Kelompok 7 A 2020 2 :
1. Angelina Victoria S. (2011114356)
2. Bunga Aprilia (2011113561)
3. Ella Biisnilla (2011114359 )
4. Khairatul Husnia (2011116723)
5. Nabiela Aswaty (2011125083)
6. Nabila Putri (2011113557)
7. Pingkan Deni Pramudita (2011113562)
8. Sulistyawati (2011114361)
9. Vivi Maisantri (2011114587)
Fakultas Keperawatan
Universitas Riau
2021
1.1 Budaya dan Antropologi dalam Pemberian Asuhan Keperawatan
A. Fungsi kebudayaan dalam pemberian asuhan keperawatan yang peka budaya kepada
pasien
a. Pengertian Kebudayaan
Secara etimologis, kata “Kebudayaan” berasa dari bahasa Sanskerta,
Buddhayah, bentuk jamak dari kata buddhi yang berarti akal atau budi. Budaya
adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Kebudayaan menurut
Ki Hajar Dewantara berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia
terhadap dua pengaruh kuat, yakni alam dan zaman (kodrat dan masyarakat) yang
merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan
kesukaran di dalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.
b. Pengertian Antropologi
Antropologi berasal dari dua akar kata Yunani: anthropos, artinya “orang”
atau “manusia”; dan logos, artinya “ilmu/nalar”. Menurut kamus athropology
dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang berusaha mencapai pengertian tentang
makhluk manusia dengan mempelajari aneka warna bentuk fisik, kepribadian,
masyarakat, serta kebudayaannya. Dari analisis usul asal kata, disimpulkan
bahwa antropologi merupakan ilmu pengetahuan tentang manusia. Dalam refleksi
yang lebih bebas, antropologi adalah ilmu pengetahuan yang mencoba menelaah
sifat-sifat manusia secara umum dan menempatkan manusia yang unik dalam
sebuah lingkungan hidup yang lebih bermartabat.
Pengertian Antropologi Menurut Ahli Berikut adalah beberapa pengertian dari
Antropologi:
(a) Keesing (1981)2, Antropologi adalah kajian tentang manusia.
(b) Haviland (1985)3, Antropologi adalah suatu studi tentang manusia
dan perilakunya dan melaluinya diperoleh pengertian lengkap tentang
keanekaragaman manusia.
(c) Prof Harsojo4, Antropologi adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang umat manusia sebagai mahkluk masyarakat,
terutama pada sifat-sifat khusus badani dan cara-cara produksi,
tradisi-tradisi dan nilai-nilai yang membuat pergaulan hidup menjadi
berbeda dari yang satu dengan lainnya.
(d) Koentjaraningrat (2009)5, Ilmu antropologi memperhatikan 5 (lima)
buah masalah mengenai makhluk hidup yaitu :
(1) Masalah pada perkembangan manusia sebagai makhluk biologis
(2) Masalah pada sejarah terjadinya aneka bentuk makhluk manusia,
dipandang dari sudut ciri-ciri tubuhnya.
(3) Masalah pada sejarah asal, perkembangan, serta penyebaran berbagai
macam bahasa di seluruh dunia.
(4) Masalah persebaran dan terjadinya keanekaragaman kebudayaan
manusia di seluruh dunia.
(5) Masalah pada dasar-dasar dan keanekaragaman kebudayaan manusia
dalam kehidupan masyarakatmasyarakat dan suku bangsa yang
tersebar di seluruh penjuru bumi pada zaman sekarang ini.
c. Fungsi Kebudayaan
Fungsi kebudayaan adalah untuk mengatur manusia agar dapat mengerti
bagaimana seharusnya bertindak dan berbuat untuk menentukan sikap kalau akan
berhubungan dengan orang lain didalam menjalankan hidupnya. Kebudayaan
berfungsi sebagai:
1. Suatu hubungan pedoman antar manusia atau kelompok.
2. Wadah untuk menyakurkan perasaan-perasaan dan kehidupan lainnya.
3. Pembimbing kehidupan manusia.
4. Pembeda antar manusia dan binatang.
d. Kebudayaan Aceh
a. Pengertian kebudayaan Aceh
Aceh merupakan sebuah daerah yang multi kultural, multi etnik, agama, ras
dan golongan. Akibat dari percampuran ini melahirkan kemajemukan budaya
yang mengantarkan kepada perbedaan sebagai pelaksanaan sikap perilaku
berbagai kelompok masyarakat di seluruh Aceh. "….pengertian kebudayaan itu
sendiri bergantung pada aspek kehidupan masyarakat secara teoritis yang
dianggap pokok untuk pemahaman perilaku warga masyarakat" (Ali, 2013:12).
Dalam ilmu antropologi, "kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan,
tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan
milik diri manusia dengan belajar" (Koentjaraningrat, 2013:144). Definisi tersebut
secara eksplisit mengatakan bahwa hampir seluruh tindakan manusia adalah
kebudayaan karena hanya sedikit tindakan dan perilaku manusia dalam konteks
kehidupan bermasyarakat yang tidak dibiasakan dengan belajar, seperti tindakan
naluri, beberapa refleks, beberapa tindakan akibat proses fisiologi, atau kelakukan
membabi buta.
Contohnya pada budaya aceh adalah Syair lagu dodaidi merupakan karya dari
sebuah nilai kearifan lokal (local wisdom), yang diwariskan melalui pesan, ajaran,
dan nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya. Masyarakat meyakini bahwa lirik
lagu ini akan berpengaruh pada pembentukan kepribadian dan karakter seseorang.
Syair yang mengandung ajaran-ajaran budi pekerti akan memudahkan seseorang
dalam mengingat dan menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat (Setyadi,
2012), serta memberi dampak pada perkembangan anak (Tri, 2003). Pada saat
ini perkembangan teknologi yang berlangsung cepat telah menjadikan kebudayaan,
warisan dan tradisi nenek moyang berangsur-angsur hilang. Syair lagu yang
mendidik sudah jarang dilantunkan oleh orang tua untuk anak-anaknya. Lunturnya
kebanggaan masyarakat terhadap budaya sendiri memberikan efek negatif bagi
generasi penerus. Hal ini tidak dapat dibiarkan begitu saja. Agar generasi penerus
memiliki karakter dan budi pekerti yang baik maka syair dodaidi yang bersifat
mendidik harus dibudayakan kembali.
e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang
mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya. Yang
perlu dikaji pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan
jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran
untuk klien yang dirawat.
f. Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang
dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus
dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan
yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian
biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga.
B. Contoh Perilaku Budaya Aceh yang Berhubungan dengan Kesehatan di Kaitkan dengan
Tumbuh Kembang
Bayi adalah anak yang baru lahir sampai berumur 1 tahun dan mengalami proses
tumbuh kembang. Proses tersebut berlangsung dengan pesat dan sangat dipengaruhi oleh
lingkungan namun, berlangsung sangat pendek dan tidak dapat diulangi lagi sehingga
disebut sebagai “masa keemasan” (golden period).Tumbuh kembang merupakan dua
proses yang berbeda, tetapi keduanya tidak dapat berdiri sendiri, terjadi secara simultan,
saling berkaitan, dan berkesinambungan dari masa konsepsi hingga dewasa.
Tumbuh kembang anak dalam bingkai syariat maupun dalam adat istiadat dan
budaya Aceh ketika seorang bayi lahir ke dunia, makanan pertama yang menjadi
asupannya adalah ASI {Air Susu Ibu}. Hal ini jelas bahwa tugas ibu adalah mengasuh
dan menyusui anak-anaknya. Anak yang langsung menyusu kepada ibunya akan
merasakan kasih sayangnya, kedamaian jiwa dan perasaan terbela dan terlindungi.
Bahkan asi pertama yang didapatkan dari ibunya berguna untuk kekebalan tubuhnya .
Oleh karena itu ajaran Islam menganjurkan agar para ibu mau menyusui anak-anaknya
sesuai dengan ketetapan yang telah digariskan dalam Al Qur’an surat Al Baqarah:233.
Bagi orang Aceh, menyusui selama 2 tahun itu sebagai upaya menjaga jarak
kelahiran dengan anak berikutnya. Hal tersebut sesuai dengan ajaran Islam yang
mengatur masalah kelahiran anak, dimana anak berhak mendapat pengasuhan yang
sempurna dari ibunya. Selain memberikan ASI dalam adat aceh bayi yang sudah
berumur seminggu juga diberi pisang “Wak” dan “Ibuu Neuleng”. Apalagi ibu yang
ASInya tidak mencukupi untuk bayi.
Menurut Cross, T., Bazron, B. Dennis, K. dan Issac, M., terdapat lima element
budaya yang perlu diketahui dan mampu diimplemetasikan oleh seorang perawat dalam
intervensi keperawatan yaitu menilai keanekaragaman budaya, mempunyai kapasitas
untuk meng-assessment budaya, menyadari bahwa budaya bersifat dinamis dan inherent
dalam ketika terjadi interaksi budaya, mempunyai pengetahuan budaya yang sudah
dilembagakan, mempunyai adaptasi yang terus menerus dikembangkan dalam upaya
mereaksikan dan memamahami keanekaragaman budaya
Sebagian besar perawat mempunyai persepsi yang sama yaitu bahwa merupakan
hal yang sangat penting bagi perawat-perawat memiliki pengetahuan tentang budaya .
Alasan yang mereka sampaikan sangat bervariasi. Misalnya adalah agar mereka dapat
mengerti/memahami dan menempatkan diri atau menyesuaikan diri dengan pasiennya.
Cultural Shock akan dialami oleh klien pada suatu keadaan dimana perawat tidak mampu
beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan
munculnya rasa ketidaknyamanan dan beberapa mengalami disorientasi Memberikan
pelayanan yang terbaik juga menjadi alasan pentingnya perawat memiliki pengetahuan
budaya. Perbedaan budaya, etnis dan bahasa berdampak pada bagaimana seseorang atau
kelompok memperoleh dan menggunakan atau memanfaatkan pelayanan kesehatan atau
social.
Komplain sebetulnya merupakan hal biasa dalam bisnis jasa, tidak terkecuali jasa
pelayanan keperawatan. Komplain akan terjadi manakala harapan tidak sesuai dengan
kenyataan atau ada masalah. Sumber masalah di pelayanan keperawatan tentu saja sangat
bervariasi, bisa bersumber dari perawat, pasien-keluarga atau rumah sakit tempat pasien
dirawat. Misunderstanding dapat terjadi akibat perbedaan budaya dan nilai-nilai antara
pasien dan perawat. Menurut Galant pengetahuan tentang budaya dapat membantu
menghindari misunderstanding dan dapat memberikan pelayanan lebih baik Jadi
pengetahuan tentang budaya merupakan factor penting pada semua tingkat praktek
keperawatan. Adanya konflik kultural ataupun stress kultural karena adanya kurang
pengetahuan perawatan kultural untuk memberikan perawatan , rasa aman,
tanggungjawab yang kongruen dengan kebudayaan. Pengetahuan tentang suatu budaya
dan dampaknya terhadap interaksi dengan pelayanan kesehatan merupakan hal esensial
bagi perawat, karena pengetahuan dan ketrampilan tersebut akan makin menguatkan dan
meluaskan system pemberian pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengetahui tentang
bagaimana kelompok budaya tertentu memahami proses kehidupan, mendefinisikan
sehat-sakit, mempertahankan kesehatan dan keyakinan mereka tentang penyebab
penyakit dan sebagainya.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Masyudi dan Khadijah pada masyarakat
Aceh, diketahui masih terrdapat balita yang tumbuh kembangnya belum sessuai terutama
perkembangan motorik, hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain faktor
heriditer, bayi pada saat usia 0-6 bulan tidak diberikan asi eksklusif, kurangnya
pengetahuan orang tua mengenai tumbuh kembang anak balita, pendapatan masyarakat
yang rendah sehingga tidak mempu memenuhi asupan makanan bergizi dan pola asuh
yang tidak benar. Penelitian Ambarwati (2014) menyatakan ada hubungan antara tingkat
pengetahuan ibu tentang stimulasi tumbuh kembang dengan perkembangan pada anak.
Salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya masalah gizi dalam keluarga adalah
kurangnya pengetahuan ibu rumah tangga akan hubungan makanan dan kesehatan.
Di samping itu juga tingkat pengetahuan ibu yang rendah akan memperkecil
peluang untuk mendapat penghasilan yang memadai dalam membantu memenuhi
kebutuhan keluarga, selain itu tingkat pengetahuan ibu rumah tangga yang rendah juga
membatasi penerimaan informasi sehingga tingkat pengetahuan gizi juga rendah.
Semakin tinggi pengetahuan ibu rumah tangga , maka semakin diperhitungkan jenis dan
juga makanan yang dipilih atau di konsumsi oleh keluarga. Dan juga dapat memilih
makanan yang menarik dan menyediakan pilihan berdasarkan nilai gizi pada makanan
tersebut (Sediaoetama, 2010).
Salah satu contoh tradisi Badapu masyarakat Aceh Barat yang harus dilakukan oleh ibu
yang baru melahirkan dengan mengikuti aturan-aturan yang ada berupa pembatasan
terhadap beberapa jenis makanan yang boleh dimakan. Akibat pembatasan makanan
tersebut, makanan yang dikonsumsi ibu nifas tidak memenuhi angka kecukupan gizi yang
dianjurkan sehingga berdampak kepada pertumbuhan dan perkembangan bayinya yang
sangat membutuhkan ASI yang baik dan bergizi dari ibu untuk membantu proses optimal
dari seribu hari pertama kehidupannya.
Analisa
Setelah mempelajari mengenai apa itu budaya baik budaya dimata global secara
umum maupun konsep budaya secara khusus yaitu mengambil sisi budaya dari
kebudayaan salah satu provinsi di Indonesia yaitu Aceh. Secara garis besar status
kesehatan dipengaruhi oleh empat faktor yaitu lingkungan, gaya hidup atau perilaku,
pelayanan kesehatan, dan genetik atau keturunan. Faktor lingkungan, yang mencakup
lingkungan fisik, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan sebagainya.
Rahayu, IS. 2017. Faktor Budaya Dalam Perawatan Ibu Nifas. Jurnal Ilmu Keperawatan,
5(1):36-49.
Ali, F. 2013. Identitas Aceh dalam Perspektif Syariat dan Adat. Banda Aceh. Badan Arsip
Perpustakaan Aceh.
Anggriani, J. 2011. Kedudukan Qanum dalam Sistem Pemerintahan Daerah dan Mekanisme
Pengawasannya. Quia Iustum Law Journal of Islamic University of Indonesia. 18(3).
Mugianti, S. 2016. Manajemen dan Kepemimpinan Dalam Praktik Keperawatan.Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia Pusdik SDM Kesehatan. Jakarta.
Fitri, DI, Chundrayetti, E, dan Semiarty, R. 2014. Hubungan Pemberian ASI dengan Tumbuh
Kembang Bayi Umur 6 Bulan di Puskesmas Nanggalo. Jurnal Kesehatan Andalas. 3(2).
Gunawijaya, J. 2010. Kuliah umum tentang budaya dan perspektif transkultural dalam
keperawatan Mata ajar KDK II 2010, semester genap FIK-UI.
Khadijah dan Masyudi. 2016. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif, Pengetahuan, Pendapatan
dan Pola Asuh dengan Tumbuh Kembang Anak Balita di Desa Meudheun Kecamatan Jaya
Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2016. Serambi Saintia. 4(2).
Wibowo, A. B. 2013. Etika Kepemimpinan dalam Adat Aceh. Majalah Jeulama
Rahman, A dan Fairuz, SF. 2015. 70 Peranan Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke IV dan V
dalam Membangkitkan Kebudayaan Aceh: (Studi Kasus Tari Saman dan Seudati). Jurnal
Seuneubok Lada. 2(1).
Idris, T. 2017. Pemenuhan Hak-Hak Anak dalam Adat dan Budaya Aceh. Jurnal Pendidikan.
6(2).
Zakiyuddin dan Reynaldi, F. 2020. Fenomena Tradisi “Badapu” dengan Status Gizi pada Ibu
Nifas di Aceh Barat. Jurnal Medika Karya Ilmiah Kesehatan. 5(2): 2541-4615.
Buku “PENGANTAR ANTROPOLOGI Sebuah Ikhtisar Mengenal Antropolog” oleh GUNSU
NURMANSYAH,S.H.,M.H. Dr.NUNUNG RODLIYAH,M.A RECCA AYU
HAPSARI,S.H.,M.H., Penerbit AURA CV. Anugrah Utama Raharja Anggota IKAPI
No.003/LPU/2013
Qanun (Peraturan Daerah) Aceh No. 4 Tahun 2010 Tentang Kesehatan
Tuti, dkk. 2019. DODAIDI: BUDAYA MENGAYUNKAN ANAK DALAM MASYARAKAT
ACEH (PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA). Jurnal
Pencerahan, Vol. 13, No. 1
Tasnim Idris.PEMENUHAN HAK HAK ANAK DALAM ADAT DAN BUDAYA ACEH.