Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN II

“Karakteristik Perawat Yang Memfasilitasi Hubungan


Teraupeutik”

Disusun oleh kelompok 3:

Utari Luxmonisa 1710105018 Novitha Irmawati 1710105097

Baiq Maziza Adawiach M 1710105081 Ratih Kartika Rahayu 1710105102

Habibatul Aini 1710105088 Restia Afrizah 1710105104

Mira Rahmayuni 1710105094 Rian Antoni 1710105105

Necha Dwitama 1710105096 Sentia Widia Putri 1710105109

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Segala puji atas kebesaran Sang Khalik yang telah menciptakan alam
semesta dalam suatu keteraturan hingga dari lisan terpetik berjuta rasa syukur
kehadirat ALLAH SWT. Karena atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nyalah
sehingga kami diberikan kesempatan dan kesehatan untuk dapat menyelesaikan
makalah Komunikasi Keperawatan II ini dengan judul “Karakteristik Perawat
yang Memfasilitasi Hubungan Terapeutik”yang merupakan tugas kami dalam
mata Komunikasi Keperawatan II di semester tiga ini.
Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada baginda Nabi Muhammad
SAW, yang diutus ke permukaan bumi ini menuntun manusia dari lembah
kebiadaban menuju ke puncak peradaban seperti sekarang ini. Kami menyadari
sepenuhnya,dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari tantangan dan
hambatan. Namun berkat usaha dan motivasi dari pihak-pihak langsung maupun
tidak langsung yang memperlancar jalannya penyusunan makalah ini sehingga
makalah ini dapat kami susun seperti sekarang ini. Olehnya itu, secara mendalam
kami ucapkan banyak terima kasih atas bantuan dan motivasi yang diberikan
sehingga Penyusun dapat menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati kami menyadari bahwa hanya
kepada ALLAH SWT jugalah kita menyerahkan segalanya. Semoga makalah ini
dapat menjadi referensi dan tambahan materi pembelajaran bagi kita semua,
Aamiin Yaa Robb.

Padang, September 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i


DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Tujuan ............................................................................................................ 1
BAB II TINJAUAN TEORI ............................................................................................. 3
2.1 Komunikasi Terapeultik ................................................................................ 3
2.2 Karakteristik Komunikasi Terapeultik .......................................................... 4
2.3 Karakteristik Perawat ..................................................................................... 4
2.3 Sikap Perawat dalam berkomunikasi............................................................. 6
2.5 Sikap (Kehadiran) secara Fisik ...................................................................... 7
2.6 Sikap dalam Dimensi Respons ....................................................................... 8
2.7 Karakteristik Perawat Yang Memfasilitasi Tumbuhnya Hubungan Terapeutik 8
BAB IV PENUTUP ........................................................................................................ 11
3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 11
3.2 Saran ............................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunikasi teraupetik merupakan proses yang sangat khusus dan berarti
dalam hubungan antar manusia. Pada profesi keperawatan komunikasi
menjadi lebih bermakna karena merupakan metoda utama dalam
mengimplementasikan proses keperawatan. Pengalaman ilmu untuk menolong
sesama memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang besar
Untuk itu perawat memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial
yang mencakup ketrampilan intelektual, tehnical dan interpersonal dalam
berkomunikasi dengan orang lain.
Perawat yang memiliki ketrampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak
saja akan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah
terjadinya masalah legal, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan
keperawatan dan meningkatkan citra profesi keperawatan serta citra rumah
sakit, tetapi yang paling penting adalah mengamalkan ilmunya untuk
memberikan pertolongan terhadap sesama manusia.
Dalam tulisan ini akan dibahas tentang apa yang dimaksud dengan
hubungan terapeultik serta bagaimana Karakteristik perawat dalam
memfasilitasi hubungan terapeultik.

1.2 Tujuan
a) Tujuan Umum
Tujuan Umum dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah Komunikasi Dalam Keperawatan serta agar pembaca
terutama mahasiswa – mahasiswi prodi keperawatan dapat memahami
bagaimana karakteristik seorang perawat dalam memfasilitasi hubungan
terapeultik.
b) Tujuan Khusus
1) Agar Mahasiwa dapat mengerti dan memahami apa yang
dimaksud dengan komunikasi/hubungan terapeultik !
2) Agar Mahasiwa dapat mengerti dan memahami fungsi
Komunikasi Terapeultik !
3) Agar Mahasiwa dapat mengerti dan memahami Karakteristik
komunikasi terapeutik !
4) Agar Mahasiwa dapat mengerti dan memahami Karakteristik
perawat !
5) Agar Mahasiwa dapat mengerti dan memahami Sikap Perawat
dalam Berkomunikasi !
6) Agar Mahasiwa dapat mengerti dan memahami Sikap
(Kehadiran) secara Fisik !
7) Agar Mahasiwa dapat mengerti dan memahami Sikap dalam
Dimensi Respons !
8) Agar Mahasiwa dapat mengerti dan memahami Karakteristik
Perawat Yang Memfasilitasi Tumbuhnya Hubungan Terapeutik !
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Komunikasi Terapeutik


A. Definisi
Komunikasi terapeutik menurut (Stuart dan Sunden, 1987: 103)
dalam komunikasi dalam keperawatan (Anjaswarni, Tri , 2016) Hubungan
terapeutik antara perawat klien adalah hubungan kerja sama yang ditandai
dengan tukar-menukar perilaku, perasaan, pikiran, dan pengalaman ketika
membina hubungan intim yang terapeultik, sedangkan Indrawati (2003)
dalam komunikasi dalam keperawatan (Anjaswarni, Tri , 2016)
mengatakan bahwa komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang
direncanakan secara sadar, bertujuan, dan kegiatannya dipusatkan untuk
kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi
interpersonal dengan fokus
adanya saling pengertian antarperawat dengan pasien. Komunikasi ini
adalah adanya saling membutuhkan antara perawat dan pasien sehingga
dapat dikategorikan dalam komunikasi pribadi antara perawat dan pasien,
perawat membantu dan pasien menerima bantuan

B. Fungsi komunikasi terapeutik


Dwidiyati (2008) dalam sebuah hasil penelitian hubungan antara
komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien rawat inap
(Ramdhani, Taufik, 2016) mengungkapkan bahwa seorang perawat
professional selalu mengupayakan untuk berperilaku terapeutik, yang
berarti bahwa tiap interaksi yang dilakukan menimbulkan dampak
terapeutik yang memungkinkan klien untuk tumbuh dan berkembang.
Tujuan hubungan terapeutik diarahkan pada pertumbuhan klien yang
menurut Stuart dan Sundeen (1995), meliputi :
1) Meningkatkan kemandirian klien melalui proses realisasiri diri,
penerimaan diri dan rasa hormat terhadap diri sendiri,
2) Identitas diri yang jelas dan rasa intergritas yang tinggi.
3) Kemamapuan untuk membina hubungan interpersonal yang intim dan
saling tergantung serta saling mencintai.
4) Meningkatkan kesejahteraan klien dengan peningkatan fungsi dan
kemampuan memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan personal
yang realistik.

2.2 Karakteristik komunikasi terapeutik


Menurut Arwani (2002) dalam sebuah penelitian hubungan antara
komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien rawat inap
(Ramdhani, Taufik, 2016) ada tiga hal yang mendasar memberi ciri-ciri
komunikasi terapeutik antara lain :
1) Keikhlasan (Genuines)
Perawat harus menyadari tentang nilai, sikap, dan perasaan yang dimiliki
terhadap keadaan klien. Perawat yang mampu menunjukan rasa ikhlasnya
mempunyai kesadaran mengenai sikap yang dipunyai terhadap klien
sehingga mampu belajar untuk mengkomunikasikan secara tepat.
2) Empati (Empathy)
Empati merupakan perasaan”pemahaman“ dan “penerimaan” perawat
terhadap perasaan yang dialami klien dan kemampuan merasakn dunia
pribadi klien. Empati merupakan sesuatu yang jujur, sensitif dan tidak
dibuat – buat didasarkan atas apa yang dialami orang lain. Empati
cenderung bergantung pada kesamaan pengalaman diantara orang yang
terlibat dalam komunikasi.
3) Kehangatan (Warmth)
Dengan kehangatan, perawat akan mendorong klien untuk
mengekspresikan ide-ide dan menuangkan dalam benntuk perbuatan tanpa
rasa takut dimaki dan dikonfrontasi. Suasana yang hangat, permisif dan
tanpa adanya ancaman menunjukan adanya rasa penerimaan perawat
terhadap klien. Sehingga klien akan mengekspresikan perasaannya secara
lebih mendalam.
2.3 Karakteristik perawat

Karakteristik perawat Menurut Mangkunegara (2009) dalam sebuah


hasil penelitian hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan
kepuasan pasien rawat inap (Ramdhani, Taufik, 2016) adalah:

a. Usia

Menurut Mangkunegara (2009) karyawan yang lebih tua mempunyai


pengalaman menyesuaikan diri dengan lingkungan pekerjaannya
sedangkan karyawan yang lebih muda cenderung merasa kurang puas
karena apa yang mereka harapkan lebih tinggi sehingga harapan dan
realita kerja terjadi kesenjangan atau ketidakseimbangan yang dapat
menyebabkan perawat tidak puas.

b. Jenis Kelamin
Menurut Muadi (2009) menyatakan bahwa secara konsisten tidak ada
perbedaan antara kinerja laki-laki dan perempuan dalam kemampuan
memecahkan masalah, keterampilan analisis, dorongan kompetisi,
motivasi, dan kemampuan belajar.

c. Pendidikan
Individu yang lebih tinggi pendidikannya akan lebih mampu berpikir luas
dan memiliki inisiatif serta kreatif sehingga dapat menemukan upaya-
upaya yang lebih efesien dalam pekerjaan yang menyebabkan terciptanya
kepuasan kerja (Mangkunegara, 2009)
d. Lama Kerja
Menurut Robbins (2006), senioritas sebagai lama seseorang menjalankan
pekerjaan tertentu secara konsisten berhubungan negatif dengan masuk
keluarnya karyawan. Sedangkan menurut Siagian (2009), lama kerja
menyebabkan seseorang semakin terampil dan berpengalaman dalam
menyelesaikan problematika kerja sehingga hasil kerja yang diperoleh
mendatangkan kepuasan kerja.
e. Level jenjang karier
Menurut Marquis dan Hustoan (2010) jenjang karier akan meningkatkan
kualitas kerja perawat, perawat akan berusaha untuk mengontrol karirnya
dan memilih karier yang lebih baik sehingga akan terus berprestasi dan
memperoleh kepuasan kerja.

2.4 Sikap Perawat dalam Berkomunikasi


Menurut (Stuart dan Laraia, 1998) dalam Komunikasa dalam
keperawatan (Anjaswarni,Tri , 2016) sikap sebagai kehadiran perawat dalam
berkomunikasi agar terapeutik klien mempunyai peran yang penting untuk
tercapainya tujuan komunikasi/interaksi (hubungan). Sikap (kehadiran) yang
harus ditunjukkan perawat dalam berkomunikasi terapeutik ada dua, yaitu
sikap (kehadiran) secara fisik dan secara psikologis. Dalam kehadiran secara
psikologis, ada dua dimensi, yaitu dimensi respons dan dimensi tindakan.

1. Berhadapan
2. Mempertahankan Kontak
Mata
3. Membungkuk ke arah klien
Fisik 4. Mempertahankan sikap
terbuka
5. Rileks
6. Berjabat tangan

Sikap dalam
Komunikasi
Dimensi Respon:
1. Ikhlas
2. Menghargai
3. Empati
4. Konkret
Psikologis

Dimensi Tindakan
1. Konfrontasi
2. Segera
3. Terbuka
4. Emosional Katarsis
5. Bermain Peran

Gambar 1.4 Skema Sikap Perawat dalam Komunikasi Terapeutik


2.5 Sikap (Kehadiran) secara Fisik
Sikap atau cara untuk menghadirkan diri secara fisik yang dapat
memfasilitasi komunikasi yang terapeutik (Anjaswarni,Tri ,2016) sebagai
berikut.
a. Berhadapan. Posisi berhadapan berarti bahwa dalam komunikasi perawat
harus menghadap ke klien, tidak boleh membelakangi, atau duduk
menyamping. Sikap ini harus dipertahankan pada saat kontak dengan
klien. Dengan posisi ini, perawat dapat melihat secara jelas apa yang
tampak secara verbal maupun nonverbal klien. Arti posisi ini adalah saya
siap membantu Anda.
b. Mempertahankan kontak mata. Kontak mata pada level yang sama berarti
menghargai klien dan menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi
c. Membungkuk ke arah klien. Posisi ini menunjukkan keinginan untuk
mengatakan atau mendengarkan sesuatu.
d. Mempertahankan sikap terbuka. Selama berkomunikasi, perawat tidak
melipat kaki atau tangan karena sikap ini menunjukkan keterbukaan
perawat dalam berkomunikasi.
e. Tetap relaks. Tetap dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan
relaksasi dalam memberikan respons pada klien.
f. Berjabat tangan. Menunjukkan perhatian dan memberikan kenyamanan
pada pasien serta penghargaan atas keberadaannya. Berjabatan tangan juga
dapat memberi kesan keakraban dan kedekatan antara perawat dan klien.

Gambar, 1.1 sikap terapeutik


Dalam berkomunikasi dengan klien, mulai awal sampai akhir hubungan,
perawat harus menunjukkan sikap (kehadiran) secara psikologis dengan cara
mempertahankan sikap dalam dimensi respons dan dimensi tindakan seperti
berikut (Anjaswarni, Tri , 2016).

2.6 Sikap dalam Dimensi Respons


a. Ikhlas (Genuiness): perawat menyatakan dan menunjukkan sikap
keterbukaan, jujur, tulus, dan berperan aktif dalam berhubungan dengan
klien. Perawat merespons tidak dibuat-buat dan mengekspresikan
perasaan yang sesungguhnya secara spontan.
b. Menghargai: perawat menerima klien apa adanya. Sikap tidak
menghakimi,tidak mengejek, tidak mengkritik, ataupun tidak menghina;
harus ditunjukkan oleh perawat melalui, misalnya, duduk diam
menemani klien ketika klien menangis; bersedia menerima permintaan
klien untuk berdiskusi atau bercerita tentang pengalaman; bahkan minta
maaf atas ucapan dan perilaku perawat yang menyinggung klien.
c. Empati (empathy) merupakan kemampuan perawat untuk memasuki
pikiran dan perasaan klien sehingga dapat merasakan apa yang sedang
dirasakan dan dipikirkan klien. Melalui rasa empati, perawat
dapatmengidentifikasi kebutuhan klien dan selanjutnya membantu klien
mengatasi masalahnya.
d. Konkret: perawat menggunakan kata-kata yang spesifik, jelas, dan nyata
untuk menghindari keraguan dan ketidakjelasan penyampaian
(Anjaswarni, Tri , 2016).

2.7 Karakteristik Perawat Yang Memfasilitasi Tumbuhnya Hubungan


Terapeutik
Menurut Roger dan Stuart GW (1998) dalam sebuah penelitian
hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien
rawat inap (Ramdhani, Taufik, 2016) ada beberapa karakteristik seorang
perawat yang dapat memfasilitasi tumbuhnya hubungan yang terapeutik, yaitu
:
1. Kejujuran

Tanpa kejujuran mustahil akan terbina hubungan saling percaya, sesorang


akan menaruh kepercayaan kepada lawan bicara yang terbuka dan
mempunyai respon yang tidak dibuat-buat, sebaliknya dia akan berhati-
hati pada lawan bicara yang terlalu halus sehingga sering
menyembunyikan isi hati yang sebenarnya dengan kata-kata atau sikapnya
yang tidak jujur. (Rahmat, J, 1996)

2. Tidak membingungkan dan cukup ekspresif


Perawat sebaiknya menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti dan
dipahami oleh klien dan tidak berbelit-belit.

3. Bersikap positif
Sikap yang positif terhadap klien ditunjukkan dengan sikap hangat, penuh
perhatian dan penghargaan terhdap klien.

4. Empati bukan simpati


Dengan sikap empati, perawat akan mampu merasakan dan memikirkan
permasalahan dan yang dipikirkan klien. Sikap simpati tidak mampu
melihat permasalahan secara obyektif karena perawat terlibat secara
emosional terhadap permasalahan yang dihadapi klien.

5. Mampu melihat permasalahan dari kacamata klien

Agar mampu melihat permasalahan dari sudut pandang klien maka


perawat harus menjadi pendengar yang aktif dan sabar dalam
mendengarkan semua ungkapan klien.
6. Menerima klien apa adanya
Seorang perawat yang baik akan tidak memandang hina klien dan
keluarganya yang datang ke rumah sakit dengan pakaian yang kumal dan
kotor
7. Sensitif terhadap perasaan klien
Perawat harus sennsitif terhadap perasaan kliennya agar tidak
menyinggung perasaanya.

8. Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien araupun diri perawat sendiri
Seorang perawat harus mampu melupakan kejadian yang menyakitkan di
masa lalu dan menguatkan koping klien dalam menghadapi masalah yang
dihadapi saat ini.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Komunikasi terapeutik menurut (Stuart dan Sunden, 1987: 103)


dalam komunikasi dalam keperawatan (Anjaswarni, Tri , 2016) Hubungan
terapeutik antara perawat klien adalah hubungan kerja sama yang ditandai
dengan tukar-menukar perilaku, perasaan, pikiran, dan pengalaman ketika
membina hubungan intim yang terapeultik.

Menurut Arwani (2002) dalam sebuah penelitian hubungan antara


komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien rawat inap
(Ramdhani, Taufik, 2016) ada tiga hal yang mendasar memberi ciri-ciri
komunikasi terapeutik antara lain Keikhlasan (Genuines) , Empati
(Empathy)dan Kehangatan (Warmth)

Sikap (kehadiran) yang harus ditunjukkan perawat dalam


berkomunikasi terapeutik ada dua, yaitu sikap (kehadiran) secara fisik dan
secara psikologis. Dalam kehadiran secara psikologis, ada dua dimensi, yaitu
dimensi respons dan dimensi tindakan.

Sikap atau cara untuk menghadirkan diri secara fisik yang dapat
memfasilitasi komunikasi yang terapeutik (Anjaswarni,Tri ,2016)
Berhadapan, mempertahankan kontak mata, membungkuk ke arah klien,
mempertahankan sikap terbuka, tetap relaks, berjabat tangan.

Sikap dalam Dimensi Respons yaitu Ikhlas (Genuiness), Menghargai, Empati


(empathy), Konkret.

Karakteristik perawat yang memfasilitasi tumbuhnya hubungan


terapeutik yakni Kejujuran, Tidak membingungkan dan cukup ekspresif,
Bersikap positif, Empati bukan simpati, Mampu melihat permasalahan dari
kacamata klien, Menerima klien apa adanya, Sensitif terhadap perasaan klien,
Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien araupun diri perawat sendiri.

3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami
bahwa pentingnya komunikasi terepaultik dalam kehidupan kita sehari – hari
terutama dalam dalam proses keperawatan dan diharapkan bagi pembaca
yang berprofesi sebagai seorang perawat atau tenaga medis lainnya agar
dapat berkomunikasi yang baik dengan pasien guna untuk menjalin kersama
dengan pasien dalam melakukan proses keperawatan yang bertujuan untuk
kesehatan pasien serta berkomunikasi dengan baik terhadap rekan kerja dan
siapapun yang terdapat di tempat kita bekerja.
Karakteristik perawat Menurut Mangkunegara (2009) dalam sebuah hasil
penelitian hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan
pasien rawat inap (Ramdhani, Taufik, 2016) adalah: Usia , Jenis Kelamin,
Pendidikan, Lama Kerja , Level jenjang karier
DAFTAR PUSTAKA

Anjaswarni,Tri. 2016. Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta : Kemenkes RI

Ramdhani, Taufik. 2016. hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan


kepuasan pasien rawat inap di Puskesmas 1 Dayeuhluhur. Purwekerto: UMP

Anda mungkin juga menyukai