Anda di halaman 1dari 33

Hambatan Komunikasi

1. Pengertian Hambatan Komunikasi adalah suatu proses


penyampaian dan penerimaan lambang yang mengandung arti,
baik berupa informasi, pemikiran, pengetahuan dan lainnya,
dari komunikator ke komunikan.
2. Komunikasi merupakan faktor yang penting dalam hubungan
interpersonal (Walgito, 2009) Lunandi (1992) menyatakan
bahwa komunikasi adalah kegiatan menyatakan suatu gagasan
dan menerima umpan balik dengan cara menafsirkan
pernyataan tentang gagasan dan pernyataan orang lain.
Komunikasi tidak hanya sekedar menyampaikan pesan dari
komunikator ke komunikan, tetapi ada umpan balik dari pesan
yang disampaikan.
3. Menurut Tubss dan Moss (dalam Mulyana, 2005), komunikasi
dikatakan efektif apabila orang berhasil menyampaiakan apa
yang dimaksudkannya atau komunikasi dinilai efektif apabila
rangsangan yang disampaikan dan dimaksudkan oleh pengirim
atau sumber, berkaitan erat dengan rangsangan yang
ditangkap dan dipahami oleh penerima.
4. Effendy (2003) menyatakan bahwa beberapa ahli komunikasi
menyatakan bahwa tidaklah mungkin seseorang melakukan
komunikasi yang sebenarbenarnya efektif. Ada banyak
hambatan yang dapat merusak komunikasi. Segala sesuatu
yang menghalangi kelancaran komunikasi disebut sebagai
gangguan 21 (noise). DeVito (2009) menyatakan bahwa
hambatan komunikasi memiliki pengertian bahwa segala
sesuatu yang dapat mendistorsi pesan, hal apapun yang
menghalangi penerima menerima pesan. Dari pengertian para
ahli dapat disimpulkan bahwa hambatan komunikasi adalah
segala bentuk gangguan yang terjadi di dalam proses
penyampaian dan penerimaan suatu pesan dari individu
kepada individu yang lain yang disebabkan oleh faktor
lingkungan maupun faktor fisik dan psikis dari individu itu
sendiri.

Komponen Hambatan komunikasi Menurut Fajar (2009),


terdapat beberapa hambatan dalam komunikasi , yaitu:

a. Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan


disampaikan belum jelas bagi dirinya atau pengirim pesan, hal
ini dipengaruhi oleh perasaan atau situasi emosional sehingga
mempengaruhi motivasi, yaitu mendorong seseorang untuk
bertindak sesuai keinginan, kebutuhan atau kepentingan.
b. Hambatan dalam penyandian/simbol. Hal ini dapat terjadi
karena bahasa yang dipergunakan tidak jelas sehingga
mempunyai arti lebih dari satu, simbol yang digunakan antara
si pengirim dengan si penerima tidak sama atau bahasa yang
dipergunakan terlalu sulit.
c. Hambatan media, adalah hambatan yang terjadi dalam
penggunaaan media komunikasi, misalnya gangguan suara
radio sehingga tidak dapat mendengarkan pesan dengan jelas.
d. Hambatan dalam bahasa sandi. Hambatan terjadi dalam
menafsirkan sandi oleh si penerima.
e. Hambatan dari penerima pesan. Misalnya kurangnya
perhatian pada saat menerima/mendengarkan pesan, sikap
prasangka tanggapan yang keliru dan tidak mencari informasi
lebih lanjut.

Faktor Penghambat Komunikasi Wursanto (2005) meringkas


hambatan komunikasi terdiri dari tiga macam, yaitu:
1) Hambatan yang bersifat teknis Hambatan yang bersifat
teknis adalah hambatan yang disebabkan oleh berbagai faktor,
seperti :
a. Kurangnya sarana dan prasarana yang diperlukan dalam
proses komunikasi
b. Penguasaan teknik dan metode berkomunikasi yang tidak
sesuai
c. Kondisi fisik yang tidak memungkinkan terjadinya proses
komunikasi yang dibagi menjadi kondisi fisik manusia, kondisi
fisik yang berhubungan dengan waktu atau situasi/ keadaan,
dan kondisi peralatan
Hambatan semantik Hambatan yang disebabkan kesalahan
dalam menafsirkan, kesalahan dalam memberikan pengertian
terhadap bahasa (kata-kata, kalimat, kode-kode) yang
dipergunakan dalam proses komunikasi.
Hambatan perilaku Hambatan perilaku disebut juga
hambatan kemanusiaan. Hambatan yang disebabkan berbagai
bentuk sikap atau perilaku, baik dari komunikator maupun
komunikan. Hambatan perilaku tampak dalam berbagai
bentuk, seperti :
a. Pandangan yang sifatnya apriori
b. Prasangka yang didasarkan pada emosi
c. Suasana otoriter
d. Ketidakmauan untuk berubah
e. Sifat yang egosentris

B. Stres
1. Pengertian Stres Bishop (1994) menyatakan bahwa stres
adalah interaksi antara individu dengan lingkungan,
menimbulkan suatu tekanan dalam diri individu akibat adanya
suatu tuntutan yang melebihi batas kemampuan individu untuk
menghadapinya dan memberikan respon fisik maupun psikis
terhadap tuntutan yang dipersepsi. Pengertian ini menekankan
adanya tuntutan pada diri seseorang yang melebihi
kemampuannya, dan adanya proses persepsi yang dilakukan
oleh individu terhadap kejadian atau hal di lingkungan yang
menjadi sumber stres.
Stres adalah suatu kondisi adanya tekanan fisik dan psikis
akibat adanya tuntutan dalam diri dan lingkungan (Rathus &
Nevid, 2002). Pernyataan tersebut 24 berarti bahwa seseorang
dapat dikatakan mengalami stres, ketika seseorang tersebut
mengalami suatu kondisi adanya tekanan dalam diri akibat
tuntutan tuntutan yang berasal dari dalam diri dan lingkungan.
Stres merupakan kondisi disebabkan oleh transaksi antara
individu dengan lingkngannya yang menimbulkan jarak antara
tuntutan-tuntutan yang berasal dari sumber daya system
biologis, psikologis, maupun social (Cox, 1978; Lazarus &
Folkman, 1984; Mechanic, 1976; Singer & Davidson, 1986;
Stotland, 1987; Trumbull & Aplley, 1986 dalam Sarafino, 1997).

Lazaruz dan Folkman (1984) mendefinisikan stres sebagai


suatu kondisi yang muncul pada individu ketika menganggap
suatu kejadian sebagai suatu hal yang mengancam dan
menyulitkan. Dari pengertian para ahli dapat disimpulkan
bahwa stres adalah respon tubuh terhadap tuntutan dari
dalam diri dan lingkungan yang melampaui batas kemampuan
individu sehingga terjadi tekanan yang dialami oleh fisik dan
psikis

2. Aspek-Aspek Stres Aspek-aspek stres menurut Sarafino


(1997) ada dua, yaitu :
a. Aspek Biologis Aspek biologis dari stres berupa gejala fisik.
Gejala fisik dari stres yang dialami individu antara lain: sakit
kepala, gugup, urat tegang, gangguan tidur, gangguan
pencernaan, gangguan makan, gangguan kulit dan produksi
keringat yang berlebihan.
b. Aspek Psikologis Aspek psikologis stres berupa gejala psikis.
Gejala psikis dari stres antara lain:
1) Gejala emosi Kondisi stres dapat menganggu kestabilan
emosi individu. Individu yang mengalami stres akan
menunjukkan gejala merasa sedih, mudah marah, kecemasan
yang berlebihan terhadap segala sesuatu, dan depresi
2) Gejala kognitif Kondisi stres dapat menganggu proses pikir
individu. Individu yang mengalami stres cenderung mengalami
gangguan daya ingat menurun, lemah dalam menyelesaikan
masalah, takut gagal, gangguan perhatian dan konsentrasi.
3) Gejala tingkah laku Kondisi stres dapat mempengaruhi
tingkah laku sehari-hari yang cenderung negatif sehingga
menimbulkan masalah dalam hubungan interpersonal, seperti
menarik diri dari keluarga, kehilangan minat, emosi yang
meledak, dan agresi.

B. Kerangka Berfikir Komunikasi antara orang tua dan anak


merupakan salah satu komponen yang sangat penting bagi
awal mula perkembangan anak. Melalui komunikasi,
kepribadian dan pola perilaku anak dapat terbentuk. Orang tua
dituntut untuk dapat membangun 26 komunikasi yang baik dan
efektif dengan anak, agar kehidupan anak dapat ditata dengan
lebih baik. Komunikasi dapat dikatakan efektif apabila terjadi
umpan balik antara orang tua dan anak, artinya dalam
komunikasi seorang anak tidak sekedar menerima dan
memahami pesan dari orang tua, tetapi anak juga harus
mampu menyampaikan pesan dan membuat orang tua paham
dengan maksud yang anak sampaikan, begitu pula sebaliknya.
Namun kenyataannya dalam proses komunikasi, orang tua
menghadapi beberapa hambatan. Salah satu hambatan
terbesar yang harus dihadapi orang tua adalah apabila anak
mengalami masalah pendengaran. Pendengaran merupakan
indera paling penting dalam proses komunikasi, karena apabila
anak mengalami masalah pendengaran, maka proses
penerimaan informasi akan terganggu. Sastrawinata (dalam
Negeri, 2013) mengatakan ketidakmampuan anak mendengar
menyebabkan kesulitan berkomunikasi. Anak yang
menyandang tunarungu tidak mampu menangkap pesan
melalui suara dari individu normal dengan baik, sebaliknya
individu normal seringkali tidak mengerti bagaimana cara
menyampaikan pesan kepada anak yang menyandang
tunarungu. Hal ini sering terjadi pada orang tua yang memiliki
anak tunarungu. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Sinaga
(2015) yang menunjukkan bahwa dalam komunikasi yang
terjadi antara orang tua dan anak tunarungu masih sering
terjadi kesalahpahaman dalam memahami pesan dan ketidak
jelasan dalam menyampaikan pesan antara orang tua dan
anak. Hambatan yang dihadapi oleh orang tua dalam
berkomunikasi dengan anak tunarungu menjadi lebih banyak
ketika anak masih berada di usia sekolah dasar.

Hambatan-hambatan yang akan dihadapi, yaitu : adanya


gangguan pendengaran pada anak, perbedaan cara dalam
berkomunikasi pada anak dan orang tua, serta
kesalahpahaman dalam memahami makna yang disampaikan
oleh orang tua dan anak. Selain hambatan-hambatan yang ada
diatas, hambatan lain yang dihadapi oleh orang tua yang
memiliki anak tunarungu yang berada diusia sekolah dasar
yaitu ketidak mampuan anak dalam membaca, menulis, dan
memahami makna tulisan sehingga orang tua tidak bisa
berkomunikasi dengan anak melalui tulisan. Ditambah lagi
emosi dan kognitif pada anak tunarungu usia sekolah dasar
belum berkembang secara matang, sehingga anak lebih sulit
memahami dan mengerti apa yang disampaikan oleh orangtua
dibandingkan anak-anak tunarungu di usia dewasa Beberapa
hambatan tersebut membuat orang tua tidak dapat
menyampaikan pesan dan nasehat kepada anak dengan baik.
Hal ini membuat anak sering kali berperilaku tidak sesuai
dengan keinginan orang tua. Anak tidak dapat memahami apa
sebenarnya yang orang tua inginkan, begitu pula sebaliknya.
Menurut Indriyani (2004), ketidakmampuan dalam
menyampaikan pikiran, perasaan, gagasan, kebutuhan dan
kehendak pada orang lain tersebut menimbulkan dampak
kebutuhan tidak terpuaskan secara sempurna. Pada orang tua
yang memiliki anak tunarungu, tidak terpuaskannya kebutuhan
tersebut menimbulkan perasaan tertekan. Menurut Rathus dan
Nevid (dalam Gunawati, Hartati dan Listira, 2006). suatu
kondisi adanya tekanan fisik dan psikis akibat adanya tuntutan
dalam diri dan lingkungan disebut dengan Stres.
Stres pada orang tua dapat diakibatkan oleh banyaknya
hambatan yang dihadapi saat berkomunikasi dengan anak.
Orang tua yang memiliki anak yang memiliki masalah
pendengaran lebih berpotensi mengalami stres dibanding
orang tua yang memiliki anak dengan pendengaran normal. Hal
ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dogan
(2010) yang menunjukkan bahwa orang tua (terutama ibu)
yang memiliki anak dengan gangguan pendengaran memiliki
tingkat level stres, depresi, dan sifat kecemasan yang lebih
tinggi daripada orang tua dari anak dengan pendengaran
normal. Orang tua yang memiliki hambatan komunikasi dengan
anak tunarungu cenderung tidak mampu menjalankan peran
sebagai orang tua dengan sempurna, tidak mampu memahami
pesan yang disampaikan oleh anak, dan tidak mampu
memahami maksud dan kehendak anak, dan tidak mampu
memenuhi kebutuhannya secara fisik ataupun psikis. Dari
penjelasan yang telah dipaparkan oleh peneliti dapat
digambarkan bahwa orang tua yang memiliki hambatan
komunikasi dengan anak tunarungu akan cenderung memiliki
tingkat stres yang tinggi karena adanya gangguan dalam
memenuhi kebutuhan untuk memahami dan dipahami dengan
baik. C. Hipotesis Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah
“terdapat hubungan antara hambatan komunikasi dengan
stres pada orang tua yang memiliki anak tunarungu”
Komunikasi Terapeutik (Pengertian, Fungsi,
Karakteristik, Prinsip dan Teknik)
Oleh Muchlisin Riadi  Juni 15, 2020  Posting Komentar
Apa itu Komunikasi Terapeutik? 
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dirancang
dan direncanakan untuk tujuan terapi, dalam rangka
membina hubungan antara perawat dengan pasien agar
dapat beradaptasi dengan stress, mengatasi gangguan
psikologis, sehingga dapat melegakan serta membuat
pasien merasa nyaman, yang pada akhirnya mempercepat
proses kesembuhan pasien.

Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi interpersonal


dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar
perawat dengan pasien. Tujuan hubungan terapeutik
diarahkan pada pertumbuhan pasien meliputi: realisasi diri,
penerimaan diri dan peningkatan penghormatan terhadap
diri. Sehingga komunikasi terapeutik itu sendiri merupakan
salah satu bentuk dari berbagai macam komunikasi yang
dilakukan secara terencana dan dilakukan untuk membantu
proses penyembuhan pasien.

Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang


direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya
dipusatkan untuk kesembuhan pasien dan membina
hubungan yang terapeutik antara perawat dan klien.
Komunikasi terapeutik juga dapat dipersepsikan sebagai
proses interaksi antara klien dan perawat yang membantu
klien mengatasi stress sementara untuk hidup harmonis
dengan orang lain, menyesuaikan dengan sesuatu yang
tidak dapat diubah dan mengatasi hambatan psikologis yang
menghalangi realisasi diri.
Berikut definisi dan pengertian komunikasi terapeutik dari
beberapa sumber buku: 
 Menurut Yubiliana (2017), komunikasi terapeutik adalah
komunikasi yang terjalin dengan baik, komunikatif dan
bertujuan untuk menyembuhkan atau setidaknya dapat
melegakan serta dapat membuat pasien merasa
nyaman dan akhirnya mendapatkan kepuasan. 
 Menurut Priyanto (2009), komunikasi terapeutik adalah
kemampuan atau keterampilan perawat untuk
membantu klien beradaptasi terhadap stres, mengatasi
gangguan psikologis dan belajar bagaimana
berhubungan dengan orang lain.
 Menurut Purwanto (1994), komunikasi terapeutik adalah
komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan
dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien. 
 Menurut Stuart & Sundeen (1995), komunikasi
terapeutik adalah cara untuk membina hubungan yang
terapeutik dimana terjadi penyampaian informasi dan
pertukaran perasaan dan pikiran dengan maksud untuk
mempengaruhi orang lain. 
 Menurut Suryani (2005), komunikasi terapeutik adalah
komunikasi yang dilakukan atau dirancang untuk tujuan
terapi. Seorang penolong atau perawat dapat membantu
klien mengatasi masalah yang dihadapinya melalui
komunikasi.

Fungsi Komunikasi Terapeutik 


Komunikasi terapeutik dapat digunakan sebagai terapi untuk
menurunkan tingkat kecemasan pasien atau meningkatkan
rasa percaya pasien terhadap perawatnya. Dengan
pemberian komunikasi terapeutik diharapkan dapat
menurunkan tingkat kecemasan pasien karena pasien
merasa bahwa interaksinya dengan perawat merupakan
kesempatan untuk berbagi pengetahuan, perasaan dan
informasi dalam rangka mencapai tujuan perawatan yang
optimal, sehingga proses penyembuhan akan lebih cepat.
Menurut Stuart dan Sundeen (1995), fungsi komunikasi
terapeutik adalah sebagai berikut: 
1.Meningkatkan tingkat kemandirian klien melalui proses
realisasi diri, penerimaan diri dan rasa hormat terhadap
diri sendiri. 
2.Identitas diri yang jelas dan rasa integritas yang tinggi.
3.Kemampuan untuk membina hubungan interpersonal
yang intim dan saling tergantung dan mencintai. 
4.Meningkatkan kesejahteraan klien dengan peningkatan
fungsi dan kemampuan memuaskan kebutuhan serta
mencapai tujuan personal yang realistik.
Pemberian komunikasi terapeutik yang diberikan oleh
perawat pada pasiennya berisi tentang diagnosa penyakit,
manfaat, urgensinya tindakan medis, resiko, komplikasi yang
mungkin dapat terjadi, prosedur alternatif yang dapat
dilakukan, konsekuensi yang dapat terjadi apabila tidak
dilakukan tindakan medis, prognosis penyakit, dampak yang
ditimbulkan dari tindakan medis serta keberhasilan atau
ketidakberhasilan dari tindakan medis tersebut.

Tujuan Komunikasi Terapeutik 


Pelaksanaan komunikasi terapeutik bertujuan membantu
pasien memperjelas penyakit yang dialami, juga mengurangi
beban pikiran dan perasaan untuk dasar tindakan guna
mengubah ke dalam situasi yang lebih baik. Komunikasi
terapeutik diharapkan dapat mengurangi keraguan serta
membantu dilakukannya tindakan efektif, memperat interaksi
kedua pihak, yakni antara pasien dan perawat secara
profesional dan proporsional dalam rangka membantu
penyelesaian masalah pasien.
BACA JUGA
 Pengertian, Jenis dan Meningkatkan Kepatuhan
Pengobatan
 Pengertian, Jenis, Tanda dan Obat Inflamasi
 Perilaku Caring Perawat (Pengertian, Karakteristik,
Indikator dan Proses)
 Pengertian, Bentuk dan Pengobatan Luka
Menurut Indrawati (2003), tujuan komunikasi terapeutik
adalah membantu pasien memperjelas dan mengurangi
beban perasaan dan pikiran, membantu mengambil tindakan
yang efektif untuk pasien, membantu mempengaruhi orang
lain, lingkungan fisik dan diri sendiri. Sedangkan menurut
Stuart & Laraia (2005), tujuan komunikasi terapeutik adalah
kesadaran diri, penerimaan diri, dan meningkatnya
kehormatan diri, identitas pribadi yang jelas dan
meningkatnya integritas pribadi, kemampuan untuk
membentuk suatu keintiman, saling ketergantungan,
hubungan interpersonal, dengan kapasitas memberi dan
menerima cinta, mendorong fungsi dan meningkatkan
kemampuan terhadap kebutuhan yang memuaskan dan
mencapai tujuan pribadi yang realistik.
Karakteristik Komunikasi Terapeutik 
Menurut Arwani (2002), terdapat tiga ciri-ciri yang menjadi
karakteristik serta membedakan komunikasi terapeutik
dengan komunikasi yang lain, yaitu:
a. Keikhlasan (genuiness) 
Perawat harus menyadari tentang nilai, sikap dan perasaan
yang dimiliki terhadap keadaan klien. Perawat yang mampu
menunjukkan rasa ikhlasnya mempunyai kesadaran
mengenai sikap yang dipunyai terhadap klien sehingga
mampu belajar untuk mengkomunikasikan secara tepat.
b. Empati (empathy) 
Empati merupakan perasaan pemahaman dan penerimaan
perawat terhadap perasaan yang dialami klien dan
kemampuan merasakan dunia pribadi klien. Empati
merupakan sesuatu yang jujur, sensitif dan tidak dibuat-buat
(objektif) didasarkan atas apa yang dialami orang lain.
Empati cenderung bergantung pada kesamaan pengalaman
diantara orang yang terlibat komunikasi.
c. Kehangatan (warmth) 
Dengan kehangatan, perawat akan mendorong klien untuk
mengekspresikan ide-ide dan menuangkannya dalam
bentuk perbuatan tanpa rasa takut dimaki atau dikonfrontasi.
Suasana yang hangat, permisif dan tanpa adanya ancaman
menunjukkan adanya rasa penerimaan perawat terhadap
klien. Sehingga klien akan mengekspresikan perasaannya
secara lebih mendalam.

Prinsip-prinsip Komunikasi Terapeutik 


Menurut Suryani (2005), terdapat beberapa prinsip yang
harus dipahami dalam membangun dan mempertahankan
komunikasi terapeutik, yaitu: 
1.Hubungan perawat dengan klien adalah hubungan
terapeutik yang saling menguntungkan. hubungan ini
didasarkan pada prinsip humanity of nurse and clients.
Kualitas hubungan perawat-klien ditentukan oleh
bagaimana perawat mendefenisikan dirinya sebagai
manusia. Hubungan perawat dengan klien tidak hanya
sekedar hubungan seorang penolong dengan kliennya
tapi lebih dari itu, yaitu hubungan antar manusia yang
bermartabat. 
2.Perawat harus menghargai keunikan klien. Tiap individu
mempunyai karakter yang berbeda-beda. Karena itu
perawat perlu memahami perasaan dan perilaku klien
dengan melihat perbedaan latar belakang keluarga,
budaya, dan keunikan setiap individu. 
3.Komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga
diri pemberi maupun penerima pesan, dalam hal ini
perawat harus mampu menjaga harga dirinya dan harga
diri klien. 
4.Komunikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan
saling percaya harus dicapai terlebih dahulu sebelum
menggali permasalahan dan memberikan alternatif
pemecahan masalah. hubungan saling percaya antara
perawat dan klien adalah kunci dari komunikasi
terapeutik.
Teknik Komunikasi Terapeutik 
Menurut Uripni dkk (2002), teknik yang dilakukan dalam
pelaksanaan komunikasi terapeutik, adalah sebagai berikut: 
1.Mendengar dengan penuh perhatian. Hal ini perawat
harus mendengarkan masalah yang disampaikan oleh
klien untuk mengetahui perasaan, pikiran dan persepsi
klien itu sendiri. Sikap yang dibutuhkan untuk menjadi
pendengar yang baik adalah menatap matanya saat
berbicara, tidak menyilangkan kaki dan tangan, hindari
gerakan yang tidak perlu dan condongkan tubuh kearah
lawan bicara.
2.Menunjukkan penerimaan. Mendukung dan menerima
dengan tingkah laku yang menunjukkan ketertarikan dan
tidak menilai. Menerima bukan berarti menyetujui.
Menerima berarti mendengarkan orang lain tanpa
menunjukkan keraguan atau ketidaksetujuan. 
3.Menanyakan pertanyaan yang berkaitan. Tujuan
perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi
yang spesifik mengenai masalah yang telah
disampaikan oleh klien. Oleh sebab itu, sebaiknya
pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan masalah
yang sedang dihadapi oleh klien. 
4.Mengulang ucapan klien dengan kata-kata sendiri.
Melalui pengulangan kembali kata-kata klien, seorang
perawat memberikan umpan balik bahwa perawat
mengerti pesan klien dan berharap komunikasi
dilanjutkan. 
5.Mengklarifikasi. Klarifikasi terjadi pada saat perawat
menjelaskan dalam kata-kata mengenai ide atau pikiran
yang tidak jelas dikatakan oleh klien. Tujuan dari teknik
ini untuk menyamakan pengertian. 
6.Memfokuskan. Tujuan dari memfokuskan untuk
membatasi pembicaraan sehingga pembicaraan menjadi
lebih spesifik dan dimengerti. Hal yang perlu
diperhatikan adalah tidak memutuskan pembicaraan
ketika klien menyampaikan masalah yang sedang
dihadapi.

Tahapan Komunikasi Terapeutik 


Menurut Stuart dan Sundeen (1995), tahapan-tahapan
dalam pelaksanaan komunikasi terapeutik, adalah sebagai
berikut:
a. Fase Prainteraksi 
Prainteraksi dimulai sebelum kontrak pertama dengan klien.
Tahap ini merupakan tahap persiapan perawat sebelum
bertemu dan berkomunikasi dengan pasien. Perawat perlu
mengevaluasi diri tentang kemampuan yang dimiliki.
Menganalisa kekuatan dan kelemahan diri, dengan analisa
diri perawat akan dapat memaksimalkan dirinya agar bernilai
terapeutik ketika bertemu dan berkomunikasi dengan
pasien, jika dirasa dirinya belum siap untuk bertemu dengan
pasien makan perawat perlu belajar kembali dan berdiskusi
dengan teman kelompok yang lebih berkompeten. Perawat
mengumpulkan data tentang klien, mengeksplorasi
perasaan, fantasi dan ketakutan diri dan membuat rencana
pertemuan dengan klien.
b. Fase Orientasi 
Fase ini dimulai ketika perawat bertemu dengan klien untuk
pertama kalinya. Hal utama yang perlu dikaji adalah alasan
klien minta pertolongan yang akan mempengaruhi
terbinanya hubungan perawat klien. Dalam memulai
hubungan tugas pertama adalah membina rasa percaya,
penerimaan dan pengertian komunikasi yang terbuka dan
perumusan kontrak dengan klien. Untuk dapat membina
hubungan saling percaya dengan pasien, perawat harus
bersikap terbuka, jujur, ikhlas, menerima pasien,
menghargai pasien dan mampu menepati janji kepada
pasien. Selain itu perawat harus merumuskan suatu kontrak
bersama dengan pasien. Kontrak yang harus dirumuskan
dan disetujui bersama adalah tempat, waktu dan topik
pertemuan.

Perawat juga bertugas untuk menggali perasaan dan pikiran


pasien serta dapat mengidentifikasi masalah pasien. Pada
tahap ini perawat melakukan kegiatan sebagai berikut:
memberi salam dan senyum pada klien, melakukan validasi
(kognitif, psikomotor, afektif), memperkenalkan nama
perawat, menanyakan nama kesukaan klien, menjelaskan
kegiatan yang akan dilakukan, menjelaskan waktu yang
dibutuhkan untuk melakukan kegiatan, menjelaskan
kerahasiaan. Tujuan akhir pada fase ini ialah terbina
hubungan saling percaya.
c. Fase Kerja 
Pada tahap kerja dalam komunikasi terapeutik, kegiatan
yang dilakukan adalah memberi kesempatan pada klien
untuk bertanya, menanyakan keluhan utama, memulai
kegiatan dengan cara yang baik, melakukan kegiatan sesuai
rencana. Perawat memenuhi kebutuhan dan
mengembangkan pola-pola adaptif klien. Interaksi yang
memuaskan akan menciptakan situasi/suasana yang
meningkatkan integritas klien dengan meminimalisasi
ketakutan, ketidakpercayaan, kecemasan dan tekanan pada
klien.
d. Fase Terminasi 
Pada tahap terminasi dalam komunikasi terapeutik kegiatan
yang dilakukan oleh perawat adalah menyimpulkan hasil
wawancara, tindak lanjut dengan klien, melakukan kontrak
(waktu, tempat dan topik), mengakhiri wawancara dengan
cara yang baik. Tahap terminasi dibagi menjadi 2, yaitu: 
1.Terminasi Sementara. Terminasi sementara
merupakan akhir dari pertemuan perawat dengan
pasien, akan tetapi masih ada pertemuan lainnya yang
akan dilakukan pada waktu yang telah disepakati
bersama. 
2.Terminasi Akhir. Pada terminasi akhir perawat telah
menyelesaikan proses keperawatan secara menyeluruh.

Daftar Pustaka
 Yubiliana, Gilang. 2017. Komunikasi Terapeutik:
Penatalaksanaan Komunikasi Efektif & Terapeutik
Pasien & Dokter Gigi. Bandung: UNPAD Press.
 Priyanto, A. 2009. Komunikasi dan Konseling
Aplikasi dalam Sarana Pelayanan Kesehatan Untuk
Perawat dan Bidan. Jakarta: Salemba Medika.
 Purwanto, Heri. 1994. Komunikasi untuk Perawat.
Jakarta: EGC.
 Stuart dan Sundeen. 1995. Buku Keperawatan.
Jakarta: EGC.
 Suryani. 2005. Komunikasi Terapeutik: Teori dan
Praktik. Jakarta: EGC.
 Indrawati. 2003. Komunikasi untuk Perawat. Jakarta:
EGC.
 Stuart dan Laraia. 2005. Buku Saku Keperawatan
Jiwa. Jakarta: EGC.
 Arwani. 2002. Komunikasi dalam Keperawatan.
Jakarta: EGC.
 Uripni, C.L., dkk. 2002. Komunikasi Kebidanan.
Jakarta

 
Hambatan-hambatan Komunikasi dan Bagaimana Cara
Mengatasinya
AmbarMarch 22, 2017
Dalam Pengantar Ilmu Komunikasi telah disinggung bahwa
komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan dari
komunikator kepada komunikan/komunikate agar terjadi
pengertian bersama. Proses komunikasi tidak akan berjalan apabila
tidak didukung oleh berbagai elemen atau komponen komunikasi
yaitu pengirim (sender), pesan (message), encoding, saluran
(channel), penerima (receiver), decoding, umpan balik (feedback),
gangguan/hambatan (noise), dan konteks (context).
Setiap elemen atau komponen dalam proses komunikasi
menunjukkan kualitas komunikasi itu sendiri. Masalah akan timbul
apabila salah satu dari elemen komunikasi tersebut mengalami
hambatan yang menyebabkan komunikasi menjadi tidak efektif.
Hambatan komunikasi ini dapat terjadi pada semua konteks
komunikasi, yaitu komunikasi antarpribadi atau komunikasi
interpersonal, komunikasi massa, komunikasi organisasi atau
komunikasi kelompok. Hambatan komunikasi yang terjadi dalam
berbagai konteks komunikasi dapat menyebabkan komunikasi
menjadi tidak efektif. (Baca  : Komunikasi Yang Efektif)
Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi yang berupa
kata-kata, nada suara, dan bahasa tubuh. Berbagai hasil studi
menunjukkan bahwa saat kita berkomunikasi atau bertukar
informasi, kita menggunakan kata-kata sekitar 7 persen, nada suara
sekitar 55 persen dan bahasa tubuh sekitar 38 persen.
Kemudian agar komunikasi dapat berjalan efektif, maka kita harus
memahami bentuk-bentuk informasi ini, bagaimana menggunakan
bentuk-bentuk informasi dengan efektif dan hambatan dalam
proses komunikasi. (Baca : Prinsip-prinsip Komunikasi)
Business Dictionary menjelaskan pengertian hambatan komunikasi
dalam konteks komunikasi organisasi, yaitu rintangan yang terjadi
dalam lingkungan kerja saat menyajikan pertukaran ide atau
gagasan atau pikiran. Adapun hambatan yang terjadi meliputi
perbedan status, perbedaan gender, perbedaan budaya, prasangka
dan lingkungan organisasi. (Baca : Komunikasi Gender)
Proses Komunikasi
Komunikasi berlangsung apabila terjadi kesamaan makna dalam
pesan yang diterima oleh komunikan/komunikator. Pertama-tama,
komunikator atau pengirim atau sender menyandi (encode) pesan
yang akan disampaikan kepada komunikan/komunikator.
Dalam artian, komunikator memformulasikan pikiran dan/atau apa
yang dirasakan ke dalam lambang yang diperkirakan akan
dimengerti oleh komunikan/komunikate. Pesan sebagai bentuk
keluaran dari proses penyandian yang dilakukan oleh komunikator.
Kemudian dikirimkan melalui saluran tertentu atau media
komunikasi dapat berupa komunikasi tatap muka maupun
bermedia.
Kemudian, komunikan/komunikator mengawal sandi (decode)
pesan dari komunikator. Maksudnya adalah
komunikan/komunikator melakukan penafsiran lambang yang
dikirimkan oleh komunikator ke dalam konteks pengertiannya.
Apabila komunikan/komunikator memberikan persepsi yang
berbeda terhadap pesan yang disampaikan komunikator, maka
akan terjadi sebuah hambatan atau gangguan komunikasi.
Terakhir, umpan balik atau feedback akan terjadi manakala
komunikan/komunikate memberikan respon atau tanggapan
terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikator dan
mengembalikan pesan kepada komunikator.
[box title=”” align=”centerKomunikator – Pesan – Media
pengantar pesan – Komunikan – Efek pesan[/box]
Baca : Teori Komunikasi
Jenis-Jenis Hambatan Komunikasi
Hambatan komunikasi adalah segala sesuatu yang menghalangi
atau mengganggu tercapainya komunikasi yang efektif. Hambatan
komunikasi dapat mempersulit dalam mengirim pesan yang jelas,
mempersulit pemahaman terhadap pesan yang dikirimkan, serta
mempersulit dalam memberikan umpan balik yang sesuai.
Secara garis besar, terdapat 4 (empat) jenis hambatan komunikasi
yaitu hambatan personal, hambatan fisik, hambatan kultural atau
budaya, serta hambatan lingkungan
 Hambatan personal
Hambatan personal merupakan hambatan yang terjadi pada peserta
komunikasi, baik komunikator maupun komunikan/komunikate.
Hambatan personal dalam komunikasi meliputi sikap,
emosi, stereotyping, prasangka, bias, dan lain-lain.
 Hambatan kultural atau budaya
Komunikasi yang kita lakukan dengan orang yang memiliki
kebudayaan dan latar belakang yang berbeda mengandung arti
bahwa kita harus memahami perbedaan dalam hal nilai-nilai,
kepercayaan, dan sikap yang dipegang oleh orang lain.
Hambatan kultural atau budaya mencakup bahasa, kepercayan dan
keyakinan. Hambatan bahasa terjadi ketika orang yang
berkomunikasi tidak menggunakan bahasa yang sama, atau tidak
memiliki tingkat kemampuan berbahasa yang sama.
Hambatan juga dapat terjadi ketika kita menggunakan tingkat
berbahasa yang tidak sesuai atau ketika kita menggunakan jargon
atau bahasa “slang” atau “prokem” atau “alay” yang tidak
dipahami oleh satu atau lebih orang yang diajak berkomunikasi.
Hal lain yang turut memberikan kontribusi terjadinya hambatan
bahasa adalah situasi dimana percakapan terjadi dan bidang
pengalaman ataupun kerangka referensi yang dimiliki oleh peserta
komunikasi mengenai hal yang menjadi topik pembicaraan.
(Baca : Komunikasi Antar Budaya)
 Hambatan fisik
Beberapa gangguan fisik dapat mempengaruhi efektivitas
komunikasi. Hambatan fisik komunikasi mencakup panggilan
telepon, jarak antar individu, dan radio. Hambatan fisik ini pada
umumnya dapat diatasi.
 Hambatan lingkungan
Tidak semua hambatan komunikasi disebabkan oleh manusia
sebagai peserta komunikasi. Terdapat beberapa faktor lingkungan
yang turut mempengaruhi proses komunikasi yang efektif. Pesan
yang disampaikan oleh komunikator dapat mengalami rintangan
yang dipicu oleh faktor lingkungan yaitu latar belakang fisik atau
situasi dimana komunikasi terjadi. Hambatan lingkungan ini
mencakup tingkat aktifitas, tingkat kenyamanan, gangguan, serta
waktu.
Baca : Komunikasi Persuasif
Cara Mengatasi Hambatan Komunikasi
Berbagai hambatan komunikasi yang dapat menyebabkan
ketidakefektifan komunikasi dapat kita atasi dengan
memperhatikan beberapa hal berikut ini :
1. Pengirim pesan/komunikator/sender
Komunikasi adalah suatu proses yang berlangsung dua arah dan
diawali oleh pengirim pesan. Pengirim pesan hendaknya
merumuskan informasi sedemikian rupa agar tujuan komunikasi
tercapai. Pengirim pesan harus proaktif dalam membuat
penerima/komunikan/komunikator/receiver mengerti dan
memahami pesan yang disampaikan. Seringkali, apa yang
dikatakan tidak selalu sesuai dengan apa yang didengar. Untuk
menghindarinya, hal-hal yang harus dilakukan adalah :
• Menyatakan satu ide atau gagasan dalam satu waktu.
• Menyatakan ide atau gagasan dengan singkat.
• Memberikan penjelasan ketika diperlukan.
• Melakukan pengulangan jika diperlukan.
• Menerima dan memberikan umpan balik.
• Melakukan pilihan kata, nada suara dan bahasa tubuh yang tepat.
• Mengembangkan sikap empati terhadap
penerima/komunikan/komunikate/receiver dalam mengatasi
hambatan kultural atau budaya dalam komunikasi.
Baca : Etika Komunikasi
2. Pesan
Pesan merupakan informasi sederhana yang ingin disampaikan
oleh pengirim pesan kepada penerima. Pesan dapat berupa pesan
verbal maupun pesan non verbal. Untuk mengurangi kemungkinan
terjadinya masalah, pengirim harus :
 Menggunakan terminologi yang tepat.
 Berbicara dengan jelas.
 Waktu pengiriman pesan disesuaikan dengan kesiapan
penerima pesan untuk mendengarkan atau menerima pesan.
 Menggunakan volume suara yang sesuai.
 Pesan yang disampaikan hendaknya bersifat inklusif dan
informatif. Inklusif artinya bahwa pesan berisi segala sesuatu yang
diperlukan oleh penerima pesan untuk memahami maksud
pengirim. Informasi artinya pesan merupakan sesuatu yang ingin
diketahui oleh penerima pesan.
Baca : Psikologi Komunikasi
3. Penerima/komunikan/komunikate/receiver
Penerima pesan membutuhkan informasi untuk memenuhi
kebutuhan mereka. Untuk itu, penerima pesan harus memegang
kendali atas seluruh proses komunikasi yang berlangsung. Agar
penerima pesan memegang kendali, adalah penting bagi penerima
pesan untuk yakin bahwa pengirim pesan memahami apa yang
diinginkan oleh penerima pesan dan mengapa mereka
menginginkannya.
Aktif mendengarkan adalah suatu proses yang digunakan oleh
penerima pesan untuk memfasilitasi komunikasi dan meningkatkan
penampilan. Dalam artian, penerima pesan aktif dalam proses
komunikasi. Agar penerima pesan dapat mendengarkan dengan
aktif, hal-hal yang perlu dilakukan oleh penerima pesan adalah :
 Fokus perhatian pada pesan yang disampaikan dengan
memberikan momen prioritas. Jika memungkinkan melihat atau
melakukan kontak mata kepada pengirim pesan.
 Mendengar dan melihat isi pesan tidak langsung atau non
verbal sama baiknya ketika mendengarkan kata-kata. Perhatikan
petunjuk non verbal yang menyajikan informasi berdasar pada apa
yang ingin disampaikan oleh pengirim pesan. Persepsi yang
diberikan oleh penerima pesan terhadap pesan dan pengirim pesan
dapat berbeda. Pilihan kata, nada suara, posisi tubuh, geture dan
gerakan mata merefleksikan perasaan dibalik kata-kata yang
diucapkan.
 Menjaga pikiran tetap terbuka dan hindari penilaian.
 Melakukan verfikasi terhadap apa yang didengar atau
disampaikan. Jangan berasumsi bahwa persepsi yang diberikan
terhadap pesan merupakan bentuk persetujuan dengan tujuan
pengirim pesan. Berikan umpan balik yang tepat kepada pengirim
pesan.
Baca : Sosiologi Komunikasi 
4. Umpan Balik Pesan
Penerima yang efektif memverifikasi pemahaman mereka terhadap
pesan yang dikirim oleh pengirim pesan. Mereka menyadari kata-
kata, nada suara, dan bahasa tubuh ketika mereka memberikan
umpan balik. Berbagai bentuk umpan balik yang diberikan dapat
berupa pengakuan, pengulangan, dan parafrase.
Kemudian, yang dimaksud dengan pengakuan adalah bahwa
penerima pesan telah menerima dan memahami pesan yang
disampaikan. Untuk pesan yang bersifat informatif yang rumit,
pengakuan saja tidaklah cukup untuk memastikan dan memahami
pesan yang disampaikan. Sedangkan, yang dimaksud dengan
pengulangan adalah mengulang kembali kata-kata yang
disampaikan oleh pengirim pesan.
Terakhir, yang dimaksud dengan parafrase adalah mengulang kata-
kata yang disampaikan oleh penerima pesan sendiri kepada
pengirim pesan. Parafrase memungkinkan penerima pesan untuk
melakukan verifikasi terhadap pemahaman pesan dan
menunjukkan kepada pengirim pesan bahwa penerima pesan
mendengarkan pesan dengan baik.
Baca : Teori Public Relations
Manfaat Mempelajari Hambatan-hambatan Komunikasi
Setelah mengetahui dan memahami hambatan-hambatan
komunikasi, diharapkan kita dapat merumuskan serta menerapkan
cara-cara yang tepat untuk mengatasi berbagai hambatan
komunikasi tersebut ke dalam kehidupan kita sehari-hari. Dengan
demikian, komunikasi yang efektif pun akan dapat tercapai.
Baca : Komunikasi Bisnis
Demikianlah ulasan singkat mengenai hambatan-hambatan
komunikasi yang disarikan dari berbagai sumber. Semoga dapat
menambah wawasan serta keterampilan kita dalam berkomunikasi
dengan pihak lain dalam berbagai konteks komunikasi.
Artikel Lainnya
 Komunikasi Pertanian
 Komunikasi Bisnis
 Pengantar Ilmu Komunikasi
 Komunikasi Politik
 Psikologi Komunikasi
 Sistem Komunikasi Indonesia
 Komunikasi Organisasi
 Prinsip-Prinsip Komunikasi
 Komunikasi Islam
 Komunikasi Pemerintahan
 Teori Public Relations
 Komunikasi Persuasif
 Etika Komunikasi
 Sosiologi Komunikasi
 Komunikasi Asertif
 Teori Komunikasi
 Komunikasi Antar Pribadi
 TagsAlat komunikasi, hambatan, hambatan
komunikasi, Komunikasi, Komunikasi Efektif

←Desain Komunikasi Visual – Pengertian, Ruang Lingkup, dan


Jenisnya→Sistem Komunikasi Indonesia – Pengertian, Ruang
Lingkup, dan Hubungannya

Search for: Search


Recommended
 6 Strategi Komunikasi Efektif Saat Pandemi
 8 Tips Komunikasi Efektif Di Media Sosial
 9 Teknik Digital Marketing Paling Efektif
 5 Contoh Komunikasi Terapeutik Pada Lansia
 6 Cara Mengatasi Perdebatan Dalam Rapat
Tags
berita budaya cara komunikasi contoh komunikasi Dasar
komunikasi Etika etika komunikasi fungsi fungsi
komunikasi gangguan komunikasi. hambatan
komunikasi hubungan komunikasi Ilmu
Komunikasi Jenis
komunikasi jurnalistik Komunikasi komunikasi
bisnis komunikasi budaya komunikasi daring komunikasi
data komunikasi digital Komunikasi Efektif komunikasi
interpersonal komunikasi massa komunikasi
organisasi komunikasi pemasaran Komunikasi
Pembelajaran komunikasi persuasif Komunikasi
Politik komunikasi verbal media Media komunikasi media
massa Media Sosial model
komunikasi Organisasi pengaruh peran
komunikasi proses komunikasi public relations sistem
komunikasi strategi komunikasi teknik
komunikasi Teori Teori Komunikasi
© 2021 PakarKomunikasi.com |
 
Adchoices | Disclaimer | Contact Us | Cookies TOS | Privacy
Policy | Ketentuan Layanan
To the top ↑

Anda mungkin juga menyukai