dan penting dari hubungan
terapeutik. Rasa percaya dan hubungan akrab sudah terbina dan berada pada
tingkat optimal. Antara perawat dan klien akan merasakan kehilangan.
Terminasi dapat terjadi pada saat perawat mengakhiri tugas pada unit tertentu
atau klien pulang.
Fase terminasi harus diatasi dengan memakai konsep proses kehilangan.
Proses terminasi yang sehat akan memberikan pengalaman positif dalam
membantu klien mengembangkan koping untuk perpisahan. Reaksi klien
dalam menghadapi terminasi dapat berbagai cara. Klien mungkin mengingkari
manfaat hubungan. Klien dapat mengekspresikan perasaan marah dan
permusuhannya dengan tidak menghadiri pertemuan atau bicara dangkal.
Terminasi mendadak dan tanpa persiapan mungkindipersepsikan klien
sevagai penolakan. Atau perilaku klien Kembali pada perilaku sebelumnya,
dengan harapan perawat tidak akan mengakhiri hubungan karena klien masih
memerlukan bantuan.
a. Terminasi sementara
Terminasi sementara adalah setiap akhir dari pertemuan perawat klien.
Sehingga perawat masih akan bertemu lagi dengan klien.
Isi percakapan :
 Evaluasi
“Coba ibu sebutkan hal-hal yang sudah kita bicarakan.”
 Tindak lanjut
“Bagaimana kalau ibu lakukan diruangan?”
 Kontrak yang akan datang
“Kapan kita akan bertemu lagi?”
b. Terminasi akhir
Evaluasi akhir terjadi jika klien akan pulang.

Isi percakapan :
 Evaluasi
“Coba ibu sebutkan kemampuan yang sudah ibu dapatkan selama
dirawat di RS ini ?”
 Tindak lanjut
“Apa rencana yang akan ibu lakukan di rumah?”
 Kontrak yang akan dating
“Bagaimana perasaan ibu berpisah dengan saya/ meninggalkan RS?”

F. Sikap dan cara menghadapi pasien yang marah


Pasien yang marah sebenarnya menginginkan :
1. Didengarkan
2. Dimengerti
3. Dihormati
4. Diberi permintaan maaf
5. Diberikan penjelasan
6. Ada Tindakan perbaikan dalam waktu yang tepat

Berikut ini sikap dan cara meredam kemarahan pasien :


1 Dengarkan
 Biarkan pasien melepas kemarahannya. Cari fakta inti permasalahan,
jangan lupa bahwa pada tahap ini kita berurusan dengan perasaan dan
emosi, bukan sesuatu yang rasional. Emosi selalu menutup maksud pasien
yang sesungguhnya.
 Dengarkan dengan empati, bayangkan kita berada di posisi pasien yang
Lelah, gelisah, sakit dll.
 Fokus. Jauhkan semua hal yang merintangi konsentrasi kita pada pasien
(telepon, tamu dll).
 Ulangi setiap fakta yang diungkapkan pasien, sebagai tanda kita benar-
benar mendengarkan mereka.

2 Berusaha sependapat dengan pasien
 Bukan berarti kita selalu membenarkan pasien, tapi ini sebagai salah satu
taktik meredakan kemarahan pasien. Kita mencari poin-poin dalam
penyataan pasien yang bisa kita setujui. Misalnya “ Ya Pak, saya
sependapat bahwa seharusnya pasien menunggu lama untuk bisa
mendapatkan kamar. Tapi saat ini kamar perawatan kami sedang penuh
dan kami akan berusaha mencari jalan keluarnya dan akan segera
memberitahu bapak”.
3 Tetap tenang dan kuasai diri
 Ingatlah karakteristik pasien di RS adalah mereka yang sedang cemas,
gelisah dan khawatir akan kondisi diriny atau keluarganya, sehingga
sangat bisa dimengerti bahwa dalam kondisi seperti ini seseorang
cenderung bertindak emosional.
 Berhati-hati dengan nada suara, harus tetap rendah dan menenangkan.
Jangan terbawa oleh nada suara pasien atau keluarga yang cenderung
tinggi dan cepat.
 Sampaikan informasi dengan sopan dan pelan-pelan.
 Tetap gunakan kata-kata hormat seperti silakan, terimakasih atas
masukannya dan sebut pasien dengan Namanya.
Role Play
Komunikasi Terapeutik Pada Pasien Marah-Marah

Pasien : Dwi Sunarno


Keluarga : Ny. Budi
Perawat 1 : Titi Lestari
Perawat 2 : Purwanti
Dokter : Nurdahono

Di RS Islam Surakarta terdapat pasien bernama Tn.Dwi berusia 40 tahun yang dijaga
oleh istriny Ny. Budi. Pasien dirawat di ruang Alhajj selama 3 hari dengan diagnose
Gastroenteritis akut. Selama dirawat diruangannya keluarga pasien selalu
memnghidupkan AC terlalu dingin dengan temperature 18 ⁰C sehingga membuat
pasien mengalami sesak nafas karena pasien memiliki Riwayat penyakit dahulu yaitu
Asma.
Pasien : (mengalami sesak nafas)
Keluarga : Kamu kenapa pak?
Pasien : (meringis kesakitan sambil memegang dada). Dadaku terasa sakit bu…
Keluarga : Aduh gimana ini pak, suster…suster tolong suami saya. Kenapa ini
suami saya (sambil memencet bel).

Pasien terus mengalami sesak dan perawat pun tak kunjung datang untuk melihat
keadaan pasien.
Keluarga : Dimana suster nya ini!!! Kenapa semua pada nggak kelihatan batang
hidungnya, nggak tahu suamiku mau mati (sambil memanggil perawat
dengan nada keras).
Pasien : Bu…tolong sakit sekali dadaku …aku tidak bisa lagi bernafas.
Bu..bu..tolong bu. Rasanya mau mati aku.

Beberapa saat kemudian keluarga pasien keluar dari ruangan dan memanggil perawat
ke nurse station, setibanya disana ternyata perawat sedang berbincang bincang
dengan perawat lainnya dan tidak menghiraukan suara bel dari ruangan pasien.
Keluarga : hai suster…enak-enakan kamu ngobrol disini, sementara suami saya
sudah mau mati disana. Bagaimana tanggung jawab kalian sebagai
perawat?
Perawat 1 : (terkejut dan kebingungan mendengar ocehan dari keluarga pasien). Apa
yang terjadi bu?
Keluarga : Apa yang terjadi kamu bilang!!! Suami saya sudah kehabisan nafas di
ruangan dan kamu enak-enakan bergosip disini.
Perawat 1 : Mohon maaf ya bu, ibu sabar. Sebentar saya akan melihat kondisi suami
ibu.

Fase pra interaksi


Perawat 1 segera ke ruangan pasien dengan membawa tensimeter dan selang oksigen
dan perawat 2 melihat data status pasien untuk membuat rencana Tindakan
keperawatan selanjutnya.

Fase orientasi
Perawat 1 : Selamat pagi pak …Saya perawat Titi dan ini teman saya Purwanti yang
akan membantu pak Dwi hari ini dari jam 07.00 – 14.00. (sambil
tersenyum, berhadapan pasien dan agak membungkuk). Siapa nama
panggilan bapak?
Pasien : Saya pak Dwi suster.Tolong saya suster. Saya tidak kuat lagi (sambil
memegang dada dan muka yang marah).

Fase kerja
Perawat 1 : Apa yang dirasakan sekarang pak Dwi ?
Pasien : Saya susah bernafas dan dada saya terasa sakit suster..(dengan muka
marah dan panik).
Perawat 1 : O ya pak sabar sebentar ya pak…saya akan memasang oksigen (sambil
memasang selang oksigen ke pasien ) dan ini tempat tidurnya dibagian
kepala biar agak saya naikkan agar sesak nafasnya berkurang pak.
Perawat 1 : Bapak relaks saja jangan panik karena jika bapak panik maka akan
semakin sulit untuk bernafas. Coba Tarik nafas yang dalam sambil relaks
ya pak.
Perawat 2 : Bagaimana pak…apakah sudah enakan? Saya akan mengukur tekanan
darah, nadi, pernafasan bapak dulu ya.
Pasien : Ya sus…ini agak mendingan tapi sesak nafasnya masih.
Kemudian perawat 2 melakukan pengukuran tekanan darah, nadi, pernafasan dan
suhu pasien.
Setelah perawat 2 mengecek keadaan pasien, kemudian ia menelpon dokter dan
menanyakan tindakan yang harus dilakukan pada pasien.
Perawat 2 : Hallo dokter…selamat pagi. Benar dengan dr. Nurdahono?
Dokter : ya benar
Perawat 2 : Saya suster Purwanti yang berdinas di ruang alhajj ingin
memberitahukan bahwa pasien yang bernama Tn.Dwi yang dengan
diagnosa gastroenteritis akut mengalami sesak nafas dan memililki
Riwayat penyakit asma. Dengan vital sign T: 140/90 mmhg S: 36,5 c
RR : 40x/menit saturasi O2 : 90%.
Dokter : Tolong diberikan Tindakan nebulizer dengan obatnya Ventolin
Pulmicort 1:1 ekstra dan diberikan oksigen kanul 3 liter/menit.
Perawat 2 : Baik dok saya akan melakukan tindakan pada pasien .
Setelah menutup telepon perawat 2 mempersiapkan alat dan langsung keruangan
pasien.
Perawat 2 : Selamat pagi bu, bapak, perkenalkan nama saya Purwanti, saya akan
memberikan nebulizer pada bapak dengan tujuan untuk mengurangi sesak
nafas, apakah bapak bersedia ?
Pasien :Ya( dengan nada kesal )
Perawat 2 : ( memasang Nebulizer) …Pak Dwi ini nanti akan dipasang sungkup
kemudian obatnya akan keluar selang ini. Obat dalam bentuk seperti asap ya pak
nanti dihirup saja seperti bapak bernafas itu. Sampai obat yang dibotol ini habis baru
akan saya matikan mesinnya dan saya lepas sungkupnya.
Pasien : Ya sus..

Fase Terminasi
Perawat 2 : Sudah selesai ya pak Dwi nebulizernya. Mohon maaf ini sungkupnya
saya lepas dulu. Sekarang bapak memakai selang oksigen biasa ini saja.
Bagaimana pak, apa yang dirasakan sekarang setelah dilakukan nebulizer?
apakah sudah enakan nafasnya?
Pasien : Ya sus sekarang nafas saya sudah lebih enak…(sambil tersenyum)
Perawat 2 : Alhamdulilah… bagus pak ( sambil melihat seisi ruangan dan ia merasa
suhu ruangan itu agak terasa dingin ). Ruangan nya jangan terlalu dingin
ya bu.
Keluarga : Memangnya kenapa sus , kami suka suhu ruangan yang dingin.
Pasien : Iya sus saya kepanasan.
Perawat : Iya pak , suhu ruangan boleh dingin tapi jangan terlalu dingin karena
akan menyebabkan asma bapak bisa kambuh lagi dan bapak akan sesak
nafas lagi. Ibu bisa mengatur suhu ruangannya sekitar 24-26⁰C saja.
Keluarga : Baiklah sus
Perawat 2 : Ada yang perlu ditanyakan lagi nggak ya pak?
Pasien : Apa nanti saya masih diberikan Tindakan seperti ini lagi sus?
Perawat 2 : Ini tadi pak dokter hanya memberikan extra saja. Tapi nanti akan kami
evaluasi lagi .
Pasien : Baiklah sus…terima kasih banyak atas bantuannya (sambil tersenyum)
Perawat 2 : Baiklah pak Dwi dan Bu Budi saya Kembali ke ruangan saya dulu.
Mohon maaf atas kejadian tadi dan kalau bapak dan ibu memerlukan
bantuan kami mohon pencet bel saja ya. Nanti kami akan segera datang.
(sambil tersenyum dan agak membungkuk).

Keesokan harinya perawat 1 kembali mengecek kondisi pasien.


Perawat 1 : Selamat pagi pak (sambil tersenyum), bagaimana keadaan bapak
sekarang apakah masih sesak nafas?
Pasien : masih sedikit sus tapi tidak seperti kemarin dan sudah berkurang sangat
banyak.

Setelah perawat 1 meninggalkan ruangan pasien dokter pun datang untuk visite.
Dokter : Pagi sus
Perawat 2 : Selamat pagi dokter
Dokter : Bagaimana keadaan pasien saya?
Perawat 2 : O iya dok. Pasien atas nama Tn Dwi sesak nafas nya sudah agak
berkurang dan kami sudah memberikan nebulizer pada pasien. Selain itu
hari ini sudah tidak diare lagi, nyeri perut berkurang banyak.
Dokter : Ok sus, bisa antarkan saya ke rungan pasien.
Perawat2 : Baik dok. Mari kita ke ruangan pasien.

Setelah sampai ke ruangan pasien, dokter pun mulai memeriksa keadaan pasien.
Dokter : Pagi pak Dwi, Bagaimana kabarnya…apak sesak nafasnya sudah
berkurang, bagaimana dengan dengan BAB nya?
Pasien : Sudah dokter. Saya sudah tidak diare lagi dan sesak nafas saya sudah
berkurang sangat banyak. Sekarang saya lebih enakan dok (sambil
tersenyum).
Dokter : Alhamdulillah.. Bagus lah pak, nanti suhu ruangannya jangan terlalu
dingin ya. Semoga bapak cepat sembuh. Nanti saya akan memberikan
resep untuk bapak.
Pasien : Baik dokter. Terima kasih dokter. Kapan saya bisa pulang?
Dokter : Nanti bapak bisa pulang kok, untuk lebih lanjutnya perawat akan
memberitahu lebih jelas tentang proses perpulangannya.
Pasien : Ya dokter (sambil tersenyum).
Perawat : Ya pak nanti kami akan memberikan penjelasan (tersenyum).
Dokter : Ada yang perlu ditanyakan lagi pak?
Pasien : Sudah cukup dokter. Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai