Anda di halaman 1dari 29

KOMUNIKASI PADA PASIEN BERKEBUTUHAN KHUSUS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Komunikasi”

Dosen Pegampu : Ns. Leni Agustin, M.kep

Disusun Oleh :

Aldi Diwantoro (21144010003)

Ananda Desam S.V.S (21144010006)

Angger Kurniawahyu (21144010008)

Dinda Putri M.S (21144010015)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BONDOWOSO

2022 – 2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Komunikasi pada pasien berkebutuhan khusus” Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi. Selain itu, makalah ini bertujuan
menambah wawasan tentang Askep Komunikasi. Kami yakin, tanpa adanya
bantuan dari berbagai pihak, maka makalah ini tidak akan dapat diselesaikan
dengan baik. Oleh karena itu kami ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Yuana Dwi Agustin,SKM,M.Kes sebagai Ketua Program Studi DIII


Keperawatan Universitas Bondowoso.
2. Ibu Ns. Leni Agustin, M.Kep sebagai Dosen Mata Kuliah Komunikasi
3. Dan semua pihak yang terkait yang telah membantu proses penyelesaian
makalah ini.

Semoga segala sumbangsih yang telah diberikan kepada saya


mendapatkan balasan dari Allah SWT,serta saya juga meminta kritik dan saran
atas perbaikan makalah ini. Terima kasih.

Bondowoso,20 Oktober 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah.......................................................................... 2

1.3. Tujuan ............................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Definisi Komunikasi....................................................................... 3

2.2. Definisi komunikasi keperawatan................................................... 3

2.3. Tujuan komunikasi keperawatan.................................................... 3

2.4. Sasaran dalam komunikasi keperawatan......................................... 4

2.5. Definisi komunikasi terapeutik........................................................ 5

2.6. Tujuan dari komunikasi terapeutik................................................... 6

2.7. Proses komunikasi terapeutik........................................................... 7

2.8. Definisi komunikasi pada pasien berkebutuhan khusus................... 7

2.9. Cara berkomunikasi pasien berkebutuhan khusus............................ 8

CONTOH DIALOG....................................................................................... 19

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan...................................................................................... 23

3.2. Saran................................................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 24

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam ilmu kesehatan, komunikasi tidak bisa dipisahkan dengan peranan


perawat sebagai petugas kesehatan. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak
bisa lepas dari kegiatan komunikasi. Sehingga sekarang ilmu komunikasi
berkembang pesat. Salah satu kajian ilmu komunikasi ialah komunikasi
kesehatan yang merupakan hubungan timbal balik antara tingkah laku
manusia masa lalu dan masa sekarang dengan derajat kesehatan dan penyakit,
tanpa mengutamakan perhatian pada penggunaan praktis dari pengetahuan
tersebut atau partisipasi profesional dalam program-program yang bertujuan
memperbaiki derajat kesehatan melaui pemahaman yang lebih besar tentang
hubungan timbal balik melalui perubahan tingkah laku sehat ke arah yang
diyakini akan meningkatkan kesehatan yang lebih baik. Kenyataaanya
memang komunikasi secara mutlak merupakan bagian integral dari kehidupan
kita, tidak terkecuali perawat, yang tugas sehari-harinya selalu berhubungan
dengan orang lain. Entah itu pasien, sesama teman, dengan atasan, dokter dan
sebagainya.
Maka komunikasi sangatlah penting sebagai sarana yang sangat efektif
dalam memudahkan perawat melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik.
Komunikasi merupakan alat untuk membina hubungan terapeutik karena
komunikasi mencakup pencapaian informasi, pertukaran pikiran dan perasaan.
Proses komunikasi terapeutik sering kali meliputi kemampuan dan komitmen
yang tulus pada pihak perawat untuk membantuk klien mencapai keberhasilan
keperawatan bersama. Komunikasi yang berlangsung di tatanan kelompok
ataupun komunitas biasanya lebih efektif dalam mengkomunikasikan tentang
kesehatan oleh petugas kesehatan seperti perawat salah satunya.
Komunikasi juga dapat dilakukan pada pasien berkebutuhan khusus.
Pasien berkebutuhan khusus adalah seseorang dengan karakteristik khusus
yang berbeda dengan orang pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada
ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Istilah lain bagi pasien

1
berkebutuhan khusus adalah orang luar biasa dan orang cacat . Karena
karakteristik dan hambatan yang dimilki, mereka memerlukan bentuk
pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan
potensi mereka.
Maka dari itu, kami merasa penting untuk menyusun makalah yang
komunikasi pada pasien berkebutuhan khusus serta bagaimana cara
berkomunikasi pada pasien berkebutuhan khusus.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari komunikasi ?


2. Apa definisi komunikasi keperawatan ?
3. Apa saja tujuan dari komunikasi keperawatan ?
4. Bagaimana sasaran dalam komunikasi keperawatan ?
5. Apa definisi dari komunikasi terapeutik ?
6. Apa saja tujuan dari komunikasi terapeutik ?
7. Bagaimana proses komunikasi terapeutik ?
8. Apa definisi dari komunikasi pada pasien berkebutuhan khusus ?
9. Bagaimana cara berkomunikasi pasien berkebutuhan khusus ?

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi dari komunikasi.


2. Untuk mengetahui definisi komunikasi keperawatan.
3. Untuk mengetahui tujuan dari komunikasi keperawatan.
4. Untuk mengetahui sasaran dalam komunikasi keperawatan.
5. Untuk mengetahui definisi komunikasi terapeutik.
6. Untuk mengetahui tujuan dari komunikasi terapeutik.
7. Untuk mengetahui proses komunikasi terapeutik.
8. Untuk mengetahui definisi dari komunikasi pada pasien berkebutuhan
khusus.
9. Untuk mengetahui bagaimana cara berkomunikasi pasien berkebutuhan
khusus.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Komunikasi

Komunikasi berarti sekelompok individu yang tinggal pada wilayah tertentu,


memiliki nilai-nilai keyakinan dan minat yang relative sama, serta berintraksi
satu sama lain untuk mencapai tujuan.
WHO (World Health Organization) tahun 1974 mendefinisikan
komunikasi sebagai suatu kelompok social yang ditentukan oleh batas-batas
wilayah, nilai-nilai keyakinan dan minat yang sama, serta ada rasa saling
mengenal dan intraksi antara anggota masyarakat yang satu dan yang lainnya.

2.2. Definisi Komunikasi Keperawatan


American Nurses Assosiation (1973), komunikasi keperawatan merupakan
suatu sintesis dari praktik keperawatan dan praktik kesehatan masyarakat
yang diterapkan untuk meningkatkan serta memelihara kesehatan penduduk
WHO (1974), komunikasi keperawatan mencakup perawatan kesehatan
keluarga (nurse health family) juga kesehatan dan kesejahteraan masyarakat
luas, membantu masyarakat mengidentifikasi masalah kesehatan sendiri, serta
memecahkan masalah kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan yang ada
pada mereka sebelum mereka meminta bantuaan kepada orang lain.

2.3. Tujuan Komunikasi Keperawatan


Tujuan komunikasi keperawatan adalah untuk pencegahaan dan
peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai berikut.
1. Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap individu,
keluarga, dan kelompok dalam konteks komunikasi
2. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health general
community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau isu kesehatan
masayarakat yang dapat memengaruhi keluarga, individu, dan kelompok.
Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat mempunyai kemampuan untuk:
1. Mengidenfikasi masalah kesehatan yang dialami

3
2. Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah tersebut
3. Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan
4. Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi
5. Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka hadapi, yang
akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan
secara mandiri (salf care).

2.4. Sasaran Komunikasi Keperawatan

Sasaran komunikasi keperawatan adalah seluruh masyarakat; termasuk


individu, keluarga, dan kelompok; baik yang sehat maupun yang sakit,
khususnya mereka berisiko tinggi mengalami masalah kesehatan dalam
masyarakat, yaitu sebagai berikut :
1. Individu
Individu adalah anggota keluarga sebagai kesatuan utuh dari aspek
bilogi, psikologi, social, dan spiritual. Apabila individu tersebut
mempunyai masalah kesehatan karena ketidakmampuan merawat dirinya
sendiri oleh karena sesuatu hal dan sebab, maka dapat mempengaruhi
anggota keluarga lainnya dan keluarga yang ada di lingkungan sekitar
tempat tinggal mereka. Di sini peran perawat komunikasi adalah
membantu individu agar dapat memenuhi kebutuhan dasarnya karena
adanya kelemahan fisik dan mental yang dialami, keterbatasan
pengetahuan, serta kurangnya kemauan menuju kemandirian.
2. Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal
dalam satu rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan
atau adopsi. Antara keluarga satu dan yang lainnya saling tergantung dan
berintraksi. Apabila salah satu atau beberapa anggota keluarga mempunyai
masalah kesehatan, maka akan berpengaruh terhadap anggota yang lainnya
dan keluarga yang ada di sekitarnya. Dari permasalahan tersebut di atas,
maka keluarga merupakan focus pelayanan kesehatan yang strategis,
sebab:

4
a. Keluarga sebagai lembaga yang perlu diperhitungkan
b. Keluarga mempunyai peran utama dalam pemeliharaan kesehatan
seluruh anggota keluarga
c. Masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan
d. Keluarga sebagai tempat pengambilan keputusan (decision making)
dalam perawatan kesehatan
e. Keluarga merupakan perantara yang efektif dalam berbagai usaha-usaha
kesehatan masyarakat.
3. Kelompok khusus
Kelompok khusus adalah sekumpulan individu yang mempunyai
kesamaan jenis kelamin, usia, permasalahan (problem). Kegiatan yang
terorganisasi sangat rawan terhadap masalah kesehatan. Kelompok khusus
yang ada di masyarakat dan di institusi dapat diklasifikasikan berdasarkan
permasalahan serta kebutuhan yang mereka hadapi, di antaranya sebagai
berikut:
a. Kelompok dengan kebutuhan kesehatan khusus sebagai akibat
perkembangan dan pertumbuhan (growth and development).
b. Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan
bimbingan serta asuhan keperawatan.
c. Kelompok cacat mental

2.5. Definisi Komunikasi Terapeutik

Komunikasi teraputik merupakan komunikasi proposional yang mengarah


pada tujuan yaitu penyembuhan pasien pada komunikasi terapeutik terdapat
dua komonen penting yaitu proses komunikasinya dan efek komunikasinya.
Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi untuk personal dengan titik
tolak saling memberikan pengertian antar petugas kesehatan dengan pasien.
Menurut Purwanto komunikasi terapeutik merupakan bentuk
keterampilan dasar utnuk melakukan wawancara dan penyuluhan dalam
artian wawancara digunakan pada saat petugas kesehatan melakukan
pengkajian memberi penyuluhan kesehatan dan perencaan perawatan.

5
2.6. Tujuan Komunikasi Terapeutik
Tujuan dari komunikasi terapeutik :
a. Membantu pasien memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan
pikiran mempertahakan kekuatan egonya.
b. Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk mengubah situasi yang
ada
c. Mengulang keraguan membantu dalam pengambilan tindakan yang efektif
dan mempengaruhi orang lain lingkungan fisik dan dirinya. Dalam
mencapai tujuan ini sering sekali perawat memenuhi kendala komunikasi
yaitu :
1. Tingkah laku perawat
Dirumah sakit pemerintah maupun swasta, perawat memegang
peranan penting; tingkah laku; gerak-gerik perawat selalu dinilai oleh
masyarakat. Bahkan sering juga surat kabar memuat berita berita
tentang perawat rumah sakit. Bertindak yang tidak sebenarnya.
Dipandang oleh klien perawat judes, jahat dan sebagainya.
2. Perawatan yang berorientasi Rumah sakit
Pelaksanaan perawatan difokuskan pada penyakit yang diderita klien
semata, sedangkan psikososial kurang mendapat perhatian. Tujuan
pelaksaan perawatan yang sebenarnya yaitu manusia seutuhnya yang
meliputi bio, psiko dan sosial.
• Bio : Kebutuhan dasar, makan minum, oksigen dan perkembangan
keturunan.
● Psiko : Jiwa, perawat supaya turut membantu memecahkan masalah
yang ada hubungannya dengan jiwa
● Sosial : Perawat juga mengetahui kebiasaan-kebiasaan, adat istiadat
dari klien di dalam masyarakat.
3. Perawat kurang tanggap terhadap kebutuhan, keluhan-keluhan, serta
kurang memperhatikan apa yang dirasakan oleh klien sehingga
menghambat hubungan baik.

6
2.7. Proses Komunikasi Terapeutik
a) Tahap pre-interaksi
Tahap ini merupakan tahap persiapan sebelum bertemu dan berkomunikasi
dengan pasien. Perawat perlu menilai seberapa kemampuan yang
dibutuhkan dalam melakukan komunikasi terapeutik.
b) Tahap orientasi atau perkenalan
Tahap ini dimulasi saat perawat dan pasien bertemu untuk pertama
kalinya. Perawat berkenalan dengan pasien. Tugas perawat pada tahap ini
untuk membangun hubungan saling percaya dengan pasien.
c) Tahap kerja
Tahap ini merupakan inti dari proses komunikasi terapeutik yang
dilakukan perawat kepada pasien. Perawat mampu memberikan dukungan
dan bantuan kepada pasien.
d) Tahap terminasi
Tahap ini merupakan tahap akhir dari proses komunikasi terapeutik.
Perawat dan pasien diharapkan meninjau kembali proses yang telah dilalui
dan dicapai.

2.8. Definisi Pada Pasien Berkebutuhan Khusus


Komunikasi merupakan suatu hubungan atau kegiatan-kegiatan
yang berkaitan dengan masalah hubungan atau dapat diartikan sebaagai saling
tukar-menukar pendapat serta dapat diartikan hubungan kontak antara
manusia baik individu maupun kelompok. Komunikasi adalah elemen dasar
dari interaksi manusia yang memungkinkan seseorang untuk menetapkan,
mempertahankan, dan meningkatkan kontak dengan orang lain, Komunikasi
yang biasa dilakukan pada lansia bukan hanya sebatas tukar-menukar
perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman dan hubungan intim yang
terapeutik.
Pasien berkebutuhan khusus adalah seseorang dengan karakteristik khusus
yang berbeda dengan orang pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada
ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam pasien
berkebutuhan khusus antara lain: tunanetra, tunarungu , tunagrahita ,

7
tunadaksa ,tunalaras , kesulitan belajar , gangguan prilaku , anak berbakat ,
anak dengan gangguan kesehatan. Istilah lain bagi pasien berkebutuhan
khusus adalah orang luar biasa dan orang cacat . Karena karakteristik dan
hambatan yang dimilki, mereka memerlukan bentuk pelayanan pendidikan
khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya
bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan
Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat.

2.9. Macam dan cara berkomunikasi pada pasien berkebutuhan khusus.

❖ Tuna Netra
Tunanetra adalah suatu kondisi seseorang yang mengalami gagguan atau
hambatan dalam indra penglihatannya. Berdasar tingkat gangguannya
Tunanetra dibagi menjadi dua yaitu buta total (total blind) dan yang masih
memiliki sisa penglihatan ( Low Visioan) . Tunanetra memiliki alat bantu
khusus yaitu tongkat yang berwarna putih dengan garis merah horizontal.
Dengan memiliki kekurangan itu penyandang tunanetra berusaha untuk
memaksimalkan fungsi indra-indra yang lain seperti indra peraba,
penciuman , pendengaran agar para penyandang tunanetra ini setidaknya
bisa memiliki kemampuan yang sama dengan orang normal lainnya.
Komunikasi yang dilakukan harus mengoptimalkan fungsi pendengaran
dan sentuhan karena fungsi penglihatan sedapat mungkin harus digantikan
oleh informasi yang dapat ditransfer melalui indra yang lain.
Berikut adalah teknik-teknik yang diperhatikan selama berkomunikasi
dengan klien yang mengalami gangguan penglihatan:
• Sedapat mungkin ambil posisi yang dapat dilihat klien bila ia
mengalami kebutaan parsial atau sampaikan secara verbal
keberadaan / kehadiran kita ketika berada didekatnya
• Identifikasi diri kita dengan menyebutkan nama (dan peran) kita
Berbicara menggunakan nada suara normal karena kondisi klien
tidak memungkinkanya menerima pesan verbal secara visual.
• Nada suara kita memegang peranan besar dan bermakna bagi klien

8
• Terangkan alasan kita menyentuh atau mengucapkan kata – kata
sebelum melakukan sentuhan pada klien
• Informasikan kepada klien ketika kita akan meninggalkanya /
memutus komunikasi
• Orientasikan klien dengan suara – suara yang terdengar
disekitarnya
• Orientasikan klien pada lingkungannya bila klien dipindah ke
lingkungan / ruangan yang baru.

Dalam melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien dengan gangguan


sensori penglihatan, perawat dituntut untuk menjadi komunikator yang
baik sehingga terjalin hubungan terapeutik yang efektif antara perawat dan
klien, untuk itu syarat yang harus dimiliki oleh perawat dalam
berkomunikasi dengan pasien dengan gangguan sensori penglihatan
adalah:
1) Adanya kesiapan artinya pesan atau informasi, cara penyampaian, dan
saluarannya harus dipersiapkan terlebih dahulu secara matang.
2) Kesungguhan artinya apapun wujud dari pesan atau informasi tersebut
tetap harus disampaikan secara sungguh-sungguh atau serius.
3) Ketulusan artinya sebelum individu memberikan informasi atau pesan
kepada indiviu lain pemberi informasi harus merasa yakin bahwa apa yang
disampaikan itu merupakan sesuatu yang baik dan memang perlu serta
berguna untuk sipasien.
4) Kepercayaan diri artinya jika perawat mempunyai kepercayaan diri maka
hal ini akan sangat berpengaruh pada cara penyampaiannya kepada pasien.
5) Ketenangan artinya sebaik apapun dan sejelek apapun yang akan
disampaikan, perawat harus bersifat tenang, tidak emosi maupun
memancing emosi pasien, karena dengan adanya ketenangan maka
iinformasi akan lebih jelas baik dan lancar.
6) Keramahan artinya bahwa keramahan ini merupakan kunci sukses dari
kegiatan komunikasi, karena dengan keramahan yang tulus tanpa dibuat-
buat akan menimbulkan perasaan tenang, senang dan aman bagi penerima.

9
7) Kesederhanaan artinya di dalam penyampaian informasi, sebaiknya dibuat
sederhana baik bahasa, pengungkapan dan penyampaiannya. Meskipun
informasi itu panjang dan rumit akan tetapi kalau diberikan secara
sederhana, berurutan dan jelas maka akan memberikan kejelasan informasi
dengan baik.

Agar komunikasi dengan pasien dengan gangguan sensori penglihatan


dapat berjalan lancar dan mencapai sasarannya, maka perlu juga
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

▪ Dalam berkomunikasi pertimbangkan isi dan nada suara


▪ Periksa lingkungan fisik
▪ Perlu adanya ide yang jelas sebelum berkomunikasi
▪ Komunikasikan pesan secara singkat
▪ Komunikasikan hal-hal yang berharga saja.
▪ Dalam merencanakan komunikasi, berkonsultasilah dengan pihak lain agar
-memperoleh dukungan.

Tiap klien tidak sama oleh karena itu diperlukan penerapan tehnik
berkomunikasi yang berbeda pula, diantaranya adalah :

1) Mendengarkan dengan penuh perhatian


Berusaha mendengarkan klien menyampaikan pesan non-verbal bahwa
perawat perhatian terhadap kebutuhan dan masalah klien. Mendengarkan
dengan penuh perhatian merupakan upaya untuk mengerti seluruh pesan
verbal dan non-verbal yang sedang dikomunikasikan.
2) Menunjukkan penerimaan
Menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia untuk
mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan atau tidak setuju.
Berikut ini menunjukkan sikap perawat yang menerima :
▪ Mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan
▪ Memberikan umpan balik verbal yang menapakkan pengertian

10
▪ Memastikan bahwa isyarat non-verbal cocok dengan komunikasi
verbal
▪ Menghindarkan untuk berdebat, mengekspresikan keraguan, atau
mencoba untuk mengubah pikiran klien.
3) Menanyakan pertanyaan yang berkaitan
Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang
spesifik mengenai klien. Paling baik jika pertanyaan dikaitkan dengan
topik yang dibicarakan dan gunakan kata-kata dalam konteks sosial
budaya klien. Selama pengkajian ajukan pertanyaan secara berurutan.
4) Mengulang ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri.
Dengan mengulang kembali ucapan klien, perawat memberikan umpan
balik sehingga klien mengetahui bahwa pesannya dimengerti dan
mengharapkan komunikasi berlanjut.
5) Klarifikasi
Apabila terjadi kesalah pahaman, perawat perlu menghentikan
pembicaraan untuk mengklarifikasi dengan menyamakan pengertian,
karena informasi sangat penting dalam memberikan pelayanan
keperawatan. Agar pesan dapat sampai dengan benar, perawat perlu
memberikan contoh yang konkrit dan mudah dimengerti klien.
6) Memfokuskan
Metode ini dilakukan dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan
sehingga lebih spesifik dan dimengerti. Perawat tidak seharusnya memutus
pembicaraan klien ketika menyampaikan masalah yang penting, kecuali
jika pembicaraan berlanjut tanpa informasi yang baru.
7) Menawarkan informasi
Tambahan informasi ini memungkinkan penghayatan yang lebih baik bagi
klien terhadap keadaanya. Memberikan tambahan informasi merupakan
pendidikan kesehatan bagi klien. Selain ini akan menambah rasa percaya
klien terhadap perawat. Apabila ada informasi yang ditutupi oleh dokter,
perawat perlu mengklarifikasi alasannya. Perawat tidak boleh memberikan
nasehat kepada klien ketika memberikan informasi, tetapi memfasilitasi
klien untuk membuat keputusan.

11
8) Diam
Diam memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk
mengorganisir pikirannya. Penggunaan metode diam memrlukan
ketrampilan dan ketetapan waktu, jika tidak maka akan menimbulkan
perasaan tidak enak. Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi
terhadap dirinya sendiri, mengorganisir pikirannya, dan memproses
informasi. Diam terutama berguna pada saat klien harus mengambil
keputusan .
9) Meringkas
Meringkas adalah pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan
secara singkat. Metode ini bermanfaat untuk membantu topik yang telah
dibahas sebelum meneruskan pada pembicaraan berikutnya. Meringkas
pembicaraan membantu perawat mengulang aspek penting dalam
interaksinya, sehingga dapat melanjutkan pembicaraan dengan topik yang
berkaitan.
10) Memberikan penghargaan
Memberi salam pada klien dengan menyebut namanya, menunjukkan
kesadaran tentang perubahan yang terjadi menghargai klien sebagai
manusia seutuhnya yang mempunyai hak dan tanggung jawab atas dirinya
sendiri sebagai individu.
11) Menawarkan diri
Klien mungkin belum siap untuk berkomunikasi secara verbal dengan
orang lain atau klien tidak mampu untuk membuat dirinya dimengerti.
Seringkali perawat hanya menawarkan kehadirannya, rasa tertarik, tehnik
komunikasi ini harus dilakukan tanpa pamrih.
12) Menganjurkan klien unutk menguraikan persepsinya
Apabila perawat ingin mengerti klien, maka ia harus melihat segala
sesungguhnya dari perspektif klien. Klien harus merasa bebas untuk
menguraikan persepsinya kepada perawat. Ketika menceritakan
pengalamannya, perawat harus waspada akan timbulnya gejala ansietas.

12
❖ Tuna Rungu

Gangguan pendengaran dapat terjadi berupa penurunan pendengaran


hingga tuli. Bentuk tuli yang selama ini dikenal ialah tuli perspektif dan
tuli konduktif. Tuli perspektif adalah tuli yang terjadi akibat kerusakan
sistem saraf, sedangkan tuli konduktif terjadi akibat kerusakan struktur
panghantar rangsang suara.

Pada klien dengan gangguan pendengaran, media komunikasi yang paling


sering digunakan ialah media visual. Klien menangkap pesan bukan dari
suara yang di keluarkan orang lain, tetapi dengan mempelajari gerak bibir
lawan bicaranya. Kondisi visual menjadi sangat penting bagi klien ini
sehingga dalam melakukan komunikasi, upayakan supaya sikap dan
gerakan anda dapat ditangkap oleh indra visualnya.

Gangguan pendengaran dibagi dalam 3 kelompok besar yaitu :

1. Conductive hearing Loss,

disebabkan oleh masalah yang terjadi pada telinga luar atau tengah dan
berkaitan dengan masalah penghantaran suara.Kemungkinan penyebab
bisa dari tertumpuknya earwax atau kotoran telinga, infeksi atau
pertumbuhan telinga bagian luar, adanya lubang pada gendang telinga,
penyakit yang disebut dengan otosklerosis (yang menyebabkan rangkaian
tulang-tulang pendengaran menjadi kaku dan tidak dapat bergetar) atau
faktor keturunan. Conductive hearing loss biasanya bisa disembuhkan
secara medis, namun bila tidak dapat maka alat bantu dengar biasanya
dapat membantu mengatasinya.

2. Sensorineural hearing loss,

ini adalah istilah untuk menggambarkan adanya masalah pada telinga


bagian dalam, baik di cochlea, syaraf pendengaran atau sistim
pendengaran pusat (sering disebut tuli syaraf). Gangguan dengan tipe ini
bisa disebabkan oleh berbagai hal namun kebanyakan disebabkan oleh

13
kerusakan pada sel rambut didalam cochlea akibat penuaan, atau rusak
akibat suara yang terlalu keras. 90% gangguan pendengaran adalah tipe
Sensorineural hearing loss & jarang yang bisa diatasi secara medis, namun
seringkali alat bantu dengar dapat membantu.

3. Mixed Hearing Loss (gangguan pendengaran campuran),

dimana kondisi gangguan pendengarannya ada unsur konduktif &


sensorineural. Banyak orang dengan gangguan pendengaran jenis ini dapat
terbantu bila memakai alat bantu dengar.

Berdasarkan kemampuan telinga menangkap bunyi, gangguan


pendengaran dikelompokkan menjadi :

1. Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40dB).

2. Gangguan pendengaran ringan(41-55dB).

3. Gangguan pendengaran sedang(56-70dB).

4. Gangguan pendengaran berat(71-90dB).

5. Gangguan pendengaran ekstrim/tuli(di atas 91dB).

Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum berkomunikasi dengan klien


gangguan pendengaran:

1. Periksa adanya bantuan pendengaran dan kaca mata


2. Kurangi kebisingan
3. Dapatkan perhatian klien sebelum memulai pembicaraan
4. Berhadapan dengan klien dimana ia dapat melihat mulut anda
5. Jangan mengunyah permen karet
6. Bicara pada volume suara normal - jangan teriak
7. Susun ulang kalimat anda jika klien salah mengerti
8. Sediakan penerjemah bahasa isyarat jika diindiksikan

14
Berikut adalah tehnik-tehnik komunikasi yang dapat digunakan klien
dengan pendengaran :

➢ Orientasikan kehadiran diri anda dengan cara menyentuh klien atau


memposisikan diri di depan klien.
➢ Usahakan menggunakan bahasa yang sederhana dan bicaralah dengan
perlahan untuk memudahkan klien membaca gerak bibir anda.
➢ Usahakan berbicara dengan posisi tepat di depan klien dan pertahankan
sikap tubuh dan mimik wajah yang lazim.
➢ Tunggu sampai Anda secara langsung di depan orang, Anda memiliki
perhatian individu tersebut dan Anda cukup dekat dengan orang sebelum
Anda mulai berbicara;
➢ Pastikan bahwa individu melihat Anda pendekatan, jika kehadiran Anda
mungkin terkejut orang tersebut;
➢ Wajah-keras mendengar orang-langsung dan berada di level yang sama
dengan dia sebisa mungkin;
➢ Jangan melakukan pembicaraan ketika anda sedang mengunyah sesuatu
misalnya makanan atau permen karet.
➢ Jika Anda makan, mengunyah atau merokok sambil berbicara, pidato
Anda akan lebih sulit untuk mengerti.
➢ Gunakan bahasa pantomim bila memungkinkan dengan gerakan sederhana
dan perlahan.
➢ Gunakan bahasa isyarat atau bahasa jari bila anda bisa dan diperlukan.
➢ Apabila ada sesuatu yang sulit untuk dikomunikasikan, cobalah sampaikan
pesan dalam bentuk tulisan atau gambar (simbol)
➢ Jika orang yang memakai alat bantu dengar dan masih memiliki kesulitan
mendengar, periksa untuk melihat apakah alat bantu dengar di telinga
orang. Juga periksa untuk melihat bahwa dihidupkan, disesuaikan dan
memiliki baterai bekerja. Jika hal-hal ini baik dan orang yang masih
memiliki kesulitan mendengar, mencari tahu kapan dia terakhir memiliki
evaluasi pendengaran;
➢ Jauhkan tangan Anda dari wajah Anda saat berbicara;

15
➢ Mengakui bahwa hard-of-mendengar orang mendengar dan memahami
kurang baik ketika mereka lelah atau sakit;
➢ Mengurangi atau menghilangkan kebisingan latar belakang sebanyak
mungkin ketika melakukan pembicaraan;
➢ Bicaralah dengan cara yang normal tanpa berteriak. Melihat bahwa lampu
tidak bersinar di mata orang tuna rungu;
➢ Jika seseorang telah memahami sesuatu kesulitan, menemukan cara yang
berbeda untuk mengatakan hal yang sama, bukan mengulangi kata-kata
asli berulang;
➢ Gunakan sederhana, kalimat singkat untuk membuat percakapan anda
lebih mudah untuk mengerti;
➢ Menulis pesan jika perlu; Biarkan waktu yang cukup untuk berkomunikasi
dengan orang gangguan pendengaran. Berada di terburu-buru akan
senyawa's stres semua orang dan menciptakan hambatan untuk memiliki
percakapan yang berarti.

❖ Tuna Wicara
Indra wicara merupakan organ kompleks yang terdiri atas sistem saraf
pengatur wicara pada korteks serebri, pusat pengatur pernafasan di pons,
struktur mulut dan tenggorok, serta paru-paru sebagai pensuplai udara
yang digunakan untuk menghasilkan suara. Sebenarnya suara yang timbul
dari mulut kita merupakan udara yang dihembuskan paru-paru melewati
pita suara sehingga dihasilkan suara. Proses ini disebut vonasi. Suara yang
muncul akibat getaran pita suara masih merupakan suara murni sehingga
terdengar seperti suara “aaaa”. Suara yang muncul dari tenggorok
selajutnya dipantulkan melalui langit-langit (palatal), lidah (lingual) dan
bibir (labial), yang kemudian membentuk susunan vokal dan konsonan
serta membentuk kata-kata kompleks. Proses ini disebut artikulasi.
Gangguan wicara dapat terjadi akibat kerusakan organ lingual, kerusakan
pita suara, ataupun gangguan persyarafan. Berkomunikasi dengan klien
dengan gangguan wicara memerlukan kesabaran supaya pesan dapat
dikirim dan ditangkap dengan benar. Klien yang mengalami gangguan

16
wicara umumnya telah belajar berkomunikasi dengan menggunakan
bahasa isyarat atau menggunakan tulisan dan gambar.

Pada saat berkomunikasi dengan klien dengan gangguan wicara, hal-


hal berikut perlu diperhatikan :
a. Perawat benar-benar dapat memperhatikan mimik dan gerak bibir klien.
b. Usahakan memperjelas hal yang disampaikan dengan mengulang kembali
kata-kata yang diucapkan klien.
c. Mengendalikan pembicaraan supaya tidak membahas terlalu banyak topik.
d. Mengendalikan pembicaraan sehingga menjadi lebih rileks dan pelan.
e. Memperhatikan setiap detail komunikasi sehingga pesan dapat diterima
dengan baik.
f. Apabila perlu, gunakan bahasa tulisan dan simbol.
g. Apabila memungkinkan, hadirkan orang yang terbiasa berkomunikasi lisan
dengan klien untuk menjadi mediator komunikasi.

Teknik dalam berkomunikasi dengan klien gangguan wicara :


o Dengarkan dengan penuh perhatian, kessabaran, dan jagan menginterupsi
o Ajukan pertanyaan sederhana yang hanya membutuhkan jawaban “ya” dan
“tidak”.
o Berikan waktu untuk terbentuknya pemahaman dan respon.
o Gunakan petunjuk visual ( kata-kata, gambar, dan objek ) jika mungkin.
o Hanya ijinkan satu orang untuk berbicara pada satu waktu.
o Jangan berteriak atau berbicara terlalu keras, Beritahu klien jika anda
tidak mengerti.
o Bekerja sama dengan ahli terapi bicara jika dibutuhkan.

Alat bantu yang digunakan untuk berkomunikasi dengan klien


gangguan wicara :
▪ Papan tulis dan spidol
▪ Papan komunikasi dengan kata, huruf, atau gambar yang umum untuk
menunjukkan kebutuhan dasar, alarm pemanggil, bahasa isyarat

17
▪ Penggunaan kedipan mata atau gerakan jari untuk respon sederhana ( “ya”
dan “tidak” )

18
CONTOH DIALOG

KASUS: Di Rumah sakit X di kamar Y terdapat seorang pasien yang bernama


Rangga Putra umur 13 tahun dimana ia sekarang sedang duduk di bangku kelas 2
SMP, ia menderitapenyakit gangguan pendengaran sejak kecil (tuna rungu), di
rumah sakit tersebut ia ditemanioleh ayahnya yang bernama Wahyudi, dimana
tersebut sedang menjalani perawatan dengan penyakit dehidrasi, disana dia
dirawat oleh perawat Aisyah

TAHAP ORIENTASI
Perawat:” Assalamualaikum pak, selamat pagi “(tersenyum)

Orang Tua:” Waalaikumsalam, pagi juga” (membalas dengan senyuman)

Perawat: ” Pak nama saya perawat Aisyah , disini saya akan membantu anak
bapak selama dirawat pak”

Orang Tua: ”Oh iya mbak Aisyah silahkan”(mempersilahkan perawat)

Perawat:”Bagaimana keadaan anak bapak hari ini?”

Orang Tua: ”Sudah agak mendingan mbak,panasnya sudah turun”

Perawat: ”Wah,ada perkembangan nya ya pak,baikalah pak

Orang Tua: ”Iya mbak,saya sangat senang” (terlihat raut bahagia di wajahnya)

Perawat: ”Baiklah pak,saya akan lihat dulu ya pak”

Perawat Pergi Menghampiri Pasien

Perawat:”Selamat pagi”(Tersentum ke arah pasien)

Pasien:( Kebingungan tidak tahu apa yang dikatakan perawat)

Perawat:”Hallo dek,nama saya perawat aisyah yang merawat adek pagi ini”(
Melakukankontak mata dan berbicara dengan gerakan bibir pelan)

Pasien: (masih kebingungan)

19
Perawat: (mengambil kertas dan menuliskan namanya) ”nama saya perawat
aisyah,salam kenal”(Tersenyum)

Pasien:”Iya sus salam kenal juga” (tersenyum ke arah perawat)

Perawat:”Oh iya,kalau boleh kakak tau nama adek siapa?”( Dengan gerakan bibir
pelan dan memberikan tangan)

Pasien:”Apa sus??,maaf ya sus,saya tidak bisa dengar”(sedikit agak sedih)

Perawat:”Iya tidak apa-apa sayang”jadi nama adek siapa?( Mengangguk sambil


tersenyum sambil menulis)

Pasien:”Nama saya Rangga sus”(Hanya tersenyum)

Perawat:”Oke dek rangga bagaimana keadaannya sekarang?”(menulis di atas


kertas)

Pasien:”Sudah agak mendingan sus”

Perawat:”Tidurnya nyenyak?”(menutupkan mata dan menunjukkan jempol)

Pasien: (menunjukkan jempol)

Perawat:”Oh begitu baiklah”(tersenyum sambil menyentuh pasien)

Perawat:”jadi gini kakak mau memeriksa keadaan adek hari ini kira-kira 15 menit
saja,ngk kemana-mana kok disini saja”

Pasien:”Apa sus?”

Perawat: (menuliskan diatas kertas)

Pasien:”Okey sus”(Tersenyum)

TAHAP KERJA

Perawat:” De, udah minum berapa gelas hari ini?”(Bicara dengan bibir pelan dan
Mengambil,menunjukan gelas)

Pasien:” Udah suster”

20
Perawat:” Berapa de?”(Simbil menunjukkan, 1 jari, 2 jari, 3 jari)

Pasien:” Satu”(Pasien menunjukan 1 jari)

Perawat:” Bagus”(Memberikan jempol)

Pasien:(Tersenyum)

Perawat:” Nanti minum lagi ya”(Sambil mempraktekan minum)

Pasien:( Mengangguk)

Perawat: (Tersenyum sambil memberikan jempol) “dek rahma udah makan


juga?”( sambil mengerakan tangan ke mulut seperti menyuap)

Pasien:” Udah, pake bubur”(mengangguk dan tersenyum)

Perawat:(Memberikan jempol lagi)”Biar cepet sembuh ya”(Mengangkat


lengan,seperti menunjukan kekuatan)

Pasien:” Iya suster”

Perawat:”Sekarang kakak mau cek suhunya ya”(Sambil meletakkan tangan di


dahinya)

Pasien:(Mengangguk)

Perawat:”Wah,suhu tubuhnya sudah agak turun yaa,kalau rahma rajin minum dan
makan dan istirahat maka rahma akan cepat sembuh” (Menunjukkan jempolnya)

Pasien:”iyaa, terima kasih sus”(tersenyum)

Perawat:”sama-sama”

TERMINASI

Perawat:”Nahh sekarang kakak udah selesai,bagaimana perasaan adek

sekarang?”(menuliskan di kertas)

Pasien:”Sudah agak mendingan sus dan saya senang suster datang kesini”

21
Perawat:”iyaa dek,baiklah kakak pergi dulu ya nanti sekitar 1 jam lagi kakak akan
kembali lagi kesini untuk mengganti infus adek”(menuliskan nya di kertas)

Pasien:”Baik lah sus”(sedih)

Perawat:” Jangan sedih”( Menyentuh pasien, menatap mata, Menunjukan senyum

lebar) ”Nanti suster kesini lagi”

Pasien:” Bener ya suster”(Senang)

Perawat:”Iya,tenag saja”(Tersenyum sambil mengaguk) “Suster boleh pergi?”(


Sambil menunjuk pintu)

22
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Hubungan perawat klien yang terapeutik adalah pengalaman belajar


bersama dan pengalaman perbaikan emosi bagi klien. Dalam hal ini perawat
memakai dirinya secara terapeutik dan memakai beberapa tehnik komunikasi
agar perilaku klien berubah kearah yang positif seoptimal mungkin.

Pada pasien yang berkebutuhan khusus, perawat harus berperan efektif dan
terapeutik ia harus menganalisa dirinya dengan kesadaran diri, klarifikasi
nilai, perasaan, kemampuan sebagai rool model. Seluruh perilaku dan pesan
yang disampaikan perawat verbal atau non verbal hendaknya bertujuan
terapeutik untuk klien.

3.2. Saran

Perawat harus bisa menghadapi klien dengan pasien yang berkebutuhan


khusus agar terjadi hubungan terapeutik dengan klien. Walaupun pasien
memiliki kekurangan, perawat harus merawat klien dengan baik dan perawat
tidak boleh menyepelekan klien tersebut.

23
DAFTAR PUSTAKA

Respani M,(2016). Komunikasi Pada Pasien Berkebutuhan Khusus.


http://megatrirespani95.blogspot.com/2016/06/komunikasi-pada-
pasienberkebutuhan.html?m=1

Rini, (2018). Komunikasi Pada Pasien Dengan Kebutuhan Khusus.


https://id.scribd.com/document/384935460/komunikasi-pada-pasien-
dengan-kebutuhan-khusus

24
LAMPIRAN

25
26

Anda mungkin juga menyukai