Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KONSEP ASUHAN KANGKER PARU

Dosen Pengampu :
“Dina Mukmilah Maharika S.Kep.,Ns”
Disusun oleh:
1. Achmad ramadan (0121039)
2. Mohammad irhamni Maulana (0121043)
3. Mohammad obet (0121046)
4. Nabila zamhariroh Fahma (0121048)
5. Doyah (0121053)

PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA
MOJOKERTO
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas karuniaNya dan limpahan
berkatNya kami dapat menyelesaikan Makalah Konsep Asuhan Keperawatan Kangker Paru

Mkalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas kelompok dari Ibu Dina Mukmilah
Maharika S.Kep.,Ns penyusunan makalah ini bertujuan menambah wawasan kepada pembaca
,Penulis
juga mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua pihak yang membantu dalam proses
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa proses pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
materi maupun cara penulisannya, namun demikian kami telah berupaya dengan segala kemampuan
dan pengetahuan yang kami miliki sehingga dapat selesai dengan tepat waktu. Oleh karena itu kami
dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan saran dan usulan guna
penyempurnaan makalah ini.Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca .

Pasuruan, 20 desember 2022


i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................i


DAFTAR ISI ..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................1
A. Latar Belakang ...................................................................................1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………...2
C. Tujuan Penelitian................................................................................2
D. Manfaat...............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................3
A. Konsep Dasar Medis Kanker Paru ................................................3
1. Pengertian dan Faktor – Faktor Risiko Kanker Paru……………...3
2. Gejala Kanker Paru………………………………………………..4
3. Klasifikasi Kanker Paru…………………………………………...5
4.Stadium Kanker Paru………………………………………………7
5.Pemeriksaan fisik…………………………………………………..9
6.Patofisiologi………………………………………………………..10
B. Konsep Masalah Keperawatan Kanker Paru ................................11
1. Pengertian ......................................................................................11
2. Kriteria mayor dan minor ..............................................................11
3. Pathway .........................................................................................12
C. Konsep Asuhan Keperawatan Ca Paru...........................................13
1. Pengkajian Keperawatan ...............................................................16
2. Diagnosa Keperawatan ………………………..…………………16
3. Intervensi Keperawatan .................................................................16
4. Implementasi...................................................................................16
5. Evaluasi...........................................................................................17
BAB III PENUTUP………………………………………………..………….18
A.Kesimpulan……………………………………….………………..18
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................19
ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan zaman menyebabkan perubahan pada pola hidup masyarakat seperti kebiasaan
merokok , paparan zat kimia dan kurangnya aktivitas fisik yang menyebabkan terjadinya transmisi
penyakit dari penyakit menular ke penyakit tidak menular, salah satunya kanker. Karakteristik dan
pola hidup masyarakat yang tidak sehat saat ini Salah satu jenis kanker dengan faktor risiko terkait
perilaku yang tidak sehat adalah kanker paru (DIRSECIU, 2017).
Di Indonesia kanker paru masih menjadi kanker pembunuh pria dewasa nomor satu.
Berdasarkan data Global Cancer Observatory (Globocan), sekitar 1,8 juta jiwa di dunia meninggal
akibat kanker paru sepanjang tahun 2018. Sementara di Indonesia, lebih dari 30.023 penduduknya di
diagnosis kanker paru, dan 26.095 diantara mereka meninggal dunia tahun 2018 (Ellyvon, 2018).
Faktor risiko penyebab terjadinya kanker paru adalah merokok.
Merokok merupakan faktor yang berperan paling penting yaitu 85% dari seluruh kasus.
Kejadian kanker paru pada perokok dipengaruhi oleh usia, jumlah batang rokok yang diisap setiap
hari, lamanya kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti merokok. Beberapa penelitian telah
menunjukkan bahwa pada orang-orang yang tidak merokok, tetapi mengisap asap rokok dari orang
lain, risiko menderita kanker paru meningkat dua kali.Kematian akibat kanker paru juga berkaitan
dengan polusi udara, tetapi pengaruhnya kecil bila dibandingkan dengan merokok (Stopler 2010).
Penelitian sitogenik dan genetik molekuler memperlihatkan bahwa mutasi pada protoonkogen
dan gen-gen penekan tumor memiliki arti penting dalam timbul dan berkembangnya kanker paru.
Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga dapat menjadi risiko
kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif kronik berisiko empat sampai enam kali lebih
besar terkena kanker paru.Kanker paru yang merupakan metastase dari organ lain adalah kanker paru
sekunder. Paru-paru menjadi tempat berakhirnya sel kanker yang ganas. Meskipun stadium
penyakitnya masih awal, seolah-olah pasien menderita penyakit kanker paru stadium akhir. Di bagian
organ paru, sel kanker terus berkembang dan bisa mematikan sel imunologi. Artinya, sel kanker
bersifat imortal dan bisa menghancurkan sel yang sehat supaya tidak berfungsi. Paru- paru itu adalah
organ bagi sel kanker atau tempat berakhirnya sel 3 kanker, yang sebelumnya dapat menyebar di aera
payudara, ovarium, usus, dan lain- lain (Stopler, 2010).
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2017, manajemen
penatalaksanaan pada penyakit kanker paru dibagi berdasarkan klasifikasinya. Pada kanker paru jenis
karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK), terdiri dari berbagai jenis, antara lain adalah karsinoma sel
skuamosa (KSS), adenokarsinoma, karsinoma bukan sel kecil (KBSK) penatalaksanaannya tergantung
pada stadium penyakit, tampilan umum penderita, komorbiditas, tujuan pengobatan, dan cost-
effectiveness.
Modalitas penanganan yang tersedia adalah bedah, radiasi, dan kemoterapi. Kemoterapi
merupakan salah satu modalitas terapi yang sering digunakan, dengan segala manfaatnya tentu terapi
ini juga mempunyai beberapa efek samping, di antaranya yaitu: rasa lemas dan lemah, mual muntah,
rambut rontok, mudah terserang infeksi, seperti influenza, anemia atau kadar hemoglobin darah
rendah, terkadang mudah terjadi perdarahan, contohnya pada gusi sehabis sikat gigi, sariawan, nafsu
makan menurun, sembelit atau malah diare (Fadhil, 2018).
Peran perawat penting dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien kemoterapi dengan
penderita penyakit ini, yaitu sebelum tindakan kemoterapi (pre kemoterapi), saat kemoterapi
berlangsung (intra kemoterapi), dan setelah tindakan kemoterapi (post kemoterapi). Adapun peran
perawat pada pre kemoterapi yaitu memberikan dukungan serta motivasi pada pasien untuk menjalani
kemoterapi, dan meminta informed 4 consent.
1
Peran perawat pada intra kemoterapi yaitu mengobservasi tandatanda vital, pemasangan infus,
memberikan obat premedikasi, pemberian obat kemoterapi, memantau tanda-tanda ekstravasasi,
memberikan obat post medikasi dan mengobservasi keadaan pasien. Sedangkan peran perawat pada
post kemoterapi yaitu memantau keadaan umum pasien, mengobservasi tanda-tanda vital, memantau
efek samping kemoterapi dan memberikan penguatan psikologis (Usolin et al., 2018). Berdasarkan
uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan tindakan asuhan keperawatan pada pasien dengan Ca
Paru.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana asuhan keperawatan pada klien
Kanker Paru di rumah sakit ? ”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan gambaran tentang pelaksanaan
asuhan keperawatan pada klien Ca Paru di ruang kemoterapi.
2. Tujuan Khusus
a. Mengkaji klien Kanker Paru di ruang kemoterapi.
b. Menegakkan diagnosa keperawatan klien kanker Paru di ruang kemoterapi.
c. Menyusun perencanaan keperawatan klien kanker Paru di ruang kemoterapi.
d. Melaksanakan intervensi keperawatan klien kanker Paru di ruang kemoterapi.
e. Melakukan evaluasi keperawatan klien Ca Paru di ruang kemoterapi.

D. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah :
1. Bagi peneliti Melalui kegiatan penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pengalaman dalam
praktek keperawatan dilapangan dan meningkatkan pengetahuan peneliti tentang pemberian
asuhan keperawatan pada pasien kemoterapi dengan kanker Paru
2. Bagi tempat penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu acuan dalam
pelayanan dan penanganan kesehatan di rumah sakit, terutama dalam pemberian asuhan
keperawatan pada pasien kemoterapi dengan kanker Paru
3. Bagi perkembangan ilmu keperawatan Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
praktek keilmuan keperawatan terutama dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien
kemoterapi dengan kanker Paru.
2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kanker Paru (Bronchogenic carcinoma)

Kanker paru merupakan salah satu penyebab utama kematian akibat kanker pada pria
maupun wanita di Amerika Serikat dan di seluruh dunia. Setiap tahunnya lebih banyak pasien
meninggal karena kanker paru dibandingkan dengan gabungan kanker payudara, usus, dan
prostat (Klamerus Justin F., dkk, 2011: 3). Berikut akan dijelaskan pengertian, faktor-faktor
risiko, gejala, klasifikasi, dan stadium kanker paru.

1. Pengertian dan Faktor – Faktor Risiko Kanker Paru


Kanker paru adalah neoplasma ganas yang muncul dari epitel bronkus (Brashers
Valentina L., 2008: 113). Kanker paru adalah kanker pada lapisan epitel saluran napas
(karsinoma bronkogenik) (Corwin Elizabeth J., 2009: 576). Kanker paru (bronchogenic
carcinoma) adalah penyakit yang ditandai dengan tidak terkendalinya pertumbuhan sel dalam
jaringan paru, terutama sel-sel yang melapisi bagian pernapasan (Atiyeh Hashemi, dkk, 2013:
165). Terdapat banyak bentuk faktor risiko untuk berkembangnya kanker paru, namun risiko
yang paling signifikan berasal dari perokok. Sekitar 80%-90% kasus kanker paru disebabkan
oleh asap rokok (Brashers Valentina L., 2008: 113). Faktor-faktor risiko lain yang
menyebabkan kanker paru diantaranya (Klamerus Justin F., dkk, 2012: 4-5) :

a. Perokok pasif atau perokok rokok sisa


Perokok pasif meningkatkan risiko kanker 2-3 kali lebih tinggi daripada bukan
perokok.
b. Terkena gas radon (pecahan produk dari uranium dan radium), asbestos, dan asap
kayu bakar.
c. Bentuk-bentuk tertentu penyakit paru jinak, seperti fibrosis interstisial, asbestosis,
dan penyakit paru obstruktif menahun (PPOK) atau COPD.
d. Faktor Genetik
Pasien dan keluarga seringkali khawatir akan risiko genetik kanker paru. Walaupun
tidak ada satupun gen diindentifikasi, ada sedikit kemungkinan terkena kanker paru
apabila anggota keluarga yang lain terkena. Risiko ini meningkat bila anggota
keluarga yang terkena kanker paru didiagnosis pada usia muda atau bila kanker paru
mengenai banyak anggota keluarga.
e. Pasien dengan sedikit atau tanpa riwayat perokok
Sekitar 1 dari 5 wanita yang terkena kanker paru bukanlah seorang perokok dan 1
dari 10 pria tidak pernah menjadi perokok. Selain faktor-faktor risiko kanker paru
yang telah dijelaskan sebelumnya, menurut Dr. Hadi Prayitno, SP P, faktor risiko lain
penyebab kanker paru diantaranya (Hadi Prayitno, 1999: 17-18) :
3
1).Usia
Usia lebih dari 40 tahun beresiko terkena kanker paru, tetapi tidak menutup
kemungkinan juga untuk usia di bawah 40 tahun (Tim CancerHelps, 2010:
64).
2).Jenis kelamin
Laki-laki berpotensi terkena kanker paru 2,4 kali daripada wanita.
3).Diet
Kekurangan vitamin A dan beta-carotene dalam makanan berisiko tinggi
menimbulkan kanker paru. Selain itu, kekurangan vitamin E dan selenium
juga berpotensi untuk risiko ini.
4).Urbanisasi
Penduduk banyak konsentrasi di perkotaan, berhubungan dengan
pekerjaannya, lingkungan polusi sering berperan meningkatkan risiko kanker.
Misalnya pekerja bangunan, pekerja indusutri kulit, pengemudi, pekerja
asbestos, apalagi bila pekerja-pekerja ini juga merokok disamping polusi
lingkungan di daerah urban.

2. Gejala Kanker Paru

Menurut Murat dan Cevdet, gejala kanker paru diantaranya (Balachandran K. dan R.
Anitha, 2011: 18) :
a. Batuk yang tidak kunjung sembuh dan semakin memburuk dari waktu ke
waktu.
b. Batuk darah (heamoptysis) atau lendir berdarah.
c. Sakit pada dada, bahu atau punggung yang tidak kunjung sembuh dan sering
diperparah oleh suara serak yang mendalam.
d. Berat badan menurun dan kehilangan nafsu makan.
e. Peningkatan volume dahak.
f. Mengi atau bunyi menciut-ciut pada saat bernapas, tetapi bukan penderita
asma.
g. Sesak nafas.
h. Infeksi pernapasan berulang-ulang seperti bronkitis atau pneumonia.
i. Masalah berulang-ulang dengan pneumonia atau bronkitis.
j. Kelelahan dan kelemahan.
k. Serangan baru terhadap mengi atau bunyi menciut-ciut pada saat bernapas,
tetapi bukan penderita asma.
l. Pembengkakan leher dan wajah.
m. Pembulatan kuku dan kuku tampak menonjol keluar lebih dari normal.
n. Sindrom paraneoplastik yang disebabkan oleh zat aktif biologis yang
dikeluarkan oleh tumor.
o. Demam.
p. Suara serak.
q. Mual dan muntah.
4
3. Klasifikasi Kanker Paru

Kanker paru dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yaitu Non-small Cell Lung
Cancer (NSCLC) dan Small Cell Lung Cancer (SCLC) (Niluh Gede Yasmin Asih dan
Christantie Effendy, 2004: 161).
a. Non-Small Cell Lung Carcer (NSCLC)
Kanker paru jenis NSCLC merupakan kanker paru yang paling umum, sekitar 80%
dari semua kanker paru adalah jenis ini (Tim CancerHelps, 2010: 65). Berdasarkan
jenis sel yang ditemukan dalam tumor, NSCLC memiliki tiga jenis utama diantaranya
(Irman Somantri, 2007: 103) :

1) Adenokarsinoma
Adenokarsinoma adalah jenis kanker paru yang berkembang dari sel-sel yang
memproduksi lendir atau dahak di permukaan saluran udara (Tim
CancerHelps, 2010: 65). Sekitar 30%-35% dari kasus NSCLC adalah jenis
adenokarsinoma. Meskipun sebagian besar penderita adalah perokok, tetapi
kanker paru jenis ini juga banyak menyerang non-perokok, terutama wanita.
Kebanyakan adenokarsinoma terjadi di daerah luar atau perifer paru dan juga
memiliki kecenderungan untuk menyebar ke otak, letak lain termasuk
adrenal, hati, tulang, dan ginjal. Adenokarsinoma biasanya berukuran kecil
dan berkembang lambat.

Gambar 2.1 Non-Small Cell Lung Carcer (NSCLC) jenis Adenokarsinoma


2) Karsinoma Sel Skuamosa
Karsinoma sel skuamosa atau dikenal sebagai karsinoma epidermoid
merupakan skuamosa paling sering muncul di tengah atau cabang bronkhus
segmental. Sekitar 30% penderita kanker paru adalah jenis ini dari kasus
NSCLC. Karsinoma sel skuamosa menyerang bagian dalam paru, menyebar
di rongga toraks, termasuk nodus limfe regional, pleura, dan dinding dada.
Kanker ini sangat berkaitan dengan asap rokok dan berhubungan dengan
toksin-toksin lingkungan, seperti asbestos dan komponen polusi udara.
5

Gambar 2.2 Non-Small Cell Lung Carcer (NSCLC) jenis Karsinoma Sel Skuamosa
3) Karsinoma Sel Besar
Karsinoma sel besar merupakan salah satu jenis sel kanker yang apabila
dilihat di bawah mikroskop berbentuk bundar besar sehingga sering juga
disebut undiffrentiated carcinoma (Tim CancerHelps, 2010: 65). Sekitar 11%
dari semua jenis kanker adalah kanker paru ini. Tumor ini berkaitan erat
dengan merokok dan dapat menyebabkan nyeri dada (Corwin Elizabeth J.,
2009: 577). Karsinoma sel besar dapat menyebar ke kelenjar getah bening
dan tempat yang jauh.

Gambar 2.3 Non-Small Cell Lung Carcer (NSCLC) jenis Karsinoma Sel
Besar

b. Small Cell Lung Carcer (SCLC)


SCLC muncul dari sel neuro endokrin di dalam bronkus. Tumor ini merupakan tumor
yang pertumbuhannya sangat cepat dan biasanya sudah menyebar saat terdiagnosis
(Niluh Gede Yasmin Asih dan Christantie Effendy, 2004: 163). SCLC terjadi hanya
sekitar 20% dari semua kasus kanker paru. SCLC paling sering ditemui pada perokok
dan hanya 1% dari tumor jenis ini terjadi pada non-perokok.

Gambar 2.4 Small Cell Lung Carcer (SCLC) jenis Karsinoma Sel Kecil
6
4.Stadium Kanker Paru

Sistem pembagian stadium kanker menentukan rencana pengobatan standar dan


membantu dokter memperkirakan prognosis seorang pasien. Umumnya, semakin rendah
stadium, semakin baik prognosisnya. Stadium pada kanker paru diantaranya (Tim
CancerHelps, 2010: 67-68) :

a. Tahap tersembunyi : tahap ditemukannya sel kanker pada dahak (sputum) pasien di
dalam sampel air saat bronkoskopi, tetapi tumor tersebut tidak dapat terlihat di dalam
paru
b. Stadium 0 : tahap ditemukannya sel-sel kanker hanya pada lapisan terdalam paru dan
tidak bersifat invasif. Tumor pada tahap 0 disebut juga carcinoma in situ.
c. Stadium I : tahap kanker yang hanya ditemukan pada paru dan belum menyebar ke
kelenjar getah bening sekitarnya yang ditunjukkan seperti pada Gambar 2.5. Pasien
mempunyai kesempatan hidup yang lebih baik.

Gambar 2.5 Stadium I Kanker Paru

d. Stadium II : tahap kanker yang ditemukan pada paru dan kelenjar getah
bening di dekatnya yang ditunjukkan seperti pada Gambar 2.6

Gambar 2.6 Stadium II Kanker Paru

e. Stadium III : tahap kanker yang telah menyebar ke daerah di sekitarnya, seperti
dinding dada,diafragma, pembuluh besar atau kelenjar getah bening di sisi yang sama
atau sisi berlawanan dari tumor tersebut yang ditunjukkan seperti pada Gambar 2.7.
7

Gambar 2.7 Stadium III Kanker Paru Kanker paru stadium III dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Stadium IIIA : kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di dada bagian tengah,
disisi yang sama dimana kanker bermula.
2. Stadium IIIB : kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening disisi dada yang lainnya.

f. Stadium IV : tahap kanker yang ditemukan lebih dari satu lobus paru yang sama atau
di paru yang lain. Sel-sel kanker telah menyebar juga ke organ tubuh lainnya, misalnya ke
otak, kelenjar adrenalin, hati, dan tulang yang ditunjukkan seperti pada Gambar 2.8.
Tahap kanker pada stadium IV tidak dapat dihilangkan dengan operasi atau pembedahan.

Gambar 2.8 Stadium IV Kanker Paru

Pada tahap perkembangan SCLC, sistem dua-stadium paling sering digunakan, yaitu
stadium terbatas dan stadium ekstensif. Stadium terbatas biasanya menunjukkan bahwa
kanker “terbatas” pada satu paru, dan bila kelenjar limfa terlibat, kelenjar limfa ini berada
pada sisi dada yang sama dengan tumor primernya. Pada SCLC stadium ekstensif
menunjukkan bahwa kanker ditemukan di jaringan dada di luar paru atau kanker ditemukan di
organ-organ tubuh yang sangat jauh (Klamerus Justin F., dkk, 2012:
8
5.Pemeriksaan fisik

 Rontgen dada
Computed Tomography (CT) Scan / Pemindaian Tomografi terkomputasi (CT)
Dari tes berikut ini untuk mengambil sampel guna menegakkan diagnosis bila
terdapat dugaan yang sangat kuat akan kanker paru:

Sitologi dahak: Cairan kental (dahak) yang dibatukkan dari paru- paru. Laboratorium
kemudian akan memeriksa sampel dahak untuk mencari sel kanker.

Bronkoskopi: Dokter memasukkan selang ringan yang tipis(bronkoskop) melalui


hidung atau mulut menuju paru-paru. Dokter akan mengambil sampel sel dengan
jarum, kuas, atau alat lain. Dokter juga mungkin akan membasuh area tersebut
dengan air untuk mengambil sampel sel dalam air.
Aspirasi jarum halus: Dokter menggunakan jarum halus untuk mengambil sampel
jaringan atau cairan dari paru- paru atau kelenjar getah bening.

Biopsi terbuk: Dalam beberapa kasus di mana jaringan tumor sulit untuk diperoleh,
biopsi langsung terhadap tumor paru atau kelenjar getah bening melalui pembedahan
dinding dada bisa dilakukan bilamana diperlukan.Untuk merencanakan pengobatan
terbaik, selain tipe kanker paru, (penyebaran) penyakit ini. Penahapan, biasanya
dilakukan dengan pemindaian CT, pemindaian PET-CT, atau MRI, dilakukan untuk
mengetahui apakah kanker telah meyebar, dan bila ya, pada bagian tubuh apa saja
penyebaran tersebut. Penyebaran kanker paru paling umum adalah menuju kelenjar
getah bening, otak, tulang, hati, dan kelenjar adrenal.

 Kanker Paru Non-sel Kecial Yang Terlokalisir


Untuk kanker paru yang terlokalisir, pengobatan terdiri dari pembedahan dengan atau
tanpa disertai kemoterapi, radiasi saja atau kombinasi antara kemoterapi dan radiasi.

 Pembedahan
Pembedahan dilakukan untuk kanker paru melibatkan pengangkatan jaringan yang
terkena tumor dan jaringan getah bening disekitarnya.

 Terapi Radiasi
Terapi radiasi (disebut juga radioterapi) menggunakan sinar berenergi tinggi untuk
membunuh sel kanker. Metode ini hanya membunuh sel pada area yang diobati.

 Kemoterapi
Kemoterapi menggunakan obat anti kanker guna memperkecil/membunuh sel kanker.
Ini biasanya diberikan sebagai infus. Obat dimasukkan ke dalam saluran darah dan
dapat mengenai sel-sel kanker di seluruh tubuh.
9
 Terapi Target
Terapi target menggunakan obat-obatan untuk mencegah pertumbuhan dan
penyebaran sel kanker. Sebagai contoh, beberapa sel kanker paru memiliki terlalu
banyak EGFR, yaitu suatu protein pada permukaan sel yang membantu sel-sel
bertumbuh dan membelah dengan lebih cepat. Obat-obatan yang disebut sebagai
penghambat EGFR dapat menghambat sinyaldari EGFR dan menghentikan
pertumbuhan sel-sel kanker paru. Obat masuk ke dalam aliran darah dan dapat
menyerang sel-sel kanker di seluruh tubuh. Beberapa pasien yang menderita kanker
paru non-sel kecil dengan mutasi EGFR yang positif, yang telah menyebar, akan
diberikan terapi ini.

 Imunoterapi
Imunoterapi merujuk kepada suatu jenis pengobatan kanker yag dirancang untuk
meningkatkan sistem imun tubuh seseorang untuk melawan sel-sel kanker. Sel-sel
kanker memiliki kemampuan untuk ‘mengkamuflase’ diri mereka sedemikian rupa
sehingga sistem imun tubuh kita tidak dapat mendeteksi ‘sel-sel jahat’ ini guna
menghancurkan mereka. Imunoterapi membantu dengan meningkatkan sistem imun
sehingga mereka dapat mendeteksi dan menghancurkan sel-sel kanker yang “jahat”
ini dengan lebih mudah. Hasilnya, pada beberapa kanker tertentu, imunoterapi telah
terlihat mampu mengendalikan dan menjaga segalanya selama jangka waktu yang
lebih lama, dibandingkan dengan pengobatan lainnya.

 Skrining
Skrining artinya memeriksa apakah ada kanker sebelum seseorang menunjukkan
gejala apapun. Tujuannya adalah untuk mendeteksi kanker secara dini sehingga dapat
diobati saat masih berada pada stadium awal. Tes skrining adalah tes yang dapat
membantu dokter untuk menemukan dan mengobati kanker secara dini. Beberapa
metode untuk mendeteksi kanker paru telah diteliti kemungkinannya untuk digunakan
sebagai tes skrining, seperti misalnya pemindaian CT dosis rendah pada paru.
Namun, ternyata ini hanya efektif pada orang yang berisiko tinggi.

6.Patofisiologi
Dari etiologi yang menyebabkan Ca paru ada 2 jenis yaitu primer dan sekunder.
Primer yaitu berasal dari merokok, asap pabrik, zat karsinogen, dll dan sekunder berasal dari
metastase organ lain, Etiologi primer menyerang percabangan segmen/sub bronkus
menyebabkan cilia hilang. Fungsi dari cilia ini adalah menggerakkan lendir yang akan
menangkap kotoran kecil agar keluar dari paru-paru. Jika silia hilang maka akan terjadi
deskuamasi sehingga timbul pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan
karsinogen maka akan menimbulkan ulserasi bronkus dan menyebabkan metaplasia,
hyperplasia dan displasia yang selanjutnya akan menyebabkan Ca Paru (Nurarif & Kusuma,
2015).
10
Kanker paru ada beberapa jenis yaitu karsinoma sel skuamosa, adenokarsinoma,
karsinoma sel bronkoalveolar, dan karsinoma sel besar. Setiap lokasi memiliki tanda dan
gejala khas masing masing. Pada karsinoma sel skuamosa, karsinoma bronkus akan menjadi
berkembang sehingga batuk akan lebih sering terjadi yang akan 12 menimbulkan iritasi,
ulserasi, dan pneumonia yang selanjutnya akan menimbulkan himoptosis. Pada
adenokarsinoma akan menyebabkan meningkatnya produksi mukus yang dapat
mengakibatkan penyumbatan jalan nafas. Sedangkan pada karsinoma sel bronkoalveolar sel
akan membesar dan cepat sekali bermetastase sehingga menimbulkan obstruksi bronkus
dengan gejala dispnea ringan. Pada karsinoma sel besar akan terjadi penyebaran neoplastik ke
mediastinum sehingga timbul area pleuritik dan menyebabkan nyeri akut. Pada stadium
lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati.
Kanker paru dapat bermetastase ke struktur–struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding
esofagus, pericardium, otak, tulang rangka (Nurarif & Kusuma, 2015).
Sedangkan pada kanker paru sekunder, paru-paru menjadi tempat berakhirnya sel
kanker yang ganas. Meskipun stadium penyakitnya masih awal, seolah-olah pasien menderita
penyakit kanker paru stadium akhir. Di bagian organ paru, sel kanker terus berkembang dan
bisa mematikan sel imunologi. Artinya, sel kanker bersifat imortal dan bisa menghancurkan
sel yang sehat supaya tidak berfungsi. Paru-paru itu adalah end organ bagi sel kanker atau
tempat berakhirnya sel kanker, yang sebelumnya dapat menyebar di aera payudara, ovarium,
usus, dan lain-lain (Stopler, 2010)

B. Konsep Masalah Keperawatan Kanker Paru

1. Pengertian
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung
actual maupun potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan mengidentifikasi respon individu,
keluarga, dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SDKI
DPP PPNI, 2017).

2. Kriteria mayor dan minor


Kriteria mayor adalah tanda dan gejala yang ditemukan sekitar 80%-100% untuk
validasi diagnosa. Sedangkan criteria mayor adalah tanda dan gejala yang tidak harus
ditemukan, namun dapat mendukung penegakan diagnosis (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
2017).
11
3.Pathway Bagan
Patway Kanker Paru

(Sumber : (WOC) dengan menggunakan Standar Diagnosa Keperawatan


Indonesia dalam (PPNI,2017).
12
C. Konsep Asuhan Keperawatan Kanker Paru

1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali
masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien, baik fisik, mental, social dan
lingkungan (Dermawan, 2012).

a. Pengumpulan Data
1. Nama: Tulis nama panggilan pasien atau inisial
2. Umur: Resiko Kanker paru meningkat pada orang berumur >40 tahun.
3. Jenis kelamin:Kanker paru merupakan jenis kanker terbanyak pada laki-laki
di Indonesia dan terbanyak kelima untuk semua jenis kanker pada perempuan
4. Agama: Tidak ada agama tertentu yang penganutnya memiliki resiko lenih
banyak mengidap Kanker paru.
5. Pendidikan: Tingkat pendidikan akan mempengaruhi resiko terserang Kanker
paru, orang dengan pendidikan tinggi mungkin akan lebih berhati-hati ketika
berhadapan dengan asap yang berbahaya.
6. Alamat: Jumlah kejadian Kanker paru dua kali lebih banyak di daerah
perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan karena banyaknya polusi
udara di perkotaan.
7. No. RM: Dapat dicatat sesuai dengan urutan pasien masuk.
8. Pekerjaan: Pekerjaan yang berhubungan erat dengan asap dan zat karsinogen
akan meningkatkan resiko lebih besar terserang Kanker paru. Beberapa
pekerjaan yang meningkatkan resiko kanker paru adalah pekerja asbes,
kapster salon, pabrik industri, dan lain-lain.
9. Status Perkawinan: Tidak ada hubungan antara status perkawinan dengan
angka kejadian Kanker paru.
10. Tanggal MRS: Dilihat sejak klien masuk IGD.
11. Tanggal Pengkajian: Ditulis dengan tanggal ketika perawat melakukan
pengkajian pertama kali.
12. Sumber Informasi: Sumber informasi bisa didapat dari pasien, keluarga, atau
pasien dan keluarha. Dari pasien biasanya jika pasien tidak ada keluarga, dari
keluarga biasanya jika pasien tidak kooperatif, dan dari pasien dan keluarga
apabila keduanya kooperatif dalam memberikan informasi

b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
2. Riwayat penyakit sekarang: Batuk produktif, dahak bersifat mukoid atau
purulen, atau batuh darah; malaise; anoreksia; sesak nafas; nyeri dada dapat
bersifat lokal atau pleuritik
3. Riwayat kesehatan terdahulu:
a) Penyakit yang pernah dialami:
Kaji apakah klien memiliki riwayat penyakit paru dan penyakit
menular atau menurun lainnnya sebelumnya. Penyakit paru seperti
tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga dapat menjadi risiko
kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif kronik berisiko
empat sampai enam kali lebih besar terkena kanker paru
13
b) Alergi :
Kaji alergi klien terhadap makanan, obat, plester, 30 dan lain-lain

c) Imunisasi :
Kaji apakah klien mendapatkan imunisasi lengkap atau tidak

d) Kebiasaan/pola hidup/life style:


Kebiasaan yang sangat berkaitan denga kanker paru adalah kebiasaan
merokok, menghirup asap rokok, zat karsinogen, dan polusi udara. Merokok
merupakan faktor yang berperan paling penting yaitu 85% dari seluruh kasus.
Jika terjadi pada laki-laki maka yang harus dikaji adalah usia mulai merokok,
jumlah batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya kebiasaan merokok,
dan lamanya berhenti merokok. Jika terjadi pada wanita maka yang harus
dikaji adalah seberapa sering menghirup asap rokok atau terpapar zat lainnya

e) Obat-obat yang digunakan:


Menanyakan pada klien obat apa saja yang dikonsumsi sebelum
MRS

f) Riwayat penyakit keluarga:


Mengkaji apakah terdapat riwayat keluarga sebelumnya yang
mengidap Kanker paru, penyakit menular, atau menurun lainnya

c. Riwayat pengkajian nyeri


P : Provokatus paliatif:
Apa yang menyebabkan gejala?
Apa yang bisa memperberat ?
apa yang bisa mengurangi ?
Q : QuaLity-quantity:
Bagaimana gejala dirasakan, sejauh mana gejala dirasakan
R : Region – radiasi:
Dimana gejala dirasakan ? apakah menyebar?
S : Skala – severity:
Seberapah tingkat keparahan dirasakan?
Pada skala berapah ?
T : Time:
Kapan gejala mulai timbul?
Seberapa sering gejala dirasakan?
tiba-tiba atau bertahap ?
seberapa lama gejala dirasakan?
14
d. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum:
b. Tanda vital:
c. Tekanan Darah :
d. Normal, jika tidak ada riwayat hipertensi
e. Nadi : Meningkat (Normal 80-100x/menit)
f. RR : Meningkat (Normal 16-24x/menit)
g. Suhu : Biasanya normal (36,5-37,5) kecuali jika ada inflamasi

e.Pengkajian Fisik (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)

a. Kepala Inspeksi:
kepala simetris, rambut tersebar merata berwarna hitam kaji uban),
distribusi normal, kaji kerontokan rambut jika sudah dilakukan kemoterapi
Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat lesi, tidak ada perdarahan, tidak
ada lesi.
b. Mata Inspeksi:
konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil isokor, refleks pipil
terhadap cahaya (+/+), kondisi bersih, bulu mata rata dan hitam Palpasi: tidak
ditemukan nyeri tekan, tidak teraba benjolan abnormal
c. Telinga Inspeksi:
telinga simetris, lubang telinga bersih tidak ada serumen, tidak ada
kelainan bentuk. Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak teraba benjolan
abnormal d. Hidung Inspeksi:
hidung simetris, hidung terlihat bersih, terpasang alat bantu
pernafasan
e. Mulut Inspeksi:
mukosa bibir lembab, mulut bersih, lidah berwarna merah, gigi
bersih tidak ada karies gigi Palpasi: tidak ada pembesaran tonsil
f. Dada Inspeksi:
Betuk dada kadang tidak simetris, kaji adanya retraksi dada Palpasi:
Pengembangan paru tidak simetris, kaji adanya kemungkinan flail chest
Perkusi: Suara paru sonor Auskultasi: Ada suara nafas tambahan Wheezing
g. Abdomen Inspeksi:
bentuk abdomen datar Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan Perkusi:
Kaji adanya ketegangan abdomen Auskultasi: Kaji adanya penurunan bising
usus karena penurunan nafsu makan
h. Urogenital Inspeksi:
Tidak terpasanga alat bantu nafas
i. Ekstremitas Inspeksi:
ekstremitas biasanya sulit digerakkan karena takut sesak nafas
Palpasi: akral dingin, tidak ada edema, tugor kuit baik.
j. Kulit dan kuku Inspeksi :
Turgor kulit tidak baik, tidak ada lesi, kuku berwarna pink Palpasi :
kondisi kulit lembab, CRT
15
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap pengalaman atau respon
individu, keluarga, atau komunitas pada masalah kesehatan, pada resiko masalah kesehatan
atau pada proses kehidupan . Diagnosa keperawatan merupakan bagian vital dalam
menentukanasuhan keperawatan yang sesuai untuk membantu pasien mencapai kesehatan
yang optimal (PPNI, 2016):

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan segala bentuk terapi yang dikerjakan oleh perawat
yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai peningkatan,
pencegahan dan pemulihan kesehatan pasien individu, keluarga, dan komunitas.(PPNI,
2018a)(PPNI, 2018b)

4. Implementasi Implementasi
keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih
baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam (Potter &
Perry, 2011).
Komponen tahap implementasi :
1. Tindakan keperawatan mandiri
2. Tindakan keperawatan kolaboratif
3. Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap asuhan keperawatan.

5. Evaluasi
Evaluasi yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan seberapa jauh
keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian proses menentukan
apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari pengkajian, diagnosa,
perencanaan, tindakan, dan evaluasi itu sendiri. (Ali, 2009).
Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dalam
perencanaan, membandingkan hasil tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan dengan
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan menilai efektivitas proses keperawatan mulai
dari tahap pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan (Mubarak,dkk.,2011).

Evaluasi disusun menggunakan SOAP dimana: (Suprajitno dalam Wardani, 2013):


S: Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subjektif oleh keluarga
setelah diberikan implementasi keperawatan.
O: Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan
pengamatan yang objektif. A: Analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan
objektif.
P: Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis. Tugas dari evaluator
adalah melakukan evaluasi, menginterpretasi data sesuai dengan kriteria evaluasi,
menggunakan penemuan dari evaluasi .
16

untuk membuat keputusan dalam memberikan asuhan keperawatan. (Nurhayati,


2011) Ada tiga alternative dalam menafsirkan hasil evaluasi yaitu :
a. Masalah teratasi Masalah teratasi apabila pasien menunjukkan perubahan tingkah
laku dan perkembangan kesehatan sesuai dengan kriteria pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan.
b. Masalah sebagian teratasi Masalah sebagian teratasi apabila pasien menunjukkan
perubahan dan perkembangan kesehatan hanya sebagian dari kriteria pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan.
c. Masalah belum teratasi Masalah belum teratasi, jika pasien sama sekali tindak
menunjukkan perubahan perilaku dan perkembangan kesehatan atau bahkan timbul masalah
yang baru
17
BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan pada klien

1. Pengkajian
Hasil pengkajian yang didapatkan dari klien dengan Kanker Paru di ruang kemoterapi
terdapat satu masalah yaitu keluhan nyeri akut. Keluhan yang hanya muncul dari klien yaitu
rasa mual dan muntah, nafsu makan menurun, penurunan berat badan, serta rasa lemas.

2. Diagnosa keperawatan
Terdapat 5 diagnosa yang ditegakkan pada klien yaitu nyeri akut b/d agen pencedera
fisiologis, diare b/d program pengobatan, defisit nutrisi b/d kurangnya asupan makanan, pola
napas tidak efektif b/d penyakit kronis, dan gangguan pola tidur b/d kurangnya control tidur.

3. Perencanaan
Perencanaan tindakan keperawatan yang digunakan dalam kasus pada klien
disesuaikan dengan masalah keperawatan yang ditegakkan berdasarkan kriteria tanda dan
gejala mayor, minor dan kondisi pasien saat menjalani masa perawatan.

4. Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan pada kasus ini dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang
sudah di buat, sesuai dengan kebutuhan klien dengan Kanker Paru. Terdapat satu tindakan di
luar perencanaan yaitu evaluasi intake makanan dan minuman yang dilakukan dalam
penanganan diare.

5. Evaluasi Keperawatan
Akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang di
berikan. Evaluasi yang dilakukan oleh peneliti pada klien 3 hari perawatan oleh peneliti dan
dibuat dalam bentuk SOAP. Respon pasien dalam pelaksanaan asuhan keperawatan baik,
pasien cukup kooperatif dalam pelaksanaan setiap tindakan keperawatan.
18
DAFTAR PUSTAKA

Hadi Prayitno.(1999) Diteksi Dini Tumor Ganas dalam upaya penanggulangan


kanker.Prosiding:Seminar Nasional .Yongyakarta:Rumah Sakit Bethesda.

Irmana Somantri.(2007). Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguansistem


pernapasan.Jakarta:Salemba Medika

Klamerus,Justin F., Julie R.Brahmer & David S.Ettinger (2012).Patients’ Guide to Lung Cancer
(Buku Panduan Untuk Penderita Kanker Paru).Penerjemah:dr.Melviawati.Jakarta:Indeks.

Balachandran, K dan R. Anitha. (2011) Supervised Learning Processing Techniques for-Diaknosis of


Lung Cancer Disease. International Journal of Computer Applications (Nomor 4). Vol.1.

Devi Indriasari.(2009). 100% Sembuh Tanpa Dokter :A-Z Deteksi, Obati, dan Cegah
Penyakit.Yongyakarta.Galangpress.

Corwin , Elizabeth J. (2009). Handbook of Pathophysiology,3rd Ed (Buku Saku Patofisiologi,Ed.3).


Penerjemah: Nike Budhi Subekti.Jakarta: Kedokteran EGC
19

Anda mungkin juga menyukai