Seorang Perempuan usia 31 tahun tengah dirawat di RS umum karena menderita HIV AIDS.
Perawat melakukan pengkajian, ditemukan data bahwa klien menunjukkan perilaku banyak
diam, menolak melakukan aktivitas ibadah yang diadakan di RS. Klien mengatakan bahwa
penyakit yang ia derita karena Tuhan marah dan mengutuknya akibat perilaku menyimpang yang
ia lakukan selama ini. Klien merasa tidak ada yang memahami dirinya saat ini bahkan keluarga
tidak mau memaafkan klien, tidak pernah membesuk dan merasa diasingkan. Klien marah pada
diri sendiri mengapa ia melakukan kesalahan besar. Klien merasa hidup sudah tidak lagi
bermakna. Kepada perawat klien mengaku kalau ia tidak mampu berdo'a dan bermaksud
mempelajari agama lain yang bisa memaafkan dosa-dosanya. Perawat menyusun intervensi
keperawatan, salah satunya adalah mengikutsertakan tokoh agama, namun klien menolak dan
mengatakan tidak tertarik dengan kegiatan keagamaan yang ia anut.
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Data Subjektif :
1. Klien mengatakan penyakit yang ia derita karna Tuhan marah dangan mengutuknya akibat
perilaku menyimpang yang selama ini ia lakukan.
5. Klien mengatakan bahwa ia marah terhadap dirinya sendiri kama melakukan kesalahan besar.
7. Klien mengatakan ia tidak mampu ber do'a dan bermaksud mempelajari agama
Data Objektif :
2. Diagnosa Keperawatan
Distress spiritual
Tujuan khusus:
4. Tindakan Keperawatan
a) Membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien merasa aman dan
nyaman saat berinteraksi
Tindakan yang harus dilakukan dalam membina hubungan saling percaya adalah
2 Berjabat tangan
4 Membuat kontrak (topik, waktu, tempat, tujuan) setiap kali bertemu pasien
A. Fase Orientasi.
1) Salam.
"Assalamu'alaikum, selamat pagi. Perkenalkan nama saya Ns. Nelvita Sari, saya senang
dipanggil Perawat Vita kalau boleh tau siapa nama ibu?”
2) Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan ibu hari ini?" Apakah ada yang sedang ibu pikirkan?
3) Kontrak :
• Topik
Bagaimana jika sekarang kita berbincang-bincang, tentang perasaan sedih yang Ibu alami?"
• Waktu
"Bagaimana kalau kita berbincang-bincang selama 20 menit kedepan? Apakah Ibu bersedia?"
• Tempat
• Tujuan
"Tujuan pertemuan kita ini adalah agar Ibu dapat mengetahui perasaan sedih yang Ibu rasakan
dan saya bisa membantu masalah yang ibu sedang alami saat ini
B. Fase Kerja
"Baik bu, saya mengerti apa yang sedang ibu rasakan. Kalau boleh saya tahu apa yang
membuat ibu sangat yakin kalau Tuhan tidak mau memaafkan dosa-dosa ibu?
"Baik bu, kalau boleh saya simpulkan saat ini ibu sedang mengalami distress spiritual. Kira kira
ibu tahu tidak apa maksud dari distress spiritual ini?
"Jadi distress spiritual ini merupakan Gangguan pada keyakinan atau sistem nilai berupa
kesulitan merasakan makna dan tujuan hidup melalui hubungan dengan diri, orang lain,
lingkungan atau tuhan.
"Baik ibu, bagaimana kalau saya memberikan cara kepada ibu dalam mengatasi distress spiritual
ini?" "Yang pertama coba sekarang ibu renungkan apa saja hal-hal yang sudah tejadi selama ibu
hidup. Apakah ibu pernah mengalami hal-hal yang tidak terduga seperti ibu merasa kehilangan
uang tetapi pada saat yang bersamaan ada seseorang yang menggantikan uang ibu yang hilang
tadi baik sama sama berwujud uang ataupun hal yang lain. Itu tandanya Tuhan telah
mengirimkan bantuan kepada ibu melalui perantara oranglain. Dan ibu harus ingat juga bahwa
Tuhan Maha Pengasih lagi Maha Penyayang." "Lalu ibu coba pikirkan ibadah apa saja yang
sering ibu lakukan"
"wah bagus sekali suara ibu saat sholawat. Nah, sekarang kita buat daftar harian hal apa saja
yang akan ibu lakukan ya. Ibu juga bisa menambahkan ibadah lainnya yang akan ibu lakukan. Ini
akan membuat ibu lebih dekat kepada Tuhan dan membuat hidup ibu lebih nyaman."
C. Fase Terminasi
a. Evaluasi
. Subyektif
"Baik, bagaimana perasaan Ibu setelah kita berbincang tentang masalah yang Ibu rasakan?"
Obyektif
"Coba Ibu ulangi, hal baik apa saja yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan masalah? "Bagus
sekali Ibu."
"Kapan ibu dapat melakukan ibadah yang lainnya?" "Baik ibu, mari kita tulis di daftar harian ibu
ya. Agar ibu tidak lupa mengerjakan ibadahnya."
• Topik
“Tidak terasa ya bu waktu berbincangan kita sudah 20 menit, bagamana jika berbincang kembali
besok? Besok kita akan mendiskusikan tentang persiapan alat-alat sholat dan cara-cara
menjalankan sholat baik sendiri maupun berjamaah."
• Waktu
"Bagaimana kalau kegiatan besok dilakukan di jam yang sama seperti hari ini?
“Berapa lama ibu punya waktu untuk berbincang-bincang dengan saya besok?. 30 menit apakah
cukup?”
• Tempat?
“ Ibu ingin melakukan kegiatan besok dimana? Di ruangan ini atau mushola?”
“Ya sudah, la;au begitu kita melakukannya disini lagi ya. Saya permisi dulu ya bu,
Assalamualaikum”