Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

KONSEP MEDIS DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA


KASUS KANKER RONGGA MULUT

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Medikal Bedah II

Dosen Pengampu: Ns. Erni Tri Indarti, M.Kep.

Oleh Kelompok 1 :

1. Deppi Nurmalita (202014201003)


2. Dwi Nur Dianti (202014201004)
3. Meydiva Putri A. K (202014201010)
4. Rian Nur Fahmi (202014201017)
5. Sherly Vira P. (202014201018)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

STIKES SATRIA BHAKTI NGANJUK

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kehadirat-
Nya karena telah memberikan limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Konsep Medis dan Konsep Asuhan
Keperawatan Pada Kasus Kanker Rongga Mulut”. Penyusunan makalah ini
dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II.

Keberhasilan penyusunan makalah ini tidak lepas dari dukungan dan


bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini saya
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Yth. Ibu Ns. Erni Tri Indarti, M.Kep. selaku dosen pengampu Mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah II.
2. Rekan-rekan yang ikut berpartisipasi dalam menyelesaikan penyusunan
makalah ini.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari


sempurna, baik dari segi penyusunan, pembahasan, maupun penulisannya. Oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun akan saya terima dengan
senang hati.

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................3
D. Manfaat Penulisan...................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Medis
1. Definisi..............................................................................................2
2. Klasifikasi..........................................................................................4
3. Etiologi..............................................................................................6
4. Manifestasi Klinis..............................................................................8
5. Patofisiologi.....................................................................................10
6. WOC/Pathway.................................................................................11
7. Pemeriksaan Diagnostik..................................................................12
8. Penatalaksanaan...............................................................................15
9. Komplikasi......................................................................................16
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian.......................................................................................17
2. Diagnosa Keperawatan ...................................................................20
3. Intervensi .......................................................................................20
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................26
B. Saran......................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................27

ii
iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang kompleks. Ia melaksanakan berbagai
fungsi untuk mempertahankan kehidupannya. Salah satu diantara fungsi
tersebut adalah fungsi metabolisme yang didapat dari energi melalui
proses pencernaan. Proses pencernaan sendiri merupakan proses yang pasti
dilakukan oleh setiap makhluk hidup untuk menghasilkan nutrisi yang
berguna sebagai energi. Dalam prosesnya ini, ia melibatkan beberapa organ
yang salah satu diantaranya adalah rongga mulut. Kelainan atau masalah yang
terjadi pada rongga ini tentu akan berakibat kepada nutrisi yang masuk ke
dalam tubuh. Salah satu dari penyakit yang mungkin menyerang rongga mulut
adalah cancer oral cavity.
Kanker merupakan salah satu penyakit dengan angka keatian yang tinggi.
Data Global action against canser (2005) dari WHO (World Health
Organization) menyatakan bahwa kematian akibat kanker dapat mencapai
angka 45% dari tahun 2007 hingga 2030, yaitu sekitar 7,9 juta jiwa menjadi
11,5 juta jia kematian. Di Indonesia, menurut laporan Riskesdes (2007)
prevelensi kanker mencapai 4,3 per 1000 penduduk dan mejadi penyebab
kematian nomo tujuh (5,7) setelah stroke, tuerkulosis, hipertensi, trauma,
perinatal dan diabetes melitus.
Cancer oral cavity atau yang lebih dikenal dengan kanker rongga mulut
merupakan gabungan beberapa kanker dari bagian-bagian dalam rongga
mulut. Diantara kanker rongga mulut (KRM) yang paling sering diketemukan
adalah kanker lidah (25-45%), terutama pada bagian lateral sepertiga tengah
(40-75%) dengan histopalogi berupa karsinoma sel skuamosa (epidermoid)
jenis well differentiated dan 60% nya sudah mencapai stadium lanjut (Levine,
2001).
Adanya pembuluh limfe yang ekstensif di daerah rongga mulut
menyebabkan resiko metastasis regional yang tinggi. Sedangkan jika dilihat

1
dari tipenya sendiri, kebanyakan kanker rongga mulut adalah tipe karsinoma
epidermoid (hampir 97%), 2-3% adenokarsinoma dan 1% adalah keganasan
yang jarang seperti limfoma, melanoma maligna dan fibrosarkoma. (Sciubba,
2001).
Secara global, insiden ini menduduki tempat nomor 4 untuk laki-laki dan
nomer 6 untuk perempuan. Kanker mulut berhubungan dengan usia yang
dijumpai pada usia lebih dari 40 tahun dan semakin meningkat dengan
bertambahnya usia. Penyakit kanker bibir dan mulut menurun pada laki-laki
yang berkulit putih dan meningkat pada laki-laki kulit hitam serta perempuan.
Kebanyakan penderita kaker jenis ini akan datang saat sudah mencapai
stadium lanjut sehingga nanti akan kesukaran dalam hal penanganannya,
khusunya dalam segi pembedahannya (Vermey, 1988; Pedersen, 1992).
Pencegahan yang tepat dan penanganan yang dini tentu akan membuat
prognosis penyakit ini menjadi lebih baik. Oleh karena itu sebagai bagian dari
tenaga pelayan kesehatan, kita sebagai perawat perlu mengetahui bagaimana
asuhan keperawatan pada pasien dewasa ehingga taraf kesembuhan pasien
dapat meningkat.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi kanker rongga mulut ?
2. Apa saja klasifikasi kanker rongga mulut ?
3. Apakah etiologi kanker rongga mulut ?
4. Bagaimana manifestasi klinis kanker rongga mulut ?
5. Bagaimana patofisiologi kanker rongga mulut ?
6. Bagaimana penatalaksanaan pada penderita kanker rongga mulut ?
7. Apa saja pemeriksaan diagnostic yang harus dijalani pada penderita kanker
rongga mulut ?
8. Apa komplikasi yang dapat ditimbulkan dari penyakit kanker rongga
mulut?
9. Bagaimana asuhan keperawatan yang harus dilakukan pada penderita
kanker rongga mulut ?

2
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat memahami dan melakukan peran sebagai perawat
dalam pencegahan dan penanganan masalah kanker rongga mulut.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui dan memahami definisi kanker rongga mulut
b. Mengatahui dan memahami klasifikasi kanker rongga mulut
c. Mengetahui dan memahami etiologi kanker rongga mulut
d. Mengetahui dan memahami manifestasi klinis kanker rongga mulut
e. Mengetahui dan memahami patofisiologi kanker rongga mulut
f. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan pada penderita kanker
rongga mulut
g. Mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnostik yang harus
dijalani penderita kanker rongga mulut
h. Mengetahui dan memahami komplikasi yang dapat ditimbulkan dari
penyakit kanker rongga mulut
i. Memahami dan mampu mempraktikkan asuhan keperawatan yang
tepat untuk penderita kanker rongga mulut

D. Manfaat
Menambah pengetahuan serta keterampilan mahasiswa dalam pengerjaan
makalah dan presentasi di depan kelas. Menambah kecakapan dan rasa
percaya diri mahasiswa serta lebih memahami masalah pencernaan terutama
masalah kanker rongga mulut serta memahami asuhan keperawatan pada
klien dengan masalah kanker rongga mulut.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Medis
1. Definisi
Menurut WHO, kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok
besar penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh. Istilah
lain yang digunakan adalah tumor ganas dan neoplasma. Salah satu fitur
mendefinisikan kanker adalah pertumbuhan sel-sel baru secara abnormal
yang tumbuh melampaui batas normal, dan yang kemudian dapat
menyerang bagian sebelah tubuh dan menyebar ke organ lain. Proses ini
disebut metastasis. Metastasis merupakan penyebab utama kematian akibat
kanker (WHO, 2009).
Menurut Lippincott dan wilkins (2012), pengertian kanker rongga
mulut adalah tumor ganas yang mulai muncul pada mulut yang melibatkan
beberapa jenis jaringan dan sel sehingga mengakibatkan berbagai jenis
kanker.
Sedangkan kanker rongga mulut adalah kegananasan yang terjadi
didalam rongga yang dibatasi vermilion bibir dibagian depan dan arkus
faringeus anterior dibagian belakang. Kanker rongga mulut meliputi
kanker bibir gingival, lidah, bukal, dasar mulut, palatum, dan arkus
faringeus anterior ( Muttaqin, 2011 ).
Kanker rongga mulut merupakan tumor ganas dalam rongga mulut
yang tumbuh secara cepat dan menginvasi jaringan sekitar, berkembang
sampai daerah endontel, dan dapat bermetastasis ke bagian tubuh yang lain
dan sering asimtomatik pada tahap awal.

2. Klasifikasi
a. Kanker pada bibir

4
Bibir terutama bibir bagian bawah merupakan tempat terjadinya
kerusakan karena cahaya matahari atau actinic keratosis sehingga
bibir tampak pecah dan kemerahan, keputihan atau campuran merah
dan putih. Kanker di bibir sebelah luar lebih sering terjadi pada daerah
beriklim panas. Kelainan pada bibir atas lebih jarang terjadi
dibandingkan dengan bibir bawah, tetapi lebih mungkin menjadi
ganas dan memerlukan perhatian medis. Pada perokok, bisa tumbuh
benjolan putih di bagian dalam bibir. Benjolan ini bisa tumbuh
menjadi squamous cell carcinoma (Williams, 1990).
b. Kanker pada lidah
Kanker lidah adalah suatu keganasan yang timbul dari jaringan
epitel mukosa lidah dengan selnya berbentuk squamous cell
carcinoma (sel epitel gepen berlapis) dan terjadi akibat rangsangan
menahun, juga beberapa penyakit- penyakit tertentu (premalignant)
seperti sifilis dan plumer vision syndrome, leukoplakia, serta
eritoplakia. Kanker ganas ini dapat menginfiltrasi ke daerah di
sekitarnya, disamping itu dapat melakukan metastasis secara limfogen
dan hematogen (Sciubba, 1999).
c. Kanker dasar mulut
Kanker dasar mulut biasanya dihubungkan dengan penggunaan
alkohol dan tembakau. Pada tingkat awal mungkin tidak menimbulkan
gejala. Bila lesi berkembang, pasien akan mengeluhkan adanya
gumpalan dalam mulut atau perasaan tidak nyaman (Daftary, 1992).
Pada pemeriksaan klinis yang paling sering dijumpai adalah lesi
berupa nodul dengan tepi yang timbul dan mengeras yang terletak
dekat frenulum lingual. Bentuk yang lain adalah penebalan mukosa
yang kemerah- merahan, nodul yang tidak sakit atau dapat berasal dari
leukoplakia.
d. Kanker pada mukosa pipi
Pada beberapa pasien yang mempunyai kebiasaan mengunyah
campuran pinang, daun sirih, kapur dan tembakau akan memberikan
risiko peningkatan kanker pada mukosa pipi. Dengan kondisi material

5
yang melakukan kontak langsung dengan mukosa pipi kiri dan kanan
selama beberapa jam dan trauma pada mengunyah memberikan
dampak terhadap perubahan sel mukosa pipi (Daftary, 1992). Pada
pemeriksaan fisik rongga mulut, bagian pipi akan didapatkan adanya
lesi ulserasi, nodular dan infiltratif.
e. Kanker pada gusi
Kanker pada gusi biasanya dihubungkan dengan riwayat pasien
mengisap pipa tembakau. Daerah yang terlibat biasanya lebih sering
pada gusi bawah (mandibular) daripada gusi atas (maksila) (Daftary,
1992). Pada pemeriksaan fisik, lesi awal terlihat sebagai ulkus,
granuloma kecil atau sebagai nodul. Sekilas lesi terlihat sama dengan
lesi yang dihasilkan oleh trauma kronis atau hyperplasia inflamatori
(Daftary, 1992). Lesi yang lebih lanjut berupa pertumbuhan eksofitik
atau pertumbuhan infiltrative yang lebih dalam. Pertumbuhan
eksofitik terlihat seperti bunga kol dan mudah berdarah. Pertumbuhan
infiltrative biasanya tumbuh invasive pada tulang mandibula dan
menimbulkan dekstruktif (Tambunan, 1993).
f. Kanker pada palatum
Predisposisi merokok meningkatkan risiko kanker pada palatum.
Kebanyakan kanker palatum merupakan pertumbuhan eksofitik
dengan dasar yang luas dan permukaan bernodul. Jika lesi terus
berkembang mungkin akan mengisi seluruh palatum. Kanker pada
palatum dapat menyebabkan perforasi palatum dan meluas sampai ke
rongga hidung (Daftary, 1992).

3. Etiologi
Eiologi dari kanker rongga mulut adalah :
a. Multifaktor
Bersifat multifaktor karena erat kaitannya dengan gaya hidup,
umumnya kebiasaan gaya hidup, umunya kebiasaan hidup dan diet
(terutama tembakau atau tembakau yang digunakan dalam sirih, dan
penggunaan alkohol), meskipun faktor lain seperti bahan infeksius,

6
kerusakan metabolisme karsinogen, kerusakan enzim yang
memperbaiki DNA yang rusak dan kombinasi faktor-faktor ini juga
berperan dalam terjadinya kanker rongga mulut.
b. Pajaan sinar matahari
Merupakan faktor presdiposisi kanker bibir efek dari sinar ultraviolet.
c. Mutasi Gen
Mutasi gen supresor tumor (TSGs) yang mengontrol pertumbuhan sel .
mutasi TSGs berkaitan dengan sitokrom P450 yang berperan dalam
karsinogenesis karsinoma rongga mulut. Perubahan TSGs dan
onkogen dapat merusak kontrol pertumbuhan sel menjadi pertumbuhan
kanker yang tak terkontrol.
d. Alkohol
Penggunaan alkohol berat merupakan faktor risiko terkena kanker
mulut. Penggunaan alkohol terbukti mengalami peningkatan risiko
terkena kanker rongga mulut karena alkohol mengandung karsinogen
atau prokarsinogen , termasuk kontaminan dari nitrosamin dan uretan
selain etanol. Etanol dimetabolisme oleh alkohol-dehidrogenase dan
oleh sitokrom P450 menjadi asetalhedid yang bersifat karsinogen.
e. Tembakau dan alkohol
Alkohol memudahkan kerja tembakau dengan berfungsi sebagai
pelarut sehingga memudahkan bahan kanker untuk berpenetrasi ke
dalam jaringan mulut. Efek kombinasi penggunaan alkohol dan
tembakau menjadi berlipat ganda, lebih besar dari kumulatif efek
masing-masing bahan, sehingga risiko berkembangnya kanker rongga
mulut pada pasien pengguna alkohol dan perokok meningkat 80 kali
lebih tinggi.
f. Tembakau
Mengunyah atau mengisap tembakau menyebabkan iritasi dari kontak
langsung bahan-bahan karsinogen yang mengiritasi sel skuamosa
rongga mulut. Rangsangan asap rokok yang lama dapat menyebabkan
perubahan-perubahan yang bersifat merusak bagian mukosa mulut
yang terkena, yang bervariasi dan penebalan menyeluruh bagian epitel

7
mulut (smoker’s keratosis) sampai bercak putih keratotik yang
menandai leukoplakia dan kanker mulut.
g. Nikotin
Merupakan bahan yang menyebabkan ketergantungan / adiksi. Saat
dihisap nikotin mencapai otak dalam waktu 7 detik, 2x lebih cepat dari
penggunaan obat IV. Kemudian mempengaruhi otak dan sistem saraf
pusat dengan mengubah kadar neurotransmiter dan bahan kimiawi
yang mengatur temperamen, belajar, dan kemampuan berkosenterasi.
Nikotin dapat bekerja sebagai sedatif, tergantung pada kadar nikotin
dalam tubuh dan lamamnya. Merokok juga menyebabkan pelepasan
endorfin yang membentuk efek tranquilizer. Nikotin merupakan racun
yang dalam dosis besar dapat mematikan.
h. Diet
Buah dan sayuran mempunyai kontribusi terhadap terjadinya kanker
mulut dan kanker lainnya. Buah dan sayuran mengandung antioksidan
yang mengikat molekul berbahaya penyebab mutasi gen sehingga
dapat mencegah terjadinya kanker.
i. Obat Kumur
Efek penggunaan obat kumur terhadap terjadinya kanker sama dengan
efek penggunaan alkohol tetapi dengan konstribusi yang lebih rendah.
j. Kesehatan Gigi Mulut.
Terjadi peningkatan resiko pada pria yang menggunakan gigi palsu
dari logam. Iritasi kronis juga dapat ditimbulkan oleh gigi, gigi palsu
atau tambalan yang mengiritassi gigi, keadaan gigi-geligi yang rusak
atau hilang dapat merupakan faktor resiko penyebab kanker.
k. Bahan infeksius
Bahan infeksius yaitu candida albicans dan virus. Virus herpes dan
virus papiloma dapat dijumpai pada beberapa kasus karsinoma sel
skuamosa. HPV terutama berperan dalam kanker orofaring

4. Manifestasi Klinis

8
Bintik putih atau merah (leukoplakia, eritroplakia, atau eritroleukoplakia)
di dalam mulut ataupun pada bibir.
1) Leukoplakia : Merupakan lesi putih keratolitik pada mukosa mulut.
Secara klinis leukoplakia dapat dibagi atas 4 grade (Ohrn, 2000), yaitu
sebagai berikut.

a. Grade I : bercak kemerahan yang granuler yang secara bertahap


berubah menjadi keabuan.
b. Grade II : bercak putih kebiruan berbatas tegas, tanpa indurasi
c. Grade III : bercak keputihan berbatas tegas dengan indurasi,
mungkin ada kerutan
d. Grade IV : bercak mengalami indurasi, ada fisura, erosi, kadang-
kadang permukaannya mengalami proliferasi seperti veruka. Pada
pemeriksaan mikroskopis nampak perubahan keganasan dini.
2) Eritroplakia : Daerah mukosa yang kemerahan, memiliki tekstur
seperti beludru, dan berdasarkan pemeriksaan klinis serta histopatologi
tidak disebabkan inflamasi atau penyakit lain. Sebagian besar lesi ini,
terutama yang berada di bawah lidah, dasar mulut, palatum molle, dan
pilar faucial anterior memiliki kecenderungan menjadi ganas. Diduga
sebagai lesi awal kanker rongga mulut. Jarang ditemukan karena tidak
mencolok dan asimtomatik, karena itu pemeriksaan mulut harus
dilakukan dalam keadaan kering dan dengan teliti.
3) Eritroleukoplakia : Merupakan lesi berwarna putih merah
a. Luka pada bibir ataupun rongga mulut yang sulit sembuh.
b. Perdarahan pada rongga mulut.
c. Kehilangan gigi.
d. Sulit atau timbulnya rasa sakit pada waktu mengunyah.
e. Kesulitan untuk menggunakan geligi tiruan.
f. Pengerasan pada leher, serta rasa sakit pada telinga.
Manifestasi klinis dari kanker rongga mulut jika dibedakan berdasarkan
tempat terjadinya kanker, yaitu :
1) Kanker pada Bibir
a. Warna bibir tidak nampak merah muda

9
b. Bibir nampak kering
c. Adanya ketidaksimetrisan antara bibir atas dan bawah
d. Adanya ulserasi fisura
e. Nyeri pada daerah sekitar bibir
f. Adanya bintik putih atau merah pada bibir
g. Jika terjadi luka, maka sulit sembuh
2) Kanker pada Lidah
a. Adanya bintik putih yang berbentuk V pada bagian dorsal lidah
b. Ada lesi pada mukosa lidah sehingga vena superficial di bawah
lidah terlihat
c. Nyeri tekan
d. Kadang disertai mati rasa
e. Warna lidah terlihat kemerahan
f. Papila terlihat tipis
3) Kanker pada Gusi
a. Terjadinya perdarahan gusi yang hebat
b. Kehilangan gigi
c. Kesulitan untuk mengunyah
d. Timbul rasa sakit ketika mengunyah
4) Kanker di sekitar faring
a. Sulit menelan
b. Sulit berbicara
c. Batuk disertau sputum yang mengandung darah
d. Kemungkinan terjadinya pembesaran nodus limfe servikal

5. Patofisiologi
Sel kanker muncul setelah terjadi mutasi-mutasi pada sel normal
yang disebabkan oleh zat-zat karsinogen yang memicu terjadinya
karsinogenesis (transformasi sel normal menjadi sel kanker).
Karsinogenesis terbagi menjadi 3 tahap : 

10
a. Tahap pertama merupakan Inisiaasi yaitu kontak pertama sel
normal dengan zat karsinogen yang memancing sel normal tersebut
menjadi ganas.
b. Tahap kedua yaitu Promosi dimana sel yang terpancing tersebut
membentuk klon melalui pembelahan (poliferasi).
c. Tahap terakhir yaitu Progresi dimana sel yang telah mengalami
poliferasi mendapatkan satu atau lebih karakteristik neoplasma
ganas.
Kanker rongga mulut dalam pertumbuhannya dimulai dengan lesi
yang sangat kecil. Dengan berjalannya waktu tumor tersebut lambat laun
akan mencapai ukuran yang besar.

11
6. Pathway

Faktor Lokal Faktor Host Faktor Luar

Rongga mulut kotor Genetik Karsinogen Kimia

Memicu tumbuhnya Sel turunan yang Rokok


bakteri/jamur abnormal

Kontak sel normal dengan


zat karsinogenik
Infeksi Fungsi sistem imun
menurun

Terjadi lesi yang


berulang
Membentuk Klon melalui
pembelahan

Sel membelah secara


berlebihan Poliferasi

Muncul karakteristik neoplasma ganas

Kanker Oral Cavity

Benjolan pada rongga mulut Kerusakan pada sistem anatomi

Benjolan semakin besar dan


memenuhi rongga mulut Ketidakmampuan menelan Intake nutrisi tidak
adekuat
12

Mempengaruhi fungsi lidah


MK : Gangguan MK : Nutrisi kurang dari
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Sitologi mulut
Sitologi mulut telah banyak digunakan untuk menyelidiki
berbagai macam penyakit mulut, dimana prosedurnya paling
bermanfaat dalam evaluasi terhadap suatu keadaan yang dicurigai
sebagai suatu keganasan, khususnya bila keadaan tersebut merupakan
suatu lesi merah yang tidak berkeratin (Lynch, 1994).
Secara defenisi, pemeriksaan sitologi mulut merupakan suatu
pemeriksaan mikroskopik gel-gel yang dikerok/dikikis dari
permukaan suatu lesi di dalam mulut (Coleman dan Nelson, 1993).
Klasifikasi dan interpretasi yang digunakan dalam laporan sitologi
mulut adalah:
1) Kelas I: gel-gel normal
2) Kelas II: gel-gel yang tidak khas (stipik), tidak ada bukti
keganasan
3) Kelas III: perubahan pada pola nuklear yang sifatnya tidak jelas,
tidak ada tanda-tanda keganasan, tetapi terdapat gel yang
menyimpang dari normal
4) Kelas IV: memberi kesan kepada suatu keganasan
5) Kelas V: perubahan keganasan terlihat jelas
b. Biopsi
Biopsi merupakan pengambilan spesimen baik total maupun
sebagian untuk pemeriksaan mikroskopis dan diagnosis (Pedersen,
1996; Coleman dan Nelson, 1993). Cara ini merupakan cara yang
penting dan dapat dipercaya untuk menegakkan diagnosa defenitif dari
lesi-lesi mulut yang dicurigai (Bolden, 1982).

13
Teknik biopsi memerlukan bagian dari lesi yang mewakili dari
tepi jaringan yang normal. Biopsi dapat dilakukan dengan cara
insisional atau eksisional. Biopsi insisional dipilih apabila lesi
permukaan besar (>1cm) dan biopsi eksisional yaitu insisi secata
intoto apabila lesi kecil (Pedersen, 1996; Bolden, 1982; Coleman dan
Nelson, 1993). Untuk memenuhi kebutuhan yang lebih seksama dalam
mengidentifikasi kanker rongga mulut pada tahap ini, telah
dikembangkan suatu cara biopsi dengan menggunakan sikat (Oral
CDx). Pada penelitian yang dilakukan oleh Sciubba (1999) dengan
menggunakan biopsi dengan cara sikat menunjukkan bahwa cara ini
dapat memberikan bantuan yang tidak terhingga nilainya dalam
memeriksa lesi di rongga mulut. Pada penelitian tersebut, biopsi
dengan memakai sikat merupakan alat deteksi yang sepadan dengan
biopsi memakai skalpel. Walaupun begitu, harus ditekankan bahwa
Oral CDx bukanlah pengganti untuk biopsi dengan memakai skalpel
(Sciubba, 1999).
c. Pemeriksaan Toluidine Blue
Pemeriksaan Touluidine Blue dilukakan dengan cara berkumur
menggunakan suatu larutan. Larutan ini akan memberikan warna biru
pada sel kanker dan pada jaringan yang normal tidak akan menyerap.
Teknik memberikan warna rongga mulut adalah :
1) Kumur dengan larutan asam asetat 1%: 20 detik
2) Kumur dengan air: 20 detik 2 kali
3) Kumur larutan toluidine blue 1% 5-10 cc
4) Kumur lagi dengan larutan asam asetat 1%: 1 menit
5) Kumur dengan air
Pembacaan hasil pemeriksaan dilakukan 24 jam kemudian.
d. Pemeriksaan Positron Emission Tomography (PET)
Positron Emission Tomography (PET) adalah pemeriksaan non
invasif yang dapat menggambarkan fungsi metabolisme molekuler
dari tubuh pasien secara tiga dimensi dengan menggunakan cairan
radiofarmaka FDG (Fluorodeoxyglucose). PET scan dengan

14
radiofarmaka FDG akan mendeteksi aktivitas metabolik dari sel-sel
tubuh, seperti sel-sel kanker yang mempunyai aktivitas metabolik
berlebih.
Cara kerja PET CT ini ialah dengan menyuntikkan radiofarmaka
FDG ke dalam pembuluh darah pasien. Radiofarmaka akan ditangkap
sel-sel kanker, karena sel kanker membutuhkan banyak glukosa dan
metabolisme dalam pertumbuhannya. Ketika sel kanker berkumpul,
PET akan mengambil citra dari seluruh tubuh pasien. Pencitraan ini
akan menunjukkan lokasi radiofarmaka berkumpul. Artinya, di situlah
lokasi sel-sel kanker yang hidup.
Pemeriksaan ini dapat mendeteksi tumor <4 mm, untuk staging
memiliki sensitivitas 71% dan spesifitas 99%, sedangkan untuk
deteksi kekambuhan sensitivitas 92% dan spesifitas 81%.

8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien kanker rongga mulut
adalah :
a. Pembedahan
Pembedahan dapat dilakukan pada jaringan lunak dan jaringan
keras. Sering dilakukan pembedahan pada kanker yang melibatkan
tenggorokan, tetapi dapat juga dilakukan pada kanker rongga mulut.
Pembedahan dilakukan untuk mengangkat keseluruhan lesi untuk
mencegah terjadinya penyebaran sel kanker pada nodul limfa,
pembuluh darah, dan saraf. Setelah pembedahan untuk mengangkat
sel kanker, dilakukan pembedahan rekonstruktif bertujuan untuk
mempercepat proses penyembuhan, mengembalikan fungsi, serta
meningkatkan kualitas hidup pasien.
b. Radiasi
Radiasi merupakan pengobatan yang menggunakan sinar ion.
Terapi radiasi ini dapat menghasilkan energi yang bisa
menghancurkan sel-sel kanker, dengan menghancurkan sel DNA pada
sel kanker tersebut sehingga sel kanker tersebut tidak dapat

15
berkembang lagi. Radiasi jarang digunakan sebagai pengobatan yang
utama. Radiasi sering digunakan untuk mengecilkan sel kanker
sebelum dilakukan pembedahan, dan untuk mencegah sel kanker
timbul kembali atau untuk menghancurkan sisa-sisa sel kanker yang
tidak terambil keseluruhannya ketika pembedahan.
Dosis yang digunakan pada perawatan ini kecil. Terapi radiasi
ini dilakukan lima hari berturut-turut dan diberikan selang waktu dua
hari untuk istirahat. Waktu yang digunakan untuk terapi radiasi ini
antara 10-15 menit. Terapi ini dilakukan antara 2-8 minggu, agar sel
yang baru dapat tumbuh dan meminimalkan efek yang timbul akibat
radiasi.
c. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan salah satu bentuk terapi paliatif,
digunakan apabila sel kanker timbul kembali pada pasien atau telah
terjadi metastase. Kemoterapi merupakan terapi yang menggunakan
bahan kimia yang berfungsi untuk menghancurkan sel kanker.
d. Edukasi
Edukasi dapat diberikan kepada pasien kanker rongga mulut
melalui dokter gigi atau ahli kesehatan yang lain. Bagi pasien yang
sering merokok, mengkonsumsi alkohol, dan menyirih agar
mengurangi atau menghentikan kebiasaan tersebut. Di India, beberapa
kampanye yang dilakukan untuk mengurangi penggunaan tembakau
berhasil mengurangi resiko terjadinya kanker. Beberapa peneliti dari
University of Harvard membuktikan bahwa lelaki yang banyak
mengkonsumsi buah-buahan sitrus, vitamin C, dan sayur-sayuran, 30-
40% dapat mencegah dan mengurangi resiko terjadinya kanker.
e. Perawatan pemulihan setelah operasi
1) Setelah operasi pasien kanker rongga mulut diberikan makanan
cair, setelah satu minggu kemudian berubah menjadi semi-cair.
2) Setelah operasi perhatikan warna, suhu dan elastisitas flap pasien
kanker rongga mulut, apabila suhu flap menurun, menunjukkan

16
warna hijau keunguan dan semakin memburuk, segera
melaporkan ke dokter.
3) Secara tepat waktu menghisap keluar sekresi dimulut, hidung dan
kerongkongan pasien kanker rongga mulut, demi menjaga
kelancaran saluran pernafasan.

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas
Kanker lidah paling sering menyerang pada usia diatas 55 tahun dan
pada jenis kelamin laki-laki.
b. Riwayat Kesehatan Klien
1) Keluhan Utama
Biasanya klien dengan kanker lidah mengeluhkan adanya luka
pada lidah/sariawan yang tidak kunjung sembuh.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
P (Paliatif/propokatif):
Pada klien dengan kanker lidah biasanya mengeluh nyeri pada
bagian lidah dan merambat ke leher, rahang, serta nyeri menelan
yangmenyebabkan sulit untuk menelan.
Q (Quality):
Pada klien dengan kanker lidah biasanya nyeri yang dirasakan
seperti terbakar.
R (Region):
Pada klien dengan kanker lidah biasa nyeri dirasakan pada
daerah lidah.
S (Severity):

17
Derajat keganasan atau intensitas dari keluhan tersebut biasanya
merasakan pada skala nyeri 5.
T (Time):
Keluhan nyeri pada klien dengan kanker lidah biasanya
dirasakan dan timbul kadang-kadang.
c. Pola ADL (Activity Daily Living)
1) Pola Nutrisi
Pada klien dengan kanker lidah biasanya mengalami gangguan
mengunyah dan menelan sehingga mengakibatkan berat badan
menurun.
2) Pola Eliminasi
Pada klien dengan kanker lidah biasanya eliminasinya tidak ada
masalah. Frekuensi lancar, warna, bau, konsistensinya normal.
3) Pola Istirahat dan Tidur
Pada klien dengan kanker lidah biasaya mengalami gangguan
pola istirahat tidur karena adanya nyeri.
4) Pola Aktivitas
Pada klien dengan kanker lidah biasanya tidak ada masalah pada
pola ini, klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari.
5) Pola Personal Hygiene
Pada klien dengan kanker lidah biasanya jarang menggosok
giginya karena lidahnya mengalami nyeri.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Rambut
Pada klien dengan kanker lidah biasanya pemeriksaan pada
bagian rambut tidak ada masalah, karena biasanya klien mampu
untuk mencuci rambut sehingga rambut klien tampak bersih.
2) Mata
Pada pemeriksaan mata: penglihatan klien baik, mata simteris,
sclera tidak ikterik.
3) Telinga

18
Tidak ada gangguan pendengaran, tidak ada serumen, telinga
klien simetris, dan tidak ada nyeri tekan.
4) Hidung
Hidung simetris, bersih, tidak ada sekret, tidak ada
pembengkakan.
5) Mulut
Adanya lesi pada pada mukosa yang melibatkan vena superfisial
pada permukaan bawah lidah. Biasanya pada klien dengan kanker
lidah terdapat luka seperti sariawan dan ada kemerahan pada
bagian lidah.
6) Leher
Klien dengan kanker lidah biasanya terdapat pembengkakan pada
kelenjar getah bening.
7) Thorak
a) Paru-paru
Simetris kanan kiri, tidak teraba massa, saat diperkusi
bunyinya normal, suara nafas vesikuler.
b) Jantung
Ictus cordis tidak terlihat dan tidak teraba, suara jantung
normal, auskultasi: reguler, adakah bunyi tambahan/tidak.
8) Abdomen
Tidak ada pembesaran abdomen, peristaltic normal, tidak ada
nyeri tekan, perkusi abdomen: timpani.
9) Ekstremitas
Klien dengan kanker lidah biasanya ekstremitasnya dalam
keadaan normal.
10) Genetalia
Pada klien dengan kanker lidah tidak ada gangguan pada
genetalia.
e. Data Psikologis
1) Citra tubuh

19
Biasanya klien dengan kanker lidah menyadari akan keterbatasan
aktivitasnya.
2) Ideal diri
Biasanya klien dengan kanker lidah mengalami penurunan harga
diri.
8) Harga diri
Biasanya klien dengan kanker lidah mengalami penurunan harga
diri.
9) Identitas diri
Biasanya klien dengan kanker lidah merasa terganggu dengan
keadaannya karena fungsinya tidak bisa berjalan dengan baik.
10) Peran
Biasanya klien dengan kanker lidah merasa terganggu dalam
melaksanakan tugas dan peran tersebut karena penyakitnya
sekarang.
f. Analisa Data

No Sympthom Etiologi Problem


.

1. DS: Kondisi Nyeri kronis


Klien mengeluh nyeri, musculoskeletal
merasa depresi kronis
(tertekan).
DO:
Tampak meringis,
gelisah, anoreksia.

2. DS: Ketidakmampuan Defisit Nutrisi


Klien mengatakan nafsu menelan
makan menurun
DO:
Otot pengunyah lemah,
otot menelan lemah,

20
membrane mukosa
pucat, sariawan pada
lidah.

3. DS: Kurang terpapar Ansietas


Klien mengatakan informasi
merasa bingung, merasa
khawatir dengan
penyakitnya, anoreksia,
palpitasi, merasa tidak
berdaya.
DO:
Tampak gelisah,
tampak tegang, sulit
tidur, frekuensi napas
meningkat, frekuensi
nadi meningkat,
tekanan darah
meningkat.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri kronis berhubungan dengan kondisi musculoskeletal kronis.
(D.0078)
b. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan
makanan (D.0019)
c. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi. (D.0080)

3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Rencana Keperawatan


Keperawatan Hasil

Nyeri kronis Setelah dilakukan Manajemen Nyeri

21
berhubungan tindakan keperawatan (I.08238)
dengan kondisi diharapkan tingkat Tindakan
musculoskeletal nyeri menurun dengan Observasi
kronis. kriteria hasil 1. Identifikasi lokasi,
(L.08066) : karakteristik, durasi,
1. Keluhan nyeri frekuensi, kualitas,
menurun intensitas nyeri
2. Meringis menurun 2. Identifikasi skala
3. Gelisah menurun nyeri
4. Perasaan depresi 3. Identifikasi factor
(tertekan) menurun yang memperberat
5. Anoreksia dan memperingan
menurun nyeri
4. Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
5. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik

1. Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (Mis.
terapi pijat,
aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres
hangat/dingin)
2. Fasilitasi istirahat
dan tidur
Edukasi

22
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
5. Anjurkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian
analgetik
Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
berhubungan tindakan keperawatan (I.03119)
dengan diharapkan status Tindakan
ketidakmampuan nutrisi membaik Observasi
menelan makanan dengan kriteria hasil 1. Identifikasi status
(L.03030) : nutrisi
1. Porsi makanan 2. Identifikasi alergi dan
yang dihabiskan intoleransi makanan
meningkat 3. Identifikasi makanan
2. Kekuatan otot yang disukai
pengunyah 4. Identifikasi kebutuhan
meningkat kalori dan jenis
3. Kekuatan otot nutrient
menelan 5. Identifikasi perlunya
meningkat penggunaan selang

23
4. Sariawan menurun nasogastrik
5. Frekuensi makan 6. Monitor asupan
membaik makanan
6. Nafsu makan 7. Monitor berat badan
membaik 8. Monitor hasil
7. Membran mukosa pemeriksaan
membaik. laboratorium
Terapeutik

1. Sajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai
2. Berikan maknan
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
3. Berikan suplemen
makanan
Edukasi

1. Anjurkan posisi
duduk, jika mampu
2. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi

1. Kolaborasi
pemberian medikasi
sebelum makan (Mis.
pereda nyeri)
2. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrient yang

24
dibutuhkan.
Ansietas Setelah dilakukan Reduksi Ansietas
berhubungan tindakan keperawatan (I.09314)
dengan kurang diharapkan tingkat Tindakan
terpapar ansietas menurun Observasi
informasi. dengan kriteria hasil 1. Identifikasi saat
(L.09093) : tingkat ansietas
1. Verbalisasi berubah (mis. kondisi,
kebingungan waktu, stressor)
menurun 2. Monitor tanda-tanda
2. Verbalisasi ansietas (verbal dan
khawatir akibat nonverbal)
kondisi yang Terapeutik
dihadapi menurun
1. Ciptakan suasana
3. Perilaku gelisah
terapeutik untuk
menurun
menumbuhkan
4. Perilaku tegang
kepercayaan
menurun
2. Temani pasien untuk
5. Anoreksia
mengurangi
menurun
kecemasan, jika
6. Palpitasi menurun
memungkinkan
7. Frekuensi
3. Pahami situasi yang
pernafasan
membuat ansietas
menurun
4. Dengarkan dengan
8. Frekuensi nadi
penuh perhatian
menurun
5. Motivasi
9. Tekanan darah
mengidentifikasi
menurun
situasi yang memicu
10.Pola tidur
kecemasan
membaik
6. Diskusikan
11.Perasaan
perencanaan realistis
keberdayaan
tentang peristiwa

25
membaik. yang akan datang
Edukasi

1. Jelaskan prosedur
termasuk sensasi
yang mungkin
dialami
2. Informasikan secara
factual mengenai
diagnosis,
pengobatan, dan
prognosis.
3. Anjurkan keluarga
untuk tetap bersama
pasien, jika perlu
4. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan
persepsi
5. Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi
ketegangan
6. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi

1. Kolaborasi
pemberian obat
ansietas, jika perlu

26
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kanker rongga mulut merupakan tumor ganas dalam rongga mulut yang
menyerang bibir, lidah, mulut, mukosa pipi, gusi, dan palatum. Bersifat
multifaktor karena erat kaitannya dengan gaya hidup, umumnya kebiasaan
gaya hidup, umunya kebiasaan hidup dan diet (terutama tembakau atau
tembakau yang digunakan dalam sirih, dan penggunaan alkohol), meskipun
faktor lain seperti bahan infeksius, kerusakan metabolisme karsinogen,
kerusakan enzim yang memperbaiki DNA yang rusak dan kombinasi faktor-
faktor ini juga berperan dalam terjadinya kanker rongga mulut. Kanker
rongga mulut ditandai dengan Bintik putih atau merah (leukoplakia,
eritroplakia, atau eritroleukoplakia) di dalam mulut ataupun pada bibir.
B. Saran
Sebaiknya masyarakat perlu mengetahui seluk beluk penyakit ini,
misalnya penyebab, tanda dan gejala, serta pengobatannya, sehingga
diharapkan dapat melakukan tindakan pencegahan agar terhindar dari
penyakit kanker rongga mulut.

27
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI.

28

Anda mungkin juga menyukai