Anda di halaman 1dari 38

CANCER (KANKER)

Mata kuliah: Keperawatan Paliatif dan Menjelang Ajal


Dosen Pembimbing: Ns. Syahid Amrullah, S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh Kelompok 1:

Abdul Samad SNR212250064 Angela Herliana SNR212250051


Albertus Billy SNR212250040 Desy Norvitaria SNR212250044
Dapid SNR212250057 Fitriana SNR212250058
Monda S.C SNR212250073 Kornelia Ayu SNR212250070
Rasidi SNR212250063 Meilyana SNR212250079
Stepanus T.P SNR212250071 Sandra Mega.F SNR212250056
Sariyanto SNR212250080 Ulla Kasturi SNR212250078

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN


MUHAMMADIYAH
PONTIANAK
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Cancer (Kanker)”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata
kuliah Keperawatan Dewasa.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah


keperawatan paliatif dan menjelang ajal selaku dosen pembimbing dan teman-
teman satu kelompok yang ikut berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini,
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktu nya.

Bagi kami sebagai penyusun dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karna keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami untuk itu kami
sanggat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah.

Pontianak, February 2022

Penulis

i
ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………. i
Daftar Isi………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………. 1
A. Latar Belakang…………………………………………………….. 1
B. Tujuan……………………………………………………………… 3
1. Tujuan Umum……………………………………………………. 3
2. Tujuan Khusus…………………………………………………… 3
C. Manfaat…………………………………………………………….. 3
BAB II TINJAUAN TEORI…………………………………………… 4
A. Definisi……………………………………………………………… 4
B. Klasifikasi…………………………………………………………... 4
C. Patofisiologi………………………………………………………… 5
D. Etiologi……………………………………………………………… 6
E. Manifestasi Klinis………………………………………………….. 8
F. Stadium Kanker……………………………………………………. 9
G. Penatalaksanaan…………………………………………………… 10
1. Penatalaksanaan Medis…………………………………………... 10
2. Penatalaksanaan Paliatif pada Pasien Dewasa…………………… 12
3. Penatalaksanaan Paliatif pada Pasien Anak……………………… 20
BAB III KASUS…………………………………………………………. 25
A. Pengkajian…………………………………………………………. 25
B. Diagnosa Keperawatan……………………………………………. 27
C. Intervensi…………………………………………………………… 27
D. Implementasi ……………………………………………………… 30
E. Evaluasi…………………………………………………………….. 31
BAB IV PEMBAHASAN………………………………………………. 32
A. Pengkajian…………………………………………………………. 32
B. Diagnosa Keperawatan……………………………………………. 32
C. Intervensi…………………………………………………………… 32
D. Implementasi………………………………………………………. 33
E. Evaluasi…………………………………………………………….. 33
BAB V PENUTUP……………………………………………………… 34
A. Kesimpulan………………………………………………………… 34
B. Saran……………………………………………………………….. 34
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………… 35

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit kanker merupakan penyakit tidak menular yang ditandai
dengan adanya sel/jaringan abnormal yang bersifat ganas, tumbuh cepat tidak
terkendali dan dapat menyebar ke tempat lain dalam tubuh penderita. Sel
kanker bersifat ganas dan dapat menginvasi serta merusak sel-sel normal di
sekitarnya sehingga merusak fungsi jaringan tersebut. Penyebaran (metastasis)
sel kanker dapat melalui pembuluh darah maupun pembuluh getah bening. Sel
penyakit kanker dapat berasal dari semua unsur yang membentuk suatu organ,
dalam perjalanan selanjutnya tumbuh dan menggandakan diri sehingga
membentuk massa tumor.
Kanker menjadi penyakit yang terus mengalami pertumbuhan masif
secara global. Terdapat banyak beban yang ditimbulkan oleh kanker seperti
memerlukan kekuatan fisik yang luar biasa, ketegangan emosional dan masalah
keuangan pada individu, keluarga masyarakat serta pada sistem kesehatan.
Masih banyak sistem kesehatan di negara berpenghasilan rendah dan
menengah yang belum siap untuk mengelola beban akibat penyakit kanker.
Sebagian besar pasien kanker di dunia tidak memiliki akses untuk dapat
mendiagnosis dan mendapat pengobatan yang berkualitas secara tepat waktu.
Sehingga penderitaan dan kematian akibat penyakit kanker tidak dapat
dihindari (WHO, 2018).
Data yang dihimpun WHO pada tahun 2018, kanker menduduki
peringkat kedua penyebab kematian di dunia dan bertanggungjawab untuk
sekitar 9.600.000 kasus kematian pada tahun 2018. Secara global, sekitar satu
dari enam kematian disebabkan oleh kanker. Kanker menyerang siapa saja baik
pria maupun wanita, anak-anak ataupun dewasa. Banyak sekali jenis kanker
yang menyerang manusia, namun ada beberapa jenis kanker sering menyerang
pada jenis kelamin, atau umur tertentu. Contohnya: Kanker yang sering muncul

1
2

pada pria, yaitu: kanker paru, kanker kolorektal, kanker prostat, kanker hati dan
nasopharing. Lalu, jenis kanker yang sering dialami oleh wanita adalah kanker
payudara, kanker leher rahim, kanker kolorektal, kanker ovarium, kanker paru.
Sedangkan kanker yang sering terjadi pada anak-anak adalah kanker
retinoblastoma dan kanker darah (leukimia).
Stadium dini (awal) kanker tumbuh setempat, sehingga keluhan ataupun
gejala seringkali tidak disadari oleh penderitanya. Untuk itu, ada 7 tanda
Waspada Kanker yang perlu diperhatikan dan diperiksakan lebih lanjut ke
dokter untuk memastikan ada tidaknya kanker, yaitu:
Waktu buang air besar atau kecil dan perubahan kebiasaan atau gangguan; Alat
pencernaan terganggu dan susah menelan; Suara serak atau batuk yang tak
sembuh-sembuh; Payudara atau di tempat lain ada benjolan (tumor); Andeng-
andeng (tahi lalat) yang berubah sifatnya menjadi besar dan gatal; Darah atau
lendir yang abnormal keluar dari tubuh; atau Adanya koreng atau borok yang
tidak mau sembuh-sembuh.
Hingga saat ini telah diketahui beberapa faktor variabel yang dapat
meningkatkan risiko terjadinya penyakit kanker. Beberapa faktor risiko
tersebut, antara lain: kebiasaan merokok atau terkena paparan asap rokok, diet
rendah serat, paparan sinar ultraviolet, berhubungan seksual yang tidak sehat,
dapat menyebabkan terjadinya kanker.
Berkembangnya mitos bahwa penyakit kanker tidak dapat dicegah dan
disembuhkan, justru semakin memperparah keadaan. Pada kenyataannya
kanker dapat dikatakan sebagai penyakit gaya hidup, karena sebagian besar
kanker dapat dicegah dengan melakukan gaya hidup sehat dan menjauhkan diri
dari faktor risiko. Lebih dari 40% dari semua kanker dapat dicegah dan
beberapa jenis kanker (kanker payudara, kanker kolorektal, kanker leher rahim)
dapat disembuhkan jika terdeteksi dini.
3

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan
cancer.
2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa dapat mengetahui apa itu cancer.


b. Mahasiswa mengetahui klasifikasi dari cancer
c. Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi dari cancer.
d. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi dari cancer.
e. Mahasiswa dapat mengetahui tanda dan gejala dari cancer.
f. Mahasiswa dapat mengetahui stadium dari cancer.
g. Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan medis dari cancer.

C. Manfaat

1. Perawat
Diharapkan menambah pengetahuan perawat akan diagnosa, intervensi dan
penatalaksanaan pada pasien dengan anemia.
2. Mahasiswa Keperawatan
Melalui pembelajaran ini, mahasiswa dapat mengetahui apa itu anemia dan
faktor apa saja yang dapat menyebabkan anemia dan dapat memberikan
asuhan keperawatan yang tepat.
3. Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi institusi pendidikan
untuk mengembangkan ilmu keperawatan terkait asuhan keperawatan pada
pasien dengan anemia.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Kanker adalah penyakit pertumbuhan sel, yang dapat mengakibatkan
adanya kerusakan gen yang mengatur pertumbuhan dan deferensiasi. Kanker
terjadi akibat perubahan sel yang melepaskan diri dari mekanisme pengaturan
normal. Kanker sendiri merupakan istilah yang menggambarkan keadaan
penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak terkendali secara
normal yaitu multifikasi dan menyebar. Multifikasi sel merupakan keadaan
normal pada masa pertumbuhan atau proses regenerasi. Akan tetapi bila faktor
yang mengontrol pembelahan sel tidak lagi berfungsi dengan normal maka
keadaan ini disebut dengan penyakit kanker (Sukardja, 2000). American
Cancer Society mengatakan kanker sebagai kelompok penyakit yang ditandai
oleh pertumbuhan dan penyebaran sel abnormal yang tidak terkendali (Kaplan,
Salis & Patterson, 1993 dalam Lubis, 2009).

B. Klasifikasi
Jenis-jenis kanker yaitu; karsioma, limfoma, sarkoma, glioma, karsinoma
in situ. Karsinoma merupakan jenis kanker berasal dari sel yang melapisi
permukaan tubuh atau permukaan saluran tubuh, misalnya jaringan seperti sel
kulit, testis, ovarium, kelenjar mucus, sel melanin, payudara, leher rahim,
kolon, rektum, lambung, pankreas. Limfoma termasuk jenis kanker berasal dari
jaringan yang membentuk darah, misalnya sumsum tulang, lueukimia, limfoma
merupakan jenis kanker yang tidak membentuk masa tumor, tetapi memenuhi
pembuluh darah dan mengganggu fungsi sel darah normal.
Sarkoma adalah jenis kanker akibat kerusakan jaringan penujang di
permukaan tubuh seperti jaringan ikat, sel-sel otot dan tulang. Glioma adalah
kanker susunan saraf, misalnya sel-sel glia (jaringan panjang) di susunan saraf
pusat. Karsinoma in situ adalah istilah untuk menjelaskan sel epitel abnormal

4
5

yang masih terbatas di daerah tertentu sehingga dianggap lesi prainvasif


(kelainan/ luka yang belum menyebar).

C. Patofisiologi
Kanker adalah proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal diubah
oleh mutasi genetik dari DNA selular. Sel abnormal ini membenuk klon dan
mulai berproliferasi secara abnormal, mengabaikan sinyal mengatur
pertumbuhan dalam lingkungan sekitar sel tersebut. Kemudian dicapai suatu
tahap dimana sel mendapatkan ciri-ciri invasif, dan terjadi perubahan pada
jaringan sekitarnya.
Sel-sel tersebut menginfiltrasi jaringan sekitar dan memperoleh akses ke
limfe dan pembuluh-pembuluh darah, melalui pembuluh tersebut sel-sel dapat
terbawake area lain dalam tubuh untuk membentuk metastase (penyebaran
kanker) pada bagian tubuh yang lain. Meskipun penyakit ini dapat diuraikan
secara umum seperti yang telah diguakan, namun kanker bukan suatu penyakit
tunggal tetapi lebih kepada suatu kelompok penyakit yang jelas dengan
penyebab, manifestasi, pengobatan dan prognosa yang berbeda (Smeltzer &
Bare 2001).
Menurut Baradero (2007), ada tiga langkah perkembangan kanker, yaitu
inisiasi, promosi, dan progresi. Inisiasi atau tahap awal yang dimulai dengan
sel-sel yang normal mengadakan kontak dengan karsinogen, yaitu zat-zat yang
dapat menyebabkan kanker. Karsinogen yang meliputi radiasi, bahan kimia,
obat, dan virus menyebabkan kerusakan genetik yang irreversibel dan proses
ini disebut mutasi atau perubahan. Promosi atau tahap kedua, yang dapat
berlangsung beberapa tahun.
Termasuk dalam faktor-faktor promosi, yaitu rokok, penyalahgunaan
alkohol, dan komponen makanan yang terus-menerus mempengaruhi sel-sel
yang sudah mengadakan mutasi atau perubahan. Faktor-faktor promotor ini
menambah perubahan struktur sel, sehingga kecepatan mutasi sel bertambah.
Selain itu, jumlah sel-sel yang tidak normal juga meningkat. Pada tahap akhir,
6

yaitu progresi terjadi pertumbuhan yang tidak terkendali dari tumor malignan
yang dapat bermetastasis

D. Etiologi
Menurut Smeltzer & Bare (2001) kategori penyebab atau faktor-faktor
tertentu telah memberikan implikasi dalam proses karsinogenik. Penyebab atau
faktor-faktor tersebut termasuk virus, faktor fisik, faktor kimia, faktor-faktor
genetik atau keturunan, faktor- faktor makanan dan faktor hormonal.
1. Virus
Virus sebagai penyebab kanker pada manusia adalah sulit untuk
dipastikan karena virus sulit untuk diisolasi. Bila tampak kanker spesifik
dalam kluster maka diduga adalah penyebab infeksius. Virus dianggap
dapat menyatukan diri dalam struktur genetik sel, sehingga mengganggu
generasi mendatang dari populasi sel tersebut barangkali mengarah pada
kanker.
2. Faktor Fisik
Faktor-faktor fisik yang berkaitan dengan karsinogenesis mencakup
pemajanan terhadap sinar matahari atau pada radiasi, iritasi kronis atau
inflamasi, dan penggunaan tembakau.
3. Faktor Kimia
Delapan puluh lima persen dari semua kanker diperkirakan
berhubungan dengan lingkungan. Merokok tembakau adalah karsinogen
kimia poten yang menyebabkan sedikitnya 35% dari kematian akibat
kanker. Merokok berhubungan erat dengan kanker paru, kepala dan leher,
esofagus, pankreas, serviks, dan kandung kemih. Tembakau dapat juga
beraksi secara sinergis dengan substansi lain seperti alkohol, asbestos,
uranium dan virus untuk meningkatkan bentuk kanker. Mengunyah
tembakau berkaitan dengan kanker dari rongga mulut dan terutama terjadi
pada pria yang berusia dibawah 40 tahun.
7

4. Faktor-Faktor Genetik dan Keturunan


Faktor-faktor genetik juga memainkan peranan dalam pembentukan
sel kanker. Jika kerusakan DNA terjadi pada sel dimana pola
kromosomnya abnormal, dapat terbentuk sel-sel mutan. Pola kromosom
yang abnormal dan kanker berhubungan dengan kromosom ekstra, terlalu
sedikit kromosom, atau translokasi kromosom.
5. Faktor-Faktor Makanan
Faktor-faktor makanan diduga berkaitan dengan 40%-60% dari
semua kanker lingkungan. Resiko kanker meningkat sejalan dengan
ingesti jangka panjang karsinogenik atau ko-karsinigenik atau tidak
adanya substansi proaktif dalam diet. Substansi diet berkaitan dengan
peningkatan resiko kanker mencakup lemak, alkohol, daging diasinkan
atau diasap, makanan yang mengandung nitrat atau nitrit, dan masukan
diet dengan kalori tinggi.
6. Faktor Hormonal
Pertumbuhan tumor mungkin dipercepat dengan adanya gangguan
dalam keseimbangan hormon baik oleh pembentukan hormon sendiri
(endogenus) atau pemberian hormon eksogenus.
7. Peran Sistem Imun
Pada manusia, sel-sel maligna mampu berkembang secara teratur.
Terdapat bukti bahwa fungsi surveilens dari sistem imun sering lebih
mampu mendeteksi perkembangan sel-sel maligna dan merusak sel-sel
tersebut sebelum pertumbuhannnya menjadi tidak terkontrol. Apabila
sistem imun gagal mengidentifikasi dan menghentikan pertumbuhan sel-
sel maligna terjadilah kanker secara klinis. Pasien yang untuk berbagai
alasan mengalami immunokompeten menunjukan adanya peningkatan
insiden kanker.
Resipien transplantasi organ yang menerima terapi immuosupresif
untuk mencegah penolakan organ yang ditransplantasi mengalami
peningkatan insiden limfoma, sarkoma kaposi (SK), kanker kulit sel
skuamosa, dan kanker servikal dan anogenital. Pasien dengan penyakit
8

immunodefisiensi seperti acquired imuodeficiency disease syndrome


(AIDS) mengalami penimgkatan insiden KS, limfoma dan kanker rektal
kepala dan leher.
Beberapa pasien yang mendapat agens kemoterapi alkylating untuk
mengobati penyakit Hodgkin telah menunjukan peningkatan insiden
sekunder terhadap malignasi. Penyakit otoimun seperti artritis rheumatoid
dan sindroma sjogren berkaitan dengan peningkatan terjadinya kanker.
Akhirnya perubahan yang berhubungan dengan proses penuaan, seperti
penurunan fungsi organ, peningkatan insiden penyakit kronis, dan
penuruna immuokompetens dapat dapat menunjang pada peningkatan
insiden kanker pada individu lansia.

E. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala penyakit kanker sangat tergantung dari organ tubuh
yang terserang. Kanker yang terdapat di permukaan tubuh ditandai dengan
adanya benjolan. Meskipun demikian, tidak semua benjolan meupakan kanker.
Selain itu, tidak semua kanker menimbulkan benjolan yang jelas. Kanker
payudara diawali dengan timbulnya benjolan kecil, makin lama makin besar
dan akhirnya dapat menimbulkan koreng atau borok yang tidak sembuh.
Andeng-andeng atau tahi lalat dapat berubah semakin besar, terasa gatal,
dan akhirnya menjadi kanker yang sangat ganas. Kanker prostat, usus, dan alat
dalam yang terletak dalam tubuh menyebabkan benjolan yang tidak tampak
dari luar. Penderita kanker prostat sering ditandai dengan gangguan pada saat
buang air kecil, sedangkan kanker usus ditandai dengan perubahan kebiasaan
atau gangguan saat menelan, yaitu penderita merasa seperti ada duri yang
menyangkut di tenggorokan. Dapat pula terjadi perubahan suara, mulai serak
sampai batuk yang tidak sembuh.
Kanker yang menyerang organ reproduksi wanita, seperti indung telur,
rahim, dan leher rahim ditandai dengan gangguan pada siklus haid. Panjang
siklus sering menjadi ebih pendek dan lama perdarahan menjadi panjang. Pada
umumnya, kanker leher rahim disertai dengan keputihan (pengeluaran lendir)
9

yang berlebihan dan berbau busuk. Gejala awal kanker indung telur sering
tidak jelas, tetapi penderita mendadak sakit perut yang hebat dan saat
ditemukan tumor memang benar-benar telah mengganas.
Selain tanda dan gejala masing-masing kanker organ tersebut, penderita
kanker ganas pada umumnya mengalami penurunan status gizi yang drastis.
Bahkan, sering terjadi kakbeksia dengan gejala pada penderita, seperti kurus
kering, lemah, dan apatis (Uripi, 2002).

F. Stadium Kanker
Stadium kanker membantu menggambarkan bagaimana penyebaran
kanker. Juga membantu menentukan harapan hidup dan mengatur serta
merubah penatalaksanaan, khususnya kanker pada stadium 4 harapannya rata-
rata sangat lambat atau sekitar 5 tahunan:
Beberapa faktor yang menentukan stadium kanker terdiri dari:
1. Stadium I dengan ukuran kurang dari 2 cm, nodus limfe tiidak terkena oleh
sel-sel kanker, lokasi hanya disatu tempat dan tidak menyebar ke area
tubuh lainnya.
2. Stadium II dengan ukuran tumor biasanya 2-5 cm, nodus limfe biasanya
terkena, kanker masih dilokasinya belum menyebar.
3. Stadium III, tumor tampak membesar dengan jelas, umumnya lebih dari 5
cm, nodus limfe tampak terkena sel-sel kanker. Perubahan antara stadium
II dan III agak sulit tergantung pada tipe kanker.
4. Stadium IV, tumor menjadi beberapa ukuran, nodus limfe terkena dan
terjadi penyebaran ke organ lain, harapan hidup sangat singkat namu
tergantung jenis kankernya (Ningsih, 2011)
10

G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Ada empat cara pengobatan kanker, yaitu kemoterapi, terapi radiasi,
bioterapi, pembedahan. Di antara empat cara ini, pembedahan adalah yang
paling lama dipakai, paling luas, dan paling sering digunakan. Pembedahan
juga digunakan untuk mendiagnosis kanker dan menentukan “stadium”
kanker, mengobati kanker, memberi pengobatan paliatif (meringankan),
menangani kedaruratan onkologis, dan mengendalikan nyeri:
a. Pembedahan

Jika pembedahan digunakan untuk pengobatan, lesi malignannya


harus masih kecil, terlokalisasi, dan mudah diangkat seluruhnya.
Pembedahan merupakan prosedur standar untuk mengangkat sebagian
jaringan sehat disekitar organ yang malignan dan mereseksi nodus limfe
regional. Prosedur pembedahan ini dapat mengurangi masalah secara
drastis timbulnya kanker kembali dan meningkatkan angka sintasan
(survival), terutama terhadap kanker yang meluas melalui saluran-
saluran limfe.
Pembedahan sebagai prosedur paliatif (meringankan) juga telah
dikenal dan banyak membantu pasien kanker yang lebih lanjut.
Pembedahan paliatif sering dipakai untuk mengurangi besarnya tumor
yang sudah sulit direseksi. Organ-organ penghasil hormon dapat
diangkat untuk menghentikan pertumbuhan tumor yang bergantung
pada hormon untuk pertumbuhannya (hormon dependen).
b. Bioterapi

Bioterapi adalah pengobatan kanker yang keempat dan dapat


digunakan sendirian atau bersamaan dengan pembedahan atau
kemoterapi atau terapi radiasi. Fokus dan bioterapi adalah manipulasi
atau penggerakan sistem imun dengan menggunakan zat biologis ilmiah
(sel-sel atau produk dan sel) atau genetically engineered agents yang
dapat memodifikasi respon tubuh terhadap kanker atau pengobatan
11

kanker. Zat-zat ini disebut biological respons modifiers (BRM) serta


berfungsi sebagai pengatur dan pembawa informasi.
c. Kemoterapi

Jika kemoterapi diberikan ketika populasi sel-sel malignan masih


sedikit dan masih rawan terhadap kemoterapi, sel-sel malignan dapat
dimusnahkan secara total. Tujuan pengobatan semacam ini adalah
penyembuhan. Kemoterapi menjadi lebih efektif jika tumor masih kecil
dan tumbuh cepat, serta ketika sebagian besar dari sel-sel tumor sedang
berkembang biak atau sedang membagi diri (repikasi). Tumor yang
lebih besar dan tumbuh perlahan, lebih efektif jika diberi obat-obat
nonspesifik karena obat-obat ini lebih efektif tanpa menghiraukan sel-
sel yang sedang mengadakan replikasi atau tidak.
d. Radioterapi
Terapi radiasi lebih memberikan manfaat daripada kemoterapi dan
pembedahan, yaitu:
1) Tidak banyak menimbulkan efek toksisitas sistemis seperti
kemoterapi.
2) Tidak dipengeruhi oleh masalah anatomis seperti pada pembedahan.
3) Dapat memusnahkan tumor tanpa merusak struktur, fungsi, dan
kosmetik dari jaringan yang normal.
Lamanya terapi radiasi dapat satu menit sampai beberapa menit.
Lamanya pemberian radiasi disesuaikan dengan dosis, jenis radiasi,
radiation beam, dan dalamnya tumor. Frekuensi dapat tiap hari atau lima
kali seminggu (Baraderoo, 2007).
12

2. Penatalaksanaan Paliatif pada Pasien Dewasa


Komunikasi antara dokter dan petugas kesehatan lain dengan pasien
dan keluarga serta antara pasien dan keluarga merupakan hal yang penting
dalam perawatan paliatif. Pasien adalah pribadi yang harus dihargai haknya
untuk mengetahui atau tidak mengatahui kondisi penyakitnya. Pasien juga
merupakan individu yang berhak menentukan tindakan yang akan dilakukan
terhadapnya jika pasien masih memilki kompetensi untuk membuat
keputusan.
Pada fase akhir kehidupan banyak pasien yang tidak lagi mampu
membuat keputusan, sehingga pembicaraan tentang apa yang akan atau
tidak dilakukan sebaiknya diputuskan pada saat pasien masih memiliki
kesadaran penuh. Walaupun demikian keluarga tetap dapat dilibatkan dalam
pengambilan keputusan. Dalam menyampaikan berita buruk, hal hal berikut
ini harus diperhatikan: Apa, sejauh mana, kapan, dengan siapa dan
bagaimana cara menyampaikan berita tersebut. Dalam hal ini, dokter dan
petugas kesehatan lain harus memperhatikan kultur yang dianut pasien dan
keluarga.
Meningkatnya kualitas hidup pasien kanker merupakan indikator
keberhasilan pelayanan paliatif. Kualitas hidup pasien kanker diukur dengan
Modifikasi dari Skala Mc Gill. Terdapat 10 indikator yang harus dinilai oleh
pasien sendiri, yaitu:
Indikator Nilai 1-10
Secara fisik saya merasa…. Sangat buruk….sangat baik
Saya tertekan atau cemas Selalu…..tidak pernah
Saya sedih Selalu…..tidak pernah
Dalam melihat masa depan Selalu takut….tidak takut
Keberadaan saya Tidak berarti tanpa tujuan….sangat berarti
dan bertujuan
Dalam mencapati tujuan hidup Tidak mencapai tujuan….mencapai tujuan
Saya…. Tidak dapat….sangat dapat mengontrol hidup
saya
Sebagai pribadi Tidak baik….sangat baik
Hari saya Sebagai beban….sebagai anugerah
Saya merasa…. Tidak mendapat dukungan…mendapat
dukungan penuh
13

Gejala yang muncul pada pasien dengan penyakit stadium lanjut


bervariasi. Prinsip tata laksananya adalah sebagai berikut:
a. Evaluasi
1) Evaluasi terhadap gejala yang ada
a) Apa penyebab gejala tersebut (kanker, anti kanker dan pengobatan
lain, tirah baring, kelainan yang menyertai).
b) Mekanisme apa yang mendasari gejala yang muncul? (misalnya:
muntah karena tekanan intrakranial yang meningkat berlainan
dengan muntah karena obstruksi gastrointestinal).
c) Adakah hal yang memperberat gejala yang ada (cemas, depresi,
insomnia, kelelahan).
d) Apakah dampak yang muncul akibat gejala tersebut? (misalnya:
tidak bisa tidur, tidak nafsu makan, tidak dapat beraktifitas).
e) Pengobatan atau tindakan apa yang telah diberikan? Mana yang
tidak bermanfaat?
f) Tindakan apa saja yang dapat dilakukan untuk mengatasi
penyebabnya?
2) Evaluasi terhadap pasien
a) Seberapa jauh progresifitas penyakit?
b) Apakah gejala yang ada merupakan gejala terminal atau sesuatu
yang bersifat reversible?
c) Apa pendapat pasien terhadap gejala tersebut?
d) Bagaimana respon pasien?
e) Bagaimana fungsi tubuh?
b. Penjelasan
Penjelasan terhadap penyebab keluhan yang muncul sangat
bermanfaat untuk mengurangi kecemasan pasien. Jika dokter tidak
menjelaskan, mungkin pasien bertambah cemas karena menganggap
dokter tidak tahu apa yang telah terjadi dalam dirinya.
14

c. Diskusi
Diskusikan dengan pasien pilihan pengobatan yang ada, hasil yang
dapat dicapai dengan pilihan yang tersedia, pemeriksaan yang
diperlukan, dan apa yang akan terjadi jika tidak dilakukan pengobatan.
d. Pengelolaan Secara Individu
Pengobatan bersifat individual, tergantung pada pilihan yang
tersedia, manfaat dan kerugian pada masing masing pasien dan keinginan
pasien dan keluarga. Pengobatan yang diberikan terdiri dari:
1) Atasi masalah berdasarkan penyebab dasar: atasi penyebabnya bila
memungkinkan (Pasien dengan nyeri tulang karena metastase,
lakukan radiasi bila memungkinkan. Pasien dengan sesak nafas karena
spasme bronkus, berikan bronkodilator)
2) Prinsip pengobatan: setiap obat opioid dimulai dengan dosis terendah,
kemudian lakukan titrasi, untuk mendapatkan efek yang optimal dan
dapat mencegah penderitaan dan penurunan kualitas hidup akibat efek
samping obat tersebut.
3) Terapi fisik: selain dengan obat, modalitas lain diperlukan untuk
mengatasi gejala misalnya relaksasi, pengaturan posisi, penyesuaian
lingkungan dll.
e. Perhatian Khusus
Walaupun gejala yang ada tidak dapat diatasi penyebabnya,
mengatasi keluhan secara simtomatis dengan memperhatikan hal hal
kecil sangat bermanfaat (misalnya jika operasi, kemoterapi atau radiasi
pada kanker esofagus tidak dapat lagi diberikan, pengobatan untuk jamur
di mulut akan bermafaat bagi pasien). Gunakan kata tanya “Mengapa”
untuk dapat mengatasi mencari penyebab gejala. (misalnya: seorang
pasien kanker paru muntah. Pasien tidak hiparkalsemia atau dengan
opioid. Mengapa pasien muntah?).
15

f. Pengawasan
Pengawasan terhadap pasien, gejala yang ada dan dampak
pengobatan yang diberikan sangat diperlukan karena pada stadium lanjut,
karena keadaan tersebut dapat berubah dengan cepat.

Perawatan Terminal
a. Perawatan Pasien Menjelang Ajal
Kebutuhan fisik Psikososial Lain-lain
Pastikan kenyamanan Pastikan keluarga Pastikan adanya end of
pasien: mengerti dan life policy dan lakukan
a. Perawatan kulit: menerima WASIAT sesuai dengan policy
jaga kelembaban, tsb
perawatan luka Berikan dukungan
dan obat untuk kepada keluarga untuk Pastikan WASIAT telah
nyeri anticipative menghentikan TPN, didokumentasikan
b. Perawatan mulut transfusi, dialisis,
c. Tindakan untuk hidrasi IV, dan obat Pastikan DNR telah
retensi urin dan yang tidak akan didokumentasikan dan
faeces Tidak menambah keluarga telah
melakukan test kenyamanan pasien menyetujuinya
untuk diagnosa,
monitoring gula Siapkan bantuan sosial Berikan tempat
darah, saturasi worker dan tersendiri untuk
oksigen, suctioning rohaniawan menjaga privasi

Tidak melakukan Berikan waaktu bagi Fasilitasi untuk


pemeriksaan vital sign keuarga untuk selalu keluarga yang akan
Lakukan assessment bersama pasien berjaga
gejala setiap 4 jam
Pastikan KELUARGA Berikan waktu untuk
Rubah rute pemberian TELAH keluarga tnapa
obat jika per oral tidak DIINFORMASIKAN interupsi
dapat dilakukan TENTANG TANDA
TANDA KEMATIAN dan Fasilitasi untuk upacara
Naikkan dosis jika berikan pendampingan pemakaman
diperlukan untuk
mencapai Berikan pendampingan
kenyamanan Anticipatory
bereavement
Death ratlle:
hypersekresi salifa Dukungan bagi anak 2
yang menimbulkan dan cucu dan beri
suara: rubah posisi, mereka kesempatan
kurangi cairan, berikan bersama pasien
16

atropin 1% tetes mata


1 – 2 drop secara SL Dukungan dalam
melakukan ritual sesuai
Bila ada agitasi agama, keyakinan dan
lakukan sedasi paliatif adat yang dianut

Siapkan untuk donor


organ
Paliatif sedation:

1) Pastikan agitasi dan gelisah bukan karena: cemas, takut, retensi urin,
fecal impaction, drug withdrwal.
2) Pastikan bahwa pasien memiliki gejala yang tidak dapat dikontrol
dengan cara penatalaksanaan sesuai pedoman oleh tenaga ahli
paliatif.
3) Pastikan bahwa pasien dalam kondisi menjelang ajal (prognosis
dibuat oleh sekurang kurangnya 2 dokter yang menyatakan pasien
akan meninggal dalam hitungan jam atau hari).
4) Diskusikan kembali aspek etika pemberian sedasi pada pasien tsb,
bahwa tujuannya bukan menghilangkan nyawa/mengakhiri
kehidupan.
5) Dapatkan informed consent tentang sedasi dari pasien atau keluarga.
6) Jelaskan bahwa sedasi adalah memberikan obat secara suntikan yang
bersifat kontinyu yang akan membawa pasien pada kondisi tidak
sadar.
7) Jelaskan bahwa pemberian sedasi dibarengi dengan penghentian life
prolonging therapies dan tidak dilakukannya CPR
Obat yang digunakan:
(a) Clonazepam 0,5 mg, SC atau IV setiap 12 jam atau 1 – 2 mg/24
jam dalam infus, titrasi
(b) Midazolam 1 – 5 mg SK setap 2 jam atau 30mg/24 jam dalam
infus, titrasi
(c) Diazepam 5 – 10 mg IV atau 10 – 20 mg PR, titrasi
(d) Lorazepam 1 – 2,5 mg SL setaip 2-4 jam, titrasi
17

(e) Bila gagal: phenobarbitone 100 – 200mg SK tiap 4 – 8 jam titrasi


dan berikan dalm infus 24 jam
b. Perawatan pada saat pasien meninggal
1) Kualitas Meninggal
(a) Nyeri dan gejala lain terkontrol dengan baik.
(b) Ditampat yang diinginkan pasien, berada di tengah keluarga, sesuai
dengan kultur yang dianut dan sempat membuat WASIAT.
(c) Hubungan sosial yang baik dan rekonsiliasi, tidak ada masalah
belum selesai.
(d) Secara spiritual siap: didoakan, tenang, telah dimaafkan dan
memaafkan, percaya dan siap memasuki kehidupan yang akan.
(e) Memiliki kesempatan untuk menyampaikan selamat tinggal.
(f) Keluarga mendapatkan dukungan yang diperlukan.
2) Intervensi
(a) Lepas semua alat medis yang masih terpasang.
(b) Perlakukan jenazah sesuai agama dan kultur yang dianut.
(c) Berikan waktu privat untuk keluarga.
(d) Persiapkan bila ada wasiat untuk donor organ.
(e) Siapkan Surat kematian dan dokumen lain yang diperlukan untuk
pemakaman.
(f) Tawarkan panduan untuk proses masa duka cita yang normal.
(g) Dukungan masa dukacita: menyampaikan dukacita secara formal
melalui lisan atau kartu.
(h) Siapkan atau menghadiri pertemuan keluarga setelah kematian
untuk debriefing.
(i) Identifikasi anggota keluarga yang memiliki masalah selama masa
bereavement dan berikan dukungan yang diberikan.
(j) Diskusikan resiko kanker dan pencegahan yang dapat dilakukan.
18

3) Dukungan untuk petugas kesehatan


(a) Diskusi tentang masalah pribadi yang mempengaruhi dalam
memberikan perawatan bagi pasien.
(b) Ciptakan suasana aman dalam mendiskusikan kematian pasien.
(c) Beri kesempatan untuk refleksi diri dan mengenang pasien.
(d) Mereview melalui catatan medis masalah medis yang berhubungan
dengan kematian.
(e) Diskusikan kualitas perawatan.
(f) Diskusikan respons keluarga terhadap kematian.
(g) Diskusikan respon petugas terhadap kematian.
(h) Lakukan ritual masa duka untuk petugas.
(i) Identifikasi petugas yang memiliki resiko terhadap masa duka cita
bermasalah.
c. Perawatan setelah pasien meninggal
Berduka adalah sekumpulan emosi yang mengganggu yang
diakibatkan oleh perubahan atau berakhirnya pola perilaku yang ada. Hal
ini biasanya terjadi setelah seseorang kehilangan, termasuk karena
kematian. Rasa kehilangan bisa mulai dialami pasien, keluarga, kerabat
serta teman teman pada saat seseorang mengalami penyakit. Kehilangan
dapat berupa kehilangan kesehatan, fungsi, mobilitas, potensi, harapan,
mimpi dan akhirnya kehilangan kehidupan yaitu kematian. Dua puluh
persen dari rasa duka yang muncul akibat kematian bersifat patologis,
yaitu berupa gangguan kecemasan atau depresi yang berkepanjangan
atau berlebihan. Rasa berduka dipengaruhi oleh siapa yang meninggal,
kedekatan dengan yang meninggal, penyebab kematian, pribadi dan
kondisi sosial.
Tahap berduka meliputi shock, tidak percaya, penyangkalan,
marah, menimbang nimbang, depresi dan penerimaan. Manifestaasi rasa
duka bisa berupa ekspresi perasaan, distorsi kognitif, gangguan fisik dan
gangguan perilaku. Rasa duka yang patologis ditandai dengan hilangnya
motivasi dan munculnya tanda tanda depresi lain yang menetap seperti
19

putus asa, rasa bersalah dan penyesalan yang berlebihan, serta


munculnya keinginan untuk bunuh diri. Keinginan untuk bertemu yang
berlebihan dengan pasien yang telah meninggal dapat merupakan tanda
adanya duka patologis.
Dalam hal ini, konsultasi ke psikister diperlukan. Hubungan
dengan pasien yang telah meninggal dapat mempengaruhi kemampuan
keluarga untuk beradaptasi terhadap kondisi yang ada. Hubungan yang
baik dan dekat dapat menimbulkan rasa kehilangan, kesepian dan tidak
berguna. Pada kondisi ini, pendekatan yang diperlukan adalah membantu
agar merasa memiliki harga diri, percaya diri, rasa aman.
Konseling pribadi atau dukungan dari support group akan
bermafaat dalam mengatasi hal tersebut. Jika hubungan dengan pasien
yang telah meninggal tidak baik, masalah dapat timbul pada masa
dukacita, misalnya munculnya rasa penyesalan, sedih, rasa bersalah dan
depresi yang berkepanjangan. Dukungan pada kondisi seperti ini sangat
diperlukan misalnya dengan mengatakan bahwa mengetahui dan dapat
memahami apa yang dirasakan. Dorongan untuk dapat memaafkan dan
kembali bersosialisasi melalui dukungan dari keluarga yang lain, teman
atau support group diperlukan.
Tugas dari pelayanan paliatif adalah memberikan dukungan, agar
rasa duka yang timbul tidak menjadi duka yang patologis. Dukungan
pada masa berkabung dilakukan pada saat pasien meninggal dan pada
saat pemakaman. Satu atau dua minggu setelah pemakaman, follow up
kepada keluarga yang berdukacita perlu dilakukan untuk melakukan
penilaian terhadap kemampuan mengatasi rasa kehilangan dan
kemampuan beradaptasi terhadap situasi baru, yaitu kehidupan tanpa
pasien yang telah meninggal.
20

Follow up bisa sebaiknya dilakukan dengan kunjungan rumah,


namun bila tidak memungkinkan bisa dilakukan melalui tilpon. Tujuan
dukungan masa berkabung adalah:
1) Membantu agar keluarga bisa menerima kenyataan bahwa pasien
telah meninggal dan tidak akan kembali.
2) Membantu agar keluarga mampu beradaptasi dengan situasi dan
kondisi baru.
3) Membantu merubah lingkungan yang memungkinkan keluarga
dapat melanjutkan hidup tanpa pasien yang meninggal
4) Membantu keluarga agar mendapatkan kembali rasa percaya diri
untuk melanjutkan hidup
3. Penatalaksanaan Paliatif pada Pasien Anak
a. Prinsip tatalaksana gejala meliputi:
1) Tatalaksana gejala harus direncanakan sebelumnya.
2) Dibutuhkan pendekatan yang menyeluruh, tidak hanya masalah
pengobatan saja.
3) Orangtua dan anak harus dipersiapkan untuk mengahadapi situasi
yang ada. Mereka harus tahhu apa yang diharapkan, bagaimana cara
menghadapinya, dan kepada siapa mereka dapat meminta bantuan
4) Penilaian harus meliputi: penggunana instrumen bila tersedia, gejala
distres yang tidak terkontrol merupakan keadaan darurat yang harus
ditangani secara agresif Tatalaksana gejala meliputi:
a) Penilaian terhadap gejala yang timbul.
b) Evaluasi terhadap potensi penyebab yang dapat mengakibatkan
gejala- gejala tersebut timbul kembali.
c) Merencanakan dan memulai tatalaksana gejala.
d) Lakukan penilaian kembali setiap kali melakukan tindakan
intervensi.
21

b. Pesiapan menjelang akhir kehidupan (advance d directive)


Perawatan paliatif khususnya bagi anak yang sedang menjelang
akhir kehidupan adalah memastikan kebutuhan anak terpenuhi yaitu
fisik, pikiran, dan jiwa. Adapun perawatan tersebut berupa:
1) Meringankan rasa sakit dan keluhan fisik lainnya yang dirasakan
anak.
2) Menjaga anak merasa nyaman dan tenang.
3) Menjaga kehidupan anak dan keluarga senormal mungkin.
4) Membantu keluarga mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan.
5) Membicarakan harapan/keinginan anak.
6) Memberikan informasi yang tepat dan jujur tentang kondisi anak.
7) Membantu proses berduka atas kematian anak.
c. Perawatan terminal pada anak
Tujuannya:
1) Yakinkan bahwa tidak ada rasa nyeri dan stress.
2) Diberi perhatian secara penuh dan kasih saying.
3) Jangan merasakan kesakitan yang berkepanjangan
4) Persiapkan dan dukung keluarga dalam menghadapi kematian
anaknya.
5) Jangan berikan obat melalui oral tetapi jalur lain yang dianjurkan yaitu
rektal, transdermal dan subkutan.
6) Infus subkutan dengan semprit dapat diberikan, volume kecil tidak
melebihi 30 menit – 50 jam.
d. Perawatan pada saat pasien meninggal
Tempat yang tepat bagi anak yang meninggal adalah di rumah, jangan
biarkan anak meninggal tanpa ditunggu. Tanda-tanda akhir kehidupan:
1) Kesadaran menurun.
2) Banyak tidur.
3) Disorientasi.
4) Menolak makan walaupun bentuk cair.
5) Buang air kecil terganggu.
22

6) Kulit: dingin, pucat, cutis mamorata.


7) Pola nafas tak teratur (cepat pendek dengan adanya periode cepat atau
lambat).
e. Perawatan setelah pasien meninggal
1) Antisipasi rasa duka
Utamakan pada tugas keluarga dalam mengantisipasi proses
kesedihan, yaitu:
a) Menerima kenyataan kehilangan.
b) Menghayati rasa sakit akan kehilangan.
c) Menyesuaikan diri dengan lingkungan tanpa kehadiran anggota
keluarga yang sudah meninggal.
d) Meredam emosi dan melanjutkan hidup.
2) Tahap berduka
a) Kaget (terkejut).
b) Menolak.
c) Marah.
d) Depresi.
e) Bargaining (menimbang-nimbang).
f) Menerima
3) Bentuk duka
a) Anak-anak
Anak dengan kondisi menjelang kematian akan mengalami
berbagai masalah diantaranya: kehilangan masa kanak-
kanak,kehilangan kemampuan fisik dalam melakukan hal-hal yang
sama seperti anak normal,hilangnya kemampuan dalam
mengembangkan hubungan normal dengan teman-teman sekolah
dan teman bermain, kesedihan melihat perjuangan orangtua yang
bekerja keras merawat pasien,kerugian yang dialami pasien karena
meliaht kesehatannya semakin memburuk (pasien melihat
kehilangan fungsi tubuhnya dan ancaman kematian).
23

b) Saudara kandung
Saudara pasien sering mengalami masalah perilaku yaitu:
(1) Orangtua mencurahkan perhatiannya kepada anak yang sakit,
sehingga saudara kandung berpikiran negatif terhadap anak
yang sakit.
(2) Kebiasaan orangtua merahasiakan kematian sehingga
memiliki pengalaman terbatas tehrhadap kematian.
(3) Anak-anak memiliki imajinasi yang nyata, jika tidak
dijelaskan tentang penyakit saudaranya, maka mereka akan
membuat ide-ide sendiri dengan informasi yang terbatas,
seringkali apa yang dibayangkan lebih buruk dari kenyataan.
c) Orang tua
Orangtua memiliki kecemasan, penolakan,
ketidakpercayaan, rasa marah dan rasa bersalah terhadap penyakit
anak. Orangtua kan menarik diri dari lingkungan sosialnya di ganti
dengan hubungan dengan petugas kesehatan. Fase marah seringkali
diarahkan kepada petugas kesehatan ataupun pasangannya,
sehingga ritual agama memiliki efek dan manfaat yang besar pada
reaksi kesedihan orangtua.
d) Lingkungan
(1) Masyarakat
Kematian memiliki efek yang mendalam pada masyarakat
sekitar anak.
(2) Keluarga Besar
Kesedihan tidak hanya terkait kehilangan cucu, tetapi juga
kesedihan melihat anak-anak mereka yang sedang berduka
cita.
(3) Sekolah
Kematian anak menjadi sumber kesedihan bagi teman-
temannya, karena mungkin ini pengalaman pertama mereka
24

kontak dengan kematian. Guru mendapatkan pengalaman


sulitnya menangani situasi dukacita
4) Manajemen duka
Dukungan dari tim paliatif terhadap dukacita sangant membantu
orangtua dalam menghadapi proses kesedihan. Tim membantu dengan
cara:
a) Mendengarkan isi hati keluarga pasien.
b) Membantu orangtua untuk tetap menjaga hubungan dengan anak
lainnya, mengahadapi proses kesedihan sebagai perjalanan hidup.
c) Memberi saran untuk kembali bekerja dan melanjutkan hidup.
d) Mendukung saudara kandung pasien dengan berkomunikasi
mengisi waktu luang dengan kegiatan lain.
e) Merangkul dan berada dekat dekat keluarga besar, sekolah.
BAB III

KASUS

Pada makalah ini kelompok akan mengangkat kasus Cancer (CA) mamae
dekstra stadium IV post operasi hari ke 2.

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Ny. S. A
Umur : 29 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Karya Indah, No. 12, RT/RW 003/001
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Sumber informasi : Autoanamnese dan Dokumen
Pendidikan : Diploma 3
Masuk Rumah Sakit : 20 Februari 2022
NO.RM : 20022xxxx
Tanggal Pengkajian : 25 February 2022
Diagnosa Medis : CA Mamae Dekstra stadium IV post operasi hari
ke2
2. Keluhan Utama
Nyeri pada luka operasi di dada sebelah kanan.
3. Keluhan Saat ini
Klien mengatakan terasa nyeri pada luka post operasi payudara kanan
sejak kemarin sore nyeri seperti tersayat, terasa terus menerus dengan
intensitas skala nyeri 5 dari skala interval 0 sampai 10, jenis nyeri bersifat
akut, klien mengatakan tadi malam sulit tidur, lemas, nyeri dirasakan
bertambah pada saat klien batuk dan bergerak, klien tampak meringis,
sering menarik napas panjang. Luka operasi terpasang 2 buah drain yang

25
26

masing-masing tertampung cairan warna coklat kemerahan sebanyak 15


ml, dan 25 ml. Klien mengatakan takut menggerakkan tangan kanannya
karena takut nyeri.
Awalnya kilen mengeluh ada benjolan sebesar biji kacang pada
payudara sebelah kanan pada bulan Januari 2021 yang makin lama
semakin membesar dan timbul peradangan tanpa adanya luka. Klien
mengatakan merasa tidak nyaman dengan adanya benjolan tersebut yang
makin hari semakin mengalami peradangan dan mulai mengeluarkan
cairan dan terjadi luka yang sukar untuk sembuh. Kemudian klien di
lakukan biopsi di RS Mitra Medika dan hasilnya dinyatakan tumor ganas
sudah memasuki stadium IV dan harus dilakukan operasi pengangkatan
payudara sebelah kanan klien.
Dokter pun menyatakan jika penyakit yang dialami klien sulit untuk
disembuhkan karena sudah memasukin stadium akhir, klien merasa putus
asa dan cemas dengan kondisi dirinya yang semakin memperparah rasa
nyeri yang dialami serta klien merasa dirinya tidak cantik lagi.
4. Riwayat kesehatan yang lalu
Klien mengatakan tidak pernah dioperasi sebelumnya dan tidak
mempunyai penyakit lambung, diabetes dan hipertensi.
5. Riwayat alergi
Klien mengatakan tidak ada alergi makanan maupun obat-obatan.
6. Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada penyakit menurun seperti hipertensi, diabetes.
7. Prosedur invasive yang terpasang
Klien terpasang infus RL 20 tts/mnt dan PCA fentanyl 20 mcg/jam. Drain
sebanyak 2 buah pada luka post op.
8. Kontrol risiko infeksi
Klien sudah dilakukan swab Covid-19 dengan hasil negatif.
9. Keadaan umum
Kesadaran compos mentis, tanda-tanda vital: suhu 36,5˚C, nadi 92 x/mnt,
respirasi 24 x/mnt, tekanan darah 130/80 mmHg.
27

10. Penilaian nyeri


Skala nyeri menggunakan VAS/NRS didapatkan 5 dari 10 angka, lokasi
nyeri pada luka operasi di dada kanan sampai daerah ketiak, frekuensi
nyeri terus menerus, sifatnya menetap seperti disayat. Faktor yang
memperberat nyeri adalah bila klien bergerak dan batuk serta perasan
putus asa dan cemas akan keadaannya. Faktor yang mengurangi nyeri bila
klien diam/ tidak bergerak dan tidak batuk.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisik (prosedur opersai).
2. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian.
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur/bentuk
tubuh.

C. Intervensi
NO SDKI SLKI SIKI
1 Nyeri akut Setelah dilakukan tidakan 1. Manajemen nyeri
berhubungan dengan keperawatan masalah nyeri Observasi
agen pencidera fisik akut berhubungan dengan a. Identifikasi lokasi,
(prosedur opersai). agen pencidera fisik karakteristik, durasi,
(prosedur operasi) dapat frekuensi, kualitas,
teratasi. intensitas nyeri.
1. Tingkat Nyeri b. Identifikasi skala
a. Keluhan nyeri nyeri.
menurun c. Identifikasi respons
b. Meringis menurun nyeri non verbal.
c. Sikap protektif Terapeutik
menurun a. Berikan teknik
d. Gelisah menurun nonfarmakologis
e. Kesulitan tidur untuk mengurangi
menurun rasa nyeri (mis,
f. Frekuensi nadi TENS, hipnosis,
membaik akupresur, terapi
g. Pola nafas membaik musik, biofeedback,
h. Tekanan darah terapi pijat,
membaik aromaterapi, teknik
2. Kontrol Nyeri imajinasi terbimbing,
a. Melaporkan nyeri kompres
terkontrol hangat.dingin, terapi
meningkat. bermain).
b. Kemapuan Edukasi
mengenali onset a. Anjurkan
28

nyeri meningkat. menggunakan


c. Kemampuan analgesik secara tepat.
mengenali penyebab b. Ajarkan teknik
nyeri meningkat. nonfarmakologis
d. Kemampuan untuk menguramgi
menggunakan teknik rasa nyeri
non-farmakologis
meningkat.
e. Keluhan nyeri
menurun.
2 Ansietas Setelah dilakukan tidakan 1. Terapi relaksasi
berhubungan dengan keperawatan masalah Observasi
ancaman terhadap ansietas berhubungan a. Identifikasi penurunan
kematian. dengan ancaman terhadap tingkat energi,
kematian dapat teratasi. ketidakmampuan
1. Tingkat ansietas berkonsentras, atau
a. Verbalisasi gejala lain yang
kekhawatiran akibat menganggu
kondisi yang kemampuan kognitif.
dihadapi menurun. b. Periksa ketegangan
b. Perilaku gelisah otot, frekuensi nadi,
menurun. tekanan darah, dan
c. Perilaku tegang suhu sebelum dan
menurun. sesudah latihan.
d. Konsentrasi Terapeutik
membaik. a. Gunakan relaksasi
e. Pola tidur membaik sebagai strategi
penunjang dengan
analgesik atau
tindakan medis lain,
jika perlu.
Edukasi
a. Jelaskan tujuan,
manfaat, batasan, dan
jenis relaksasi yang
tersedia (mis,
meditasi, napas dalam,
relaksasi otot
progresif.
b. Anjurkan mengambil
posisi yang nyaman.
29

3 Gangguan citra Setelah dilakukan tindakan 1. Promosi Koping


tubuh berhubungan keperawatan masalah Observasi
dengan perubahan gangguan citra tubuh a. Identifikasi
struktur/bentuk berhubungan dengan pemahaman proses
tubuh. perubahan strukut/bentuk penyakit.
tubuh dapat teratasi. b. Identifikasi dampak
1. Citra Tubuh situasi terhadap
a. Melihat bagian tubuh peran dan hubungan.
membaik. c. Identifikais metode
b. Menyentuh bagian penyelesaian
tubuh membaik. masalah.
c. Verbalisasi kecacatan d. Identifikasi
bagian tubuh kebutuhan dan
membaik. keinginan terhadap
d. Verbalisasi dukungan sosial.
kehilangan bagian Terapeutik
tubuh membaik. a. Gunakan pendekatan
e. Verbalisasi perasaan yang tenang dan
negative tentang meyakinkan.
perubahan tubuh b. Diskusikan alas an
menurun. mengkritik diri
f. Verbaliasai sendiri.
kekhawatiran pada c. Diskusikan untuk
penolakan/reaksi mengklarifikasi
orang lain menurun. kesalahpahaman dan
g. Verbalisasi mengevaluasi
perubahan gaya perilaku sendiri.
hidup menurun. d. Diskusikan risiko
h. Menyembunyikan yang menimbulkan
bagian tubuh bahaya untuk diri
berlebihan menurun. sendiri.
i. Menunjukkan bagian e. Fasilitasi dalam
tubuh berlebihan memperoleh
menurun. informasi yang
j. Fokus pada bagian dibutuhkan.
tubuh menurun. f. Berikan pilihan
k. Fokus pada realistis mengenal
penampilan masa lalu aspek-aspek tertentu
menurun. dalam perawatan.
l. Fokus pada kekuatan g. Motivasi untuk
masa lalu menurun. menentukan harapan
m. Respon nonverbal yang realistis.
pada perubahan h. Tinjau kembali
tubuh membaik. kemampuan dalam
n. Hubungan sosial pengambilan
membaik. keputusan.
i. Kurangi rangsangan
lingkungan yang
mengancam.
Edukasi
30

a. Anjurkan sumber
spiritual, jika perlu.
b. Anjurkan keluarga
terlibat.
c. Anjurkan membuat
tujuan yang lebih
spesifik.
d. Ajarkan cara
memecahkan
masalah secara
konstruktif.
e. Latih penggunaan
teknik relaksai.

D. Implementasi
Menurut Santa Manurung (2011), pada tahap pelaksanaan kita benar-
benar siap untuk melaksanakan intervensikeperawatan dan aktivitas-aktivitas
keperawatan yang dituliskan dalam rencana keperawatan pasien. Dalam kata
lain dapat disebut bahwa pelaksanaan adalah peletakan suatu rencana menjadi
tindakan yang mencangkup:
a. Penulisan dan pengumpulan data lanjutan
b. Pelaksanaan intervensi keperawatan
c. Pendokumentasian tindakan keperawatan.
d. Pemberian laporan/mengkomunikasikan status kesehatan pasien dan
respons pasien terhadap intervensi keperawatan.
Pada kegiatan impelementasi diperlukan kemampuan perawat terhadap
penguasaan teknis keperawatan, kemampuan hubungan interpersonal, dan
kemampuan intelektual untuk menerapkan teori keperawatan dalam praktek.
31

E. Evaluasi
Menurut Santa Manurung (2011), Evaluasi merupakan tahap akhir dari
proses keperawatan, dimana perawat akan mengevaluasi respon pasien
terhadap tindakan keperawatan yang telah diberikan unuk memastikan bahwa
hasil yang diharapkan sudah di capai. Evaluasi adalah kegiatan yang terus
menerus dilakukan untuk menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan
bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau
menghentikan rencana keperawatan. Walaupun evaluasi dilakukan pada akhir
proses keperawatan, namun evaluasi sebaiknya dilakukan secara terus menerus
selama pasien dirawat.
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini kelompok akan membahas tentang tahapan asuhan keperawatan
dimulai dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi.

1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yang
memandang manusia sebagai makhluk yang terdiri dari, bio, psiko, sosio,
spiritual sesuai dengan konsep keperawatan yang memandang manusia sebagai
makhluk sosial. Pada tahap ini semua data informasi tentang klien dikumpulkan.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan pernyataan yang menggambarkan
tentang masalah atau status kesehatan klien, baik aktual maupun potensial, yang
ditetapkan berdasarkan analisis dan interpretasi data hasil pengkaian. Diagnosis
keperawatan berfungsi untuk mengidentifikasi, memfokuskan dan memecahkan
masalah keperawatan klien secara spesifik.
3. Intervensi
Intervensi keperawatan adalah panduan untuk perilaku spesifik yang
diharapkan dari klien, dan atau/atau tindakan yang harus dilakukan
oleh perawat. Intervensi dilakukan untuk membantuk klien mencapai hasil yang
diharapkan.

32
33

4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatuskesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan.
5. Evaluasi
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai
tindakan keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan
kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit kanker merupakan penyakit tidak menular yang ditandai
dengan adanya sel/jaringan abnormal yang bersifat ganas, tumbuh cepat tidak
terkendali dan dapat menyebar ke tempat lain dalam tubuh penderita. Sel
kanker bersifat ganas dan dapat menginvasi serta merusak sel-sel normal di
sekitarnya sehingga merusak fungsi jaringan tersebut. Penyebaran (metastasis)
sel kanker dapat melalui pembuluh darah maupun pembuluh getah bening. Sel
penyakit kanker dapat berasal dari semua unsur yang membentuk suatu organ,
dalam perjalanan selanjutnya tumbuh dan menggandakan diri sehingga
membentuk massa tumor.
Kategori penyebab atau faktor-faktor tertentu telah memberikan
implikasi dalam proses karsinogenik. Penyebab atau faktor-faktor tersebut
termasuk virus, faktor fisik, faktor kimia, faktor-faktor genetik atau keturunan,
faktor- faktor makanan dan faktor hormonal.

B. Saran
1. Perlu diadakan pengisian catatan medik dengan lengkap, baik catatan
anamesis, pemeriksaan penunjang yang diberikan agar dapat memudahkan
dalam hal penelitian selanjutnya.
2. Perlu perhatian khusus dalam derajat kanker agar dapat dilakukan
pengobatan maupun penanganan awal.
3. Perlu perhatian khusus pada derajat kanker terhadap pemeriksaan cf scan
thoraks dikarenakan tidak sesuai teori.

34
DAFTAR PUSTAKA

Amin H.N & Hardhi K. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC edisi Revisi Jilid 1, Yogyakarta, Med
Action Publishing.
Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC
Donsu Jenita D., Bondan P., Sutejo. Rosa D. & Dewi Sari C. (2018). Panduan
Penulisan Tugas Akhir Dalam Bentuk Karya Tulis Ilmiah. Yogyakarta:
Poltekes Kemenkes Yogyakarta.
Herdman, T. Heather. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2012-2014: alih bahasa, Sumarwati M, Subekti N.B; Jakarta; EGC
Irianto K. (2015). Kesehatan Reproduksi, Teori & Praktikum. Bandung: Alfabeta
CV
Juall, Lynda, Carpenito. (2003). Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi 10.
Jakarta: EGC
Pudiastuti Ratna D. (2011). Buku Ajar Kebidanan Komunitas: Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Nuhamedika Riskesdas (2013)Kementrian Kesehatan ajak
masyarakat cegah dan kendalikan kanker .dipublikasikan dari
http://www.depkes.go.id/article/print/17020200002/kementerian-kesehatan-
ajak-masyarakat-cegah-dan-kendalikan-kanker.html.2 Februari 2017
.

35

Anda mungkin juga menyukai