Anda di halaman 1dari 33

Pelayanan Keperawatan Jiwa Pada

Situasi Bencana
Rasmawati, M.Kep., Ns.Sp.Kep.J
Bencana???
Peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat  timbulnya  korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis

Masyarakat tidak sanggup


menghadapi sendiri

(ANTARA FOTO/BAYU PRATAMA S)


Memerlukan penanganan diluar 
penanganan normal yang
memerlukan bantuan  daerah
Luar dari daerah dampak
bencana.
Foto/Biro Pers Setpres
Jenis Bencana

Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa yang


disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus,
banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.  
Bencana non-alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa non-alam
yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah
penyakit.
Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa yang
diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok  atau antar
komunitas masyarakat, dan teror.

Masalah besar bagi masyaratak yang kena dampak bencana


adalah masalah kesehatan, khususnya kesehatan jiwa meningkat
sebagai akibat dari bencana (WHO, 213)
Tahap bencana

Pra bencana bencana Pasca bencana


Pencegahan, Tanggap darurat: Trauma
mitigasi, dan impact, rescue, menurun
kesiapsiagaan recovery rehabilitasi
Perpons tiap tahap bencana: reaksi 24 jam
setelah bencana
 Tegang, cemas,panic
 Terpaku, linglung, syok, tidak berdaya
 Lelah, bingung
 Menangis, gelisah, menarik diri
 Merasa bersalah

Tindakan yang tepat: pertolongan kedaruratan untuk masalah2 fisik, memenuhi


kebutuhan dasar, membantu individu melalui fase krisis menjadi sumber koping
bagi klien.
Perpons tiap tahap bencana: reaksi minggu 1-3
setelah bencana
 Ketakutan, waspada, sensitive, mudah marah, sulit tidur
 Khawatir, sangat gelisah
 Mengulang-ulang kembali kejadian
 Bersedih
 Reaksi positif yang masih dimiliki: berharap atau berpikir ttg masa depan, terlibat dalam
kegiatan menolong dan menyelamatkan
 Menerima bencana sebagai takdir

Tindakan: berikan informasi yang sederhana dan mudah diakses ttg lokasi jenazah, bantu
mencari keluarga yang terpisah, lakukan aktivitas rekreasi bagi anak-anak, infokan kepada
korban ttg reaksi psikologis yang normal yang terjadi setelah bencana.
Perpons tiap tahap bencana: reaksi lebih dari 3
minggu setelah bencana
 Kelelahan,
 merasa panic
 Kesedihan terus berlanjut,pesimis dan berpikir tidak realistis
 Tidak beraktivitas, isolasi dan menarik diri
 Kecemasan yang dimanivestasikan dn palpitasi, pusing, letih, mual,
sakit kepala, dll

Tindakan: mobilisasi dukungan social, cegah timbulnya bahaya lain


Masalah kesehatan jiwa pada bencana

• Cedera fisik (tingkat ringan-beratkorban meninggal) masyarakat yang


Stessor fisik selamat dan tinggal di pengungsian juga rentan mengalami gangguan
kesehatan fisik

Stressor lingkungan • Lingkungan rusak dan hilangnya harta benda

• Pikiran: persepsi terhadap kejadian yang realistis/tidak realistis


Stressor pikiran • Kehlangan orang yang dicintai  stressor yang sangat berat, terlebih
kejadian ini tidak terduga sebelumnya

Ansietas Depresi
• Kurang konsentrasi, sakit kepala, tidak napsu makan, tidur terganggu
ansieatas

• Sedih yang berkepanjagan, kehilangan minat, merasa lelah walau tidak


bekerja, ada pikiran untuk mengakhiri kehidupan
depresi

• Post traumatic stress disorder


• Masalah kejiwaan yang dapat terjadi pada korban bencana
PTSD
PTSD gangguan ansietas yang terjadi akibat
peristiwa traumatic/bencana yang mengancam
kesehatan dan membuat individu merasa tidak
berdaya

PTSD dengan onset


PTSD akut: 1-3 bulan PTSD kronik > 3
memanjang (with
pasca bencana bulan
delayed onset)
Tanda dang gejala PTSD

 Merasakan kembali peristiwa traumatic muncul dalam bentuk bayangan,


mimpi buruk, bertindak seakan peristiwa terulang kembali, merasa sangat
menderita jika mengingatnya dan disertai detakan jantung yang hebat dan
berkeringat
 Menghindar menghindar terhadap hal yang mengingatkan terhadap
peristiwa trauma. T&G: usaha keras untuk menghindari pikiran, perasaan
atau perbincangan tentang peristiwa traumatis, menghindari orang atau
tempat yang mengingatkan peristiwa traumatis, kehilangan minat
melakukan hal-hal positif, sulit merasakan kesenangan dan tidak punya
harapan
 Waspada: mengalami peningkatan mekanisme fisiologik tubuh saat tubuh
istirahat. T&G sulit tidur, tidur tapi gelisah, mudah marah, sulit
berkonsentrasi, gelisah, tidak tenang, dll
Krisis dan bencana

Karakteristik Krisis
 Suatu gangguan yang disebabkan oleh kejadian yang penuh stress atau ancaman yang
dirasakan
 Koping individu tidak efekti menghadapi ancaman (kejadian presipitasi) ansietas
 Kejadian presipitasi: kehilangan, ancaman kehilangan, tantangan
Respon krisis

 Presipitasi peningkatan ansietas fase respons krisis:


 Ansietas mengaktifkan metode koping yang biasa digunakan. Jika
gagal ansietas meningkat
 Menggunakan mekanisme koping yang baru timbul resolusi. Jika
resolusi tidak terjadi ansietas berat/panic
 Ansietas berat/panic terus menerus disorganisasi psikologis
Penalaran kritis

 Pikirkan suatu krisis yang pernah anda alami.

 Apakah anda merasa bahwa cara anda menanganinya


membuat anda menjadi seseorang yang lebih baik?
Jika ya, bagaimana hal ini bisa terjadi?
Jenis Krisis

 Krisis maturasi
 Krisis situasional
Krisis Maturasi

 Kejadian dalam tugas perkembangan yang membutuhkan


perubahan peran
 Terjadi pada periode transisional kelompok umur
 Dipengaruhi oleh mode peran, sumber interpersonal, dan
respons orang lain
Krisis situasional

 Terjadi ketika suatu kejadian dalam kehidupan mengganggu


keseimbangan psikologis seseorang/kelompok
 Contoh: kehilangan pekerjaan, kehilangan orang yang dikasihi,
kehamilan yang tak diinginkan, dll
 Dapat berupa kejadian yang tiba-tiba, tidak wajar, dan tidak
diharapkan bencana alam/bencana buatan manusia
Karakteristik bencana

 Intensitas dampak: bencana dalam waktu singkat kebanyakan menyebabkan


distress daripada yang terjadi pada periode waktu yg lebih lama
 Rasio dampak: ketika suatu bencana memengaruhi komunitas, beberapa individu
dapat menyediakan dukungan materi & emosional
 Potensi untuk terulang kembali:  dapat menimbulkan stress
 Aspek budaya dan simbolik: aktivitas rutin terganggu
 Rentang & jenis kehilangan yang dialami oleh penyintas secara berkelanjutan:
kerusakan, kehilangan, perbedaan pemulihan emosional
Fase Respons Bencana
Fase Respons
Fase Bencana bervariasi dalam jumlah peringatan yang diterima.
peringatan/ancaman Jika tidak ada peringatan sebelumnya tidak aman, takut
terhadap tragedy dimasa datang
Fase dampak Semakin besar cakupan dan kehilangan personal semakin
besar efek psikososialnya
Fase Altrusme merupakan hal yang penting antara penyintas dan
penyelamatan/heorik pemberi respons kedaruratan
Fase penyelesaian Para penyintas dapat mengalami rasa optimis
Fase Respons Bencana
Fase Respons
Fase inventori Optimisme yang tidak realistis pada pengalaman
sebelumnya dapat membuat menjadi tidak berani
dan lelah
Fase kekecewaan Saat bantuan sudah tidak ada, para penyintas
merasa diabaikan
Fase Para penyintas menyadari bahwa penyelesaian
rekonstruksi/pemuli masalah terkait pembangunan kembali kehidupan
han mereka
Intervensi krisis dan bencana

 Strategi tindakan yang singkat, focus dan cepat yang


efektif dalam menolong seseorang untuk menghadapai
kejadian yang penuh stress secara adaptif
 Dibatasi dalam 6 minggu
 Tujuan: mengembalikan seseorang pada level fungsi pra
kritis
Pengkajian
Perilaku yang biasa ditampilkan setelah krisis
Kemarahan
Apatis
Kejenuhan
Menangis
Ketakutan
Pelupa
Skit kepala
Keputusasaan
Insomnia
Pikiran yang mengganggu
Mimpi buruk
Ide bunuh diri
Dll…
Aspek yang perlu dikaji

 Kejadian presipitasi
 Persepsi klien terhadap stressor
 Karakteristik & kekuatan system pendukung
 Kekuatan dan mekanisme koping klien sebelumnya
Kejadian Presipitasi

Untuk mengidentifikasi presiptasi mengeksplorasi


kebutuhan klien
 Kebutuhan harga diri meraih sukses dalam pengalaman peran sosialnya
 Kebutuhan kepiawaian peran sukses dalam peran pekerjaan, seksual dan
keluarga
 Kebutuhan ketergantungan kepuasan hubungan saling ketergantungan
tercapai
 Kebutuhan fungsi biologis merasa aman dan kehidupannya tidak terancam
Persepsi terhadap kejadian

Pada saat bencana, persepsi terhadap kejadian mungkin mirip, pada


kejadian lain mungkin tidak terlalu jelas.

Contoh
Seorang pria dengan penyakit kronis yang baru saja mengalami
kekambuhan penyakitnya mungkin menemukan bahwa fungsi
biologisnya terancam
Sistem pendukung dan sumber koping

 Apakah klien hidup sendiri, bersama keluarga, atau teman?


Mekanisme Koping

 Bagaimana klien menangani krisis yang lain?


 Apakah klien menceritakan masalahnya?
 Apakah aktivitas fisik dilakukan untuk menurunkan ketegangan?
 Apakah klien menemukan kelegaan setelah menangis?
Perencanaan dan implementasi

 Manipulasi lingkungan
 Dukungan umum perawat berada di pihak klien dan jadi penolong bagi klien
 Pendekatan generik mis pada pasien berduka
 Pendekatan individumemfasilitasi proses kognitif dan emosional dari kejadian traumatic
dan peningkatan koping
 Teknik mencoba berbagai teknik yang berbeda
Tindakan keperawatan untuk area krisis dan
bencana
Area Target Tindakan keperawatan

Kebutuhan dasar Siapkan penghubung dengan agen sosial

Defisit fisik Fokus pada kedaruratan fisik, rujuk pada pemberi


layanan kesehatan
Tindakan keperawatan untuk area krisis dan
bencana
Area Target Tindakan keperawatan
Efek psikologis
Syok Perhatikan pada kejadian krisis yang diceritakan
Kebingungan Berikan dukungan yang menguatkan, izinkan perilaku regresi
Pegingkaran Izinkan pengingkaran yang terjadi secara intermitten, identifikasi
perhatian utama klien
Ansietas Siapkan kegiatan terstruktur, lakukan tindakan anti ansietas
kelelahan Dorong sublimasi dan aktivitas konstruktif
Tindakan keperawatan untuk area krisis dan
bencana
Area Target Tindakan keperawatan
Faktor protektif
Koping Dorong mekanisme koping yang adaptif dan disukainya, tekankan
rasionalisasi, humor, dan sublimasi
Kemampuan diri Dukung keberhasilan klien yang telah dicapai, turunkan keraguan diri
yang irasional, tekankan harapan untuk memproduksi hasil
Dukungan Tambahkan dukungan sosial kepada kehidupan klien; berikan dukungan
professional,rujuk untuk konseling jika dibutuhkan bantu klien
mengembangkan strategi koping yang baru
Evaluasi

 Apakah hasil yang diharapkan telah tercapai dan apakah klien kembali pada level fungsi
pra krisis
 Apakah kebutuhan klien yang terancam oleh situasi krisis dapat dipenuhi? Apakah gejala
yang dialami klien berkurang atau terselesaikan?
 Apakah klien memiliki system pendukung dan sumber koping yang cukup mampu
diandalkan?
 Apakah mengunakan mekanise koping yan konstruktif?
 Apakah klien mendemonstrasikan respons krisis yang adaptif?
 Apakah klien butuh disrujuk untuk tambahan tindakan?
Referensi

 Stuart, G.W., Keliat B.A., Pasaribu J. (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan
Jiwa Stuart. Edisi Indonesia 10. Mosby: Elsevier (Singapore) Pte Ltd.
 Keliat, B.A & Marlliana, T. (2018). Dukungan Kesehatan Jiwa dan Psikososial
Keperawatan Jiwa. Depok: Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai