Anda di halaman 1dari 25

PRAKTIK BUDAYA DAN AGAMA DALAM SIKLUS REPRODUKSI

A. Latar Belakang

Kesehatan reproduksi memiliki aspek biologis dan sosiobudaya. Dalam konteks Iokal, budaya
dan agama berpengaruh terhadap perilaku kesehatan reproduksi baik itu asuhan antenatal, persalinan dan
nifas, baik secara positif maupun negatif. Banyak faktor yang telah dinyatakan sebagai tantangan dalam
pembangunan kesehatan reproduksi, seperti Budaya dan Agama yang masih berpengaruh terhadap
kepercayaan dalam siklus reproduksi.

Hal ini dibuktikan dengan masih tingginya prevalensi penyakit menular dan penyakit infeksi
lainnya, masih tıngginya angka kelahiran dan kematian bayi, amun hal yang perlu diperhatikan pula
sebagai tantangan dalam pembangunan kesehatan adalah respon perilaku masyarakat dalam menerima
perubahan.

Salah satu kendala utama penerimaan progam-progam adalah kendala kepercayaan pada
masyarakat yang semula hanya mengenal sistem medis tradisional. Masyarakat dalam kesatuan suku-suku
dan agama dengan identitas kebudayaannya masing-masing, memiliki dan mengembangkan sistem
medisnya sendiri sebagai bahan dari kebudayaan mereka secara turun temurun.

B. Tujuan
a. Tujuan umum
Peneliti bertujuan untuk menggali perspektif di masyarakat dalam Praktik Budaya dan
Agama dalam Siklus Reproduksi.

b. Tujuan Khusus
Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk:
a. Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang Kesehatan reproduksi.
b. Menganalisa seberapa besar pengaruh tingkat praktik budaya dan agama dalam
siklus reproduksi

C. 1.Profile Penelitian
Table 1.

Judul Nilai-Nilai dan Praktek Budaya Tentang Pemenuhan


Kesehatan
Perempuan Bawean
Pengarang Pinky Saptandari Ep
Sumber Jurnal Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik
Univesrsitas Airlangga
Key words reproductive health right, naturalistic medical system
Abstrack Artikel ini merupakan ringkasan Penelitian tentang “Nilai-Nilai
dan Praktek Budaya tentang Pemenuhan Kesehatan Perempuan”,
dengan pendekatan kualitatif yang dilaksanakan di kecamatan
Sangkapura dan kecamatan Tambak di pulau Bawean yang
merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Gresik.
Permasalahan kesehatan, termasuk permasalahan kesehatan
perempuan di Bawean dipengaruhi faktor medis dan non medis.
Faktor medis berupa mitos, tabu, dan kepercayaan-kepercayaan
dalam masyarakat dapat dijelaskan dengan konsep dan teori
antropologi kesehatan dan konsep teori antropologi gender.
Berbagai mitos, tabu, dan kepercayaan tentang makanan yang
berlaku dalam setiap masyarakat, dengan penjelasan-penjelasan
budaya yang bermacam-macam, boleh dikatakan sebagai bentuk
pembatasan budaya terhadap kecukupan gizi, yang pasti akan
berpengaruh terhadap kondisi kesehatan, juga dapat dijelaskan
dari sistem medis naturalistik.
Bahwa faktor medis dan faktor non-medis seperti ekonomi,
kemiskinan, politik, sosial, budaya dan lingkungan saling
menguatkan. Kontribusi faktor-faktor non-medis cukup besar
terhadap kondisi kesehatan perempuan Bawean, khususnya
dalam pemenuhan hak kesehatan reproduksi. Pemahaman tentang
kesehatan, khususnya kesehatan reproduksi pada perempuan
Bawean diwarnai gabungan antara pengetahuan medis dan non
medis, di mana terdapat keberagaman dalam nilai-nilai,
kepercayaan, mitos-mitos dan praktik-praktik budaya tentang
kesehatan reproduksi perempuan. Relatif masih kuatnya,
pengaruh nilai-nilai dan praktik budaya setempat terhadap
pemenuhan hak kesehatan reproduksi perempuan yang ditandai
dengan mitos dan tabu terkait haid, kehamilan maupun kelahiran.
Dominasi ideologi patriarki juga mewarnai nilai-nilai dan
praktik budaya masyarakat Bawean, termasuk berpengaruh
terhadap pemenuhan kesehatan perempuan, khususnya
pemenuhan kesehatan reproduksi. Sistem pengetahuan lokal yang
merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat Bawean yang
mengandung tata nilai, etika, norma, aturan dan ketrampilan dari
suatu masyarakat dalam memenuhi tantangan atau kebutuhan
hidupnya. Di mana eksistensi dan pemanfaatannya dikontrol oleh
masyarakat, termasuk dalam bidang kesehatan. Masyarakat
Bawean menganut sistem medis naturalistik, yang mengutamakan
keseimbangan atau harmoni dengan alam dan juga mewarnai
kepercayaan dan praktik budaya tentang kesehatan perempuan. Di
sisi lain, masih terdapat tingginya AKI dan AKB, walaupun sudah
dijumpai upaya perbaikan dalam berbagai fasilitas dan layanan
kesehatan setempat. Komitmen yang mulai membaik dalam upaya
perbaikan layanan kesehatan dapat dijumpai pada peningkatan
layanan kesehatan di Puskesmas Sangkapura, Puskesmas
Tambak, maupun pada klinik-klinik KB di wilayah Bawean.

Tahun Publikasi Thn 2016

D. Deskripsi Penelitian
Table 2

Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh praktik budaya terhadap kesehatan reproduksi
perempuan
Desain penelitian Desain penelitian ini dilakukan dengan metode wawancara secara
mendalam dan penelitian perspektif feminis dengan metode FGD
Populasi/sampel penelitian Populasi penduduk di Kecamatan Sangkapura dan Kecamatan
Tambak berada di pulau Bawean, di mana penelitian ini
dilaksanakan jumlah penduduknya berdasarkan data tahun 2015
berjumlah 106.643. Dengan rincian untuk Kecamatan
Sangkapura sebanyak 69.651 jiwa . Jumlah ini menurun dari
jumlah penduduk sebelumnya yang mencapai 73.690 jiwa.
Berbeda dengan Kecamatan Tambak yang mengalami kenaikan
jumlah penduduk dari tahun lalu sebanyak 36.689 jiwa menjadi
36.992 jiwa pada tahun 2015.
Jumlah penduduk di Kecamatan Sangkapura lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah penduduk di Kecamatan Tambak.
Jumlah penduduk di Kecamatan Sangkapura adalah 38.586
penduduk laki-laki dan 38.154 pnduduk perempuan. Di
Kecamatan Tambak, 21.416 penduduk laki-laki dan 20.685
penduduk perempuan.
Variable Penelitian Diskusi secara mendalam
Instrument Penelitian Ada tiga wujud kebudayaan yang dapat diuraikan untuk
menganalis perkembangan kesehatan dan kesehatan reproduksi
perempuan Bawean, yakni:
(i) Aspek Filsofi dan Nilai: Adanya filosofi & nilai2
terkait hubungan manusia dengan Tuhan, sesama
manusia & Alam. Adanya filosofi tentang bersahabat
dengan alam serta penggunaan bahan alam, seperti
jamu dan ramuan tradisional. Masih kuatnya tabu,
mitos & simbolisme terkait dengan kesehatan,
kebugaran dan kecantikan perempuan;
(ii) Proses dan Aktivitas Bersama: mulai dari proses dan
aktivitas saat haid, kehamilan, proses kelahiran, serta
pasca melahirkan. Melibatkan perempuan sebagai
pasien maupun pemberi layanan kesehatan maupun KB
dari Bidan dan Dokter, juga proses persalinan dan
perawatan pasca persalinan yang dilakukan oleh Dukun
atau Balian;
(iii) Aspek Hasil Karya/Produk: berbagai macam obat dan
jamu tumbuhan, rempah, herbal, minuman herbal,
Jamu, lulur, mangir, yang digunakan sebagai bahan
perawatan saat haid, hamil, kelahiran, maupun pasca
melahirkan. Di Bawean masih sangat kuat adanya
mitos, tabu, dan kepercayaankepercayaan tentang
makanan yang dikaitkan dengan kehamilan dan
kelahiran dengan penjelasanpenjelasan budaya yang
beragam. Inilah yang disebut dengan bentukbentuk
pembantasan budaya terhadap kecukupan gizi, yang
pasti akan berpengaruh terhadap kondisi kesehatan
(Kalangie, 1985).

Hasil Penelitian Melalui data statistik, data hasil wawancara dan data
Diskusi FGD, dapat ditarik kesimpulan bahwa secara umum
kondisi kesehatan dan kesehatan reproduksi perempuan Bawean
dari Kecamatan Sangkapura dan Kecamatan Tambak relatif baik.
Sarana prasana kesehatan cukup memadai, fasilitas layanan
kesehatan mulai dari posyandu, kinik KB dan Puskesmas
termasuk kategori baik. Kesadaran masyarakat akan pentingnya
memelihara kesehatan rekatif baik.
Pemenuhan kesehatan maupun kesehatan reproduksi pada
perempuan Bawean juga relatif membaik, ditandai juga dengan
semakin meningkatnya jumlah layanan kesehatan dan Klinik
KB. Pemenuhan kesehatan reproduksi sudah meliputi tiga hal,
yakni kemampuan reproduksi, keberhasilan reproduksi serta
keamanan reproduksi, sebagaimana hasil FGD. Namun, juga
masih ditemukan nilai-nilai budaya, cara pandang dan perilaku
dalam keluarga dan masyarakat tentang kesehatan dan
kesehatan reproduksi perempuan, yang ditandai dengan: masih
banyak kepercayaan dan mitos-mitos tentang kesehatan
reproduksi, haid, kehamilan dan kelahiran yang acapakali
berbeda dengan yang diajarkan Bidan dan
Dokter.

Melalui pendekatan holistik membantu pemahaman tentang


pentingnya kerangka holistik yang meliputi aspek spiritual,
sosial budaya, ekonomi, lingkungan terkait kesehatan dan
kesehatan reproduksi perempuan. Bahwa kesehatan perempuan
tidak dapat dildpaskan dari faktor medis maupun faktor non-
medis. Melalui Relativisme Budaya, membantu pemahaman
bahwa setiap nilai dan praktik dalam kesehatan dan kesehatan
reproduksi perempuan memiliki keragaman dan bersifat relatif
satu dengan yang lain terkait Etnosentrisme. Hal ini ditemukan
pada kebiasaan dan praktik-praktik budaya masyarakat Bawean.
Secara relatif sebenarnya sudah terpenuhi hak kesehatan
reproduksi perempuan Bawean yang meliputi kemampuan
reproduksi, keberhasilan reproduksi dan keamanan reproduksi.
Hal itu dapat dilihat dari peningkatan jumlah sarana prasarana
kesehatan, berupa Puskesmas yang sedang ditingkatkan menjadi
Rumah Sakit tipe C, serta meningkatkan jumlah Klinik KB. Di
sisi lain juga masih dijumpai berbagai kendala yang
menyebabkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian
bayi (AKB) masih cukup tinggi.
Mengacu pada pendapat Emily Martin (1989), ditemukan
adanya metafora medis atas tubuh perempuan di Bawean yag
dihubungkan dengan kondisi haid hingga proses kelahiran. Hal
ini sejalan dengan pemikiran Emily Martin yang menunjukkan
bahwa selama usia produktifnya, kaum perempuan harus
berurusan dan menyerahkan segala urusan berkaitan dengan
tubuh dan kesehatannya kepada layanan medis. Patut
diperhatikan ajakan Emily Martin untuk memahami kondisi
tubuh fisik perempuan tidak hanya dari sisi ilmu pengetahuan
kedokteran semata, namun juga dari sisi budaya dan sekaligus
dari sisi pandangan dan pengalaman perempuan.

Kesimpulan Berdasarkan uraian di atas, sebagai penutup dapat


disimpulkan bahwa faktor medis dan faktor nonmedis seperti
ekonomi, kemiskinan, politik, sosial, budaya dan lingkungan
saling menguatkan dan mempengaruhi. Kontribusi faktor sosial
budaya cukup besar terhadap kondisi kesehatan perempuan
Bawean, khususnya dalam pemenuhan kesehatan reproduksi.
Ditemukan bahwa pemahaman tentang kesehatan, khususnya
kesehatan reproduksi pada perempuan Bawean diwarnai dengan
gabungan antara pengetahuan medis dan non medis.
Terdapat keberagaman nilai-nilai, kepercayaan, mitos-
mitos dan praktikpraktik budaya tentang kesehatan reproduksi
perempuan di Pulau Bawean. Di mana faktor-faktor sosial budaya
tersebut berkontribusi terhadap kondisi kesehatan perempuan,
termasuk relatif cukup tingginya AKI dan AKB di pulau Bawean.
Belum tercapainya upaya penurunan AKI dan AKB, juga
dipengaruhi oleh faktor kepercayaan masyarakat kepada Dukun
yang juga semakin diperkuat faktor keterbatasan jumlah Bidan.
Pemahaman dan praktek budaya terkait pemenuhan
kesehatan perempuan relatif masih kuat. Pengaruh nilai-nilai
dan praktik budaya setempat terhadap pemenuhan hak
kesehatan reproduksi perempuan dapat diamati dari masih
kuatnya kepercayaan, mitos dan tabu terkait haid, kehamilan
maupun kelahiran, yang disebut oleh beberapa ahli sebagai
bentuk pembatasan budaya terhadap kecukupan gizi yang
berpengaruh terhadap kondisi kesehatan perempuan.
Sistem pengetahuan lokal yang merupakan bagian dari
kebudayaan masyarakat Bawean mengandung tata nilai, etika,
norma, aturan dan ketrampilan dari suatu masyarakat dalam
memenuhi tantangan atau kebutuhan hidupnya. Di mana
eksistensi dan pemanfaatannya dikontrol oleh masyarakat,
termasuk dalam bidang kesehatan. Masyarakat Bawean
menganut sistem medis naturalistik, yang mengutamakan
keseimbangan atau harmoni dengan alam, serta juga mewarnai
kepercayaan dan praktik budaya tentang kesehatan perempuan
seperti penggunaan jamu dan perawatan secara tradisional.

Kelebihan dan Kelemahan Jurnal tidak dilengkapi dengan poin-poin yang tertera dalam
ketentuan review jurnal

2.Profile penelitian
Table 1

Judul Faktor Sosial Budaya dalam Praktik Perawatan Kehamilan,


Persalinan, dan Pasca Persalinan (Studi di Kecamatan Bangsri
Kabupaten Jepara)
Pengarang Chriswardani Suryawati
Sumber Jurnal a. Bagian Administrasi Kebijakan Kesehatan (AKK) FKM
Undip dan Program Magister Ilmu
b. Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
Key words Antenatal care, Reproductive health, Postpartum
Abstrak Reproductive health is focusing on the reproductive aspect of
women which are considerable problems on sexuality and
reproduction, such as ante-natal care, delivery process,
postpartum treatment etc. Maternal mortality rate and infant
mortality rate are some indicators of reproductive health, where in
Indonesia those rate are still high rather than some neighboring
countries. Previous research showed that socio-cultural and
demographic factors influence the high maternal and infant
mortality rate. The purpose of this study was to describe
sociocultural aspect towards ante-natal care, delivery process and
post –partum treatment among Javanese.
The design study was observational with cross sectional approach.
The research took place in Jepara Region, Central Java. The
population study was women in reproductive age and total
number of the sample was 60 women. Data were collected
through questionnaire using in – depth interview guide. Socio-
cultural factors data were gathered through in-depth interview
with health providers, such as doctors, midwives as well as
religious people and community leader.
This study found that the majority of the respondents (96.7%) did
antenatal care, assisted by doctors or midwifes, accompanied by
their husband (76.6%), done every month (48.3%). Midwife is
health provider who was mostly chosen by respondents
furthermore by traditional birth attendance (18,4%). The
accompanying reasons were the distance between the home and
the location, skill and the complete of the apparatus. Most of the
respondent (93%) accompanied by their husband during birth
process. During post- partum period, they took traditional
medicine and also massage. This study found that there is no
special food has been consumed during antenatal and post-partum
period. Ritual activities have done such as mitoni (munari),
krayanan (brokohan), resikan (walikan) and kekahan (aqiqah)
since pregnancy until post-partum period.

Tahun Publikasi 2007


Deskripsi Penelitian
Table 2
Tujuan Penelitian Tingginya angka kematian bayi dan ibu bersalin serta faktor
penyebabnya baik dari segi kesehatan/ medis maupun diluar
kesehatan mendorong penulis untuk meneliti bagaimanakah
praktek perawatan kehamilan, persalinan dan nifas serta deskripsi
sosial budayanya.
Desain penelitian Penelitian ini adalah penelitian observasional dan
merupakan penelitian survey dengan pendekatan belah
bintang (cross sectional).
Populasi/ sampel penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah wanita usia subur dengan
rentang usia antara 15 tahun hingga 49 tahun. Jumlah sampel
responden yaitu 60 orang WUS (Wanita Usia Subur) dan telah
menikah
Variable penelitian Data kuantitatif diolah dengan SPSS dan disajikan dalam bentuk
distribusi frekuensi. Hasil analisis data kualitatif yang didasarkan
pada hasil wawancara mendalam disajikan dalam bentuk naratif.

Instrumen penelitian Instrumen pengumpulan data adalah kuesioner terstruktur dan


pedoman wawancara mendalam. Untuk mendapatkan data
deskripsi sosial budaya yang melatarbelakangi perilaku kehamilan
dan persalinan dipergunakan wawancara mendalam Wawancara
mendalam dilakukan kepada 6 orang petugas kesehatan dan KB di
tingkat kecamatan dan desa (1 orang dokter, 1 orang bidan
puskesmas, 2 orang bidan desa, 2 orang PLKB) dan 4 orang toma
dan toga di tingkat desa.
Hasil penelitian 1. Karakteristik Responden
Mayoritas responden berumur 20 sampai 29 tahun (43,3%0
dengan tingkat pendidikan terbanyak adalah lulus SD (31,7%) dan
penghasilan keluarga responden terbanyak adalah Rp.400.000,-
perbulan atau rata-rata dibawah UMR Jawa Tengah.
2. Praktik perawatan kehamilan
Hampir semua responden menjawab pernah melakukan perawatan
kehamilan (96,7%) dengan cara memeriksakan diri ke petugas
kesehatan (bidan / dokter) (80%). Sebanyak 20% responden
menyatakan tidak melakukan aktivitas seksual pada saat hamil
dan 26,7% lainnya menyatakan kadang-kadang. Apabila ada
keluhan ketika hamil 41,7% memeriksakan diri ke petugas
kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan pemeriksaan kehamilan
pada trimester pertama sebanyak 48,3%, sedangkan 23,3%
lainnya memeriksakan diri dua kali dan sebanyak 13,4%
responden memeriksakan kehamilan setiap yang dikarenakan
gangguan kehamilan seperti mual dan muntah. Menurut Depkes
RI (1998) frekuensi pelayanan ANC yang dianjurkan minimal 4
kali selama kehamilan yaitu: minimal 1 kali pada tribulan
pertama, minimal 1 kali pada tribulan kedua dan minimal 2 kali
pada tribulan ketiga. Sebanyak 36,6% responden melakukan
pantang makanan tertentu karena diperkirakan akan mengganggu
diri dan janinnya. Hal yang menggembirakan adalah keterlibatan
suami dalam periksa kehamilan cukup besar yaitu 76,6%.
3. Praktik persalinan
Bidan paling banyak dipilih oleh responden sebagai penolong
persalinan (63,3%) disusul dengan dukun bayi (18,4%). Beberapa
alasan yang dikemukakan oleh responden terhadap penolong
persalinan yaitu faktor pengalaman kerja (33,3%), kompeten
dalam bidangnya (30%), sedangkan 35% lainnya mempunyai
alasan pengalaman pertolongan persalinan sebelumnya, pelayanan
lengkap (terutata dukun bayi) dan alasan keterdekatan dengan
rumah responden. Lokasi tempat pelayanan (kedekatan dengan
tempat tinggal) serta peralatan lengkap dan tenaga trampil
merupakan alasan terbanyak mengapa mereka memilih sarana
pelayanan. Walaupun ada 43,3% yang menyatakan setuju dilayani
oleh dokter / bidan perempuan tetapi ada 50% lainnya yang tidak
memasalahkan bila dilayani oleh dokter pria. Hal yang
menggembirakan, senada dengan keterlibatan suami dalam
periksa kehamilan, hampir semua responden (93,4%) menyatakan
suami mereka berpartisipasi dalam menyambut persalinan bayi
mereka.
4. Praktik perawatan nifas
Dalam hal praktek perawatan selama masa nifas (setelah ibu
melahirkan sampai dengan sekitar 35- 40 hari) beberapa data
dapat dipaparkan. Minum jamu yang merupakan kebiasaan
sebagian masyarakat suku Jawa juga dilakukan oleh hampir
semua responden saat nifas. Hanya satu orang (1,7%) yang
dengan jujur menyatakan melakukan hubungan seksual saat nifas,
walaupun ini tidak dianjurkan oleh kesehatan dan juga agama
(Islam). Selama masa nifas sebagian responden (41,7%)
berpantang mengkonsumsi daging dan ikan. Pijat badan untuk
mengembalikan kebugaran tubuh
1. Deskripsi kondisi sosial budayasetempat
Masyarakat memiliki kebudayaan yang mencakup aturan – aturan,
norma – norma, pandangan hidup yang dijadikan acuan dalam
mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat.
Latar belakang sosial budaya di Kecamatan Bangsri dan
Kabupaten Jepara adalah masyarakat suku Jawa. Pada masyarakat
Jawa yang menganut pola garis keturunan patrilineal maka dalam
adat kebiasaan keluarga, peranan suami / ayah sangat
berpengaruh. ayah / suami sebagai kepala rumah tangga adalah
perantara dalam penentuan nasib termasuk yang menguasai
sumber-sumber ekonomi keluarga (Herkovits dalam Susilowati,
2001).
Dalam masyarakat Jawa, kehamilan (dan kemudian kelahiran
bayi) merupakan peristiwa yang penting dalam siklus hidup
manusia. Oleh karena itu ibu dan keluarga melakukan serangkaian
aktivitas ritual untuk menyambutnya. Faktor kekerabatan (suami,
orang tua, nenek) masih memberikan peran yang penting dalam
tindakan-tindakan si ibu berkaitan dengan kehamilan, persalinan
dan pasca persalinan, baik dalam memberikan nasehat (karena
mereka sudah berpengalaman menjalani peristiwa tersebut)
maupun pengambilan keputusan siapa penolong persalinan dan
sarana pelayanan apakah yang akan dipergunakan.
Kesimpulan Praktik perawatan kehamilan, persalinan bayi dan nifas di lokasi
penelitian telah banyak mendukung upaya kesehatan reproduksi
antara lain: periksa hamil. Bidan adalah pilihan pertama sebagai
penolong persalinan tetapi dukun bayi juga masih diminati. Peran
suami cukup menonjol dalam masa kehamilan, persalinan bayi
dan nifas. Tradisi budaya Jawa seperti minum jamu, pantang
makanan tertentu, pijat untuk kebugaran ibu setelah melahirkan
masih mereka jalankan. Nuansa budaya Jawa tercermin pada
berbagai ritual budaya yang diwarnai oleh agama (Islam) yaitu
mulai dari mitoni (munari), krayanan (brokohan), , resikan
(walikan) dan kekahan (aqiqah).
Masih diperlukan KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) yang
terus menerus yang bertujuan untuk mempertahankan praktek
yang positif dan mengurangi/ menghilangkan pemahaman nilai-
nilai yang tidak mendukung kesehatan reproduksi.

Kelebihan dan kekurangan Jurnal disertai dengan pemaparan hasil survei dilapangan

3.Profile penelitian

Table 1

Judul Sunat Perempuan Dalam Perspektif Budaya,


Agama Dan Kesehatan
(Studi Kasus Di Masyarakat Desa Baddui Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan)
Pengarang Islamiyatur Rokhmah, Ummu Hani
Sumber jurnal STIKES 'Aisyiyah Yogyakarta E-
Key word female circumcision, culture, religion and health perspective
abstrac This study aimed to obtain information about the process
circumcision women, the influence of tradition and religion as
well as the views of healthcare workers wearing sunat women in
rural sub-district Baddui Galesong Takalar. This study uses a
qualitative method, the retrieval of data using in-depth interviews
and Focus Group Discussions (FGD). Analysis of the data by
means of descriptive steps: data reduction, categorization and
analysis-interpretation. The study showed villagers Bodia still
believe that female circumcision should be done. This is
influenced by factors of cultural and religious interpretations. If
seen the female circumcision is still not sterile and harmful to
women's reproductive health
Tahun publikasi 2015

Deskripsi Penelitian

Table 2
Tujuan penelitian penelitian ini mencoba untuk memahami fenomena tentang apa
yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan dalam konteks khusus yang alamiah dengan
memanfaatkan metode alamiah
Desain penelitian wawancara mendalam (depth interview) dan diskusi kelompok
terarah (focus group discussion) dan dokumentasi.
Populasi / sampel penelitian anak dan remaja perempuan yang sudah disunat, orang tua yang
menyunatkan anak perempuannya, dukun, bidan desa, tokoh
agama dan tokoh masyarakat.
Variable penelitian Rancangan penelitian ini adalah eksploratif dengan tujuan
menggambarkan bagaimana proses pelaksanaan sunat perempuan,
bagaiama pandangan agama dan kesehatan tentang sunat
perempuan.
Instrument penelitian Teknik pengumpulan data secara kualitatif, akan dilakukan
dengan menggunakan teknik indepth interview (wawancara
mendalam) dan diskusi kelompok terarah (focus group
discussion). Data yang dikumpulkan melalui wawancara
mendalam (depth interview) dan FGD, serta data dokumen akan
dianalisis secara deskriptif tahapan reduksi data, kategorisasi dan
analisis-interpretasi.
Hasil penelitian Dari pandangan medis, khitan perempuan tidak ada manfaatnya
bagi perempuan, bahkan faktanya dapat menimbulkan kematian.
Walaupun petugas medis yang melakukannya, namun dalam
kurikulum kedokteran maupun kebidanan tidak pernah diajarkan
tentang praktik khitan perempuan. Praktik khitan perempuan
justru sering menyebabkan organ reproduksinya terinfeksi,
timbulnya masalah pada saluran kencing, trauma psikis,
komplikasi saat melahirkan dan, beberapa kasus, menyebabkan
pendarahan. Cukup banyak bukti menunjukkan bahwa khitan
perempuan menyebabkan berkurangnya kenikmatan bagi
perempuan saat berhubungan seks. Lebih jauh, WHO sudah
mengeluarkan release bahwa praktik khitan perempuan dapat
menyebabkan kemandulan bagi perempuan (Warta Komunitas,
2013).
Menurut Emi (2013) dari sudut padang kesehatan, khitan
perempuan tidak memberikan kontribusi positif dalam membantu
kesehatan alat kelamin perempuan maupun alat reproduksi secara
keseluruhan. Bahkan, berdasarkan penelitian yang lebih luas,
khitan perempuan tidak memiliki manfaat, sebaliknya malah
mengancam kesehatan bahkan mengancam jiwa perempuan.
Walaupun mengancam jiwa perempuan sehingga banyak
perempuan meninggal dunia akibat praktik ini, namun masih
banyak masyarakat yang melakukannya.
Selain dari sudut pandang kesehatan, berbagai sudut pandang lain
harus digunakan untuk melihat mengapa praktik ini masih
dilakukan, seperti sosial budaya dan agama. Dari sudut pandang
sosial, khitan perempuan dilakukan untuk mengekang keinginan
seksual perempuan, menambah kenikmatan seksual laki-laki.
Bahkan, ada mitos praktik ini untuk memperkuat kesuburan. Dari
sudut pandang agama, praktik ini diyakini sebagai sunah dalam
Islam dan dimaksudkan untuk mengislamkan individu yang
dikhitan.
kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang sunat perempuan di desa
Bodia Takalar Sulawesi Selatan, diperoleh beberapa kesimpulan.
Pertama, masyarakat desa Bodia masih sangat meyakini bahwa
sunat perempuan itu harus dilakukan. Hal ini dipengaruhi oleh
faktor budaya dan interpretasi agama. Kedua, dilihat prosesnya,
sunat perempuan masih belum steril dan membahayakan bagi
kesehatan alat reproduksi perempuan.
Saran yang dapat diajukan adalah perlu adanya sosialisasi secara
terus-menerus kepada masyarakat, tokoh agama dan tokoh
masyarakat tentang bahaya sunat perempuan bagi kesehatan.
Selain itu, dalam ajaran Islam, sunat perempuan tidak dianjurkan
karena dalilnya tidak shahih. Kerjasama antara bidan atau tenaga
kesehatan dengan sanrau (dukun) untuk tidak melakukan praktek
sunat perempuan juga perlu dilakukan mengingat dari sisi
kesehatan membahayakan alat reproduksi perempuan
Kelebihan dan kekurangan Jurnal ini tidak memaparkan hasil dari penelitian secara jelas dari
masing-masing sampel.

4.Profile penelitian

Table 1

Judul TRADISI KEPERCAYAAN MASYARAKAT


PESISIR MENGENAI
KESEHATAN IBU DI DESA TANJUNG
LIMAU MUARA BADAK KALIMANTAN
TIMIJR TAHUN 2008
Pengarang Annisa Nurrachmawati, Ike Anggraeni

Sumber jurnal - Community Traditional Beliefs on


Maternal Health In Tanjung Limau
Village Muara Badak East Kalimantan

Keyword Kepercayaan tradisional, panjangan kehamilan,


dukun beranak
Abstrack Kesehatan reproduksi memiliki aspek biologis
dan sosiobudaya. Dalam konteks Ioka)
Kalimantan Timur, budaya berpengaruh
terhadap perilaku kesehatan reproduksi
termasuk asuhan antenatal, persalinan dan nifas,
baik secara positif maupun negatif.
Tulisan ini berusaha menggali perspektif di
masyarakat pesisir dalam kesehatan maternal
secara tradisiona).
Penelitian ini eksploratifkualitatif dengan
pendekatan fenomonologi- Pengambi)an data
dilakukan melalui Diskusi Kelompok Terarah
(DKT) pada sekelompok ibu hamil dan tokoh
masyarakat- Wawancara mend.alalïì dilakukan
dengan bidan dan dukun beranak. Data
kernudian dianalisis menggunakan model
analisis interaklif. Masyarakat Desa Tanjung
Limau masih mempercayaí aut istiadat
memantang makanan sepcrti ikan asin,cumi-
cumi,sejumlah buah-buahan scpcrti nanas dan
cempcdak. Perempuan hatni) tidak boleh keluar
rumah pada sore hari menje)ang magrib
disebabkan keyakinan mahluk halus yang
mengganggu. Tuiuan dari pantangan tersebut
menghindari kesulitan saat pcrsa)inan dan juga
demi keselamatan bayi yang akan
dilahirkan.Dukun beranak masih besar
peranannya sebagai penolong persaiinan.
Petugas keschatan pcr|u memabami makna
simbolik yang terkandtmg dalam sefiap
pantangaJ1 sehingga dapat melakukan edukasi
dan mengubah perilaku masyarakat dengan
menggunakan pendekatan yang diterima.

Tahun publikasi 2008

Deskripsi Penelitian

Table 2

Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menggali


tradisi masyarakat dalam perawatan kehamilan,
persalinan dan nifas secara fradiş]onal, serta
pemanfaatan pelayanan kesehatan yang ada.
Desain penelitian Penelitian ini menggunakan metode
eksploratifkualitatif dengan pendekatan
fenomonologi Pengambilan data dilakukan
melalui Diskusi Kelompok Terarah (DKT)
Populasi/sampel penelitian ibu hamil sebanyak 10 orang termasuk
didalaıvmya adalah primipara (ibu yang baru
pertama kali hamil) dan multipara (İbu dengan
kehamilan kedua, ketiga dan seterusnya).
Informan lain ada)ah kelompok tokoh
masyarakat sebanvak 6 orang. UDtuk
melengkapi basil DKT dilakukan indepth
interview dengan bidan (l orang), dukun (1
orang). Desa Tanjung Limau memiliki populasi
penduduk berjumlah 3575 jiwa, dengan jumlah
Kepala Keluarga sebanyak 1084 KK. Sebagian
besar (5 1 .38%) penduduk memiliki pendidikan
dasar atau SD atau sederajat. Walaupun terletak
di daerah pesisir tetap masyarakat desa Tanjung
Limau bila dilihat dari mata pencaharian
penduduknya lebih bercorak modern dan
agraris. Terlihat mayontas penduduk desa
menjadi karyawaa swasta (26.95 0/0). Hanya
satu orang (0.9%) yang bekerja menjadi
nelayan, Clan ini jauh lebih kecil dari yang
meniadi petani (25.86

Variable penelitian penelitian ini menggunakan model analisis


interaktif dalam penelitian kualitatif, analisis
data dilakukan sejak awal penelitian dan selama
proses penelitian dilaksanakan.
Instrument penelitian Data diperoleh, kemudian dikumpulkan untuk
diolah secara sistematis. Dimulai dari
wawancara, observasi, mengedit,
mengklasifikasi, mereduksi, selanjutnya
aktivitas penyajian

Hasil penelitian Persepsi masyarakat mengenai terjadinya


penyakit berbeda antara daerah yang satu
dengan daerah yang lain, karena tergantung dari
kebudayaan yang ada dan berkembang dalam
masyarakat tersebut. Demikian pula mengenai
persepsi tentang makanan bagi ibu hamil.
Masyarakat di mana pun di durua memilikí
kategori-kategori mengenai makanan yang
dikenalnya dalam lingkungannva, yang
didasarkan atas konsepsi budaya. Dalam
kategori makanan itu, bahan-bahan makanan
yang dikategorikan sebagai makanan atau bukan
makanan, juga menyangkut pemahaman tentang
maknanya secara budaya, cara pengolahannya,
cara mengkonsumsinya, saat mengkonsumsi
maupun ke)ompok-kelorfipok
mengkonsumsinya menurut cin-ciri tertentu
(usia, jenis kelamin, status sosial dan ha}
lainnya). Kategori tentang makanan ini tidak
sama dalam berbagai kelompok masyarakat.
Dengan kata lain, makanan yang sama dapat
mempunyai nilai, peranan, status dan simbol
yang berbeda pada kelompok-kelompok
masyarakat dengan kebudayaan yang berbeda.
Melahirkan bayi melalui proses yang normal
dan lancar merupakan dambaarr bagi setiap ibu
dan keluarganya. Oeh karena itu, sebelum bayi
lahir. terdapat sejumlah aturan yang harus
dija)ankan oleh seorang calon ibu untuk
menjaga kandungannya. Pantangan makan
seperti yang te)ah diuraikan di atas merupakan
salah satu tujuan mencari keselamatan dalam
kelahiran itu.
Pengetahuan budaya mengenai berbagai bahaya
dan risiko dalam kelahL.ran itu mendorong
perilaku pantang makan atau dilakukannya
perbuatan tertentu oleh ibu hamil. 6 Salah
satunya larangan makan cumicumi merupakan
cara simbolik untuk menghindarkan bahaya,
sementara itu terdapat pula konsepsi budaya
yang menganggap bahwa mengkonsumsi bahan
makanan tertentu dapat menimbu)kan
keuntungan bagi bayi. Salah satu contohnya
adalah hubungan antara minum air kelapa muda
dengan ke)ahíran bayi, yaitu kulit bayi menjadi
bersih.
Adanya adat memantang makanan dan pantang
perilaku tertentu tidak selalu memberikan
dampak kesehatan, meskipun dilandasl oleh
tujuan pencegahan bahaya.
Pada tradisi masyarakat desa Tanjung Limau ini
terdapat tradisi yang dapat digolongkan PORitif
clari segi kesehatan, yaitu larangan makan
durian. Buah durian sebenarnya pantangan
asalkan dikonsumsi dalam jumJah sedikit, tetapi
memang sebaiknya dihindari karena kandungan
gula, kolesterol dan sedikit alkohol dapat
menimbulkan gas dalarn lambung. Ini akan
memicu konfraksi terutama pada kehamilan
trisemester satu. Sementara pantangan mak8n
cum' cumí justru merugikan dari segi kesehatan.
Cumi cumi merupakan hasil laut yang mudah
didapatkan di daerah desa Tanjung Limau.
mengandung protein tinggi,asam amino esensial
dan mineral yang baik untuk kehamjlan.
Bila ditinjau dari perspektif kesehatan maka
pantangan perilaku pun ada yang dapat
berdampak positif dan negatif. Adanya
pantangan perilaku bagi suami menunjukkan
keinginan tradisi agar suami peduli dengan
perawatan kehamilan. Hal ini metilpakan
potensi untuk dimanfaatkan oleh para petugas
kesehatan untuk melibatkan suami dalam
perawatan kehamilan. Pantangan ibu harnil
keluar pada sore hari ditakutkan membuat ibu
ibu hamil yang tidak sernpat memeriksakan diri
ke Puskesmas pada pagi hari, enggan datang ke
praktek bidan yang umumnya buka pada sore
dan malam hari
Mengubah kepercayaan terkait pantangan
makan dan perilaku pada ibu hamjl bukanlah hal
yang mudah tetapi bukan tidak mungkjn untuk
dilakukan. Para penyedia layanan kesehatan dan
para petugas kesehatan periu memahami makna
simbolik yang terkandung dalam setiap
pantangan sehingga dapat melakukan perubahan
melalui cara yang tepat dan tidak menyinggung
nilai baik yang ada dalam setiap pantangan. 6
Salah satu upaya adaptasi yang bisa di(akukan
berkaitan dengan adanya pantangan bahwa ibu
harnil tidak boleh keluar rumah pada sore hari,
maka praktek bidan di rumah bisa membuka
pe]ayanannya lebih awal.
Memasuki masa persalinan merupakan suacu
periode yang kritis bagi para ibu hamil karena
segala kemungkinan dapat terjadi sebelum
berakhir dengan selamat atau dengan kematian-
Di daerah pedesaan,
kebanyakan ibu hamil masih mempercayai
dukun beranak untuk menolong persaliaan yang
biasanya dilakukan di rumah.
Data Riskesdas tahun 2007 rnenunjukkan bahwa
45.9% persalinan di daerah pedesaan ditolong
dukun beranak. 7 Hal yang sama terlihat pula
pada masyarakat desa Tanjung Limau. Ibu hamil
yang masih berusia muda sebagian besar
memang telah merencanakan persalinan dengan
pertolongan bidan, tetapi ibu hamil yang berusia
lebih tua dan bukan merupakan primipara lebih
memilih bantuan dukun beranak (sanro).
Secara teontis dukun beranak masih sangat
berperan dalam etno-obstetri masyarakat
karena sebagai berikut: ia tmggal
dekat/mernbaur dengan warga setempat dan
mudah di hubungi; dalam melakukan
pekerjaannya tampil tidak formal, dan memiliki
hubungan dekat dengan warga desa dan ibu
hamil karena tampil/berpembawaan diri tanpa
jank sosial secara psikologis sentuhan-sentuhan
tangannya kepada para ibu hamil dianggap
mampu meminimalkan atau mereduksi
gangguan fisik/sakit mereka pada saat hamil dan
bersalin; mampu tampii menurut peran dan
fungsinya yang memberi keuntungan kepada
warga masyarakat, serta tetap diyakini
keberhasi)annya.
Menimbang peran dukun beranak yang masih
cukup besar, maka pihak penyedia layanan
kesehatan perlu bersifat terbuka dan kooperatif
dengan mereka. Diperlukan respon yang baik
dan pengbargaan dari penyedia layanan
kesehatan khususnya bi dan dan dokter di
Puskesmas agar tidak ada sub ordinasi dan
mendorong timbu In ya keterbukaan. Dua hat
inilah yang diperlukaa agar dukun beranak mau
bekerja sama menerima perubahan, clari
perilaku penolong persa)inan yang tidak aman
ke cara-cara pertolongan persalinan sesuai
kaidah kesehatan.

Kesimpulan Masyarakat desa Tanjung Limau masih


mempercayai adat istiadat memantang makanan
dan sejumlah perilaku tertentu bagi wanita
hamil dan pascapersalinan. Konsepsi budaya
mengenai pantangan ditujukan untuk menjaga
keselamatan ibu dan bayi, namun alasan yang
dikemukakan mengenai pantangan-pantangan
tersebut hanya simbolik. Para penyedia
layanan kesehatan dan para petugas kesehatan
perlu memahami makna simbolik yang
terkandung dalam setiap pantangan sehingga
dapat melakukan perubahan melalui cara yang
tepat. Semakin baik bila ditunjang dengan sikap
menghargai dan bersifat terbuka dengan para
dukun beranak untuk mendorong timbulnya
perubahan perilaku pefiolongan persalinan yang
sesuai kesehatan.

Kelebihan dan kekurangan Jurnal ini sudah cukup lengkap dengan


pembahasana yang mudah dimengerti

5. Profile penelitian
Table 1

Judul Agama Dan Pembentukan Cara Pandang Serta Perilaku


Hidup Masyarakat

Pengarang Petrus Lakonawa


Sumber jurnal Character Building Development Center, BINUS
University
Jln. Kemanggisan Ilir III No. 45, Kemanggisan Palmerah,
Jakarta Barat 11480 plakonawa@binus.edu

keyword agama, cara pandang, perilaku, ritual, kitab suci, ajaran


etika
Abstrack Agama merupakan salah satu faktor paling menentukan
dalam mempromosikan nilai dan keutamaan hidup dalam
masyarakat. Lewat ajaran-ajaran dan praktik-praktik
religiusnya, agama mengarahkan cara pandang manusia
dan masyarakat. Dalam artikel ini penulis hendak
mendiskusikan bagaimana agama memainkan peran
pembentukan cara pandang tersebut. Penulis akan
memfokuskan kajian ini pada kegiatan ritual, Kitab Suci
dan ajaran etika yang secara umum dijalankan dalam
setiap agama dalam mengajarkan nilainilai. Tujuan dari
pembahasan ini adalah untuk mengangkat ke kesadaran
pembaca tentang relevansi agama dalam hidup manusia
dan pentingnya memerhatikan isi ajaran-ajaran agama
demi mempromosikan kebaikan bersama bagi semua alam
ciptaan
Tahun Publikasi 2013

Deskripsi Penelitian
Table 2

Tujuan Penelitian Mengetahui dan mendalami cara pandang pemeluknya


terhadapa sebuah agama
Desain Penelitian Penelitian atas bahan-bahan pustaka (library research)
yang relevan dengan topik mengenai agama, cara
pandang, dan perilaku.
Populasi /Sampel Penelitian Bahan-bahan pustaka (library research) yang relevan
dengan topik mengenai agama, cara pandang, dan
perilaku.
Variabel Penelitian Gagasan yang diperoleh dari referensi tersebut membantu
penulis mengembangkan ide-ide yang tertuang dalam
buah pemikiran sebagaimana dipaparkan sebagai satu
kesatuan dalam artikel ini
Instrument Penelitian - Cara pandang dan perilaku manusia
- Hubungan Antara Agama dan Cara Pandangan
Pemeluknya
- Kitab Suci dan Pembentukan Cara Pandang
- Kegiatan Ritual dan Pembentukan Cara Pandang

- Etika Agama dan Pembentukan Cara Pandang

Hasil penelitian Agama merupakan salah satu kekuatan sosial paling


signifikan di dunia. Dengan kenyataan sejarah dan
warisan yang panjang serta kenyataan bahwa agama-
agama besar ini dianut oleh umat dengan populasi yang
sangat besar, maka agama memainkan peran yang sangat
menentukan dalam kehidupan sosial. Oleh karena itu,
ajaran agama perlu diperhatikan secara serius. Kerendahan
hati untuk mengevaluasi diri dan mengkritisi ajarannya
agar menampilkan nilai-nilai yang universal dan
membentuk cara pandang yang mulia merupakan harapan
yang digantungkan dunia kepada para pemimpin agama
dan para penganutnya.
kesimpulan Tradisi agama telah membentuk tata nilai yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan masyarakat pemeluknya.
Berbagai instrumen sakral yang didirikan dan
dilanggengkan oleh otoritas agama memperkuat proses
pembentukan nilai dan pewarisannya. Kitab Suci, kegiatan
ritual, ajaranajaran agama, kegiatan peribadatan dan
khotbah menjadi saluran penanaman nilai dan
pembentukan cara pandang yang sangat efektif. Sejarah
panjang agama dengan penganutnya yang besar telah
mengambil bagian dalam membentuk budaya dan
peradaban dunia.
Tidak dapat dipungkiri bahwa nilai-nilai yang telah
terintegrasi ke kehidupan para pemeluknya telah
menentukan cara mereka hidup dan berinteraksi dengan
orang-orang di sekitarnya. Dalam konteks seperti ini,
agama sangat menentukan arah dan gerak zaman. Banyak
ajaran mulia yang dibangun oleh agama. Hal ini menjadi
berkat bagi alam semesta. Catatan yang perlu diperhatikan
dalam hal ini adalah bahwa bagaimanapun juga sebagai
institusi yang juga memiliki karakter dunia dan
manusiawi, maka ajaran agama perlu pula dievaluasi
secara kritis agar senantiasa mempromosikan nilai-nilai
kehidupan yang luhur. Karena itu, sebagai pemeluk
agama, sikap kritis terhadap ajaran agama perlu tetap
dijaga. Pemikiran sempit yang hanya berfokus pada
kepentingan sepihak sering mengarah kepada ajaran yang
negatif terhadap dunia sekitar dan terhadap agama lain.
Ajaran agama, dengan demikian, perlu melalui proses
purifikasi sehingga sanggup menjadi berkat bagi semua
orang dan alam semesta secara tidak terbantahkan
Kelebihan dan kekurangan Dalam jurnal ini tidak melakukan penelitian secara khusus
Penelitian sehingga hasil yang didapat menjadi lebuh umum dan
susah dirumuskan

6. Profile Penelitian
Table 1

Judul PERSPEKTIF AGAMA DAN KEBUDAYAAN DALAM


KEHIDUPAN MASYARAKAT INDONESIA
Pengarang Laode Monto Bauto
Sumber Jurnal Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Haluoleo Kendari
keywords Religion, cultural and society
Abstrack The relationship of religion, culture and community very
important or is a system of life because of the
interconnectedness of each other. But the question of
keberagamaan and social development will not be
complete if only seen from one particular aspect only. For
that in looking at the question of societal must go through
a holistic approach. Required studies as the study of the
sociology of religion and vice versa. It means the study of
the life of keberagamaan the community won't be
completed without involving sociology, sociological stats
helper monkeys do not judge the religion concerned. Each
nation or group that actually live up to the mandate of
each religion, therefore by itself will manifest harmony,
brotherhood, peace and comfort in the life of
bermayarakat. Because religions have taught the truth and
goodness and distanced from all malice, strife,
discrimination etc. Religious life looks on mindset,
behaviour or attitude and way of living one's religious
attitude embodiment and able to receive different neighbor
any religion as a servant of God Almighty. Religion as a
guide of human life created by God, the one true God
through his life. Whereas culture is as a habit or an
Ordinance of human life created by the man itself results
from creativity, taste and karsanya given by the Lord.
Religion and culture influence each other each other.
Religion affects culture, community groups, and ethnic
groups. The culture tends to be fickle to any people or
groups who really lives in accordance with the mandate
his religion each, hence will automatically be eventuate
harmony, the peace and comfort in life bermayarakat.
Because of religion have taught truth and goodness and
removed from all philippic, dissensions, discrimination
and others. Religious life looks on people think, behavior
or attitude and manner embodiment attitude religious life
someone and capable of receiving fellow different any
religious as the servants of allah swt. Religion as a
guideline human life created by god, of almighty god in
lived his life. While culture is as habit or procedures of
human life created by human beings themselves from the
power copyright, taste and karsanya given by god.
Religion and culture interplay each other. Religious affect
culture, the group, and peoples. Culture capricious tending
to any people or groups who really lives in accordance
with each, amanah his religion hence with itself would be
harmony, the fraternity, peace and comfort in life
community. Because of religion have taught truth and
goodness and badness, taking away from all dissensions,
discrimination and others. Religious life seemed in a
pattern of thought, of behavior or attitude and manner of
living religious embodiment of the attitude of someone
and capable of receiving a fellow who is different any
religious a follower of allah swt. Religion as a guideline
human life created by the lord of almighty god in lived his
life. While culture is as the habit or procedures of human
life created by human beings themselves from the power
of copyright, taste and karsanya given by god. Religion
and culture on each other. Affecting culture, religion
community groups, and peoples.
Tahun 2014

Deskripsi penelitian
Table 2
Tujuan Penelitian Penulis hendak mengulas mengenai Apa itu agama dan
apa itu budaya, dan masyarakat yang memiliki hubungan
yang kuat.
Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif
kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.
Populasi/ sampel penelitian Pada situasi sosial tertentu, peneliti dalam mereduksi data
mungkin akan memfokuskan pada orang miskin,
pekerjaan sehari-hari yang dikerjakan, dan rumah
tinggalnya. Sedangkan dalam bidang manajemen reduksi
data peneliti akan memfokuskan pada bidang pengawasan,
dengan melihat perilaku orang-orang yang jadi pengawas,
metode kerja, tempat kerja, interaksi antara pengawas
dengan yang diawasi, serta hasil pengawasan.
Variable Penelitian Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik
seperti komputer mini dengan memberikan kode pada
aspek-aspek tertentu.
Instrument Penelitian Pendekatan fenomenologi menunda semua penilaian
tentang sikap yang alami sampai ditemukan dasar tertentu.
Penundaan ini biasa disebut epoche (jangka waktu).
Konsep epoche adalah membedakan wilayah data (subjek)
dengan interpretasi peneliti. Konsep epoche menjadi pusat
dimana peneliti menyusun dan mengelompokkan dugaan
awal tentang fenomena untuk mengerti tentang apa yang
dikatakan oleh responden.
Selanjutnya, peneliti melakukan analisis data yang
merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis
catatan hasil observasi, wawancara, dan lainnya untuk
meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang
diteliti dan menyajikannya sebagai temuan kepada orang
lain. Adapun untuk meningkatkan pemahaman tersebut
analisis perlu dilanjutkan dengan berupaya mencari makna
(meaning). Analisis data dengan model Miles dan
Huberman, di mana proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisaikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke
dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam
pola, memeilih mana yang penting dan akan dipelajari,
serta membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh
diri sendiri dan orang lain. Analisis data kualitatif adalah
bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data
yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi
hipoteisis. Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan
berdasarkan data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi
secara berulang, sehingga dapat disimpulkan apakah
hipotesis tersebut diterima atau ditolak berdasarkan data
yang terkumpul. Bila berdasarkan data yang dapat
dikumpulkan secara berulang-ulang dengan teknik
triangulasi, ternyata hipotesis diterima, maka hipotesis
tersebut berkembang menjadi teori.
Hasil Penelitian Sejak awal perkembangannya, agama agama di Indonesia
telah menerima akomodasi budaya. Sebagai contoh
Agama Islam, dimana Islam sebagai agama faktual
banyak memberikan norma-norma atau aturan tentang
kehidupan dibandingkan dengan agama-agama lain. Jika
dilihat dari kaitan Islam dengan budaya, paling tidak ada
dua hal yang perlu diperjelas. Pertama, Islam sebagai
konsespsi sosial budaya dan Islam sebagai realitas budaya.
Kedua, Islam sebagai konsepsi budaya ini oleh para ahli
sering disebut dengan great tradition (tradisi besar),
sedangkan Islam sebagai realitas budaya disebut dengan
little tradition (tradisi kecil) atau local tradition (tradisi
local) atau juga Islamicate, bidang-bidang yang “Islamik”
yang dipengaruhi Islam.
Budaya-budaya lokal yang kemudian berakulturasi dengan
Agama Islam antara lain, acara slametan (3,7,40,100, dan
1000 hari) di kalangan suku Jawa. Tingkeban (nujuh hari).
Dalam bidang seni, juga dijumpai proses akulturasi seperti
dalam kesenian wayang di Jawa. Wayang merupakan
kesenian tradisional suku/etnis Jawa yang berasal dari
agama Hindu India. Proses Islamisasi tidak menghapuskan
kesenian ini melainkan justru memperkayanya, yaitu
memberikan warna nilai-nilai Islam di dalamnya.tidak
hanya dalam bidang seni, tetapi juga di dalam bidang-
bidang lain di dalam masyarakat Jawa. Dengan kata lain
kedatangan Islam di Indonesia dalam taraftaraf tertentu
memberikan andil yang cukup besar dalam pengembangan
budaya lokal.

Kesimpulan 1). Agama, budaya dan masyarakat saling berkaitan dan


dibuktikan dengan pengetahuan agama yang meliputi
penulisan sejarah dan figur nabi dalam mengubah
kehidupan sosial. Argumentasi rasional tentang arti dan
hakikat kehidupan, tentang Tuhan dan kesadaran akan
kematian menimbulkan relegi, dan sila Ketuhanan Yang
Maha Esa sampai pada pengalaman agamanya para tasauf.
2). Agama merupakan tempat mencari makna hidup yang
final dan ultimate. Dan pada gilirannya agama yang
diyakini merupakan sumber motivasi tindakan individu
dalam hubungan sosial dan kembali kepada konsep
hubungan agama dengan masyarakat, di mana pengalaman
keagamaan akan terefleksikan pada tindakan sosial dan
individu dengan masyarakat yang seharusnya tidak
bersifat antagonis.
3). Hubungan agama, kebudayaan dan masyarakat serta
agama berfungsi sebagai alat pengatur pengontrol dan
sekaligus membudayakannya dalam arti mengungkapkan
apa yang ia percaya dalam bentuk-bentuk budaya yaitu
dalam bentuk etis, seni bangunan, struktur masyarakat,
adat istiadat dan lain-lain.
4). Pengaruh timbal balik antara agama dan budaya, dalam
arti agama mempengaruhi kebudayaan, kelompok
masyarakat, suku bangsa. Kebudayaan cenderung
mengubah keaslian agama sehingga menghasilkan
penafsiran berlainan.
5). Agama dan Budaya memiliki keterhubungan yang erat,
yakni agama berperan sebagai konsepsi budaya dan
sebagai realitas budaya yang terdapat di Indonesia.
6). Budaya merupakan hasil dari interaksi antara manusia
dengan segala isi yang ada di alam raya ini. Dengan
kemampuan akal pikiran yang dimiliki oleh manusia maka
manusia mampu menciptakan suatu kebudayaan.
7). Kebudayaan digunakan untuk memahami agama yang
tampil dalam bentuk formal yang menggejala di
masyarakat.
8). Keragaman budaya atau “cultural diversity” adalah
keniscayaan yang ada di
bumi Indonesia yang tidak dapat dipungkiri
keberadaannya. Dengan keanekaragaman kebudayaan
Indonesia dapat dikatakan memiliki keunggulan
dibandingkan dengan negara lain, di mana Indonesia
mampu menghasilkan potret kebudayaan yang lengkap
dan bervariasi
Kelebihan dan kekurangan Penelitian Jurnal ini cukup memeberikan gambaran yang jelas
tentang pendalaman sebuah agama serta ajaran dan
kebiasaan-kebiasaannya

E. Uraian Terhadap Ringkasan Jurnal-jurnal diatas

Dari hasil review 6 jurnal diatas didapatkan hasil akhir yang harus didiskusikan baik tentang
pandangan, perilaku, maupun kebiasaan manusia didalam beberapa hal yang menyangkut tentang budaya
dan agama salah satunya ialah tentang kesehatan dibidang reproduksi.

Sebagian masyarakat Indonesia memang masih sangat kental budaya dan tradisinya. Setelah
mereview jurnal-jurnal diatas ada beberapa hal yang bertentangan antara dua hal yakni budaya dan agama
didalam bidang kesehatan reproduksi. Ini terbukti dari beberapa hasil penelitian yang menyebutkan
bahwa masyarakat setempat masih mempercayai tentang adanya tradisi yang sangat berpengaruh terhadap
system reproduksi seperti, siklus reproduksi pada perempuan menuju dewasa, masa kehamilan maupun
system persalinan yang masih sangat tradisional bahkan tabu.

Dengan menegakkan ajaran agama serta adanya tenaga-tenaga medis yang bertugas dipelosok-
pelosok Indonesia harapan kita agar system dibidang kesehatan reproduksi ini akan lebih baik dan terarah
adanya.
F. Manfaat Hasil Penelitian bagi keperawatan
1. Manfaat Praktis : dari hasil review jurna-jurnal diatas dapat kita bentuk suatu inovasi yang
memotivasi atau bahkan mendidik remaja sejak dini tentang pentingnya Kesehatan Reproduksi
melalui Posyandu Remaja, dan untuk Kesehatan Reproduksi yang berkaitan dengan maternitas
dapat juga kita bentuk suatu inovasi yang memotivasi agar ibu hamil dan melahirkan agar rutin
periksa dan melakukan persalinan ke pelayanan Kesehatan terdekat dengan membuat inovasi
Kelas ibu hamil, Bayi dan Balita
2. Manfaat Teoritis : dari hasil review jurnal yang berkaitan dengan praktik budaya dan agama
dalam siklus reproduksi saya pribadi mendapatkan banyak pelajaran bahwa masih banyak sekali
diIndonesia orang yang mempercayai tahyul bahkan hal-hal tabu di era globalisasi ini. Padahal
jaman sekarang sudah banyak bidan bahkan perawat yang bertugas dipelosok-pelosok Indonesia
ini akan tetapi masih ada hal-hal atau kepercayaan yang sangat tabu dijadikan alasan untuk kita
mengabaikan kesehatan dibidang reproduksi bahkan sampai membahayakan diri sendiri. Harapan
saya kedepan sebagai seorang perawat ingin agar setiap Fasyankes dipedesaan maupun pelosok
negeri membuat inovasi yang membuka pikiran serta membuka jalan sehingga masyarakat
mampu memperhatikan bahkan mengerti dan menerapkan segala hal penting bagi Kesehatan
Reproduksi.

Anda mungkin juga menyukai