Disusun oleh
BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. yang telah
melimpahkan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
tentang ” Aplikasi Komunikasi Terapeutik Terhadap Tenaga Kesehatan”.
Cimahi, 2020
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
H. Isu Terkait Aplikasi Komunikasi Antara Perawat Dan Ahli Gizi ........ 14
I. Delegasi ................................................................................................. 14
A. Simpulan .............................................................................................. 26
B. Saran ..................................................................................................... 26
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perawat merupakan satu dari banyaknya profesi kesehatan yang ada. Semua
profesi kesehatan yang ada tentu memiliki visi yang sama yakni terwujudnya
pelayanan kesehatan yang prima. Namun dalam pelaksanaannya perawat tidak
sendirian. Perawat ditemani oleh dokter, analis kesehatan, tim kesehatan masyarakat,
analis kesehatan, ahli gizi, radiologi dan lainnya.
4
5
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud denan komunikasi terapeutik?
2. Apa saja tujuan dari komunikasi terapeutik?
3. Bagaimana proses komunikasi terapeutik?
4. Bagaimana tahapan interaksi pada komunikasi terapeutik?
5. Apa yang dimaksud dengan komunikasi kesehatan antar mitra kesehatan?
6. Apa yang dimaksud dengan komunikasi dengan tim kesehatan lain?
7. Apa yang dimaksud dengan komunikasi antara Perawat dengan Ahli Gizi?
8. Apa saja isu terkait aplikasi komunikasi antara perawat dengan ahli Gizi?
9. Apa yang dimaksud dengan delegasi?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian komunikasi terapeutik.
b. Mengetahui tujuan komunikasi terapeutik.
c. Mengetahui proses komunikasi terapeutik.
d. Mengetahui tahap interaksi pada komunikasi terapeutik.
e. Mengetahui komunikasi kesehatan antar mitra kesehatan.
6
PEMBAHASAN
7
8
Komunikasi kesehatan antar mitra kesehatan diperlukan sebuah cara atau strategi
agar komunikasi menjadi komunikasi ksehatan yang efektif. Beberapa cara agar
terjalin komunikasi kesehatan antar mitra kesehatan yang efektif yaitu
berkomunikasi dengan detail, cepat, akurat, dan disertai dengan bukti. Komunikasi
secara detail seperti melakukan pertukaran informasi dengan lebih terperinci.
Contohnya saat perawat melakukan pengkajia natas data dari klien,
perawat memberitahukan informasi yang didapatkan secara detail kepada dokter
atau mitra kesehatan lainnya. Pada saat berkomunikasi dengan mitra kesehatan,
tidak hanya dibutuhkan komunikasi secara detail, tetapi juga dibutuhkan
komunikasi secara cepat dan akurat. Hal ini untuk meminimalisasi kejadian buruk
yang mungkin terjadi.
Contoh komunikasi secara cepat dan akurat apabila suatu hari klien datang
dengan kondisi yang gawat sehingga mitra kesehatan harus menangani klien
tersebut dengan segera. Pada saat menangani klien tersebut,dibutuhkan kerja sama
oleh tenaga kesehatan lainnya denga cara berkomunikasi secara cepatdan akurat.
I. Delegasi
Delegasi adalah pemindahan tanggungjawab untuk melakukan kegiatan atau
tugas dan memegang akuntabilitas terhadap hasil. Delegasi bermanfaat untuk
memperbaiki efisiensi, meningkatkan produktivitas, dan mengembangkan staf
lainnya. Sebagai seorang perawat, harus bertanggungjawab terhadap
penyelengaraan perawatan klien dan akan mendelegasikan kegiatan perawat kepada
asisten. Karena langkah dari proses keperawatan memerlukan perawat untuk
pengambilan keputusan, maka tahap ini tidak akan anda deegasikan kepada asisten
atau tenaga kesehatan lain. Untuk mendukung lingkungan profesional yang baik,
setiap anggota tim kerja keperawatan bertanggungjawab untuk melaksanakan
komunikasi profesional yang bersifat terbuka. Jika dilakukan dengan benar, delegasi
dapat memperbaiki efisiensi kerja, produktivitas, dan peningkatan kerja. Lima
syarat dalam pendelegasian antar tim kesehatan : Tugas yang tepat, kondisi yang
15
tepat, orang yang tepat, komunikasi/petunjuk yang tepat, supervisi yang tepat.(
Potter & Perry, 2009)
16
dimulai oleh ahli terapi (fisioterapis) lalu dilanjutrkan dengan dievaluasi oleh
perawat.
21
dosis obat. Selain itu, ahli farmasi dapat menyampaikan pada perawat tentang obat
yang
23
dijual bebas yang bila dicampur dengan obat-obatan yang diresepkan dapat
berinteraksi merugikan, sehingga informasinini dapat dimasukkan dalam rencana
persiapan pulang. Seorang ahli farmasi adalah seorang profesional yang mendapat
izin untuk merumuskan dan mendistribusikan obat-obatan. Ahli farmasi dapat
bekerja hanya di ruang farmasi atau mungkin juga terlibat dalam konferensi
perawatan klien atau dalam pengembangan sistem pemberian obat.
Bertemu dengan orang sakit setiap hari merupakan tugas yang tidak mudah.
Pekerjaan profesional kesehatan secara konstan menempatkan mereka dalam kontak
dengan pasien yang sedang bergelut dengan kondisi kritis dalam hidupnya dan
mereka sedang mencoba mengatasi emosi atau penyakit yang serius. Sumber masalah
role stress yang dialami para professional kesehatan berhubungan dengan
penyelesaian peran professional itu sendiri. Jenis role stress dibagi dua jenis yaitu
role conflict dan role overload. Kasus role conflict dapat ditunjukan salah satunya
dengan reality shock.
Kramer (1974) dalam teorinya tentang Reality Shock menjelaskan bahwa
stress dapat disebabkan oleh adanya kesenjangan atau perbedaan antara lingkungan
pendidikan dengan pelayanan. Hal itu biasanya dialami oleh lulusan perawat baru.
Perawat Yanti sebagai perawat baru yang bekerja di sebuah Rumah Sakit merasakan
bahwa pendidikan yang ia tempuh selama ini ternyata belum cukup untuk
mempersiapkan dirinya dalam lingkungan kerja. Perawat Yanti akhirnya mengalami
reality shock yang menyebabkan terhambatnya komunikasi terapeutik antara perawat
dan klien. Karena baru pertama masuk dunia kerja, perawat Yanti juga merasakan
kesulitan berkomunikasi dengan tim kesehatan lain, apalagi untuk berbicara di depan
suatu forum tim kesehatan. Hubungan interpersonal antara perawat dan profesi lain
pun harus terpelihara dengan baik. Hubungan tersebut dapat diwujudkan dengan
meningkatkan pemahaman interpersonal mengenai peran masing-masing individu
atau profesi.
Perawat Yanti harus paham benar tentang perannya sebagai perawat dan
berusaha tidak memasuki batas wilayah peran profesi lainnya sehingga tidak memicu
konflik internal tim kesehatan. Kolaborasi antara perawat Yanti dengan perawat atau
tim kesehatan lain dapat terwujud jika hubungan interpersonal perawat Yanti berjalan
dengan baik. Area-area rentang konflik seperti yang digambarkan di atas merupakan
hal yang perlu diwaspadai, terutama dalam menjalin kolaborasi antar anggota tim
kesehatan atau interprofesional. Untuk mempertahankan hubungan yang harmonis
serta mengurangi beban stress di lingkungan kerja, akhirnya para professional
25
kesehatan membuat jadwal pertemuan rutin yang digunakan sebagai sarana sharing
atau berdiskusi tentang masalah-masalah yang ada di lingkungan kerja. Pertemuan
tersebut antara lain rapat rutin tim kesehatan dan case conference.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pada kenyataanya perawat di samping kodratnya sebagai mahluk individu
dan mahluk sosial, diapun sebagai mahluk profesi memerlukan tenaga skil di
bidangnya, khususnya di bidang keperawatan. Perawat harus mampu menjalankan
segala tahapan dalam komunikasi terapeutik yang meliputi tahap awal, lanjutan
dan terminasi. Mengingat teknologi kedokteran akhir-akhir ini semakin pesat,
senantiasa pula mempengaruhi perkembangan profesi keperawatan itu sendiri.
Perawat dituntut untuk lebih mengutamakan pelayanan paripurna terhadap
pasien, terutama dalam memenuhi kebutuhan pasien . Hubungan yang baik ini
akan lebih baik lagi bila perawat dapat meningkatkan pengetahuannya dalam
komunikasi khususnya komunikasi terapeutik yang sesuai dengan tuntutan jaman.
Dalam memberikan pelayanan keperawatan yang paripurna dan menyeluruh,
diharapkan perawat mampu membangun komunikasi antar tim kesehatan di
Rumah Sakit, termasuk Ahli Gizi. Dengan mampu menjalin hubungan baik
dengan petugas kesehatan lain maka perawat menjalankan fungsi kolaborasinya.
B. Saran
Dalam melakukan komunikasi dengan sesama tim kesehatan dan dengan profesi
keperawatan lain diharapkan perawat dapat berkomunikasi dengan efektif dan efisien
serta menghindari komunikasi yang bersifat bias.
26
DAFTAR PUSTAKA
27