Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

APLIKASI KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP TENAGA


KESEHATAN

diajukan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah komunikasi dalam


keperawatan

Dosen Pengampu: Dr. Yuni Lestari, DCN. MM

Disusun oleh

Nurvivi Fitri Arianty P 1118036 Windiyani 1118045


Endah Citaresmi 1118037 Dela Puspita 1118046
Eka Ramadani 1118039 Yulia Astriningsih 1118047
Nurul Septi Rahayu 1118040 Rafania Adilla 1118048
Syifaa Amelia Satriadi 1118041 Amulia Irlianti 1118049
Rizka Umami 1118042 Dewi Nur Fadilah 1118050
Anisa Rahayu Nur Azizah 1118043 Hafsoh Nurul H 1118051
Annisa Putri Nur Awaliah 1118044 Neng Mira Mustika 1118052

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RAJAWALI BANDUNG

PRODI S1 KEPERAWATAN STIKES RAJAWALI BANDUNG TK.2a

BANDUNG

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. yang telah
melimpahkan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
tentang ” Aplikasi Komunikasi Terapeutik Terhadap Tenaga Kesehatan”.

Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas kelompok Komunikasi


dalam Keperawatan . Pada kesempatan kali ini kami mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya atas segala bantuan semua pihak sehingga
makalah ini dapat terselesaikan. Maka dari itu, kami mengharap kritik dan
saran dari pembaca yang berifat membangun supaya makalah ini dapat
sempurna di masa yang akan datang.

Cimahi, 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 4

A. Latar Belakang ..................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5

C. Tujuan Makalah .................................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 7

A. Pengertian Komunikasi Terapeutik ..................................................... 7

B. tujuan Komunikasi terapeutik .............................................................. 7

C. Proses Komunikasi Terapeutik ............................................................ 8

D. Tahap Interaksi pada Komunikasi Terapeutik .................................... 8

E. Komunikasi Kesehatan Antar Mitra Kesehatan ................................... 9

F. Komunikasi Dengan Tim Kesehatan Lain ............................................ 11

G. Komunikasi Antar Perawat Dan Ahli Gizi........................................... 13

H. Isu Terkait Aplikasi Komunikasi Antara Perawat Dan Ahli Gizi ........ 14

I. Delegasi ................................................................................................. 14

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 26

A. Simpulan .............................................................................................. 26

B. Saran ..................................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 27

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semua individu mempunyai kebutuhan dasar untuk menjalin hubungan


dengan orang lain dalam menjalani hidupnya. Komunikasi merupakan upaya individu
dalam menjaga dan mempertahankan individu untuk tetap berinteraksi dengan orang
lain. Komunikasi seseorang adalah suatu proses yang melibatkan perilaku dan
interaksi antar individu dalam berhubungan dengan orang lain. Pada profesi
keperawatan komunikasi menjadi sangat penting karena komunikasi merupakan alat
dalam melaksanakan proses keperawatan. Dalam asuhan keperawatan, komunikasi
ditujukan untuk mengubah perilaku klien dalam mencapai tingkat kesehatan yang
optimal. Sebagai ilmu komunikasi, individu diposisikan untuk menentukan potensi
diri dalam melakukan komunikasi yang efektif. Untuk dapat melakukannya, individu
tentu saja harus memiliki pemahaman dasar akan proses komunikasi dan bagaimana
teori komunikasi berfungsi dalam hidup individu.

Di indonesia ada berbagai macam profesi dalam kesehatan. Profesi tersebut


juga mengakibatkan banyaknya institusi kesehatan, diantaranya dokter, bidan, ahli
gizi, kesehatan masyarakat, radiologi, teknobiomedik, farmasi, analis kesehatan, dan
perawat. Semua profesi tadi diwajibkan salaing bekerjasama dalam menjalankan
profesionalitas profesinya masing-masing.

Perawat merupakan satu dari banyaknya profesi kesehatan yang ada. Semua
profesi kesehatan yang ada tentu memiliki visi yang sama yakni terwujudnya
pelayanan kesehatan yang prima. Namun dalam pelaksanaannya perawat tidak
sendirian. Perawat ditemani oleh dokter, analis kesehatan, tim kesehatan masyarakat,
analis kesehatan, ahli gizi, radiologi dan lainnya.

4
5

Komunikasi secara mutlak merupakan bagian integral dari kehidupan kita,


tidak terkecuali perawat, yang tugas sehari-harinya selalu berhubungan dengan orang
lain. Entah itu pasien, sesama teman, dengan atasan, dokter dan sebagainya. Maka
komunikasi sangatlah penting sebagai sarana yang sangat efektif dalam memudahkan
perawat melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik. Komunikasi merupakan alat
untuk membina hubungan terapeutik karena komunikasi mencakup pencapaian
informasi, pertukaran pikiran dan perasaan. Proses komunikasi terapeutik sering kali
meliputi kemampuan dan komitmen yang tulus pada pihak perawat untuk membantuk
klien mencapai keberhasilan keperawatan bersama.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud denan komunikasi terapeutik?
2. Apa saja tujuan dari komunikasi terapeutik?
3. Bagaimana proses komunikasi terapeutik?
4. Bagaimana tahapan interaksi pada komunikasi terapeutik?
5. Apa yang dimaksud dengan komunikasi kesehatan antar mitra kesehatan?
6. Apa yang dimaksud dengan komunikasi dengan tim kesehatan lain?
7. Apa yang dimaksud dengan komunikasi antara Perawat dengan Ahli Gizi?
8. Apa saja isu terkait aplikasi komunikasi antara perawat dengan ahli Gizi?
9. Apa yang dimaksud dengan delegasi?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian komunikasi terapeutik.
b. Mengetahui tujuan komunikasi terapeutik.
c. Mengetahui proses komunikasi terapeutik.
d. Mengetahui tahap interaksi pada komunikasi terapeutik.
e. Mengetahui komunikasi kesehatan antar mitra kesehatan.
6

f. Mengetahui komunikasi dengan tim kesehatan lain.


g. Mengetahui komunikasi antara Perawat dengan Ahli Gizi.
h. Mengetahui isu terkait aplikasi komunikasi antara perawat dengan ahli gizi.
i. Mengetahui apa itu delegasi.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Komunikasi Terapeutik


Komunikasi dalam bidang keperawatan merupakan proses untuk menciptakan
hubungan antara tenaga kesehatan dan pasien untuk mengenal kebutuhan pasien dan
menentukan rencana tindakan serta kerjasama dalam memenuhi kebutuhan tersebut.
Oleh karena itu komunikasi terapeutik memegang peranan penting
memecahkan masalah yang dihadapi pada dasarnya komunikasi terapeutik
merupakan komunikasi proposional yang mengarah pada tujuan yaitu
penyembuhan pasien pada komunikasi terapeutik terdapat dua komonen penting yaitu
proses komunikasinya dan efek komunikasinya.
Menurut Purwanto, Heri (1994), komunikasi terapeutik merupakan bentuk
keterampilan dasar utnuk melakukan wawancara dan penyuluhan dalam artian
wawancara digunakan pada saat petugas kesehatan melakukan pengkajian
memberi penyuluhan kesehatan dan perencaan perawatan.

B. Tujuan Komunikasi Terapeutik


Menurut Purwanto, (1994) tujuan dari komunikasi terapeutik :
1. Membantu pasien memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran
mempertahakan kekuatan egonya.
2. Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk mengubah situasi yang ada
3. Mengulang keraguan membantu dalam pengambilan tindakan yang efektif dan
mempengaruhi orang lai lingkungan fisik dan dirinya.

7
8

C. Proses Komunikasi Terapeutik


Proses ini terdiri dari unsur komunikasi prinsip komunikasi dan tahapan
komunikasi. Unsur komunikasi terdiri dari :
1. Sumber komunikasi
Sumber komunikasi yaitu pengirim pesan atau sering disebut komunikator yaitu
orang yang menyampaikan atau menyiapkan pesan. Komunikator dalam makalah
ini adalah para perawat yang tugas utamanya ialah membantu pasien dalam
mengatasi masalah sakit akut, sakit kronis, dan memberikan pertolongan pertama
pada pasien dalam keadaan gawat darurat.
2. Komunikator
Komunikator memiliki peranan penting untuk menentukan keberhasilan dalam
membentuk kesamaan persepsi dengan pihak lain dalam makalah ini ialah pasien.
Kemampuan komunikator mencakup keahliaan atau kredibilitas daya tarik dan
keterpercayaan merupakan faktor yang sangat berpengaruh dan menentukan
keberhasilan dalam melakukan komunikasi ( tan, 1981:104).
3. Pesan
Pesan merupakan salah satu unsur penting yang harus ada dalam proses
komunikasi. Tanpa kehadiran pesan, proses komunikasi tidak terjadi. Komunikasi
akan berhasil bila pesan yang disampaikan tepat, dapat dimengerti, dan dapat
diterima komunikan.

D. Tahap Interaksi pada Komunikasi Terapeutik


Pada umumnya, hubungan antar pribadi berkembang melalui tahap-tahap yaitu :
1. Tahap awal atau tahap orientasi
Pada tahap ini antara petugas dan pasien terjadi kontak dan pada tahap iini
penampilan fisik begitu penting karena dimensi fisik paling terbuka untuk diamati.
Kualitas-kualitas lain seperti sifat bersahabat kehangatan, keterbukaan dan
dinamisme juga terungkap.
9

Yang dapat dialkukan pada terapi ini menurut purwantoialah pengenalan,


mengidentifikasi masalah dan mengukur tingkat kecemasan diri pasien.
2. Tahap lanjutan
Tahap lanjutan adalah tahap pengenalan lebih jauh, menurut Purwanto
(1994: 25) dialkukan untuk meningkatkan sikap penerimaan satu sama lain untuk
mengatasi kecemasan, melanjutkan pengkajian dan evaluasi masalah yang
ada.
Komunikasi pada tahap ini mengikatkan pada diri kita untuk lebih mengenal orang
lain dan juga mngungkapkan diri kita. Pada tahap ini termasuk pada tahap
persahabatan yang menghendaki agar kedua pihak harus merasa mempunyai
kedudukan yang sama, dalam artian ada keseimbangan dan kesejajaran kedudukan.
3. Tahapan terminasi
Pada tahap ini terjadi pengikatan antar pribadi yang lebih jauh, merupakan
fase persiapan mental untuk membuat perencanaan tentang kesimpulan perawatan
yang didapat dan mempertahankan batas hubungan yang ditentukan, yang diukur
antara lain mengantisipasi masalah yang akan timbul karena pada tahap ini
merupakan tahap persiapan mental atas rencana pengobatan, melakukan
peningkatan komunikasi untuk mengurangi ketergantungan pasien pada petugas.
Terminasi merupakan akhir dari setiap pertemuan antara petugas dengan klien.
Tahap terminasi dibagi dua, yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir.
Terminasi sementara adalah akhir dari setiap pertemuan, pada terminasi ini klien
akan bertemu kembali pada waktu yang telah ditentukan, sedangkan terminasi akhir
terjadi jika klien selesai menjalani pengobatan.

E. Komunikasi Kesehatan Antar Mitra Kesehatan


Komunikasi kesehatan merupakan proses penyampaian informasi terkait
kesehatan. Jika komunikasi kesehatan digunakan secara baik, akan memberikan
pengaruh kepada individu. Individu akan memiliki persepsi yang positif tentang
10

masalah kesehatan, individu memiliki pengetahuanyang lebih baik terkait


kesehatan, serta individu dapat merubah perilaku atau pola hidup yang sehat.
11

Komunikasi kesehatan antar mitra kesehatan diperlukan sebuah cara atau strategi
agar komunikasi menjadi komunikasi ksehatan yang efektif. Beberapa cara agar
terjalin komunikasi kesehatan antar mitra kesehatan yang efektif yaitu
berkomunikasi dengan detail, cepat, akurat, dan disertai dengan bukti. Komunikasi
secara detail seperti melakukan pertukaran informasi dengan lebih terperinci.
Contohnya saat perawat melakukan pengkajia natas data dari klien,
perawat memberitahukan informasi yang didapatkan secara detail kepada dokter
atau mitra kesehatan lainnya. Pada saat berkomunikasi dengan mitra kesehatan,
tidak hanya dibutuhkan komunikasi secara detail, tetapi juga dibutuhkan
komunikasi secara cepat dan akurat. Hal ini untuk meminimalisasi kejadian buruk
yang mungkin terjadi.
Contoh komunikasi secara cepat dan akurat apabila suatu hari klien datang
dengan kondisi yang gawat sehingga mitra kesehatan harus menangani klien
tersebut dengan segera. Pada saat menangani klien tersebut,dibutuhkan kerja sama
oleh tenaga kesehatan lainnya denga cara berkomunikasi secara cepatdan akurat.

F. Komunikasi Dengan Tim Kesehatan Lain


Perawat menjalankan peran yang membutuhkan interaksi dengan berbagai
anggota tim pelayanan kesehatan. Unsur yang membentuk hubungan perawat klien
juga dapat diterapkan dalam hubungan sejawat, yang berfokus pada pembentukan
lingkungan kerja yang sehat dan mencapai tujuan tatanan klinis. Komunikasi ini
berfokus pada pembentukan tim, fasilitasi proses kelompok, kolaborasi, konsultasi,
delegasi, supervisi, kepemimpinan, dan manajemen.
Dibutuhkan banyak keterampilan komunikasi, termasuk berbicara dalam
presentasi, persuasi, pemecahan masalah kelompok, pemberian tinjauan performa,
dan penulisan laporan. Didalam lingkungan kerja, perawat dan tim kesehatan
membutuhkan interaksi sosial dan terapeutik untuk membangun kepercayaan dan
meperkuat hubungan. Semua orang memilki kebutuhan interpribadi akan
penerimaan, keterlibatan, identitas, privasi, kekuatan dan kontrol, serta perhatian.
12

Perawat membutuhkan persahabatan, dukungan, bimbingan, dan dorongan dari


pihak lain untuk mengatasi tekanan akibat stress pekerjaan dan harus dapat
menerapkan komunikasi yang baik dengan klien, sejawat dan rekan kerja. (Potter &
Perry, 2009).
Agar efektif sebagai profesional keperawatan, itu tidak cukup untuk sangat
berkomitmen untuk klien. Pada akhirnya, iklim perusahaan tempat kerja akan
memiliki efek pada hubungan yang terjadi antara perawat dan klien pribadi.
Kegagalan dalam komunikasi antara penyedia layanan kesehatan adalah salah satu
faktor yang paling umum. Komitmen untuk kolaborasi dalam hubungan kerja
dengan para profesional lain membantu mempertahankan kualitas tinggi dari
perawatan klien. Keberhasilan kelompok bergantung pada hubungan baik
diantara tim, terutama pemimpin tim dengan anggota tim yang lain. Untuk
mendorong terjadinya komunikasi, pemimpin tim harus selalu mengamati prinsip
komunikasi menurut WHO, 1999 :
1 Seluruh anggota tim harus bebas mengemukakan dan menjelaskan pandangan
mereka dan harus didorong untuk bertindak seperti itu.
2 Sebuah pesan atau komunikasi, baik lisan maupun tertulis harus dinyatakan dengan
jelas dan dalam bahasa atau ungkapan yang dapat dimengerti.
3 Komunikasi mempunyai 2 unsur yaitu mengirim dan menerima, bila pesan yang
dikirim tidak diterima komunikasi tidak berjalan. Dengan demikian pemimpin tim
harus selalu meggunakan suatu cara untuk memeriksa apakah efek yang diharapkan
terjadi.
4 Perselisihan atau pertentangan adalah normal dalam hubungan antar manusia, hal ini
sudah diatur sedemikian sehingga dapat mencapai hasil yang konstruktif.
Pengaturan ruangan untuk membantu komunikasi cobalah dengan mengatur
ruangan, kantor kelas dan ruangan kelompok, pendidikan lainnya sehingga
komunikasi dapat berjalan dengan efektif. Diagram dibawah menunjukkan
pengaturan komunikasi dengan 1 pemimpin dan 4 anggota. (WHO, 1999. )
13

Selalu ingat bahwa :


1 Dalam satu kelompok yang terdiri dari tidak lebih enam atau tujuh orang, semua
orang dapat ikut serta dalam diskusi. Dengan demikian, sebuah kelompok besar
lebih baik dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil.
2 Meja dapat dihalangi komunikasi karena permukaan atau bentuknya, atau cara
benda tersebut ditempatkan. Bila tidak diperlukan maka disingkirkan. Hindarkan
meja berbentuk huruf U.

Pengaturan tempat duduk harus mencerminkan tujuan atau maksud pertemuan


atau kelompok. Gunakan pengaturan tersebut untuk mempermudah komunikasi, bila
hal ini penting untuk maksud dan tujuan tersebut. Sesuaikan pengaturan tempat
duduk ini dengan tujuan, bukan tujuan menyesuaikan dengan pengaturan tempat
duduk.

G. Komunikasi Antara Perawat Dengan Ahli Gizi


Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung
berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM). Pelayanan gizi di RS
merupakan hak setiap orang dan memerlukan pedoman agar tercapai pelayanan
yang bermutu.
Agar pemenuhan gizi pasien dapat sesuai dengan yang diharapkan maka
perawat harus mengkonsultasikan kepada ahli gizi tentang – obatan yang digunakan
pasien, jika perawat tidak mengkonunikasikannya maka dapat terjadi pemilihan
makanan oleh ahli gizi yang bisa saja menghambat absorbsi dari obat tersebut. Jadi
diperlukanlah komunikasi dua arah yang baik antara perawat dengan ahli gizi.
14

H. Isu Terkait Aplikasi Komunikasi Antara Perawat Dengan Ahli Gizi


Prinsip-prinsip ilmu gizi menjadi kontroversial ketika konsep "obat gizi" dan
"marjinal kekurangan gizi" yang diperkenalkan. Konsep nutrisi obat didasarkan
pada asumsi bahwa makanan dan obat dapat memiliki efek terapeutik, terutama
ketika gizi individu diberikan dalam dosis pharmacologic. Konsep ini kontroversial
karena advokat penggunaan lebih tinggi daripada tingkat gizi yang tersedia dalam
makanan; gizi seperti itu harus diberikan dalam bentuk suplemen. Konsep marjinal
kekurangan gizi didasarkan pada hipotesa yang halus kekurangan gizi terjadi
sebelum mulai frank, klasik kekurangan.
Isu yang terkait dengan gizi yaitu apabila perawat tidak mengkomunikasikan
kepada ahli gizi tentang obat- obatan yang digunakan pasien sehingga dapat terjadi
pemilihan makanan oleh ahli gizi yang bisa saja menghambat absorbsi dari obat
tersebut. Jadi diperlukanlah komunikasi dua arah yang baik antara perawat dan ahli
gizi agar pemenuhan gizi pasien sesuai dengan apa yang diharapkan.

I. Delegasi
Delegasi adalah pemindahan tanggungjawab untuk melakukan kegiatan atau
tugas dan memegang akuntabilitas terhadap hasil. Delegasi bermanfaat untuk
memperbaiki efisiensi, meningkatkan produktivitas, dan mengembangkan staf
lainnya. Sebagai seorang perawat, harus bertanggungjawab terhadap
penyelengaraan perawatan klien dan akan mendelegasikan kegiatan perawat kepada
asisten. Karena langkah dari proses keperawatan memerlukan perawat untuk
pengambilan keputusan, maka tahap ini tidak akan anda deegasikan kepada asisten
atau tenaga kesehatan lain. Untuk mendukung lingkungan profesional yang baik,
setiap anggota tim kerja keperawatan bertanggungjawab untuk melaksanakan
komunikasi profesional yang bersifat terbuka. Jika dilakukan dengan benar, delegasi
dapat memperbaiki efisiensi kerja, produktivitas, dan peningkatan kerja. Lima
syarat dalam pendelegasian antar tim kesehatan : Tugas yang tepat, kondisi yang
15

tepat, orang yang tepat, komunikasi/petunjuk yang tepat, supervisi yang tepat.(
Potter & Perry, 2009)
16

1 Konflik dalam berkomunikasi


Tujuan utama dalam menangani konflik di tempat kerja adalah untuk
menemukan kualitas tinggi dan solusi yang dapat diterima bersama. Dalam banyak
contoh, berbagai jenis hubungan dapat berkembang melalui penggunaan teknik
komunikasi manajemen konflik. Pada situasi klinis sebagai suatu proses kerja sama
untuk mencapai tujuan bersama dengan mengikuti langkah :
a. Memperoleh data faktual : Mendapatkan semua informasi yang relevan tentang isu-
isu spesifik yang terlibat dan sekitar respon perilaku klien untuk masalah perawatan
kesehatan.
b. Pertimbangkan sudut pandang lain: Memiliki beberapa ide tentang apa masalah
mungkin relevan dari sudut pandang orang lain, memberikan informasi penting
tentang pendekatan interpersonal yang terbaik untuk digunakan.
c. Intervensi awal : Buat forum untuk komunikasi dua arah , sebaiknya bertemu secara
berkala dengan tim kesehatan lain mencakup permasalahan klien.

2 Komunikasi antara perawat-dokter


Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang telah
cukup lama dikenal ketika memberikan bantuan kepada pasien. Perawat bekerja
sama dangan dokter dalam berbagai bentuk. Perawat mungkin bekerja di lingkungan
di mana kebanyakan asuhan keperawatan bergantung pada instruksi medis. Perawat
diruang perawatan intensif dapat mengikuti standar prosedur yang telah ditetapkan
yang mengizinkan perawat bertindak lebih mandiri.
Perawat dapat bekerja dalam bentuk kolaborasi dengan dokter.Contoh :
Ketika perawat menyiapkan pasien yang baru saja didiagnosa diabetes pulang
kerumah, perawat dan dokter bersama-sama mengajarkan klien dan keluarga
begaimana perawatan diabetes di rumah.Selain itu komunikasi antara perawat
dengan dokter dapat terbentuk saat visit dokter terhadap pasien, disitu peran perawat
17

adalah memberikan data pasien meliputi TTV, anamnesa, serta keluhan-keluhan


dari
18

pasien,dan data penunjang seperti hasil laboraturium sehingga dokter dapat


mendiagnosa secara pasti mengenai penyakit pasien.Pada saat perawat
berkomunikasi dengan dokter pastilah menggunakan istilah-istilah medis, disinilah
perawat dituntut untuk belajar istilah-istilah medis sehingga tidak terjadi
kebingungan saat berkomunikasi dan komunikasi dapat berjalan dengan baik serta
mencapai tujuan yang diinginkan.
Komunikasi antara perawat dengan dokter dapat berjalan dengan baik apabila
dari kedua pihak dapat saling berkolaborasi dan bukan hanya menjalankan tugas
secara individu, perawat dan dokter sendiri adalah kesatuan tenaga medis yang tidak
bisa dipisahkan. Dokter membutuhkan bantuan perawat dalam memberikan data-
data asuhan keperawatan, dan perawat sendiri membutuhkan bantuan dokter untuk
mendiagnosa secara pasti penyakit pasien serta memberikan penanganan lebih lanjut
kepada pasien. Semua itu dapat terwujud dwngan baik berawal dari komunikasi
yang baik pula antara perawat dengan dokter.

Tips untuk permintaan kejelasan kepada dokter:


1) Mengidentifikasi semua nama (Sebutkan nama dokter, sebutkan nama dan posisi,
mengidentifikasi klien dan diagnosis klien atau orang-orang lain yang terlibat dalam
masalah dengan nama.
2) Meringkas masalah (data faktual singkat tentang masalah).
3) Menyatakan tujuan.
4) Menyarankan solusi pemecahan masalah yang relevan sesuai dengan praktek klinik.
5) Menulis kesimpulan (menjelaskan siapa yang akan bertanggung jawab untuk
pelaksanaan, mengklarifikasi informasi terutama jika ini percakapan telepon,
menentukan kerangka waktu pelaksanaan). (Arnold & Boogs, 2007).
19

3 Komunikasi antara Perawat dengan Perawat


Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada klien komunikasi
antar tenaga kesehatan terutama sesama perawat sangatlah penting. Kesinambungan
informasi tentang klien dan rencana tindakan yang telah, sedang dan akan dilakukan
perawat dapat tersampaikan apabila hubungan atau komunikasi antar perawat
berjalan dengan baik.Hubungan perawat dengan perawat dalam memberikan
pelayanan keperawatan dapat diklasifikasikan menjadi hubungan profesional,
hubungan struktural dan hubungan intrapersonal.
Hubungan profesional antara perawat dengan perawat merupakan
hubungan yang terjadi karena adanya hubungan kerja dan tanggung jawab yang
sama dalam memberikan pelayanan keperawatan.Hubungan sturktural merupakan
hubungan yang terjadi berdasarkan jabatan atau struktur masing- masing perawat
dalam menjalankan tugas berdasarkan wewenang dan tanggungjawabnya dalam
memberikan pelayanan keperawatan.
Laporan perawat pelaksana tentang kondisi klien kepada perawat
primer, laporan perawat primer atau ketua tim kepada kepala ruang tentang
perkembangan kondisi klien, dan supervisi yang dilakukan kepala ruang kepada
perawat pelaksana merupakan contoh hubungan struktural.Hubungan interpersonal
perawat dengan perawat merupakan hubungan yang lazim dan terjadi secara
alamiah. Umumnya, isi komunikasi dalam hubungan ini adalah hal- hal yang tidak
terkait dengan pekerjaan dan tidak membawa pengaruh dalam pelaksanaan tugas
dan wewenangnya.

4 Komunikasi antara perawat dengan Ahli terapi.


Ahli terapi respiratorik ditugaskan untuk memberikan pengobatan
yang dirancang untuk peningkatan fungsi ventilasi atau oksigenasi klien.Perawat
bekerja dengan pemberi terapi respiratorik dalam bentuk kolaborasi. Asuhan
20

dimulai oleh ahli terapi (fisioterapis) lalu dilanjutrkan dengan dievaluasi oleh
perawat.
21

Perawat dan fisioterapis menilai kemajuan klien secara bersama-sama dan


mengembangkan tujuan dan rencana pulang yang melibatkan klien dan keluarga.
Selain itu, perawat merujuk klien ke fisioterapis untuk perawatan lebih jauh. Contoh
: Perawat merawat seseorang yang mengalamai penyakit paru berat dan merujuk
klien tersebut pada ahli terapis respiratorik untuk belajar latihan untuk menguatkaan
otot-otot lengan atas, untuk belajar bagaimana menghemat energi dalam melakukan
aktivitas sehari-hari, dan belajar teknik untuk mempertahankan bersihan jalan nafas.

5 Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Farmasi


Seorang ahli farmasi adalah seorang profesional yang mendapat izin untuk
merumuskan dan mendistribusikan obat-obatan. Ahli farmasi dapat bekerja hanya di
ruang farmasi atau mungkin juga terlibat dalam konferensi perawatan klien atau
dalam pengembangan sistem pemberian obat. Perawat memiliki peran yang utama
dalam meningkatkan dan mempertahankan dengan mendorong klien untuk proaktif
jika membutuhkan pengobatan. Dengan demikian, perawat membantu klien
membangun pengertian yang benar dan jelas tentang pengobatan,
mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan, dan turut bertanggung jawab
dalam pengambilan keputusan tentang pengobatan bersama tenaga kesehatan
lainnya. Perawat harus selalu mengetahui kerja, efek yang dituju, dosis yang tepat
dan efek smaping dari semua obat-obatan yang diberikan. Bila informasi ini tidak
tersedia dalam buku referensi standar seperti buku-teks atau formula rumah sakit,
maka perawat harus berkonsultasi pada ahli farmasi.
Saat komunikasi terjadi maka ahli farmasi memberikan informasi tentang
obat-obatan mana yang sesuai dan dapat dicampur atau yang dapat diberikan secara
bersamaan. Kesalahan pemberian dosis obat dapat dihindari bila baik perawat dan
apoteker sama-sama mengetahui dosis yang diberikan. Perawat dapat melakukan
pengecekkan ulang dengan tim medis bila terdapat keraguan dengan kesesuaian
22

dosis obat. Selain itu, ahli farmasi dapat menyampaikan pada perawat tentang obat
yang
23

dijual bebas yang bila dicampur dengan obat-obatan yang diresepkan dapat
berinteraksi merugikan, sehingga informasinini dapat dimasukkan dalam rencana
persiapan pulang. Seorang ahli farmasi adalah seorang profesional yang mendapat
izin untuk merumuskan dan mendistribusikan obat-obatan. Ahli farmasi dapat
bekerja hanya di ruang farmasi atau mungkin juga terlibat dalam konferensi
perawatan klien atau dalam pengembangan sistem pemberian obat.

6 Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Gizi.


Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung
berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM). Pelayanan gizi di RS
merupakan hak setiap orang dan memerlukan pedoman agar tercapai pelayanan
yang bermutu.
Agar pemenuhan gizi pasien dapat sesuai dengan yang diharapkan maka
perawat harus mengkonsultasikan kepada ahli gizi tentang – obatan yang digunakan
pasien, jika perawat tidak mengkonunikasikannya maka dapat terjadi pemilihan
makanan oleh ahli gizi yang bisa saja menghambat absorbsi dari obat tersebut. Jadi
diperlukanlah komunikasi dua arah yang baik antara kedua belah pihak.

7 Komunikasi terkait kasus pemicu


Fokus dalam segmen model komunikasi kesehatan dapat melukiskan
hubungan interpersonal dalam tim kesehatan. Northouse (1998) mengungkapkan
ada 3 area permasalahan yang dimiliki dalam hubungan interprofesional yaitu:
a. Stres Peranan (Role Stress)
b. Rendahnya pemahaman interpersonal (lack of interpersonal understanding)
c. Otonomi yang keras (autonomy struggle)
24

Bertemu dengan orang sakit setiap hari merupakan tugas yang tidak mudah.
Pekerjaan profesional kesehatan secara konstan menempatkan mereka dalam kontak
dengan pasien yang sedang bergelut dengan kondisi kritis dalam hidupnya dan
mereka sedang mencoba mengatasi emosi atau penyakit yang serius. Sumber masalah
role stress yang dialami para professional kesehatan berhubungan dengan
penyelesaian peran professional itu sendiri. Jenis role stress dibagi dua jenis yaitu
role conflict dan role overload. Kasus role conflict dapat ditunjukan salah satunya
dengan reality shock.
Kramer (1974) dalam teorinya tentang Reality Shock menjelaskan bahwa
stress dapat disebabkan oleh adanya kesenjangan atau perbedaan antara lingkungan
pendidikan dengan pelayanan. Hal itu biasanya dialami oleh lulusan perawat baru.
Perawat Yanti sebagai perawat baru yang bekerja di sebuah Rumah Sakit merasakan
bahwa pendidikan yang ia tempuh selama ini ternyata belum cukup untuk
mempersiapkan dirinya dalam lingkungan kerja. Perawat Yanti akhirnya mengalami
reality shock yang menyebabkan terhambatnya komunikasi terapeutik antara perawat
dan klien. Karena baru pertama masuk dunia kerja, perawat Yanti juga merasakan
kesulitan berkomunikasi dengan tim kesehatan lain, apalagi untuk berbicara di depan
suatu forum tim kesehatan. Hubungan interpersonal antara perawat dan profesi lain
pun harus terpelihara dengan baik. Hubungan tersebut dapat diwujudkan dengan
meningkatkan pemahaman interpersonal mengenai peran masing-masing individu
atau profesi.
Perawat Yanti harus paham benar tentang perannya sebagai perawat dan
berusaha tidak memasuki batas wilayah peran profesi lainnya sehingga tidak memicu
konflik internal tim kesehatan. Kolaborasi antara perawat Yanti dengan perawat atau
tim kesehatan lain dapat terwujud jika hubungan interpersonal perawat Yanti berjalan
dengan baik. Area-area rentang konflik seperti yang digambarkan di atas merupakan
hal yang perlu diwaspadai, terutama dalam menjalin kolaborasi antar anggota tim
kesehatan atau interprofesional. Untuk mempertahankan hubungan yang harmonis
serta mengurangi beban stress di lingkungan kerja, akhirnya para professional
25

kesehatan membuat jadwal pertemuan rutin yang digunakan sebagai sarana sharing
atau berdiskusi tentang masalah-masalah yang ada di lingkungan kerja. Pertemuan
tersebut antara lain rapat rutin tim kesehatan dan case conference.
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Pada kenyataanya perawat di samping kodratnya sebagai mahluk individu
dan mahluk sosial, diapun sebagai mahluk profesi memerlukan tenaga skil di
bidangnya, khususnya di bidang keperawatan. Perawat harus mampu menjalankan
segala tahapan dalam komunikasi terapeutik yang meliputi tahap awal, lanjutan
dan terminasi. Mengingat teknologi kedokteran akhir-akhir ini semakin pesat,
senantiasa pula mempengaruhi perkembangan profesi keperawatan itu sendiri.
Perawat dituntut untuk lebih mengutamakan pelayanan paripurna terhadap
pasien, terutama dalam memenuhi kebutuhan pasien . Hubungan yang baik ini
akan lebih baik lagi bila perawat dapat meningkatkan pengetahuannya dalam
komunikasi khususnya komunikasi terapeutik yang sesuai dengan tuntutan jaman.
Dalam memberikan pelayanan keperawatan yang paripurna dan menyeluruh,
diharapkan perawat mampu membangun komunikasi antar tim kesehatan di
Rumah Sakit, termasuk Ahli Gizi. Dengan mampu menjalin hubungan baik
dengan petugas kesehatan lain maka perawat menjalankan fungsi kolaborasinya.

B. Saran

Dalam melakukan komunikasi dengan sesama tim kesehatan dan dengan profesi
keperawatan lain diharapkan perawat dapat berkomunikasi dengan efektif dan efisien
serta menghindari komunikasi yang bersifat bias.

26
DAFTAR PUSTAKA

Arnold,E.C,&Boggs.K.U.(2007).Interpersonal Relationship: Professional


Communication skills for Nurses.(5 th ed.). St Louis : Elseiver.
Kozier,Barbara.(2004).Fundamentals Of Nursing: concepts, process, and practice (7
th ed.). New Jersey : Pearson
Kramer, Marlene.(2008).Reality Shock : why nurses leave nursing. St Louis :
MOSBY
Northouse, Peter Guy.(2010).Leadership : Theory and Practice.(5 th ed.). USA :
SAGE
Potter & Perry. (2009).Fundamental keperawatan (7 th ed.).(vols 2.). dr Adrina
&marina, penerjemah). Jakarta : Salemba Medika.
Stuart.G.W.,&Laraia.,M.T.(2005).Principles and Practice Of psychiatric nursing.(8
th ed.).St Louis : MOSBY
WHO(1999).Manajemen Pelayanan Kesehatan Primer.(2 th ed). (dr.Popy
Kumalasari, Penerjemah).Jakarta : EGC
CopperandCo.(Maret, 2013).Komunikasi Perawat Dengan Tenaga Kesehatan.

27

Anda mungkin juga menyukai