Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
Kelompok : 5 ( Lima )
Kelas : A 20201
Anggota kelompok :
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami hanturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan banyak
nikmat,taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Dilema Teknologi (IPTEK) dalam Perspektif Transkultural” dengan baik tanpa ada
halangan yang berarti.
Kami sampaikan terima kasih kepada dosen pembimbing Psikososial dan Budaya
dalamKeperawatan yaitu Veny Elita, SKp., MN(MH) dan semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhoi segala usaha kita. Aamiin.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu kritik dan
sarandari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Kelompok 5
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dilema IPTEK dalam ilmu atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar
untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari
berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan
rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup
pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
4. Untuk Mengetahui penyebab dilema IPTEK dalam perspektif trankultural
5. Untuk mengetahui Gambaran masyarkat dengan kasus dilema IPTEK dalam
perspektif trankultural
6. Untuk Mendiskripsikan contoh-contoh perilaku masyarakat yang berhubungan
dengan penolakan IPTEK dalam keperawatan transcultural
7. Untuk Memecahkan masalah yng berhubungan dengan dilema IPTEK
2
BAB II
PEMBAHASAN
lmu atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki,
menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan
dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang
pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan
kepastian ilmu-ilmudiperoleh dari keterbatasannya. Teknologi adalah metode ilmiah
untuk mencapai tujuan praktis; ilmu pengetahuan terapan atau dapat pula
diterjemahkan sebagai keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yg
diperlukan bagi kelangsungandan kenyamanan hidup manusia.
Sebagian beranggapan teknologi adalah barang atau sesuatu yang baru. Nilai
budaya yang berbeda melalui proses interaksi sosial, Transcultural Nursing
merupakan suatu area kajian ilmiah yang berkaitan dengan perbedaan maupun
kesamaan nilai Nilai budaya ( nilai budaya yang berbeda, ras, yang mempengaruhi
pada seorang perawat saat melakukan asuhan keperawatankepada klien / pasien ).
Menurut Leininger ( 1991 ).
Namun, teknologi itu telah berumur sangat panjang dan merupakan suatu gejala
kontemporer. Setiap zaman memiliki teknologinya sendiri. Bila ditinjau dari makna
kata, transkultural berasal dari kata trans dan culture, Trans berarti aluar perpindahan,
jalan lintas atau penghubung.Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia; trans berarti
melintang, melintas,menembus, melalui. Cultur berarti budaya.
Konsep ini ingin memberikan penegasan bahwa sifat seorang manusia yang
menjadi target pelayanan dalam perawatan adalah bersifat bio-psycho-social-spiritual
.Oleh karenanya, tindakan perawatan harus didasarkan pada tindakan yang
komperhensif sekaligus holistik.Budaya merupakan salah satu dari perwujudan atau
bentuk interaksi yang nyata sebagai manusia yang bersifat sosial. Budayayang berupa
norma, adat istiadat menjadi acuan perilaku manusiadalam kehidupan dengan yang
lain . Pola kehidupan yang berlangsung lama dalam suatu tempat, selalu diulangi,
membuat manusia terikatdalam proses yang dijalaninya.
Seperti yang kita ketahui, teknologi kini telah merembes dalam kehidupan
kebanyakan manusia bahkan dari kalangan atas menengah kebawah sekalipun.
Dimana upaya tersebut merupakan cara atau jalan didalam mewujudkan kesejahteraan
dan peningkatan harkat martabat manusia. Kecenderungan dilema iptek dalam
perspektif transkultural salah satunya dipengaruhi oleh kepercayaan kuno dan praktik
pengobatan. Sistem pengobatan tradisional merupakan sub unsur kebudayaan
masyarakat sederhana dan pengetahuan tradisional.
Menurut orang Jawa, "sehat" adalah keadaan yang seimbang dunia fisik dan
batin. Bahkan, semua itu berakar pada batin. Jika" batin karep ragu nututi", artinya
batin berkehendak, raga/badan akan mengikuti. Sehat dalam konteks raga berarti
"waras".
4
Masyarakat Jawa sebagian besar lebih mempercayai dukun atau "wong tuo"
untuk mengobati berbagai jenis penyakit yang dialaminya. Hal ini yang menjadi salah
satu penyebab mengapa masyarakat Jawa Tengah cenderung mengalami dilema iptek
dalam kesehatan.
5
berbagai macam tumbuhan atau dedaunan yang dipaur, ditumbuk, setelah itu diminum
atau dioleskan pada bagian yang sakit.
3. Letak geografis
6
E. Gambaran Masyarkat Dengan Kasus Dilema IPTEK Dalam Perspektif
Transkultural
hidup yang sampai saat ini masih dilakukan oleh sebagian masyarakat Jawa.
Kata mitoni berasal dari kata „am‟ (awalan am menunjukkan kata kerja) + ‟7′
(pitu) yang berarti suatu kegiatan yang dilakukan pada hitungan ke-7. Upacara
mitoni ini merupakan suatu adat kebiasaan atau suatu upacara yang dilakukan
pada bulan ke-7 masa kehamilan pertama seorang perempuan dengan tujuan
memperoleh keselamatan.
memasukkan telor ayam kampung ke dalam kain calon ibu oleh sang suami,
ganti busana, memasukkan kelapa gading muda, memutus lawe atau lilitan
unsur kepercayaan lama. Selain itu, terdapat suatu aspek solidaritas primordial
terutama adalah adat istiadat yang secara turun temurun dilestarikan oleh
dan nama buruk bagi keluarga yang bersangkutan di mata kelompok sosial
masyarakatnya.
7
Mitoni tidak dapat diselenggarakan sewaktu-waktu, biasanya memilih hari
yang dianggap baik untuk menyelenggarakan upacara mitoni. Hari baik untuk
upacara mitoni adalah hari Selasa (Senin siang sampai malam) atau Sabtu (Jumat
siang sampai malam) dan diselenggarakan pada waktu siang atau sore hari.
suatu tempat yang biasa disebut dengan pasren, yaitu senthong tengah. Pasren erat
sekali dengan kaum petani sebagai tempat untuk memuja Dewi Sri, dewi padi.
anggota keluarga yang dianggap sebagai yang tertua. Kehadiran dukun ini lebih
mitoni adalah:
1.Sungkeman
pertama-tama oleh calon ibu kepada calon ayah (suaminya). Kemudian, calon ibu
dan ayah, melakukan sungkeman kepada kedua pasang orang tua mereka. Intinya
adalah memohon doa restu agar proses kehamilan dan kelahiran kelak berjalan
8
2.Siraman
bertujuan membebaskan calon ibu dari dosa-dosa sehingga kalau kelak si calon
ibu melahirkan anak tidak mempunyai beban moral sehingga proses kelahirannya
menjadi lancar.
Air siraman adalah air yang berasal dari 7 sumber, misalnya dari rumah
orang tua istri, rumah orang tua suami, tetangga atau saudara lainnya. Pada air
siraman juga terdapat bunga 7 rupa. Setelah acara selesai, bagi tamu yang belum
mempunyai keturunan bisa mengambil air siraman yang belum terpakai, untuk
menggunakan air tersebut, tamu tersebut bisa 'ketularan' memiliki keturunan juga.
3.Pecah Telur
Setelah siraman, calon ayah melakukan upacara pecah telur. 1 butir telur
ayam kampung yang sebelumnya ditempelkan ke dahi dan perut calon ibu, dan
proses persalinan nanti dapat berjalan dengan lancar tanpa aral melintang. Dari
referensi yang saya baca, ada juga yang dengan cara memasukkan telur
9
4.Memutus Lawe/benang/janur
kemudian calon ayah memutuskan lilitan tersebut. Maknanya juga agar proses
5.Brojolan
dilukis Kamajaya dan Dewi Ratih. Calon ibu dipakaikan sarung (longgar saja).
Bagian pinggir sarung, agar tetap longgar, dipegang oleh kedua calon kakek,
memasukkan satu kelapa cengkir tersebut dari atas, dan siap diterima oleh
salah satu calon nenek (misalnya diawali oleh calon nenek dari pihak calon
ibu). Hal ini dilakukan 3 kali berturut- turut. Setelah itu, diikuti dengan proses
yang sama dengan kelapa cengkir kedua, dan diterima oleh calon nenek
di atas tempat tidur, seperti menidurkan bayi. Makna simbolis dari upacara ini
10
6.Pecah Kelapa
7.Ganti Busana
dilakukan acara selanjutnya, yaitu upacara ganti busana. Akan terdapat 7 kali
ganti pakaian, yang berupa ganti kain dan kebaya. Kain dalam tujuh motif
bulan dan bagi si anak kelak kalau sudah lahir. Kain yang digunakan terdapat
sebagai berikut: \
hidup),
lamanya/tidak terceraikan),
11
5. Udan riris (melambangkan harapan agar kehadiran dalam
oleh keluarga atau tamu yang hadir (pada 6 kain dan kebaya
kandungannya.
12
8.Jualan Cendol & Rujak
Selanjutnya adalah upacara jualan rujak dan cendol (dawet) oleh sang
calon ayah dan calon ibu. Calon ayah membawa payung untuk memayungi calon
ibu saat berjualan, sementara calon ibu membawa wadah untuk menampung uang
hasil jualan tersebut. Uang yang digunakan adalah uang koin yang terbuat dari
tanah liat (kreweng). Sang calon ayah menerima uang tersebut dari pembeli untuk
dimasukkan dalam wadah tersebut dan sang calon ibu melayani para pembeli.
Rujak yang merupakan rujak serut tersebut juga dibuat dari 7 macam
9.Potong Tumpeng
merupakan sesajen dalam upacara mitoni ini. Tumpeng isinya berupa tumpeng
terbuat dari nasi, satu tumpeng besar di tengah-tengah dan 6 tumpeng kecil di
juga bermakna sebagai pemujaan pada arwah leluhur yang sudah tiada.
yang dipotong dari ayam hidup (ayam yang dibeli dalam keadaan hidup)),
perkedel, tahu dan tempe serta sayur gudangan (urap) yang bermakna agar
calon bayi selalu dalam keadaan segar. Urap tersebut juga dibuat tanpa cabe
(tidak pedas). Potong tumpeng dilakukan oleh calon ayah dan diterima oleh
13
Selain itu, juga terdapat bubur 7 rupa. Bubur merah dan bubur putih dibuat
dalam 2 wadah, yang satu bubur merah dan diberi sedikit bubur putih di
tengahnya, dan sebaliknya (melambangkan benih pria dan wanita yang bersatu
dalam wujud bayi yang akan lahir). Pada upacara mitoni ini,bubur 7 rupa
dilengkapi dengan bubur candil, bubur sum-sum, bubur ketan hitam, dan lain
sebagainya.
Hubungan psikis antara ibu dan anak pun sudah mulai terjalin erat mulai dari fase
ini. Bagi masyarakat Jawa, kehamilan adalah bagian dari siklus hidup seorang
manusia. Oleh karena itu keberadaan si calon jabang bayi selalu dirayakan oleh
Mitoni sendiri berasal dari kata pitu atau tujuh. Hal itu karena mitoni
diadakan ketika usia kandungan masuk tujuh bulan. Ritual ini bertujuan agar
siraman sebagai simbol, memasukkan telor ayam kampung ke dalam kain calon
ibu oleh sang suami, ganti busana, memasukkan kelapa gading muda, memutus
14
Rangkaian upacara itu dipercaya sebagai prosesi pengusiran marabahaya
dan petaka dari ibu dan calon bayinya. Ritual mitoni sarat dengan simbolisasi.
Upacara siraman, misalnya, adalah simbol pembersihan atas segala kejahatan dari
bapak dan ibu si calon bayi. Sedangkan memasukkan telur ayam kampong ke
dalam kain calon ibu adalah perwujudan dari harapan agar bayi bisa dilahirkan
tanpa hambatan yang berarti. Memasukkan kelapa gading muda ke dalam sarung
dari perut atas calon ibu ke bawah adalah simbolisasi agar tidak ada aral
melintang yang menghalangi kelahiran si bayi. Setelah itu calon ibu akan berganti
pakaian dengan kain 7 motif. Para tamu diminta untuk memilih kain yang paling
setelah pergantian kain masih bermakna agar kelahiran berjalan dengan lancar.
Lilitanitu harus diputus oleh suami. Pemecahan gayung atau periuk mengandung
makna agar saat nanti sang ibu mengandung lagi, diharapkan kehamilannya
berarti bayi bisa lahir dengan cepat dan lancar seperti disurung (didorong). Dan
yang terakhir, mencuri endhog atau telur, merupakan perwujudan atas keinginan
calon bapak agar proses kelahiran berjalan dengan cepat, secepat maling yang
mencuri.
Untuk melakukan mitoni, harus dipilih hari yang benar-benar bagus dan
hari baik dan hari yang dianggap kurang baik. Selain itu, biasanya mitoni digelar
15
Hari yang dianggap baik adalah Senin siang sampai malam serta Jumat
siang sampai Jumat malam. Mitoni tidak bisa dilakukan pada sembarang tempat.
Dulu mitoni biasa dilakukan di pasren atau tempat bagi para petani untuk memuja
Dewi Sri, Dewi Kemakmuran bagi para petani. Namun mengingat dewasa ini
sangat jarang ditemui pasren, maka mitoni dilakukan di ruang tengah atau ruang
keluarga selama ruangan itu cukup besar untuk menampung banyak tamu.
mitoni.
untuk memanjatkan doa bersama-sama demi keselamatan ibu dan calon bayinya.
Tak lupa setelah itu mereka akan diberi berkat untuk dibawa pulang. Berkat itu
kandungan dalam usia tujuh bulan, memiliki simbol-simbol atau makna atau
leluhur yang sudah tiada. Para leluhur setelah tiada bertempat tinggal di
2. Sajen jenang abang, jenang putih, melambangkan benih pria dan wanita
16
4. Cengkir gading (kelapa muda yang berwarna kuning), yang diberi
kalau bayi lahir lelaki akan tampan dan mempunyai sifat luhur
5. Benang lawe atau daun kelapa muda yang disebut janur yang dipotong,
kelahiran bayi.
ibu yang mengandung tujuh bulan dan bagi si anak kelak kalau sudah
lahir.
maka bayi yang lahir perempuan, bila telur tidak pecah maka bayi yang
17
F. Mendiskripsikan Contoh-Contoh Perilaku Masyarakat Yang Berhubungan
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis evaluasi penerapan SIK 5NG
di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Demak dengan metode TAM
(Technology Acceptance Model) dilihat dari persepsi kemudahan penggunaan,
persepsi manfaat, sikap penggunaan, niat perilaku penggunaan. , dan penggunaan
sistem yang sebenarnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan
kualitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah 281 Bidan Desa yang bekerja di
wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Demak. Sampel penelitian ini adalah
38 Bidan Desa. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik Simple Random
Sampling. Hasil penelitian menunjukkan masih terdapat beberapa kekurangan
pada setiap variabel, seperti bidan desa tidak mudah menggunakan SIK 5NG
dalam pencatatan dan pelaporan ibu hamil, tidak menggunakan SIK 5NG untuk
menghitung indikator pada program KIA, dan tidak menggunakan SIK 5NG untuk
menghasilkan informasi tentang ibu hamil. Salah satu alasan yang dikemukakan
adalah seringnya gangguan server sehingga sistem sulit untuk diakses. Oleh
karena itu, disarankan bagi bidan koordinator untuk mengevaluasi dan memantau
bidan desa dalam memanfaatkan SIK 5NG mulai dari memasukkan data,
menghitung indikator pada program KIA hingga menghasilkan informasi tentang
ibu hamil..
18
G. Memecahkan Masalah Yang Berhubungan Dengan Dilema IPTEK
Sering kali penderita kanker bingung apakah harus kemo atau tidak, karena
kemo atau tidak, karena melihat efek samping yang berat dan apakah jika dengan
herbal bisa sembuh. Sering kali pertanyaan itu muncul ketika masih awal ingin
melakukan pengobatan.
Itu yang menjadi pertanyaan pertanyaan jika kita menempuh jalan medis.
Kasus yang kita bicaraka bicarakan adalah kanker stadium 4 yang sudah menyebar
jadi tidak bisa dilakukan operasi. Untuk memutuskan harus kemoterapi atau tidak,
berikut ini adalah beberapa faktor yang perlu anda pikirk perlu anda pikirkan dulu:
1. Biaya.
Faktor biaya menjadi yang utama karena kemoterapi tidak murah apalagi jika anda
melakukannya diluar negeri.
2. Apakah penderita kanker mau?
Ini menjadi pertanyaan yang kedua karena kemauan dari penderita kanker sangat
penting untuk menunjang kesembuhannya. Jadi keputusan kemoterapi harus
keluar dari penderita kanker.
3. Biasanya muncul pertanyaan apakah fisik saya kuat.
Pertanyaan ini juga muncul jika penderita penderita kanker kurang percaya
percaya diri. Itulah tugas keluarga/teman untuk memberikan support.
19
1. Apakah Ada Ahli/Herbalis Untuk Menyatukan Penggunaannya
Sering kali penderita kanker diberikan berbagai macam masukkan bisa dari teman
atau keluarga untuk minum ini dan itu. Padahal menurut sayasebaiknya harus ada tenaga
ahli untuk mengatasi perkembangan apakah bekerja atau t idak.
Obat herbal entah sudah diolah atau belum anda harus terus mendapatkannya agar
proses pengobatan bisa terus berlangsung.
Menurut kami 2 hal yang penting untuk memutuskan apakah anda harus
menggunakan herbal atau tidak. Pengalaman kami adalah kami tidak menemukan ahli
tenaga untuk herbal (sirsak atau manggis) jadi kami hanyamenggunakan berdasarkan
informasi yang tersebar di internet atau pendapatteman/keluarg a. Hal ini menjadi kurang
efektif karena tidak bisa terpantau dengan baik.
20
Dari kedua tabel itu anda dapat melihat setiap pengobatan yang didapatkan
kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Alangkah baik jika anda bisa
menemukan dokter dan herbalis yang mau kerja sama jadi anda bisa
menggambungkan kedua pengobatan tersebut.
Kesimpulan
21
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Keperawatan transkultural merupakan keperawatan yang berfokus pada studi
komparatif dan analisa pada perbedaan budaya. Keperawatan ini berhubungan dengan
kepedulian akan perilaku, keperawatan, dan nilai sehat-sakit, serta kepercayaan
mereka. Tujuannya adalah untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan
kemanusiaan untuk memberikan keperawatan dalam kebudayaan khusus dan
kebudayaan universal.
Ilmu pengetahuan atau science adalah pengetahuan yang bersifat metodis,
sistematis dan logis. Metodis maksudnya pengetahuan tersebut diperoleh dengan
menggunakan cara kerja yang terperinci dan telah ditentukan sebelumnya, metode itu
dapat deduktif atau induktif. Sistematis maksudnya pengetahuan tersebut merupakan
suatu keseluruhan yang mandiri dari hal-hal yang saling berhubungan sehingga dapat
di pertanggung jawabkan. Logis maksudnya proporsi-proporsi (pernyataan) yang satu
dengan yang lainnya mempunyai hubungan rasional sehingga dapat ditarik keputusan
yang rasional pula.
Dalam adat jawa tengah, mereka lebih mempercayai tradisi saat calon ayah
mengambil salah satu kelapa tersebut. Mengambilnya dengan dengan mata tertutup,
sehingga ia tidak tahu kelapa yang melambangkan perempuan atau laki-laki yang
diambil. Kelapa diambil dan ditempatkan di area siraman, untuk kemudian
dipecahkan. Hal ini melambangkan perkiraan jenis kelamin calon bayi,daripada
melakukan usg di rumah sakit.
B. SARAN
Saran Perawat sebagai tenaga kesehatan di era modern hendaknya megetahui,
mampu menyelidiki dan meningkatkan pemahaman tentang ilmu teknologi terutama
dalam bidang kedokteran dan kesehatan agar perawat dapat menjadi mitra yang baik
bgi para dokter.
22
DAFTAR PUSTAKA
Bhasin, V. 2007. Medical Antropology a review. Etheno. Med. 1(1): 1-20.
Creswell, Jhon W. 1998. Qalitative Inquriy and Research Design, Choosing Among Fife
Tradision. Calofornia: Sage Piblication.
Foster dan Anderson. 1986. Antropologi Kesehatan. Jakarta: Universitas Indonesia Hendry
Chang. 2001. Upaya mencapai hidup sehat. Jakarta: Gramedia.
https://www.scribd.com/document/380565328/TRADISI-MITONI
http://transferfactorformula.com/kemoterapi-atau-herbal/
23