Anda di halaman 1dari 27

“COMMUNITY MENTAL HEALTH NURSING (CMHN)”

“KONSEP KOMUNIKASI TERAPEUTIK DI AREA CMHN”

Di Susun Oleh:

Utari Luxmonisa (1710105018)


Kelompok 2 Kelas VI B

Dosen Pengampu:

Ns. Amelia Susanti, M.kep, Sp.Kep J

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG


TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Segala puji atas kebesaran Sang Khalik yang telah menciptakan alam
semesta dalam suatu keteraturan hingga dari lisan terpetik berjuta rasa syukur
kehadirat ALLAH SWT. Karena atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nyalah
sehingga kami diberikan kesempatan dan kesehatan untuk dapat menyelesaikan
makalah Community Mental Health Nursing (CMHN) ini dengan judul “Konsep
CMHN” yang merupakan tugas kami dalam mata Community Mental Health
Nursing (CMHN) di semester enam ini.
Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada baginda Nabi Muhammad
SAW, yang diutus ke permukaan bumi ini menuntun manusia dari lembah
kebiadaban menuju ke puncak peradaban seperti sekarang ini. Kami menyadari
sepenuhnya,dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari tantangan dan
hambatan. Namun berkat usaha dan motivasi dari pihak-pihak langsung maupun
tidak langsung yang memperlancar jalannya penyusunan makalah ini sehingga
makalah ini dapat kami susun seperti sekarang ini. Olehnya itu, secara mendalam
kami ucapkan banyak terima kasih atas bantuan dan motivasi yang diberikan
sehingga Penyusun dapat menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati kami menyadari bahwa hanya
kepada ALLAH SWT jugalah kita menyerahkan segalanya. Semoga makalah ini
dapat menjadi referensi dan tambahan materi pembelajaran bagi kita semua,
Aamiin Yaa Robb.

Padang, Maret 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar..................................................................................................ii
Daftar Isi...........................................................................................................iii
Bab I Pendahuluan............................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Tujuan..............................................................................................1
Bab II Tinjauan Teoritis....................................................................................2
2.1 Konsep Komunikasi Terapeutik......................................................2
A. Pengertian Komunikasi..............................................................2
B. Tujuan Komunikasi Terapeutik..................................................2
C. Prinsip-prinsip Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan. . .4
D. Teknik-teknik Komunikasi Terapeutik......................................5
E. Fase – fase komunikasi terapeutik..............................................9
F. Hambatan Dalam Komunikasi Terapeutik.................................12
2.2 Komunikasi Terapeutik di Area CMHN.........................................13
Bab III Penutup.................................................................................................22
3.1 Kesimpulan.....................................................................................22
3.2 Saran...............................................................................................23
Daftar Pustaka...................................................................................................24

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perawatan kesehatan merupakan suatu lapangan khusus di bidang
kesehatan, dimana keterampilan hubungan antar manusia serta keterampilan
organisasi diterapkan dalam hubungan yang serasi dengan keterampilan
anggota profesi kesehatan lain, demi memelihara kesehatan masyarakat.
Oleh karena itu, perawatan kesehatan masyarakat ditujukan kepada individu
dan kelompok melalui upaya peningkatan kesehatan, pemeliharaan kesehatan,
penyuluhan kesehatan, koordinasi, dan pelayanan keperawatan berkelanjutan
sebagai upaya pendekatan yang komprehensif.
Selain itu masyarakat komunitas juga dipandang sebagai target pelayanan
kesehatan yang bertujuan untuk mencapai kesehatan komunitas, peningkatan
kesehatan yang betujuan untuk, mencapai kesehatan jiwa komunitas.
Dalam pelaksanaannya, keperawatan kesehatan masyarakat (nursing process
community) diupayakan dekat dengan masyarakat melalui pendekatan
komunikasi yang baik sebagai strategi pelayanan kesehatan. Sehingga dengan
pendekatan komunikasi terapeutik yang efektif dan efisien ini, seorang
perawat jiwa komunitas mampu memberikan rangsangan dan memotivasi
masyarakat di wilayah binaannya dengan mengunakan alat komunikasi yang
sederhana.
Riset menunjukkan bahwa komunikasi yang buruk paling sering sebagai
sumber konplik dan menghambat suksesnya kinerja kelompok. tidak ada
kelompok yang dapat bertahan tanpa dibarengi dengan komunikasi.karena
komunikasi berfungsi untuk mengendalikan, memotivasi, mengungkapkan
emosi dan informasi – informasi baru.

1.2 Tujuan
A. Tujuan Umum
Tujuan umum pembuatan makalah ini yang berjudul “komunikasi
terapeutik di area cmhn” adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah

1
CMHN serta untuk menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa
dalam berkomunikasi dengan baik dan efektif di masyarakat.
B. Tujuan Khusus
1) Agar mahasiswa mengerti dan memahami apa yang di maksud dengan
Komunikasi!
2) Agar mahasiswa mengerti dan memahami apa yang di maksud dengan
komunikasi terapeutik !
3) Agar mahasiswa mengerti dan memahami bagaimana komunikasi di
area CMHN!
4) Agar mahasiswa mengerti dan memahami apa tujuan dan prinsip
komunikasi terapeutik!
5) Agar mahasiswa mengerti dan memahami apa saja hambatan dalam
komunikasi terapeutik!
6) Agar mahasiswa mengerti dan memahami fase - fase komunikasi
terapeutik!

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Komunikasi Terapetik


A. Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin communicare –
communicatio dan communicatus yang berarti suatu alat yang
berhubungan dengan sistem penyampaian dan penerimaan berita, seperti
telepon, telegraf, radio, dan sebagainya (Anjaswarni,Tri. 2016).
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi yang
diinginkan oleh pengirim pesan kepada penerima pesan dan menimbulkan
respon tingkah laku sesuai dengan informasi yang dicerna oleh penerima
pesan (Sarfika,Rika dkk .2018).
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi interpersonal antara
perawat dan klien yang dilakukan secara sadar ketika perawat dan klien
saling memengaruhi dan memperoleh pengalaman bersama yang bertujuan
untuk membantu mengatasi masalah klien serta memperbaiki pengalaman
emosional klien yang pada akhirnya mencapai kesembuhan klien
(Anjaswarni,Tri. 2016).
Komunikasi terapeutik merupakan hubungan perawtan dan klien
yang dirancang untuk memfasilitasi tujuan therapy dalam pencapaian
tingkat kesembuhan yang optimal dan efektif. Terjadinya komunikasi
terapeutik adalah apabila di dahului hubungan saling percaya antara
perawat dan klien (Muhith,Abdul & Siyoto,Sandu .2018).

B. Tujuan Komunikasi Terapeutik


Berdasarkan definisi komunikasi terapeutik, berikut ini tujuan dari
komunikasi terapeutik.
1) Membantu mengatasi masalah klien untuk mengurangi beban
perasaan dan pikiran.
2) Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk klien/pasien.

3
3) Memperbaiki pengalaman emosional klien.
4) Mencapai tingkat kesembuhan yang diharapkan.
Kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien sangat
dipengaruhi oleh kualitas hubungan perawat-klien. Apabila perawat tidak
memperhatikan hal ini, hubungan perawat-klien tersebut bukanlah
hubungan yang memberikan dampak terapeutik yang mempercepat
kesembuhan klien, tetapi hubungan sosial biasa (Anjaswarni,Tri. 2016).

C. Prinsip-prinsip Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan


Menurut Carl Rogers (1961), prinsip-prinsip komunikasi terapeutik
meliputi:
1) Perawat harus mengenal dirinya sendiri (self awareness) yang berarti
memahami nilai-nilai yang di anut
2) Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling
percaya dan saling menghargai
3) Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan klien baik fisik
maupun mental
4) Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan klien bebas
berkembang tanpa rasa takut
5) Perawat harus dapat menciptakan suasana yang memungkinkan klien
memiliki motivasi untuk mengubah dirinya baik sikap, tingkah
lakunya sehingga tumbuh makin matang dan dapat memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi
6) Perawat harus mampu mengontrol perasaan sendiri secara bertahap
untuk mengetahui dan mengatasi perasaan emosional seperti perasaan
gembira, sedih, marah, keberhasilan, maupun frustasi
7) Perawat harus mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat
mempertahankan konsistensinya
8) Perawat harus mampu memahami arti empati dan menggunakannya
sebagai tindakan yang terapeutik, dan mampu memahami arti simpati
yang bukan sebagai tindakan terapeutik

4
9) Perawat harus mampu memahami bahwa kejujuran dan komunikasi
terbuka merupakan dasar dari hubungan terapeutik
10) Perawat harus mampu menjadi role model agar dapat meyakinkan dan
sebagai contoh kepada orang lain tentang perilaku sehat.
11) Perawat harus mampu mengungkapkan perasaan dan menyatakan
sikap yang jelas
12) Perawat mampu memiliki sifat altruisme yang berarti menolong atau
membantu permasalahan klien tanpa mengharapkan imbalan apapun
dari klien
13) Perawat harus mampu mengambil keputusan berdasarkan prinsip
kesejahteraan manusia
14) Bertanggung jawab pada setiap sikap dan tindakan yang dilakukan
(Sarfika,Rika dkk .2018).

D. Teknik-teknik Komunikasi Terapeutik


Supaya komunikasi yang kita lakukan dapat mencapai tujuan yang
diharapkan, seorang perawat harus menguasai teknik-teknik
berkomunikasi agar terapeutik dan menggunakannya secara efektif pada
saat berinteraksi dengan klien.
1) Mendengarkan dengan penuh perhatian (listening)
Mendengarkan dengan penuh perhatian merupakan upaya untuk
mengerti seluruh pesan verbal dan nonverbal yang sedang
dikomunikasikan. Keterampilan mendengarkan dengan penuh
perhatian dapat ditunjukkan dengan sikap berikut.
- Pandang klien ketika sedang bicara.
- Pertahankan kontak mata yang memancarkan keinginan untuk
mendengarkan.
- Hindarkan gerakan yang tidak perlu.
- Anggukkan kepala jika klien membicarakan hal penting atau
memerlukan umpan balik.
- Condongkan tubuh ke arah lawan bicara.
2) Menunjukkan penerimaan (accepting)

5
Menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia
untuk mendengarkan orang lain, tanpa menunjukkan keraguan atau
tidak setuju. Tentu saja sebagai perawat kita tidak harus menerima
semua perilaku klien. Perawat sebaiknya menghindarkan ekspresi
wajah dan gerakan tubuh yang menunjukkan tidak setuju, seperti
mengerutkan kening atau menggelengkan kepala seakan tidak percaya.
Sikap perawat yang menunjukkan penerimaan dapat diidentifikasi
seperti perilaku berikut.
- Mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan.
- Memberikan umpan balik verbal yang menampakkan pengertian.
- Memastikan bahwa isyarat nonverbal cocok dengan komunikasi
verbal.
- Menghindarkan untuk berdebat, menghindarkan mengekspresikan
keraguan, Atau menghindari untuk mengubah pikiran klien.
- Perawat dapat menganggukan kepalanya atau berkata “ya” atau “saya
mengerti apa yang bapak-ibu inginkan”.
3) Menanyakan pertanyaan yang berkaitan
Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi
yang spesifik mengenai klien. Paling baik jika pertanyaan dikaitkan
dengan topik yang dibicarakan dan gunakan kata-kata dalam konteks
sosial budaya klien.
4) Mengulang (restating/repeating)
Maksud mengulang adalah teknik mengulang kembali ucapan
klien dengan bahasa perawat. Teknik ini dapat memberikan makna
bahwa perawat memberikan umpan balik sehingga klien mengetahui
bahwa pesannya dimengerti dan mengharapkan komunikasi berlanjut.
Contoh:
K : “Saya tidak nafsu makan, seharian saya belum makan.”
P : “Bapak mengalami gangguan untuk makan?”
5) Klarifikasi (clarification)
Teknik ini dilakukan jika perawat ingin memperjelas maksud
ungkapan klien. Teknik ini digunakan jika perawat tidak mengerti, tidak

6
jelas, atau tidak mendengar apa yang dibicarakan klien. Perawat perlu
mengklarifikasi untuk menyamakan persepsi dengan klien. Contoh,
“Coba jelaskan kembali apa yang Bapak maksud dengan kegagalan
hidup? ”
6) Memfokuskan (focusing)
Metode ini dilakukan dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan
sehingga lebih spesifik dan dimengerti. Perawat tidak seharusnya
memutus pembicaraan klien ketika menyampaikan masalah yang
penting, kecuali jika pembicaraan berlanjut tanpa informasi yang baru.
Perawat membantu klien membicarakan topik yang telah dipilih dan
penting.
Contoh:
Klien : “Ya, beginilah nasib wanita yang teraniaya seperti saya. Tapi,
saya pikir untuk apa saya pikirkan sakit ini?”
Perawat : “Coba ceritakan bagaimana perasaan ibu sebagai wanita.”
7) Merefleksikan (reflecting/feedback)
Perawat perlu memberikan umpan balik kepada klien dengan
menyatakan hasil pengamatannya sehingga dapat diketahui apakah
pesan diterima dengan benar.Perawat menguraikan kesan yang
ditimbulkan oleh syarat nonverbal klien. Menyampaikan hasil
pengamatan perawat sering membuat klien berkomunikasi lebih jelas
tanpa harus bertambah memfokuskan atau mengklarifikasi pesan.
Contoh: “Ibu tampak sedih.”
“ Apakah Ibu merasa tidak senang apabila Ibu ….”
8) Memberi informasi (informing)
Memberikan informasi merupakan teknik yang digunakan dalam
rangka menyampaikan informasi-informasi penting melalui pendidikan
kesehatan. Apabila ada informasi yang ditutupi oleh dokter, perawat
perlu mengklarifikasi alasannya. Setelah informasi disampaikan,
perawat memfasilitasi klien untuk membuat keputusan.
8) Diam (silence)

7
Diam memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk
mengorganisasi pikirannya. Penggunaan metode diam memerlukan
keterampilan dan ketetapan waktu. Diam memungkinkan klien untuk
berkomunikasi terhadap dirinya sendiri, mengorganisasi pikirannya, dan
memproses informasi. Bagi perawat, diam berarti memberikan
kesempatan klien untuk berpikir dan berpendapat/berbicara.
9) Identifikasi tema (theme identification)
Identifikasi tema adalah menyimpulkan ide pokok/utama yang
telah dikomunikasikan secara singkat. Metode ini bermanfaat untuk
membantu topik yang telah dibahas sebelum meneruskan pada
pembicaraan berikutnya. Teknik ini penting dilakukan sebelum
melanjutkan pembicaraan dengan topik yang berkaitan.
Contoh:
“Saya paham terhadap masalah Ibu. Ibu merasa bahwa anak-anak
dewasa dan semua telah meninggalkan Ibu sendirian di rumah. Terkait
masalah ini, apa rencana yang akan Ibu lakukan untuk mengatasi
masalah?”
10) Memberikan penghargaan (reward)
Menunjukkan perubahan yang terjadi pada klien adalah upaya
untuk menghargai klien. Penghargaan tersebut jangan sampai menjadi
beban bagi klien yang berakibat klien melakukan segala upaya untuk
mendapatkan pujian.
Contoh:
“Saya perhatikan Ibu sudah lebih segar dan sehat.”
“Selamat, ya. Semoga Ibu dapat segera sembuh” (reward).
11) Menawarkan diri
Klien mungkin belum siap untuk berkomunikasi secara verbal
dengan orang lain atau klien tidak mampu untuk membuat dirinya
dimengerti. Sering kali perawat hanya menawarkan kehadirannya, rasa
tertarik, dan teknik komunikasi ini harus dilakukan
tanpa pamrih.
Contoh: “Saya ingin Anda merasa tenang dan nyaman.”

8
12) Memberi kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan
Memberi kesempatan pada klien untuk berinisiatif dalam memilih
topic pembicaraan. Perawat dapat berperan dalam menstimulasi klien
untuk mengambil inisiatif dalam membuka pembicaraan.
Contoh:
“Adakah sesuatu yang ingin Ibu bicarakan?”
“Apakah yang sedang Ibu pikirkan?”
“Dari mana Ibu ingin mulai pembicaraan ini?”
13) Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan
Hal ini merupakan teknik mendengarkan yang aktif, yaitu perawat
menganjurkan atau mengarahkan pasien untuk terus bercerita. Teknik
ini mengindikasikan bahwa perawat sedang mengikuti apa yang sedang
dibicarakan klien dan tertarik dengan apa yang akan dibicarakan
selanjutnya.
Contoh:
“… lanjutkan Ibu ….”
“… dan kemudian …?
“Ceritakan kepada saya tentang itu ….”
14) Refleksi
Refleksi menganjurkan klien untuk mengemukakan serta menerima
ide dan perasaannya sebagai bagian dari dirinya sendiri. Contoh:
“Bagaimana menurutmu?” atau “Bagaimana perasaanmu?” Dengan
teknik ini , dapat diindikasikan bahwa pendapat klien adalah berharga.
15) Humor
Humor yang dimaksud adalah humor yang efektif. Humor ini
bertujuan untuk menjaga keseimbangan antara ketegangan dan
relaksasi. Perawat harus hati-hati dalam menggunakan teknik ini karena
ketidaktepatan penggunaan waktu dapat menyinggung perasaan klien
yang berakibat pada ketidakpercayaan klien kepada perawat
(Anjaswarni,Tri. 2016).

9
E. Fase – fase Komunikasi Terapeutik Perawat-Klien
I. Fase prainteraksi
Fase ini merupakan fase persiapan yang dapat dilakukan perawat
sebelum berinteraksi dan berkomunikasi dengan klien. Pada fase ini,
perawat mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan sendiri, serta
menganalisis kekuatan dan kelemahan profesional diri. Perawat juga
mendapatkan data tentang klien dan jika memungkinkan merencanakan
pertemuan pertama dengan klien. Perawat dapat bertanya kepadadirinya
untuk mengukur kesiapan berinteraksi dan berkomunikasi dengan klien.
Contoh pertanyaan perawat kepada diri sendiri sebagai berikut.
 Apa yang akan saya tanyakan saat bertemu nanti?
 Bagaimana respons saya selanjutnya?
 Adakah pengalaman interaksi yang tidak menyenangkan?
 Bagaimana tingkat kecemasan saya?
II. Fase orientasi/introduksi
Fase ini adalah fase awal interaksi antara perawat dan klien yang
bertujuan untuk merencanakan apa yang akan dilakukan pada fase
selanjutnya. Pada fase ini, perawat dapat
1) memulai hubungan dan membina hubungan saling percaya. Kegiatan
ini mengindikasi kesiapan perawat untuk membantu klien;
2) Memperjelas keluhan, masalah, atau kebutuhan klien dengan
mengajukan pertanyaan tentang perasaan klien; serta
3) merencanakan kontrak/kesepakatan yang meliputi lokasi, kapan, dan
lama pertemuan; bahan/materi yang akan diperbincangkan; dan
mengakhir hubungan sementara.
Tiga kegiatan utama yang harus dilakukan perawat pada fase
orientasi ini sebagai berikut.
1) Memberikan salam terapeutik
Contoh: “Assalamualaikum, selamat pagi”, dan sebagainya.
2) Evaluasi dan validasi perasaan klien
Contoh: “Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Ibu tampak segar hari
ini”.

10
3) Melakukan kontrak hubungan dengan klien meliputi kontrak tujuan
interaksi, kontrak waktu, dan kontrak tempat.
Contoh: “Tujuan saya datang ke sini adalah membantu Ibu menemukan
masalah yang membuat Ibu selalu merasa tidak nyaman selama ini”,
“Menurut Ibu, berapa lama waktu yang akan kita butuhkan untuk tujuan
ini? Bagaimana kalau 15 menit?”, “Untuk tempat di dalam ruang ini
saja atau di taman belakang?”
III. Fase kerja
Fase ini adalah fase terpenting karena menyangkut kualitas
hubungan perawatklien dalam asuhan keperawatan. Selama
berlangsungnya fase kerja ini, perawat tidak hanya mencapai tujuan
yang telah diinginkan bersama, tetapi yang lebih bermakna adalah
bertujuan untuk memandirikan klien. Pada fase ini, perawat
menggunakan teknik-teknik komunikasi dalam berkomunikasi dengan
klien sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan (sesuai kontrak).
Contoh: “Saya akan memasukkan jarum infus ini ke pembuluh darah di
tangan ibu”, “Ibu akan merasakan sakit sedikit dan tidak perlu
khawatir”.
IV. Fase terminasi
Pada fase ini, perawat memberi kesempatan kepada klien untuk
mengungkapkan keberhasilan dirinya dalam mencapai tujuan terapi dan
ungkapan perasaannya. Selanjutnya perawat merencanakan tindak
lanjut pertemuan dan membuat kontrak pertemuan selanjutnya bersama
klien.
Ada tiga kegiatan utama yang harus dilakukan perawat pada fase
terminasi ini, yaitu melakukan evaluasi subjektif dan objektif;
merencanakan tindak lanjut interaksi; dan membuat kontrak dengan
klien untuk melakukan pertemuan selanjutnya. Contoh komunikasi
dalam fase terminasi ini sebagai berikut.
Evaluasi subjektif dan objektif
“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita diskusi tentang masalah yang Ibu
hadapi?”

11
“Coba sebutkan masalah yang Ibu hadapi terkait dengan keluarga Ibu!
Rencana tindak lanjut
”Baik, Ibu, saya cukupkan pertemuan kita hari ini, tidak terasa bahwa
waktu kita sudah berlangsung 15 menit. Rencana selanjutnya setelah ini
adalah menemukan alternatif penyelesaian masalah yang Ibu hadapi dan
pengambilan keputusan untuk solusi.”
Kontrak yang akan datang:
“Terkait dengan rencana tersebut, saya akan datang lagi besok hari
Selasa pukul 09.00, saya akan datang di tempat ini lagi. Selamat
istirahat dan assalamualaikum, selamat siang.” (Anjaswarni,Tri. 2016).

F. Hambatan Komunikasi Terapeutik dan Cara Mengatasi Hambatan


Komunikasi
1) Adanya perbedaan persepsi.
2) Terlalu cepat menyimpulkan.
3) Adanya pandangan stereotipe.
4) Kurangnya pengetahuan.
5) Kurangnya minat.
6) Sulit mengekspresikan diri.
7) Adanya emosi.
8) Adanya tipe kepribadian tertentu.
Supaya komunikasi mencapai tujuan yang diharapkan, perawat
harus dapat mengeliminasi hambatan-hambatan tersebut dalam rangka
mengatasi hambatan dalam komunikasi tersebut. Upaya-upaya yang dapat
dilakukan perawat sebagai berikut.
1) Mengecek kembali maksud yang disampaikan.
2) Meminta penjelasan lebih lanjut.
3) Mengecek umpan balik.
4) Mengulangi pesan yang disampaikan dan memperkuat informasi
dengan bahasa nonverbal.
5) Mengakrabkan hubungan interpersonal antara sender dan receiver.
6) Pesan dibuat secara singkat, jelas, dan tepat

12
7) Memfokuskan pesan pada topik spesifik yang telah dipilih.
8) Komunikasi dilakukan dengan berfokus pada penerima pesan bukan
pada pengirim pesan (Anjaswarni,Tri. 2016).

2.2 Komunikasi Terapeutik di Area CMHN


A. Penerapan Komunikasi Terapeutik Pada Individu
I. Tahap Prainteraksi
Tahap prainteraksi merupakan tahap dimana perawat perlu
mengevaluasi diri tentang kemampuan yang dimiliki. Jika seorang
perawat merasa belum siap maka perawat perlu membaca kembali,
berdiskusi dengan perawat lainnya. Ada beberapa hal yang perlu
dilakukan pada tahap ini yaitu evaluasi diri, penetapan tahap
perkembangan interaksi, dan rencana interaksi (Keliat,budi anna (ed)
dkk. 2015).
1) Evaluasi diri. Beberapa pertanyaan yang dapat m membantu anda
mengevaluasi diri:
- Apa pengetahuan yang saya miliki tentang keperawatan jiwa?
- Apa yang saya ketahui tentang latar belakang sosial budaya
pasien?
- Apa yang saya ucapkan saat bertemu dengan pasien?
- Bagaimana respons saya selanjutnya jika pasien diam,
menolak,
marah, atau inkoheren?
- Bagaimana pengalaman interaksi saya dengan pasien?
- Apakah ada kegagalan saya dalam berinteraksi dengan pasien?
Jika ada lakukan koreksi dengan cara membaca cara-cara
berhubungan dengan pasien, berkonsultasi dengan tutor, dan
berdiskusi dengan teman sekelompok.
- Bagaimana tingkat kecemasan saya: Jika cemas ringan,
laksanakan interaksi. jika cemas sedang sanmpai berat,
konsultasi dengan tutor dan tunda kontak dengan pasien sampai
Anda dapat mengatasi kecemasan.

13
2) Penetapan tahap perkembangan interaksi dengan pasien. Beberapa
pertanyaan berikut dapat digunakan untuk menetapkan tahap
perkembangan interaksi dengan pasien:
- Apakah saat ini pertemuan/kontak pertama?Ataukah pertemuan
lanjutan?
- Apa tujuan pertemuan ini? Pengkajian /observasi /pemantauan /
tin dakan keperawatan/terminasi?
- Apa tindakan yang akan saya lakukan?
- Bagaimana cara melakukannya?
3) Rencana interaksi
- Siapkan rencana percakapan yang akan Anda lakukan pada saat
ber interaksi dengan pasien.
- Teknik komunikasi apa yang akan Anda gunakan, kaitkan
dengan tujuan anda melakukan interaksi dengan pasien. Hal ini
berhubungan dengan tahapan interaksi yang akan dilakukan
- Teknik observasi apa yang perlu anda gunakan selama
berhubungan dengan pasien.
- Apa langkah-langkah tindakan keperawatan yang akan anda
lakukan dan sesuaikan dengan Standar Operasional Prasedur
(SOP)

II.Tahap Perkenalan
Perkenalan merupakan kegiatan yang Anda lakukan saat pertama
kali bertemu atau kontak dengan pasien. Hal-hal yang perlu di lakukan
adalah:
1) Memberi salam
- "Selamat pagi/siang/sore/malam" atau sesuai dengan latar
belakang sosial budaya spiritual pasien, disertai dengan
mengulurkan tangan untuk jabatan tangan. Pasien gangguan
jiwa mungkin tidak menjawab salam dan uluran tangan Anda.

14
- Memperkenalkan diri perawat: "Nama saya Budiono, saya
senang dipanggil Budi".
- Menanyakan nama pasien: "Nama Bapak/lbu/Anda siapa? Apa
panggilan kesenangannya?" (Mis,. pasien senang dipanggil
Tuti.)
2) Mengevaluasi kondisi pasien:
“Bagaimana perasaan Tuti saat ini? Atau, apa keluhan Tuti?
3) Menyepakati kontrak/pertemuan. Kesepakatan tentang pertemuan
terkait dengan topik tindakan yang akan dilakukan dan kesediaan
pasien untuk bercakap-cakap, tempat bercakap-cakap, dan lama
percakapan.
a) Topik/tindakan/kegiatan yang akan dilakukan
- Untuk menanyakan kesediaan pasien:
"Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang…”
(sesuaikan dengan keluhan atau perasaan pasien saat ini.
Jika pasien tampak ragu perawat dapat menambahkan):
"Saya akan membantu ..(nama pasien) untuk
menyelesaikan masalah yang... hadapi."
- Pada umumnya fokus percakapan awal adalah pengkajian
ke luhan utama. Kemudian hal-hal yang berkaitan dengan
keluhan utama.
b) Tempat:
- "di mana kita duduk?"
- "Bagaimana kalau kita duduk di sana?" (sebutkan)
- "Ayo kita duduk di sana: (sebutkan)
c)Waktu
- "Mau berapa lama kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau
10 menit?"
Kemudian lanjutkan pada tahap kerja yaitu pengkajian lanjur
(okus) pada keluhan utama disertai tindakan keperawatan sesuai dengan
salah yang dialami pasien.

15
III. Tahap Orientasi
Tahap orientasi dilaksankan pada awal pertemuan kedua dan
seterusnya. Tujuan tahap orientasi adalah mengevaluasi kondisi pasien,
memvalidasi rencana yang telah perawat baut sesuai dengan keadaan
pasien saat ini dan mengevaluasi hasil tindakan yang lalu. Umumnya
dikaitkan dengan hal yang telah dilakukan bersama pasien.
1) Memberi salam
“selamat pagi/siang/sore/malam, tuti.”
2) Memvalidasi dan mengevaluasi keadaan pasien
“bagaimana perasaan tuti hari ini?” atau “coba ceritakan perasaan
tuti hari ini”
“adakah hal yang terjadi selama kita tidak bertem? Coba ceritakan”
“apakah tuti sudah coba cara-cara yang telah kita bicarakan
kemarin”
3) Menyepakati kontrak atau pertemuan. Setiap berinteraksi dengan
pasien kaitkan dengan kontrak pada pertemuan sebelumnya.
- Topic/tindakan/kegiatan
“sesuai dengan janji kita yang lalu kita kan bertemu hari ini
pukul …”
“tuti masih ingta apa yang akan kita bicarakan/lalukan
sekarang?”
- Tempat
“mau duduk dimana ? bagaimana kalau disana?”
- Waktu
“mau berapa lama?bagaimana kalau 10 menit?”

IV. Tahap kerja


Tahap kerja merupakan inti hubungan perawat pasien yang terkait
erat dengan pelaksanaan rencana tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

16
“ada beberapa cara untuk mencegah suara-suara agar tidak mengganggu
tuti. Saah satu adalah menghardik atau tidak mempedulikan suara-suara
itu, caranya katakan: “pergi, jangan ganggu saya, saya tidak mau
dengar.”

V. Tahap terminasi
Tahap terminasi merupakan akhir dari setiap pertemuan perawat
dan pasien. Terminasi dibagi 2 yaitu terminasi sementara dan terminasi
akhir interaksi (Keliat,budi anna (ed) dkk. 2015).

B. Penerapan Komunikasi Terapeutik Pada Keluarga


Interaksi dengan keluarga atau pemberian penkes kepada keluarga
juga dilakukan secara bertahap, meliputi tahap:
1) Permulaan hubungan perawat – keluarga
Interaksi perawat – keluarga dengan perkenalan, membina hubungan
saling percaya dan dilanjutkan dengan pengkajian pengalaman keluarga
dalam merawat pasien sehingga dapat ditetapkan pendidikan kesehatan
keluarga.
2) Pendidika kesehatan tentang keterampilan keluarga merawat pasien
Pada tahap ini peremuan dilaksanakan dengan metode ceramah, tanya
jawab, dan simulasi tentang cara merawat anggota keluarga yang sakit.
3) Penerapan cara merawat pasien
Pada tahap ini pertemuan dilaksanakan dengan melibatkan keluarga
untuk memberikan penkes tentang cara merawat pasie dirumah. Metode
yang paling banyak digunakan adalah demonstrasi dan redemonstrasi.
4) Peran keluarga dalam merawat pasien dirumah atau ditengah masyarakat
Jika pasien dan keluarga telah mempunyai kemampuan merawat
pasien secara mandiri maka perlu dibuat jadwal kunjungan rumah
secara periodic, misalnya setiap bulan, untuk mengevaluasi kondisi dan
kemampuan pasien dan keluarga interaksi (Keliat,budi anna (ed) dkk.
2015).

17
C. Penerapan Komunikasi Terapeutik Pada Kelompok
Tujuan dari komunikasi kelompok adalah:
1) Membantu anggota kelompok berinteraksi dengan orang lain.
2) Membantu anggota kelompok mengubah perilaku
Komunikasi kelompok pada keperawatan jiwa dilakukan pada saat
perawat memberikan penkes pada sekelompok besar orang tentang topic
kesehatan dengan tujuan untuk mempengaruhi masyarakat dan mereka
dapat mengadopsi perilaku sehat yang telah diajarkan. Umumnya topik
yang diambil terkait dengan pencegahan dan peningkatan kesehatan jiwa,
Berikut ini adalah langkah untuk melakukan komunikasi massa:
a) pilihlah topic yang menarik untuk disampaikan pada pendengar yang
bersangkutan sesuai dengan kebutuhannya.
b) Susunlah garis besar hal-hal yang akan disampaikan (mulai dari kaa
pengantar, isi, dan kesimpulan).
c) Gunakan suara yang jelas dan gunakan sound system jika memang
dibutuhkan atau jika memungkinkan gunakan video recorder untuk
umpan balik.
d) Jangan terlalu mencemaskan tentang sikap tubuh, namun
berkonsentrasilah pada isi pesan yang ingin disampaikan.
e) Gunakan atau buatlah catatan dalam 1 lembar kertas sebagai panduan
se hingga tidak menyita waktu untuk melihat catatan dan punya
késempatan untuk menatap/melihat para pendengar (peserta).
f) Jangan menggunakan kata/bahasa yang vulgar kecuali ada alasan yang
jelas dan sadar dengan konsekuensi negatif yang mungkin terjadi,
Gunakan pakaian yang pantas yang dapat mendukung penampilan.
Si pemberi pesan namun jangan sampai mencolok sehingga membuat
perhatian beralih interaksi (Keliat,budi anna (ed) dkk. 2015).

Metode yang digunakan pada komunikasi massa :


1) Brainstorming/curah pendapat. Langkah-langkah brainstorming :

18
- Beri kebebasan setiap peserta untuk mengungkapkan ide-ide
dan mendiskusikan dalam bentuk kelompok besar.
- Meminta atau memberikan kesempatan pada setiap anggota
untuk mengidentitikasi isu dan mencari solusi.

2) Program komunitas. Program ini dapat dilakukan melalui


pendekatan individu atau kelompok dengan perencanaan yang
sistematis.

3) Demonstrasi. Anda dapat menggunakan metode demonstrasi dalam


komunikasi massa agar pembelajaran menjadi lebih efektif
Metode ini membantu peserta mengerti sesuatu secara visual
karena peserta dapat melihat dan mencoba secara langsung apa
yang Anda bicarakan.

4) Ceramah. Metode ini digunakan saat anda menyampaikan


presensentasi secara verbal (tatap muka). Jika Anda menjadi
penceramah maka anda harus mempunyai pengalaman dengan
materi yang diberikan. Anda harus merasa nyaman dan punya
kemampuan dalam berbicara, memberika penekanan pada poin
penting dengan cara-cara yang kreatif dan menarik Anda dapat
mengombinasikan dengan media untuk meningkatkan kemampuan
pembelajaran. Kemampuan dan gaya Anda berkomunikai akan
memengaruhi partisipasi peserta. Jangan lupa untuk membatasi
umpan balik dari peserta karena waktu yang terbatas.

5) Role play. Anda dapat menggunakan metode role play (berman


peran) karena metode ini efektif dalam memengaruhi sikap dan
opini masyarakat. Metode ini memungkinkan Anda untuk
mengembangkan kemampuan peserta dalam menyelesaikan
masalah dan berpikir secara krtis. Upayakan supaya Anda dapat
meningkatkan partisipasi peserta karena kadang kadang beberapa
anggota kemungkinan tidak mau terlibat dalam aktivitas.

19
Penggunaan metode ini biasanya dikombinasikan dengan metode
lain mis., Cceramah dan diskusi.

Media yang digunakan pada komunikasi massa:


1) Media cetak
- Booklet : Menyampaikan pesan kesehatan melalui media
berbentuk buku, baik berisi tulisan maupun gambar.
- Leaflet: penyampaian pesan melalui lembaran yang dilipat
- Flyer (selebaran) sepertü leaflet tetapi tidak dilipat
- Flip Chart (Lembar balik)
- Rubrik (Tulisan pada surat kabar/majalah)
- Poster. Ditempel ditembok/ tempat umum
- Foto yang mengungkapkan informasi kesehatan
2) Media elektrolit
- Televisi : sandiwara, sinetron, diskusi, ceramah
- Radio
3) Media Papan (bill board)
Papan pengumuman dapat digunakan untuk menempelkan
informasi-informasi kesehatan jiwa yang dapat sibaca oleh semua orang
interaksi (Keliat,budi anna (ed) dkk. 2015).

Contoh komunikasi dalam melakukan komunikasi massa dengan


metode brainstorming
Tahap orientasi:
“Selamat malam bapak-bapak dan ibu-ibu, Hari ini selama 1 pukul
kita akan membahas tentang pengalamnan Bapak/lbu selama ini
dalam mengasuh andk setelah bencana yang lalu"
Tahap kerja:
“Baiklah Bapak/lbu, sekarang saya persilakan untuk menyampaikan
perilaku anak-anak yang muncul selama ini di tempat penampungan.
(peserta diberi kesempatan untuk menyampaikan). Baiklah, semua
sudah menyampaikan apa yang dirasakan dan dialami. Sekarang
Barak/lbu dapat menyampaikan pengalaman tentang cara-cara untuk

20
mengatasinya. (Semua peserta diberi kesempatan untuk
menyampaikan). Baiklah Bapak/Ibu kita telah bicara tentang perilaku
anak-anak kita dan cara-cara yang dilakukan untuk mengatasinya”.
Tahap Terminasi:
“Bagaimana kalau minggu depan kita akan bicara tentang cara-
cara yang terbaik dalam merawat anak kita yang memiliki perilaku-
perilaku tertentu agar anak-anak kita dapat berkembang dengan baik.
Bagaimana pendapat bapak/ibu tentang diskusi kita hari ini”. interaksi
(Keliat,budi anna (ed) dkk. 2015).

21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi interpersonal antara perawat
dan klien yang dilakukan secara sadar ketika perawat dan klien saling
memengaruhi dan memperoleh pengalaman bersama yang bertujuan untuk
membantu mengatasi masalah klien serta memperbaiki pengalaman emosional
klien yang pada akhirnya mencapai kesembuhan klien (Anjaswarni,Tri.
2016).tujuan dari komunikasi terapeutik.
1) Membantu mengatasi masalah klien untuk mengurangi beban perasaan dan
pikiran.
2) Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk klien/pasien.
3) Memperbaiki pengalaman emosional klien.
4) Mencapai tingkat kesembuhan yang diharapkan.
Teknik-teknik berkomunikasi agar terapeutik dan menggunakannya secara
efektif pada saat berinteraksi dengan klien Mendengarkan dengan penuh
perhatian (listening), menunjukkan penerimaan (accepting), klarifikasi
(clarification), memfokuskan (focusing), merefleksikan (reflecting/feedback),
memberi informasi (informing), diam (silence), menanyakan pertanyaan yang
berkaitan, mengulang (restating/repeating), identifikasi tema (theme
identification), memberikan penghargaan (reward), menawarkan diri, memberi
kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan, menganjurkan untuk
meneruskan pembicaraan, refleksi, dan humor.
Fase – fase Komunikasi Terapeutik Perawat-Klien
I. Fase prainteraksi
II. Fase orientasi/introduksiI.
III. Fase kerja
IV. Fase terminasi

Hambatan Komunikasi Terapeutik


 Adanya perbedaan persepsi.
 Terlalu cepat menyimpulkan.

22
 Adanya pandangan stereotipe.
 Kurangnya pengetahuan.
 Kurangnya minat.
 Sulit mengekspresikan diri.
 Adanya emosi.
 Adanya tipe kepribadian tertentu.

3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami bahwa
pentingnya komunikasi terapeutik dalam kehidupan kita sehari – hari terutama
dalam proses pembangunan dan dalam proses keperawatan dan diharapkan
juga bagi pembaca agar dapat menggunakan bahasa yang sesuai dalam
pergaulan sehari – hari, khususnya bagi pembaca yang berprofesi sebagai
seorang perawat atau tenaga medis lainnya agar dapat berkomunikasi yang
baik dengan pasien guna untuk menjalin kersama dengan pasien dalam
melakukan proses keperawatan yang bertujuan untuk kesehatan pasien serta
berkomunikasi dengan baik terhadap rekan kerja dan siapapun yang terdapat
di tempat kita bekerja.

23
DAFTAR PUSTAKA

Keliat,budi anna (ed) dkk. 2015. “Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas:


CMHN (Basic Cousre). Jakarta: EGC

Sarfika,Rika dkk .2018 ."Buku Ajar Keperawatan Dasar 2 Komunikasi


Terapeutik Dalam Keperawatan". Padang :Andalas University Press

Anjaswarni,Tri .2016. "Komunikasi Dalam Keperawatan". Jakarta : Pusdik SDM


Kes
Muhith,Abdul & Siyoto,Sandu .2018. "Aplikasi Komunikasi Terapeutik Nursing
& Health". Yogyakarta: CV. Andi Offset

24

Anda mungkin juga menyukai