Anda di halaman 1dari 13

HElPING RELATIONSHIP

KELOMPOK 2
ARIE MERDEKAWATI
LILIS SYAFITRI
M. JODI RIJALDI
PUTRI LESTARI SINAGA

RISMAWATI

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES PAYUNG NEGERI

PEKANBARU

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Allah, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan rencana. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Dalam Keperawatan berjudul “Helping
Relationship”. Penulis berharap makalah ini bisa bermanfaat untuk semua pembaca,
sehingga dapat memahami tentang Helping Relationship. Karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman penulis, makalah ini masih banyak kekurangan
dalam pembuatan. Oleh karena itu, penulis harapkan saran dan kritik dari pembaca.

Pekanbaru, 30 September 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................

DAFTAR ISI...............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN............................................................................

1.1 Latar Belakang………………………………………………………....

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………...

1.3 Tujuan………………………………………………………………….
BAB II ISI..................................................................................................

2.1 Pengertian Helping Relationship…………………………………….


2.2 Fase Helping Relationship………………..
2.3 Karakteristik Perawat yang Memfasilitasi Tumbuhnya Hubungan
Terapeutik……………………………
2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hubungan Perawat dan Klien
………………………………….
BAB III PENUTUP………………………………………………………

3.1 Simpulan……………………………………………………………….

3.2 Saran…………………………………………………………………....
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………...
BAB I

PENDEHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia adalah makluk sosial, yang artinya tidak bisa hidup sendiri dan
membutuhkan serta selalu berhubungan dengan orang lain dalam menjalani
hidupnya. Bentuk hubungan antar manusia tersebut bermacam-macam, salah
satunya adalah hubungan membantu. Setiap individu pernah memberikan bantuan
atau menerima bantuan, meskipun dengan cara dan maksud tertentu
pemberian/penerimaan bantuan tersebut dilakukan.
Meski Brammer (1998) membedakan proses membantu ada dua, yaitu
bantuan yang profesional dan yang bukan profesional, tapi dalam mssakalah ini,
hanya akan di bahas hubungan membantu dalam bentuk profesional, yang
dilakukan oleh setidak-tidaknya seorang tenaga profesional yang membantu pihak
lain, dan pekerjaan tersebut dalam konteks profesi yang ditekuninya. Tenaga
profesional yang dimaksud seperti perawat, psikolog, dokter, konselor, dan lain-
lain. Meski pada dasarnya, profesional atau tidaknya hubungan membantu
tersebut sangat tergantung pada konteks permasalahan yang diselesaikan dan cara
penanganannya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah: bagaimana helping
relationship?
1.3 Tujuan
Tujuan Umum
Untuk mendeskripsikan helping relationship.
Tujuan Khusus
a. Helping relationship.
b. Fase helping relationship.
c. Kerakteristik perawat yang memfasilitasi tumbuhya hubungan
terapautik.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan perawat dan klien.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Helping Relationship (Hubungan Membantu)

Helping relationship adalah hubungan yang terjadi antara dua atau lebih
individu maupun kelompok yang saling memberikan dan menerima bantuan atau
dukungan untuk memenuhi kebutuhan dasar sepanjang kehidupan. Perawat adalah
sebagai helper yang berperan membantu klien untuk memenuhi kebutuhan dasar
manusia klien. (Anjaswarni, 2016)

Hubungan perawat-klien bersifat lebih dari hubungan mutual. Hubungan


tersebut merupakan proses dimana penolong diminta campur tangan dalam kehidupan
klien untuk membantu klien menetapkan tingkah laku yang lebih efektif. Hubungan
klien- perawat adalah suatu proses dinamis yang meliputi usaha kolaborasi perawat
dan klien untuk mengatasi masalah dan untuk meningkatkan kesehatan dan
kemampuan adaptasi. Perawat menggunakan kemampuan komunikasi interpersonal
untuk mengembangkan hubungan dengan klien yang dapat meningkatkan
pemahaman mereka sebagai manusia seutuhnya. Hubungan yang membantu ini
adalah terapeutik, yang meningkatkan iklik psikologis yang membawa perubahan dan
pertumbuhan klien yabg positif . Meskipun perawat akan mendapat banyak kepuasan
dari hubungan, klien harus menjadi penerima utama dan penentu keuntungan. (Potter
& Perry, 2005)
2.2 Fase Helping Relationship (Fase Hubungan Membantu)

Fase Hubungan Membantu ditetapkan dan dipertahankan oleh perawat


profesional dan meliputi fase preinteraksi, orientasi, bekerja dan pemutusan.
Hubungan adalah sesuatu yang bersifat resiprokal: perawat dan klien saling
berhubungan ketika mereka bergerak ke arah hubungan terapeutik.

1. Fase Prainteraksi

fase prainteraksi adalah waktu dimana perawat merencanakan pendekatan.


Proses ini membantu menghindari terjadinya stereotip pada klien dan membantu
perawat untuk berpikir mengenai nilai atau perasaan pribadi.

2. Orientasi

Fase ini menentukan bagaimana hubungan perawat-klien selanjutnya. Fase


orientasi sangat penting dan seringkali ditandai dengan ketidakpastian dan
eksplorasi.

a. Pengujian

b. Membangun kepercayaan

c. Mengidentifikasi masalah dan kenerhasilan

d. Menjelaskan peran ku

e. Menetapkan kontrak

3. Fase Bekerja

Selama fase bekerja dari hubungan yang membantu, perawat berupaya


untuk mencapai tujuan selama fase orientasi. Perawat dan klien bekerja bersama.
Hubungan berkembang dan menjadi lebih fleksibel ketika klien dan perawat
memiliki keinginan untuk berbagi perasaan dan mendiskusikan masalah.
a. Konfrontasi.

b. Kesiapan

c. Pemaparan diri

e. Memadukan komunikasi dengan tindakan keperawtaan.

4. Fase Teriminasi

Selama fase orientasi, perawat mengatakan pada klien kapan ia


memperkirakan berakhirnya hubungan. Ketika pemutusan terjadi, klien tidak
seharusnya terkejut. Dengan tetap memperhitungkan keberhasilan hubungan,
klien harus siap untuk berfungsi secara efektif tanpa dukungan perawat. Namun
pemutusan dapat menjadi sulit dan menyakitkan bagi klien. Tujuan utama pada
akhir hubungan yang membantu apapun adalah pemutusan dengan cara yang
terencana dan memuaskan.

a. Evaluasi hasil yang telah dicapai

b. Perpisahan
2.3 Karakteristik dari Seorang Perawat yang Dapat Memfasilitasi Tumbuhnya
Hubungan Terapeutik :

a. Kejujuran (dapat dipercaya) Kejujuran merupakan modal utama agar-agar


bisa melakukan komunikasiyang bernilai terapeutik, tanpa kejujuran ingat bisa
membina hubungan salingpercaya.

b. . Tidak lanjut dan cukup apresiasif Dalam berkomunikasi menghindarinya


perawat menggunakankata-kata yang mudah dipahami oleh klien.

c. Bersikap positif Bersikap positif bisa diunjukkan dengan sikap yang hangat,
penuh perhatiandan penghargaan terhadap klien.

d. Empati bukan simpati Sikap empati sangat diperlukan dalam asuhan


keperawatan, karenadengan sikap ini perawat akan mampu merasakan dan
istirahat masalah klienseperti yang dirasakan dan dipikirkan oleh klien.

e. Mampu melihat masalah dari kacamata klien Agar bisa membantu klien dalam
memecahkanmasalah perawat harus memandang masalah tersebut dari sudut
pandangklien

f. Menerima klien apa keberadaan Jika seseorang diterima dengan tulus,


seseorang akan merasanyaman dan seorang pria menjalin hubungan intim
terapeutik

g. Sensitif terhadap perasaan klien Tanpa kemampuan ini hubungan yang


terapeutik sulit terjalindengan baik, karena jika tidak sensitif perawat bisa saja
melakukan melanggarbatas, privasi dan menyinggung perasaan klien.

h. Tidak mudah lanjut oleh masa lalu klien atau diri perawat sendiri Suatu
yangselalu menyesali tentang apa yang telah terjadi di masa lalunya tidak
akan mampu melakukanyang terbaik hari ini. Sangat sulit bagi perawat untuk
membantu klien, jika perawatsendiri memiliki segudang masalah dan
ketidakpuasan dalam lewat.

2.4 faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan perawat-klien

1. Perkembangan

Perkembangan manusia mempengaruhi bentuk komunikasi dalam dua aspek, yaitu


tingkat perkembangan tubuh mempengaruhi kemampuan untuk menggunakan teknik
komunikasi tertentu dan untuk mempersepsikan pesan yang disampaikan. Agar dapat
berkomunikasi efektif seorang perawat harus mengerti pengaruh perkembangan usia
baik dari sisi bahasa, maupun proses berpikir orang tersebut. Adalah sangat berbeda
cara berkomunikasi anak usia remaja dengan anak usia balita.

2. Persepsi

Persepsi adalah pandangan pribadi seseorang terhadap suatu kejadian atau peristiwa.
Persepsi dibentuk oleh harapan atau pengalaman. Perbedaan persepsi dapat
mengakibatkan terhambatnya komunikasi.

3. Gender

Laki-laki dan perempuan menunjukan gaya komunikasi yang berbeda dan memiliki
interpretasi yang berbeda terhadap suatu percakapan. Tannen (1990) menyatakan
bahwa kaum perempuan menggunakan teknik komunikasi untuk mencari konfirmasi,
meminimalkan perbedaan, dan meningkatkan keintiman, sementara kaum laki-laki
lebih menunjukan indepedensi dan status dalam kelompoknya.

4. Nilai
Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku sehingga penting bagi perawat
untuk menyadari nilai seseorang. Perawat perlu berusaha mengklarifikasi nilai
sehingga dapat membuat keputusan dan interaksi yang tepat dengan klien. Dalam
hubungan profesionalnya diharapkan perawat tidak terpengaruh oleh nilai pribadinya.

5. Latar belakang sosial budaya

Bahasa dan gaya komunikasi akan sangat dipengaruhi oleh faktor budaya. Budaya
juga akan membatasi cara bertindak dan komunikasi.

6. Emosi

Emosi merupakan perasaan subyektif terhadap suatu kejadian. Emosi seperti marah,
sedih, senang akan mempengaruhi perawat dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Perawat perlu mengkaji emosi klien agar dan keluarganya sehingga mampu
memberikan asuhan keperawatan dengan tepat. Selain itu perawat perlu mengevaluasi
emosi yang ada pada dirinya agar dalam melakukan asuhan keperawatan tidak
terpengaruh oleh emosi bawah sadarnya.
BAB III

PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kemampuan menerapkan teknik komunikasi terapeutik
memerlukan latihan dan kepekaan serta ketajaman perasaan, karena
komunikasi terjadi tidak dalam kemampuan tetapi dalam dimensi nilai,
waktu dan ruang yang turut mempengaruhi keberhasilan komunikasi
yang terlihat melalui dampak terapeutiknya bagi klien dan juga kepuasan
bagi perawat.
Komunikasi juga akan memberikan dampak terapeutik bila dalam
penggunaanya diperhatikan sikap dan tehnik komunikasi terapeutik. Hal
lain yang cukup penting diperhatikan adalah dimensi hubungan. Dimensi
ini merupakan factor penunjang yang sangat berpengaruh dalam
mengembangkan kemampuan berhubungan terapeutik.

3.2 SARAN
1. Dalam melayani klien hendaknya perawat selalu berkomunikasi
dengan klien untuk mendapatkan persetujuan tindakan yang akan di
lakukan.
2. Dalam berkomunikasi dengan klien hendaknya perawat menggunakan
bahasa yang mudah di mengerti oleh klien sehingga tidak terjadi
kesalahpahaman komunikasi.
3. Dalam menjalankan profesinya hendaknya perawat selalu memegang
teguh etika keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

potter, patricia A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.

Dalami,Ermawati.2009. Buku Saku Komunikasi Keperawatan. Jakarta : Trans info


media

Anda mungkin juga menyukai