Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“ HUBUNGAN ANTARA MASYARAKAT, RUMAH SAKIT DAN


KEBUDAYAAN ”

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi

Dosen Pengampu : Ibu Diana

Disusun Oleh

Kelompok 3

 Lili Amalia
 Muhamad Irwana fauzi
 Siti Nurfazriyah
 Siti Nurlaela
 Wasjem

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CIREBON

Tahun ajaran 2021

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................
B. Rumusan Masalah .......................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. Peran Tenaga Kesehatan .............................................................................
B. Interaksi social antar komponen tenaga kesehata .......................................
C. Pengaruh Sosial Budaya terhadap Kesehatan Masyarakat ..........................
D. Masalah Kesehatan Masyarakat yang berhubungan dengan aspek ...........

Daftar Pustaka

2
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebudayaan sangat erat kaitannya dengan masyarakat. Menurut Isniati


(2013) kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai social, norma
social, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur social, religius, dan
lain-lain. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam , sehat merupakan suatu
keadaan sempurna baik jasmani, rohani, maupun kesejahteraan social seseorang.
Sedangkan menurut Isniati (2013) sehat adalah dinamis, statusnya berubah-ubah
yang mempengaruhi seseorang daldam tingkat fisiologis, psikologis, dan dimensi
kultur social. Pandangan tentang kesehatan biasanya berisi salah satu atau lebih
dari perspektif biologis dan klinis, psikologis, sosiologis dan adaptif. Dalam dunia
kesehatan metode pengobatan terus berkembang. Namun, khususnya di Indonesia
dalam masalah kesehatan masih diikuti oleh kebudayaan masyarakat local. Yang
disisi lain berbenturan atau berbanding terbalik dengan hasil-hasil penelitian di
dunia kesehatan. Misalnya, ibu hamil yang tidak boleh mengkonsumsi ikan.
Padahal gizi yang terkandung dalam ikan sangat bermanfaat bagi ibu hamil dan
janin yang terkandung didalamnya. Peran tenaga kesehatan khususnya perawat,
kita harus memberikan suatu penyuluhan kesehatan atau pengetahuan tentang
mengkonsumsi ikan bagi ibu hamil sangat dibutuhkan. Namun, untuk
mewujudkan penyuluhan tersebut tidak lepas kerjasama tim tenaga kesehatan itu
sendiri dan jangan membeda-bedan pasien dari sudut pandang keagamaan,
budaya, suku dan penyakit yang diderita oleh pasien tersebut.

3
B. Rumusan Masalah

Adapun, kelompok merumuskan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana peran Peran tenaga kesehatan khususnya di rumah sakit:


perawat, dokter dan tenaga kesehatan lain?
2. Bagaimana interaksi social antar komponen tenaga kesehatan?
3. Bagaimana pengaruh social budaya terhadap kesehatan masyarakat?
4. Masalah kesehatan masyarakat yang berhubungan dengan aspek budaya?
5. Bagaimana Al-Quran dan hadits dalam berbicara kesehatan?

4
BAB II

PEMBAHASAN
A. Peran Tenaga Kesehatan

Di Rumah Sakit Menurut Purnomo (2013) kehidupan suatu bangsa sangat


bergantung pada kemampuan hidup bersama berdamping dengan bangsa-
bangsa lain di dunia. Kemampuan hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain,
suatu bangsa harus sehat, cerdas, beradab, berbudaya, dan memiliki
keunggulan.

1. Sistem pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat

a. Membangun masyarakat bangsa yang sehat (individu,keluarga,komunitas).


b. Terdiri atas beberapa jenis pelayanan profesional dalam bidang kesehatan
yang bersifat terintegrasi sepenuhnya.

c. Merupakan pelayanan kepada masyarakat yang bersifat menyeluruh dan


paripurna: memberdayakan masyarakat.

2. Sifat berbagai sistem pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat

a.Sesuai batas dan lingkup wewenang dan tanggung jawab profesi.

b.Saling mengisi, melengkapi, menyepurnakan pelayanan kesehatan kepada


masyakat

c.Saling menghormati batas dan lingkup wewenang dan tanggung jawab

masing-masingprofesi.

3.Saling melengkapi antar sistem pemberian pelayanan kesehatan kepada

Masyarakat.

a.Sistem pemberian pelayanan asuhan kesehatan masyarakat

b.Sistem pemberian pelayanan asuhan kefarmasian

c.Sistem pemberian pelayanan asuhan keperawatan

5
d.Sistem pemberian pelayanan asuhan kedokteran

4.Peran dan fungsi perawat Komunikator

1) Komunikasi terintegrasi dalam semua pesan keperawatan.

2) Perawat berkomunikasi dengan klien,pendukung klien,tenaga kesehatan


lain dan keluarga

3) Perawat mengidentifikasi masalah klien dan mengkomunikasikan secara


verbal atau tertulis kepada tim kesehatan lain.

4) Perawat harus kompeten untuk mengkomunikasikan secara jelas dan tepat


agar kebutuhan kesehatan klien dapat terpenuhi

a. .Pendidik
1) membantu klien belajar tentang kesehatan dan cara memulihkan
atau memelihara kesehatan mereka.
2) mengkaji kebutuhan pembelajaram dan kesiapan klien untuk
belajar, menetapkan tujuan belajar yang spesifik, menerapkan strategi
penyuluhan dan mengukurnya.
b. .Pembela
1) Bertindak melindungi klien
2) Memberikan informasi yang diperlukan klien atau memfasilitasi
agar tenaga kesehatan lain memberikan informasi yang diperlukan
klien
3) Menjelaskan kepada klien tentang hak mereka dan membantu
mereka untuk berbiacara.
c. Konselor
1) proses membantu klien untuk mengetahui dan mengatasi masalah
psikologi atau sosial, meningkatkan hubungan interpersonal, dan
meningkatkan pertumbuhan personal.
2) memberikan dukungan emosianal, intelektual dan psikologik

6
3) membantu klien untuk mengembangkan sikap, perasaan dan perilaku
dengan melihat alternatif perilaku dengan melihat alternatif perilaku
lain yang lebih sehat dan meningkatkan kemampuan pengendalian diri.

B. Interaksi Sosial Antar Komponen Tenaga Kesehatan

Menurut Rokhmah (2017) rumah sakit adalah organisasi dalam bidang


jasa pelayanan kesehatan .Dalam penyelenggaraan upaya pelayanan pada
pasien rumah sakit didukung oleh banyak jenis ketrampilan SDM baik yang
berbentuk profesi maupun non profesi. Berhasilnya suatu komunikasi adalah
apabila kita mengetahui dan mempelajari unsur-unsur yang terkandung dalam
proses komunikasi. Unsur-unsur itu adalah sumber (resource), pesan
(message), saluran (channel/ media) dan penerima (receiver/audience).
Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti sebagaimana
dimaksud oleh pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan
oleh penerima pesan dan tidak ada hambatan untuk hal itu (Hardjana, 2003).
Komunikasi yang efektif terjadi bila pendengar (penerima berita) menangkap
dan menginterpretasikan ide yang disampaikan dengan tepat seperti apa yang
dimaksud oleh pembicara (pengirim berita).

Terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk mengupayakan proses

komunikasi yang efektif, yaitu antara lain:

1. Sensitifitas kepada penerima komunikasi Sensitivitas ini sangatlah penting


dalam penentuan cara komunikasi serta pemilihan media komunikasi. Hal-
hal yang bersifat penting dan pribadi paling baik dibicarakan secara
langsung atau tatap muka, dan dengan demikian mengurangi adanya
kecanggungan serta kemungkinan adanya mis komunikasi.

2. Kesadaran dan pengertian terhadap makna simbolis Hal ini menjadi penting
dalam seseorang mengerti komunikasi yang disampaikan. Komunikasi
seringkali disampaikan secara non verbal atau lebih dikenal dengan body

7
language. Pengertian akan body language, yang bisa berbeda sesuai dengan
kultur, ini akan memberikan kelebihan dalam komunikasi.

3. Penentuan waktu yang tepat dan umpan balik Hal ini sangatlah penting
terutama dalam mengkomunikasikan keadaan yang bersifat sensitif. Umpan
balik menjadikan komunikasi lebih efektif karena dapat memberikan
kepastian mengenai sejauh mana komunikasi yang diadakan oleh seseorang
sumber (source) dapat diterima oleh komunikan (receiver).

4. Komunikasi tatap muka Komunikasi semacam ini memungkinkan kita


untuk melihat dengan baik lawan bicara kita, melihat body language,
melihat mimik lawan bicara, serta menghilangkan panjangnya rantai
komunikasi yang memungkinkan terjadinya mis komunikasi.

5. Komunikasi efektif Komunikasi efektif diharapkan dapat mengatasi kendala


yang ditimbulkan oleh beberapa pihak, pasien, dokter, perawat maupun
tenaga kesehatan lainnya. Dokter dapat mengetahui dengan balk kondisi
pasien dan keluarganya dan pasien pun percaya sepenuhnya kepada dokter.
Kondisi ini amat berpengaruh pada proses penyembuhan pasien selanjutnya.
Literature review ini bertujuan untuk bertujuan untuk mengetahui efektifitas
komunikasi efektif dalam praktik kolaborasi interprofesi akan meningkatkan
kualitas pelayanan.Kolaborasi antara penyedia layanan kesehatan yang
diperlukan dalam pengaturan perawatan kesehatan apapun, karena tidak ada
profesi tunggal yang dapat memenuh Adapun, kelompok merumuskan
rumusan masalah sebagai berikut: i kebutuhan semua pasien. Akibatnya,
kualitas layanan yang baik tergantung pada profesional yang bekerja sama
dalam tim interprofessional. komunikasi yang efektif antara profesional
kesehatan juga penting untuk memberikan pengobatan yang efisien dan
pasien-berorientasi komprehensif .Selain itu, ada semakin banyak bukti
yang menunjukkan bahwa komunikasi yang buruk antara profesional
kesehatan merugikan pasien. Kolaborasi Interprofessional di lingkungan
kerja profesional telah diakui oleh keperawatan, kedokteran gigi,
kedokteran, dokter, farmasi, dan kesehatan masyarakat organisasi
profesional sebagai komponen penting untuk aman, tinggi, kualitas, diakses,

8
perawatan pasien berpusat ( interprofessional Pendidikan
Collaborative Panel Ahli, 2011). kolaborasi interprofessional bekerja di
profesikesehatanuntukbekerjasama,berkolaborasi,berkomunikasi,danmengin
tegrasikan pelayanan dalam tim untuk memastikan perawatan yang terus
menerus dan dapat diandalkan.

C.Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Kesehatan Masyarakat

1. Pengertian kebudayaan (Mubaraq W.I. 2009) Secara sederhana kebudayaan


dapat di artikan sebagai hasil dari cipta, karsa, dan rasa. Sebenarnya
budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhaya,
yang merupakan bentuk jamak dari budhi (budi/akal) diartikan sebagai
hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.

2. Unsur kebudayaan Menurut Fudiyartanto (2012) Mengenai pengertian


budaya itu sendiri memang terdapat bermacam-macam argumen meskipun
barangkali esensinya sama. Salah satunya adalah yang dikemukakan oleh
Briere.Iamen definisikan budaya sebagaia set of material, intellectual and
moral values and conditions which make it possible and even easy for the
human community to expand and develop harmoniously (via Bakker,
1984:18-19). Definisi Briere ini barangkali bersifat sangat luas karena
melibatkan segala aspek materi, pengetahuan, dan nilai-nilai moral yang
dimiliki masyarakat; serta agak filosofis karena sejatinya kebudayaan
diciptakan demi kebaikan umat manusia agar dapat hidup dan berkembang
secara relatif mudah dan harmonis. Sementara itu, Koentjaraningrat
mendefinisikan kebudayaan sebagai berikut: Kebudayaan adalah
keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan
belajar (1990:180). Berdasarkan definisi ini dapat dikatakan bahwa hampir
seluruh tindakan manusia adalah “kebudayaan” karena rata-rata didapat
dari hasil belajar.Peneliti memilih tujuh unsur yang disebut sebagai isi
pokok dari tiap kebudayaan di dunia yang juga dikenal dengan istilah
cultural universals yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1990:98 dan
203-204), yaitu:

9
a.Bahasa

b.Sistem pengetahuan

c. Organisasi social d. Sistem peralatan hidup dan teknologi

e. Sistem mata pencaharian hidup

f. Sistem religi,

g. kesenian

3.Manfaat bagi petugas kesehatan mempelajari kebudayaan

a. Didalam semua religi atau agama ada kepercayaan tertentu yang berkaitan
dengan kesehatan, gizi. Misal orang yang beragama islam tidak makan babi
sehingga dalam rangka untuk memperbaiki status gizi, seorang kesehatan dapat
menganjurkan makanan lain yang bergizi yang tidak bertentangan dengan
agamanya.

b. Dengan mempelajari organisasi masyarakat maka petugas kesehatan akan


mengetahui organisasi apa saja yang ada di masyarakat, kelompok mana yang
berkuasa, kelompok mana yang menjadi panutan, dan tokoh mana yang di
segani. Sehingga dapat dijadikan strategi pendekatan yang lebih tepat dengan
upaya mengubah prilaku kesehatan masyarakat.

c. Petugas kesehatan perlu mengetahui pengetahuan masyarakat tentang kesehatan


dengan mengetahui pengetahuan masyarakat maka petugas kesehatan akan
mengetahui mana yang perlu ditingkatkan, di ubah, dan pengetahuan mana
yang perlu di lestarikan dalam memperbaiki status kesehatan.

d. Petugas kesehatan juga perlu mempelajari bahasa local agar lebih mudah
berkomunikasi, menambah rasa kedekatan, rasa kepemilikan bersama, dan rasa
persaudaraan.

4. Aspek social yang mempengaruhi status kesehatan dan prilaku kesehatan Ada
beberapa aspek social yang mempengaruhi status kesehatan antara lain:

10
a.Umur Jika dilihat dari golongan umur maka ada perbedaan pola penyakit
berdasarkan golongan umur. Misalnya balita lebih banyak menderita penyakit
infeksi, sedangkan golongan usia lebih banyak menderita penyakit kronis
seperti hipertensi, penyakit jantung coroner, kanker dan lain-lain.

b.Jenis kelamin Perbedaan jenis kelamin akan menghasilkan penyakit yang


berbeda pula. Misalnya di kalangan wanita lebih banyak menderita kanker
payudara, sedangkan laki-laki banyak menderita kanker prostat.

c.Pekerjaan Ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan pola penyakit,


misalnya dikalangan petani banyak yang menderita penyakit cacing akibat
kerja yang banyak di lakukan di sawah dengan lingkungan yang banyak cacing.

d.Social ekonomi Keadaan social ekonomi juga berprngaruh pada pola penyakit
misalnya menderita obesitas lebih banyak ditemukan pada golongan
masyarakat yang berstatus ekonomi tinggi, dan sebaliknya malnutrisi lebih
banyak ditemukan di kalangan masyarakat yang status ekonominya rendah.

5. Aspek budaya yang mempengaruhi status kesehatan dan prilaku kesehatan Aspek
budaya dapat mempengaruhi kesehatan :

1) Pengaruh tradisi Ada beberapa tradisi di dalam masyarakat yang dapat


berpegaruh negative terhadap kesehatan masyarakat.

2)Sikap fatalistis Sikap fatalistis hal lain adalah yang juga mempengaruhi
prilaku kesehatan. Contoh beberapa anggota masyarakat dikalangan
kelompok tertentu (fanatic) yang beragama islam percaya bahwa anak
adalah titipan tuhan dan sakit atau mati adalah takdir, sehingga masyarakat
kurang berusaha untuk segera mencari pertolongan pengobatan bagi
anaknya yang sakit.

3) Pengaruh Perasaan bangga pada statusnya Dalam upaya perbaikan gizi,


disuatu daerah perdesaan tertentu, menolak untuk makan daun singkong,
walaupun mereka tau kandungan vitaminnya tinggi. Setelah di selidiki
ternyata masyarakat beranggapan daun singkong hanya pantas untuk

11
makan kambing dan mereka menolaknya karena status mereka tidak dapat
disamakan dengan kambing.

4) Pengaruh norma Upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi
banyak mengalami hambatan karena ada norma yang melarang hubungan
antar dokter yang memberikan pelayanan dengan ibu hamil sebagai
pengggunaan pelayanan.

5) Pengaruh nilai Nilai yang berlaku didalam masyarakat berpengaruh


terhadap prilaku kesehatan. Contoh masyarakat memandang lebih
bergengsi beras putih dari pada beras merah padahal mereka mengetahui
bahwa vitamin b1 lebih tinggi beras merah daripada beras putih.

6) Pengaruh unsur budaya yang di pelajari pada tingkat awal dari proses
sosialisasi terhadap prilaku kesehatan

7) Pengaruh konsekuensi dari inovasi terhadap prilaku kesehatan Apabila


seorang petugas kesehatan ingin melakukan perubahan prilaku kesehatan
masyarakat,

D. Masalah Kesehatan Masyarakat Yang Berhubungan Dengan Aspek Budaya

Menurut Nurrachmawati (2010), di daerah Tanjung Limau Muara


Badak,KALTIM. Dan penilitian yang dilakukan Nurrachmawati lebih kepada
seputar kesehatan ibu hamil. Masyarakat disana memiliki pantangan-pantangan
tertentu, 1. Pantangan terhadap makanan tertentu Dua orang ibu hamil desa
Tanjung Limau menyatakannya sebagai berikut: "orang hamil dilarang makan
ikan kering karena sakit tekanan " "ada pantangan makan cumi karena lengket
nanti tembuninya" (DKT dengan ibu hamil) Selain bahan makanan yang berasal
dari hasil laut, terdapat pula pantangan mengkonsumsi buah-buahan tertentu.
Buah seperti jeruk nipis, nanas muda dan durian merupakan pantangan. Jeruk
nipis disebutkan dapat menyebabkan kesulitan dalam persalinan, nanas muda
dan durian dianggap dapat menyebabkan keguguran. "katanya tidak boleh
makan jeruk nipis, katanya sih nanti susah melahirkannya" "nggak boleh makan
durian sama nanas muda nanti takut keguguran " (DKT dengan ibu hamil) 2.

12
Pantangan terhadap perilaku Menurut masyarakat, perilaku ibu sangat
menentukan akan kesehatan bayi yang dikandungnya. Seorang wanita hamil
tidak boleh melilitkan handuk di leher karena akan mengakibatkan bayi lahir
dengan terlilit plasenta, sebagaimana diungkapkan salah seorang ibu,
" nggak boleh lilit handuk di leher, nanti anaknya bisa telilit tali pusar " (wawan
caramen dalam dengan sanro) Pantangan lain yaitu ibu hamil tidak boleh tidur
memakai guling karena akan menyebabkan bayi lahir dengan kepala besar, serta
tidak boleh tidur dengan posisi melintang karena akan menyebabkan bayi lahir
sungsang. Hal tersebut terungkap lewat pernyataan ibu hamil didukung pendapat
para tokoh masyarakat. " nggak boleh pake guling, nanti anaknya kepalanya
besar sama kalau tidur ga boleh sungsang sama suami nanti takut anaknya
sungsang juga" (wawancara mendalam dengan tokoh masyarakat) " juga tidak
boleh duduk di depan pintu karena akan mempersulit proses persalinan " (DKT
dengan ibu hamil)" ada pantangan, nggak boleh duduk dekat pintu " (DKT
dengan ibu hamil) Terdapat pula larangan mandi sore di atas jam lima sore
karena akan menyebabkan bayi lahir menderita sakit influenza, sebagaimana
diungkapkan salah seorang ibu, "nggak boleh mandi sore lewat dari jam 5, nanti
bisa ingusan.

6. Aspek supranatural .

Hal ini merupakan kepercayaan yang umum ditemukan pada berbagai suku
bangsa di Indonesia yaitu keyakinan mengenai roh-roh halus. Pada saat hamil,
seorang wanita dianggap mudah terkena gangguan yang datang dari unsur gaib
atau roh jahat. Seorang wanita yang sedang mengandung dipercaya menimbulkan
bau harum yang khas yang akan mengundang mahluk halus untuk datang
menghampiri si ibu. Kehadiran mahluk halus tersebut ditakutkan akan menganggu
sehingga terdapat cara-cara budaya untuk menangkalnya. Masyarakat desa
Tanjung Limau memiliki kepercayaan ada roh halus yang mengganggu ibu hamil
yang dapat mengakibatkan si ibu menjadi bisu dan tuli. Roh halus tersebut diberi
nama "gadis tujuh", sebagaimana diungkapkan salah seorang ibu,
" kata orang tua, orang hamil nggak boleh jalan senja soalnya nanti diikutin
barang halus karena orang hamil bawaannya harum jadi senang roh halus.

13
Katanya si orang sini roh halusnya gadis tujuh namanya " (DKT dengan ibu
hamil) Untuk menghindari gangguan dari roh halus tersebut maka ada sejumlah
pantangan perilaku yang harus dipatuhi si ibu hamil, yaitu tidak boleh jalanjalan
menjelang senja hari atau menjelang waktu maghrib. Terdapat juga larangan
untuk mengurai rambut dan mengenakan baju yang terbuka karena hal itu akan
mengundang datangnya gangguan mahluk halus yang disebut kuntilanak. E. Al-
Quran Dan Hadits Dalam Berbicara Kesehatan Menurut dr. Raehanul Bahraen di
website muslim.or.id (2017) Semua ayat AlQur`an adalah obat yang bisa
menyembuhkan. Namun, ada beberapa ayat atau surat dari Al-Qur`an yang lebih
dikhususkan karena memiliki keutamaan sebagai obat penyembuh, misalnya surat
Al-fatihah. Allah berfirman“Dan Kami turunkan dari Al-Qur`an suatu yang
menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu
tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian” (QS. Al-
Israa’:82).Syaikh MuhammadAl-AminAsy-Syinqith menjelaskan bahwa maksud
obat dalam ayat ini adalah obat untuk penyakit fisik dan jiwa. Beliau berkata:
“Obat yang mencakup obat bagi penyakit hati/jiwa, seperti keraguan,
kemunafikan, dan perkara lainnya. Bisa menjadi obat bagi jasmani jika dilakukan
ruqyah kepada orang yang sakit. Sebagaimana kisah seseorang yang terkena
sengatan kalajengking diruqyah dengan membacakan Al-Fatihah. Ini adalah kisah
yanh shahih dan masyhur” (Tafsir Adhwaul Bayan).

14
DAFTAR PUSTAKA

Purnomo, Renggo. 2013. Peranan Tenaga Medis Perawat Dalam


Meningkatkan Kesehatan Masyarakat Di Rsud Aji Batara Agung Dewa Sakti
Kecamatan Samboja Kabupaten Kutai Kartanegara. eJournal Administrasi
Negara. Volume 1, Nomor 2, 2013: 1-11. http://ejournal.an.fisip-
unmul.ac.id/site/wpcontent/uploads/2013/10/Jurnal%20(10-01-13-10-57-05).pdf.
Terakhir diakses 14 Maret 2019. Rokhmah, N.A, Anggorowati. 2017. Komunikasi
Efektif Dalam Praktek Kolaborasi Interprofesi Sebagai Upaya Meningkatkan
Kualitas Pelayanan. Journal of Health Studies. Volume 1, Nomer. 1. Fudiyartanto,
F.A. 2012. Penerjemahan Butir Budaya Dari Bahasa Inggris Ke Bahasa Indonesia.
Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga. Vol. XI, No. 2.
ejournal.uinsuka.ac.id/adab/Adabiyyat/article/download/542/484. Terkahir
diakses 14 Maret 2019. Nurrachmawati. A, Ike Anggraeni. 2010. Tradisi
Kepercayaan Masyarakat Pesisir Mengenai Kesehatan Ibu Di Desa Tanjung
Limau Muara Badak Kalimantan Timur Tahun 2008. Jurnal Kesehatan
Reproduksi Vol. 1 No 1. https://media.neliti.com/media/publications/105237-ID-
tradisi-kepercayaanmasyarakat-pesisir-m.pdf. Terakhir diakses 14 Maret 2019.
Muslim.or.id. 16 Juni 2017. Terakhir diakses 14 Maret 2019 .
https://muslim.or.id/30346-al-quran-obat-fisik-dan-jiwa.html

15

Anda mungkin juga menyukai