Keperawatan Jiwa 1
Disusun Oleh:
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang ASKEP
Klien Dengan Distress Spiritual.
Makalah ini berisi tentang ASKEP Klien Dengan Distress Spiritual.Dalam penyusunannya
penulis melibatkan berbagai pihak, baik dari dalam kampus maupun luar kampus. Oleh
karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih atas segala dukungan yang diberikan
untuk menyelesaikan makalah ini.
Meski telah disusun secara maksimal oleh penulis, akan tetapi penulis sebagai manusia biasa
sangat menyadari bahwa makalah ini sangat banyak kekurangannya dan masih jauh dari kata
sempurna. Karenanya penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga para pembaca dapat mengambil manfaat
dan pelajaran dari makalah ini.
(Penulis)
1
2
Daftar Isi
Kata Pengantar.........................................................................................................................1
Daftar Isi...................................................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................3
Pendahuluan.............................................................................................................................3
A. Latar Belakang..........................................................................................................3
B. Tujuan........................................................................................................................3
BAB II.......................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.......................................................................................................................4
A. Definisi Distress Spiritual.........................................................................................4
B. Pengertian disteress spiritual...................................................................................4
C. Batasan Karakteristik...............................................................................................5
D. Etiologi........................................................................................................................5
E. Patosiologi..................................................................................................................6
F. Strategi pelaksanaan Distress Spiritual...................................................................6
G. Mekanisme Koping dari Distress Spiritual.............................................................7
H. Psikopatologi/Psikodinamika...................................................................................8
I. Respon Perilaku. Diagnosa Medis dan Diagnosa Keperawatan...........................9
1. Kasus Distress Spiritual............................................................................................9
2. Diagnosa Medis..........................................................................................................9
3. Diagnosa Keperawatan.............................................................................................9
J. Penatalaksanaan........................................................................................................9
1. Terapi Medis..............................................................................................................9
2. Terapi Keperawatan.................................................................................................9
BAB III....................................................................................................................................11
PENUTUP...............................................................................................................................11
A. Kesimpulan..............................................................................................................11
B. Saran.........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................12
3
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Spiritual adalah suatu akitivitas individu untuk mencari arti dan tujuan hidup yang
berhubungan dengan kegiatan spiritual atau agama. Distress Spiritual merupakan
merupakan suatu respons akibat dari suatu kejadian yang traumatis baik fisik maupun
emosional yang tidak sesuai dengan keyakinan atau kepecayaan pasien dalam menerima
kenyataan yang terjadi . Bagi individu yang mengalami masalah bencana, Ketidaknyamanan
akibat permasalahan-permasalahan akan menimbulkan pertanyaan bagi klien tentang
kejadian yang akan terjadi selanjutnya terhadap dirinya. Klien terkadang ragu terhadap
spiritual atau agama yang dianutnya. Menurut Rousseau (2003) distress spiritual harus pula
diperhatikan atau dipertimbangkan bila klien mengeluh gejala-gejala fisik dan tidak
berespon terhadap intervensi yang efektif. Pada umumnya seseorang akan mengikuti tradisi
agama dan spiritual keluarga. Seseorang belajar pentingnya menjalankan kegiatan agama
termasuk nilai moral dari hubungan keluarga. Akan tetapi perlu diperhatikan apapun tradisi
agama atau sistem kepercayaan yang dianut individu, tetap saja pengalaman spiritual unik
bagi setiap individu. Pengalaman hidup baik yang positif maupun pengalaman negatif dapat
mempengaruhi spiritual seseorang. Peristiwa buruk dianggap sebagai suatu cobaan yang
diberikan Tuhan pada manusia untuk menguji imannya. Krisis dan perubahan dapat
menguatkan kedalaman spiritual seseorang. Krisis sering dialami ketika seseorang
menghadapi penyakit, penderitaan, proses penuaan, kehilangan, dan bahkan kematian.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang distress spiritual
2. Untuk mengetahui tentang psikopatologi atau psikodinamika
3. Untuk mengetahui dan memahami tentang diagnosa medis dan diagnosa keperawatan
4. Untuk mengetahui strategi pelaksanaan distress spiritual
4
BAB II
PEMBAHASAN
Distress spiritual juga didefinisikan sebagai gangguan dalam prinsip hidup yang
meliputi seluruh kehidupan seseorang yang diintegrasikan secara biologis dan psikososial
(EGC, 2011). Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa distress psiritual adalah kegagalan
individu menemukan arti atau kebermaknaan kehidupannya. Distress spiritual adalah
gangguan pada prinsip hidup yang meliputi aspek dari seseorang yang menggabungkan
aspek psikososial dan biologis seseorang.(Wilkinson, Judith M., 2007: 490)
Menurut Monod (2012) Distress spiritual muncul ketika kebutuhan spiritual tidak
terpenuhi, sehingga dalam menghdapi penyakitnya pasien mengalami depresi, cemas, dan
marah kepada tuhan. Distress spiritual dapat menyebabkan ketidakharmonisan dengan diri
sendiri, orang lain, lingkungan dan Tuhannya (Mesnikoff, 2002 dalam Hubbell et al, 2006).
Menurut Mirowsky dan Ross (2003) distress diakibatkan oleh dua bentuk utama
yaitu depresi dan kecemasan. Depresi adalah perasaan sedih, kehilangan semangat,
kesepian, putus asa, atau tidak berharga, berharap orang lain mati, kesulitan tidur, menangis,
merasa segala sesuatu adalah sebuah usaha, dan tidak mampu untuk pergi. Kecemasan
adalah ketegangan, gelisah, khawatir, marah, dan takut.
Spiritualitas (spirituality) merupakan sesuatu yang dipercayai oleh seseorang dalam
hubungannya dengan kekuatan yang lebih tinggi tuhan, yang menimbulkan suatu kebutuhan
serta kecintaan terhadap adanya tuhan, dan permohonan maaf atas segala kesalahan yang
pernah diperbuat (Alimul, 2006).
Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan
mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dengan diri, orang lain, seni, musik,
literature, alam dan kekuatan yang lebih besr dari dirinya (Nanda, 2005). Dengan kata lain
dapat dikatakan bahwa distres spiritual adalah kegagalan individu dalam menemukan arti
kehidupannya.
5
Karakteristik pasien yang mengalami distres spiritual menurut Dover (2001) antara
lain: pasien putus asa, tidak memiliki tujuan dalam hidupnya, menganggap dirinya dijauhi
Tuhan, dan tidak melakukan kegiatan ibadah.
C. Batasan Karakteristik.
4. Hubungan dengan kekuatan yang lebih besar dari pada dirinya sendiri.
a) Mengungkapkan kemarahan terhadap kekuatan yang lebih besar dari dirinya.
b) Mengungkapkan telah diabaikan.
c) Mengungkapkan ketidak berdayaan.
d) Mengungkapkan penderitaan.
D. Etiologi.
Menurut Vacarolis (2000) penyebab distres spiritual adalah sebagai berikut :
a. Pengkajian Fisik → Abuse
b. Pengkajian Psikologis → Status mental, mungkin adanya depresi, marah, kecemasan,
ketakutan, makna nyeri, kehilangan kontrol, harga diri rendah, dan pemikiran yang
bertentangan (Otis-Green, 2002).
c. Pengkajian Sosial Budaya → dukungan sosial dalam memahami keyakinan klien
(Spencer, 1998).
1. Faktor Predisposisi.
Gangguan pada dimensi biologis akan mempengaruhi fungsi kognitif seseorang
sehingga akan mengganggu proses interaksi dimana dalam proses interaksi
6
ini akan terjadi transfer pengalaman yang penting bagi perkembangan spiritual
seseorang. Faktor predisposisi sosiokultural meliputi usia, gender,
pendidikan, pendapatan, okupasi, posisi sosial, latar belakang budaya,
keyakinan, politik, pengalaman sosial, tingkatan sosial.
2. Faktor Presipitasi.
a. Kejadian Stresfull.
Mempengaruhi perkembangan spiritual seseorang dapat terjadi karena
perbedaan tujuan hidup, kehilangan hubungan dengan orang yang terdekat
karena kematian, kegagalan dalam menjalin hubungan baik dengan diri sendiri,
orang lain, lingkungan dan zat yang maha tinggi.
b. Ketegangan Hidup.
Beberapa ketegangan hidup yang berkonstribusi terhadap terjadinya distres
spiritual adalah ketegangan dalam menjalankan ritual keagamaan, perbedaan
keyakinan dan ketidakmampuan menjalankan peran spiritual baik dalam
keluarga, kelompok maupun komunitas.
E. Patosiologi.
2. Tindakan Keperawatan.
a) Bina hubungan saling percaya dengan pasien.
b) Kaji faktor penyebab gangguan spiritual pada pasien.
7
c) Bantu pasien mengungkapkan perasaan dan pikiran akan terhadap spiritual yang
diyakininya.
d) Bantu klien mengembangkan skill untuk mengatasi perubahan spiritual dalam
kehidupan.
e) Fasilitasi pasien dengan alat-alat ibadah sesuai keyakinan atau agama yang dianut
oleh pasien.
f) Fasilitasi klien untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang lain
g) Bantu pasien untuk ikut serta dalam kegiatan keagamaan.
h) Bantu pasien mengevaluasi perasaan setelah melakukan kegiatan ibadah atau
kegiatan spiritual lainnya.
Menurut Mooss (1984) yang dikutip Brunner dan Suddarth menguraikan yang
positif (Teknik Koping) dalam menghadapi stress, yaitu:
8
3. Teknik Perilaku
H. Psikopatologi/Psikodinamika
1. Faktor Predisposisi
Gangguan pada dimensi biologis akan mempengaruhi fungsi kognitif
seseorang sehingga akan mengganggu proses interaksi dimana dalam proses interaksi
ini akan terjadi transfer pengalaman yang penting bagi perkembangan spiritual
seseorang.
Faktor Predisposisi sosiokultural meliputi usia, gender, pendidikan,
pendapatan, okupasi, posisi sosial, latar belakang budaya, keyakinan, politik,
pengalaman sosial, tingkatan sosial. Faktor Predisposisi psikologi meliputi
kecerdasan, keterampilan verbal, moral, pengalaman masa lalu, konsep diri, motivasi,
pola asuh, pertahanan psikologi, dan kontrol.
2. Faktor Presipitasi
a) Kejadian Stresful
Mempengaruhi perkembangan spiritual seseorang dapat terjadi karena
perbedaan tujuan hidup, kehilangan hubungan dengan orang yang terdekat karena
kematian, kegagalan dalam menjalin hubungan baik dengan diri sendiri, orang lain,
lingkungan dan zat yang maha tinggi.
b) Ketegangan Hidup
Beberapa ketegangan hidup yang berkonstribusi terhadap terjadinya distres
spiritual adalah ketegangan dalam menjalankan ritual keagamaan, perbedaan
keyakinan dan ketidakmampuan menjalankan peran spiritual baik dalam keluarga,
kelompok maupun komunitas
Penilaian Terhadap Stressor :
1. Respon Kognitif
2. Respon Afektif
9
3. Respon Fisiologis
4. Respon Sosial
2. Diagnosa Medis
a) Stress
b) Depresi
3. Diagnosa Keperawatan
1. Keputusasaan yang berhubungan dengan keyakinan bahwa tidak ada yang
peduli, termasuk Tuhan
2. Distress Spiritual berhubungan dengan: tantangan sistem keyakinan dan
nilai, tes keyakinan spiritual (Sumber: Wilkinson, 2005).
J. Penatalaksanaan
1. Terapi Medis
Psikofarmaka pada distres spiritual tidak dijelaskan secara tersendiri.
Berdasarkan dengan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ)
di Indonesia III aspek spiritual tidak digolongkan secara jelas apakah masuk kedalam
aksis satu, dua, tiga, empat atau lima
2. Terapi Keperawatan
Pada fase rencana keperawatan, perawat membantu pasien untuk mencapai
10
tujuan yaitu memelihara atau memulihkan kesejahteraan spiritual sehingga kepuasan
spiritual dapat terwujud. Rencana keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan
berdasarkan NANDA (2012) meliputi :
a. Mengkaji adanya indikasi ketaatan pasien dalam beragama, mengkaji sumber-
sumber harapan dan kekuatan pasien, mendengarkan pendapat pasien tentang
hubungan spiritual dan kesehatan, memberikan privasi, waktu dan tempat bagi
pasien untuk melakukan praktek spiritual, menjelaskan pentingnya hubungan
dengan Tuhan, empati terhadap perasaan pasien, kolaborasi dengan pemuka agama,
meyakinkan pasien bahwa perawat selalu mendukung pasien.
b. Menggunakan pendekatan yang menenangkan pasien, menjelaskan semua prosedur
dan apa yang akan dirasakan pasien selama prosedur, mendampingi pasien untuk
memberikan rasa aman dan mengurangi rasa takut, memberikan informasi tentang
penyakit pasien, melibatkan keluarga untuk mendampingi.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Distress spiritual adalah suatu keadaan yang berhubungan dengan gangguan
kemampuan memaknai hidup melalui hubungan dengan diri sendiri, orang lain, atau
dengan kekuatan yang lebih tinggi. Masalah yang sering terjadi pada pemenuhan
kebutuhan spiritual adalah distress spiritual, yaitu kerusakan kemampuan dalam
mengalami dan mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dihubungkan
dengan diri, orang lain, seni, musik, literature, alam, atau kekuatan yang lebih besar
dari dirinya. Pengalaman hidup baik yang positif maupun pengalaman negatif dapat
mempengaruhi spiritual seseorang. Krisis dan perubahan dapat menguatkan
kedalaman spiritual seseorang. Krisis sering dialami ketika seseorang menghadapi
penyakit, penderitaan, proses penuaan, kehilangan, dan bahkan kematian.
B. Saran
Perawat sebagai satu-satunya petugas kesehatan yang berinteraksi dengan pasien
selama 24 jam maka perawat adalah orang yang tepat untuk memenuhi kebutuhan
spiritual pasien. Oleh karena itu, sebagai perawat yang profesional harus memiliki
pengetahuan dan skill menangani klien dengan distress spiritual. Ketika memberikan
asuhan keperawatan kepada klien, perawat diharapkan peka terhadap kebutuhan
spiritual klien, tetapi dengan berbagai alasan ada kemungkinan perawat justru
menghindar untuk memberi asuhan spiritual.
12
DAFTAR PUSTAKA
Aziz Alimul.H. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Munusia : Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Nanda. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda Definisi dan Klasifikasi 2005 -2006.
Editor : Budi Sentosa. Jakarta : Prima Medika
Nursalam dan Dian N.2007. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi
HIV.Jakarta : Salemba Medika
13