Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NY. I DENGAN DIAGNOSA ABSES GIGI DENGAN


KEBUTUHAN DASAR AMAN DAN NYAMAN DI RUANG
DAHLIA RSUD DR. DORIS SYLVANUS
PALANGKARAYA

Di Susun Oleh:

NAMA : Fredrick Immanuel


NIM : 2018.C.10a.0968.

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan ini di susun oleh :


Nama : Fredrick Immanuel
NIM : 2018.C.10a.0968
Program Studi : S-1 Keperawatan
Judul : Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Ny. I
Dengan Abses Gigi dan Kebutuhan Dasar Aman dan Nyaman
Di Ruang Dahlia RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk
menyelesaikan Praktik Pra Klinik Keperawatan I (PPK I) Program Studi Sarjana
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangkaraya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademi Pembimbing Lahan

Mengetahui:
Ketua Program Studi S1 Keperawatan,

Meilitha Carolina, Ners., M.Kep


Kata Pengantar

Puji syukur  kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkah rahmat dan hidayahNya jugalah penyusunan laporan ini dapat
terselesaikan dalam bentuk yang sederhana.
Walaupun dalam penyusunan laporan ini memenuhi banyak kendala yang
dihadapi namun berkat dukungan dan motivasi dari semua pihak sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan ini.
Didalam menyelesaikan laporan ini masih banyak hambatan dan kendala
yang dihadapi, namun berkat dukungan dan kerja sama yang baik dari semua
pihak hingga penulis dapat menyelsaikan laporan ini tepat pada waktunya. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
terlibat.

Palangka Raya, 19 mei 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. i


KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................
1.3.1 Tujuan Umum ..............................................................
1.3.2 Tujuan Khusus...............................................................
1.4 Manfaat Penulisan..................................................................
1.4.1 Untuk Mahasiswa..........................................................
1.4.2 Untuk Klien dan Keluarga.............................................
1.4.3 Untuk Institusi (Pendidikan dan Rumah Sakit).............
1.4.4 Untuk IPTEK.................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Penyakit...........................................................
2.1.1 Definisi .........................................................................
2.1.2 Anatomi fisiologi ..........................................................
2.1.3 Etiologi .........................................................................
2.1.4 Klasifikasi .....................................................................
2.1.5 Patofisiologi .................................................................
2.1.6 Manisfestasi Klinis .......................................................
2.1.7 Komplikasi ...................................................................
2.1.8 Pemeriksa Penunjang ...................................................
2.1.9 Penatalaksanaan Medis.................................................
2.2 Konsep Dasar Manusia ..........................................................
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan .........................................
2.3.1 Pengkajian Keperawatan ..............................................
2.3.2 Diagnosa Keperawatan .................................................
2.3.3 Intervensi Keperawatan ................................................
2.3.4 Implementasi Keperawatan ..........................................
2.3.5 Evaluasi keperawatan ...................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian ..............................................................................
3.1.1. Identitas Klien ..............................................................
3.1.2. Riwayat Kesehatan/Perawatan .....................................
3.1.3. Genogram .....................................................................
3.1.4 Pemeriksaan fisik...........................................................
3.2 Tabel Analisa Data..................................................................
3.3 Rencana Keperawatan ...........................................................
3.4 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan...............................

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan............................................................................
4.2 Saran......................................................................................

Daftar Pustaka.........................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Abses gigi merupakan peradangan pada gigi dan struktur pendukungnya
yang disebabkan oleh infeksi mikroba dan terjadi dalam proses yang akut.
Proses peradangan ini akan menghasilkan akumulasi pus pada area sekitar gigi
yang umum disebut dengan abses. Abses dapat terjadi akibat infeksi
endodontal, disebut dengan abses endodontal, atau akibat infeksi periodontal
yang dapat menyebabkan terjadinya abses periodontal, perikoronal, atau
gingiva. (Doemain 2011)
Abses gigi adalah abses yang terjadi pada pulpa dan peripekal
sehinggamenyebabkan adanya penumpukan nanah yang kemudian menyebar
dari gigi yang sakit ke jaringan yang berada didekat gigi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, rumusan masalah dari
laporan ini adalah:Bagaimana asuhan keperawatan yang komprehensif pada
pasien dengan gangguan penyakit Abses Gigi dan Kebutuhan Dasar Aman dan
Nyaman?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan dan memberikan tentang asuhan
keperawatan KDM pada Ny. I yang komprehensif dengan diagnosa
Penyakit Abses gigi dan Kebutuhan Dasar Aman dan Nyaman di ruang
Dahlia RSUD dr.Doris Sylavanus Palangka Raya?

1.3.2 Tujuan Khusus


1.3.2.1.Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar Penyakit Abses Gigi?

1.3.2.2.Mahasiswa mampu menjelaskan Kebutuhan Dasar Aman dan Nyaman ?

1.3.2.3.Mahasiswa mampu menjelaskan Manajemen Asuhan Keperawatan Pada


pasien Penyakit Abses Gigi dan Kebutuhan Dasar Aman dan Nyaman ?
1.3.2.4.Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada Ny. I di
ruang Dahlia RSUD dr.Doris Sylavanus Palangka Raya ?

1.3.2.5.Mahasiswa mampu menentukan dan menyusun intervensi keperawatan


pada Ny. I di ruang Dahlia RSUD dr.Doris Sylavanus Palangka Raya

1.3.2.6.Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada Ny. I


di ruang Dahlia RSUD dr.Doris Sylavanus Palangka Raya ?

1.3.2.7.Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan pada Ny. I di ruang


Dahlia RSUD dr.Doris Sylavanus Palangka Raya ?

1.3.2.8.Mahasiswa mampu menyusun dokumentasi keperawatan pada Ny. I di


ruang Dahlia RSUD dr.Doris Sylavanus Palangka Raya ?

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Manfaat Bagi Penulis
Memberikan pengalaman yang nyata tentang asuhan keperawatan
pada pasien dengan diagnosa Abses Gigi dengan Kebutuhan Dasar Aman
dan Nyaman.
1.4.2 Manfaat Bagi Klien dan Keluarga
Pasien dan keluarga mengerti cara perawatan dan menghindari
penyebab pada penyakit secara benar dan bisa melakukan perawatan
dirumah dengan mandiri.
1.4.3 Manfaat Bagi Institusi
Dapat digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam
pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan
datang.
1.4.4 Manfaat Bagi IPTEK.
Dapat berguna sebagai ilmu pengetahuan bagi setiap orang.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Konsep Penyakit
2.1.1. Definisi
Merupakan suatu keadaan dimana terjadinya pengumpalan nanah dari
sebuah gigi ke jaringan sekitarnya, biasanya berasal dari suatu infeksi. Abses ini
biasanya terjadi dari gigi yang berisi cairan (nanah) dialirkan ke gusi sehingga
gusi sehingga gusi yang berada di dekat gigi tersebut membengkak. Jika bakteri
menyusup ke dalam jaringan ke dalam jaringan yang sehat. Maka akan terjadi
infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan
dan sel-sel yang terinfeksi. (Doemain 2011)
Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan
infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut dan setelah menelan bakteri, sel darah
putih akan mati. Sel darah putih inilah yang membentuk nanah, yang mengisi
rongga tersebut. Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan di sekitarnya akan
terdorong. Jaringan pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding
pembatas abses; hal ini merupakan mekanisme tubuh untuk mencegah penyebaran
infeksi lebih lanjut. Jika suatu abses pecah di dalam, maka infeksi bias menyebar
di dalam tubuh maupun di bawah permukaan kulit, tergantung kepada lokasi
infeksi.

2.1.2 Etiologi
Kebanyakan abses gigi terjadi sebagai komplikasi infeksi bakteri di gigi
dan mulut. Bakteri yang biasanya tinggal dalam plak akan menginfeksi
dan mencari jalur untuk menyerang gigi.
Maka dari itu, terjadilah pembengkakan dan peradangan di ujung akar.
Berikut beberapa jenis penyebab terjadinya abses gigi:
2.1.2.1 Abses Periapikal
Bakteri masuk ke gigi melalui lubang-lubang kecil yang disebabkan
oleh karies. Karies terbentuk pada enamel gigi (lapisan luar gigi yang
keras). Karies akhirnya memecah jaringan di bawah enamel gigi, yang
disebut dentin. Bila hal ini terus terjadi, akhirnya lubang tersebut akan
sampai ke bagian gigi yang lunak bernama pulp. Infeksi pulp disebut
dengan pulpitis. Seiring pulpitis makin parah, bakteri akan menembus
tulang yang menyangga gigi (tulang alveolar). Alhasil, terbentuklah abses
periapikal.
2.1.2.2 Abses Gusi
Bakteri yang hidup di plak bisa menginfeksi gusi sehingga menyebabkan
penyakit periodontitis. Kondisi ini menyebabkan gusi meradang, sehingga
ligamen gusi (jaringan yang mengelilingi akar gigi) akan terlepas dari
pangkal gigi. Lepasnya ligamen gusi akan menciptakan lubang kecil yang
mudah kotor dan sulit dibersihkan. Semakin banyak bakteri yang tinggal
di lubang tersebut, abses gusi pun akan terjadi. Selain kondisi mulut yang
kotor, abses gusi juga bisa disebabkan karena efek samping dari operasi
atau prosedur medis lainnya pada gigi dan mulut. Bahkan dalam beberapa
kasus, kerusakan gusi bisa berujung jadi abses gusi meskipun tidak
mengalami periodontitis.

2.1.3 Klasifikasi
2.1.3.1 Abses Periapikal
Periapikal abses terjadi pada daerah apex gigi di sekitar akar gigi.
Penanganan dari periapikal abses adalah dengan mendrainase pus melalui
insisi pada jaringan gusi di daerah akar gigi atau melalui pelubangan gigi
(terapi saluran akar). Insisi gusi dilakukan di daerah akar gigi sampai
tempat pus. Sebelum melakukan insisi diperlukan foto rontgen untuk
menentukan apakah pus pada periapikal abses belaum menembus tulang
atau telah menembus tulang dan mengumpul pada subgingiva. Jika pus
telah menembus tulang dan mengumpul pada subgingiva maka insisi
dilakukan pada gusi saja. Jika belum menembus tulang maka selain insisi
gusi juga dilakukan pelubangan pada tulang rahang menuju tempat akar
gigi dimana pus berada. Terapi saluran akar juga sebaiknya dilakukan
karena pada umumnya perapikal abses berasal dari daerah pulpa gigi.
2.1.3.2 Abses Periodontal
Prinsip terapi pada periodontal abses yaitu menstabilkan drainase
inflamasi. Drainase pada periodontal abses lebih mudah dikeluarkan, dapat
menggunakan sonde tumpul. Sonde tumpul dimasukkan perlahan pada
ruang periodontal gigi sampai ke tempat abses. Pada saat memasukkan
sonde tumpul dibutuhkan anestesi untuk menghlangkan rasa sakit selama
menjalani prosedur tersebut. Tindakan bedah dapat dilakukan dengan
menginsisi gusi pada daerah periodontal untuk mempermudah drainase.
Tindakan bedah ini harus dilakukan hati-hati dan menghindari kerusakan
dari jaringan periodontal yang lain. Hal ini harus diperhatikan karena
jaringan periodontal berfungsi sebagai penahan agar gigi tetap tertanam
pada tulang rahang. Jadi diusahakan insisi pada daerah periodontal tidak
dilakukan secara sembarangan.
2.1.4 Patofisiologi
Abses adalah reaksi perlindungan oleh jaringan untuk mencegah
perluasan atau penyebaran infeksi ke bagian lain tubuh. sel-sel lokal
dibunuh oleh organisme atau benda asing yang pada akhirnya
menyebabkan pelepasan sitokin. Sitokin memicu sebuah respon inflamasi,
yang menarik sejumlah besar sel-sel darah putih (leukosit) ke area tersebut
dan meningkatkan aliran darah setempat. Abses mempunyai struktur akhir
berupa terbentuknya dinding abses atau kapsul oleh sel-sel sehat
disekelilingnya abses agar mencegah pus menginfeksi struktur lain
disekitar. Namun, seringkali proses enkapsulasi tersebut justru cenderung
menghalangi sel-sel imun untuk menjangkau penyebab peradangan (agen
infeksi atau benda asing) dan melawan bakteri-bakteri yang terdapat dalam
pus (Bolognia, 2014).
Abses merupakan suatu penimbunan nanah, biasanya disebabkan
suatu infeksi bakteri. Jika bakteri memasuki ke dalam jaringan yang sehat,
maka akan terjadi infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan
rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih
yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, lalu bergerak
ke dalam rongga tersebut. Setelah menelan bakteri, sel darah putih akan
mati. Sel darah putih yang mati inilah yang membentuk nanah sebagai
pengisi rongga tersebut. Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan di
sekitarnya akan terdorong. Jaringan pada akhirnya tumbuh di sekeliling
abses dan menjadi dinding pembatas abses. Hal ini merupakan mekanisme
tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut. Apabila suatu
abses pecah di dalam maka infeksi bisa menyebar di dalam tubuh maupun
dibawah permukaan kulit, tergantung kepada lokasi abses.
Abses merupakan rongga patologis yang berisi pus yang
disebabkan oleh infeksi bakteri campuran. Bakteri yang berperan dalam
proses pembentukan abses ini yaitu Staphylococcus aureus dan
Streptococcus mutans. Staphylococcus aureus dalam proses ini memiliki
enzim aktif yang disebut koagulase yang fungsinya untuk mendeposisi
fibrin. Sedangkan Streptococcus mutans memiliki 3 enzim utama yang
berperan dalam penyebaran infeksi gigi, yaitu streptokinase,
streptodornase, dan hyaluronidase. Hyaluronidase adalah enzim yang
bersifat merusak jembatan antar sel, yang pada fase aktifnya nanti, enzim
ini berperan layaknya parang yang digunakan petani untuk merambah
hutan
WOC

Riwayat gigi berlubang


periodontal pocket
(karies)

Tidak ditangai secara tepat

Bakteri gram postif masuk ke jaringan


(Staphylococcus aureus & Streptococcos mutan)

Pengeluaran enzim koagulase dan enzim hyaluronidase

Merusak jembatan antar sel

Transpor nutrisi pada sel


terganggu
MK : Gangg.
Jaringan rusak/mati/nekrosis Citra Tubuh

Media bakteri yang baik Koping individu


anefektif
Inflamasi Jaringan terinfeksi
Terdapat pembengkakan
Demam Sel darah putih mati diarea rahang

MK :Hipertermia ABSES GIGI

Pembengkakan
Pembedahan
Tumor, Pecah
Trismus
Kalor,
Drainase abses
Rubor,
Dolor, Resiko Intake nutrisi
fungsiolaesa Penyebaran menurun Luka Insisi
infeksi

MK : Nyeri MK : Resiko Terputusnya


Defisit Nutrisi inkontinuitas jaringan

Kurang Pengetahuan
tentang penyakit
MK: Gangguan MK : Nyeri
Integritas Kulit (Post Op)
MK : Cemas
2.1.5 Manifestasi Klinis
- Onset cepat, gusi mengalami pembengkakan, berwarna kemerahan serta
terjadi perlunakan
- nyeri yang berlanjut pada saat mengunyah dan pada tindakan perkusi
- tidak ada gambaran radiografi yang spesifik, meskipun umumnya
berhubungan dengan periodontal pocket yang dalam
- pus dari lesi biasanya akan mengering sepanjang permukaan akar ke
muara periodontal pocket; di dalam pocket pus dapat meluas melalui
tulang alveolar untuk bermuara ke sinus yang terbuka pada ginggiva yang
berdekatan
- akibat drainase pus yang intermiten, infeksi cenderung terlokalisir,
pembengkakan ekstraoral bukan hal yang lazim
- abses yang tidak diterapi akan mengarah ke destruksi yang lebih berat
dari jaringan periodontal dan tanggalnya gigi.

2.1.6 Komplikasi
Abses gigi adalah pembengkakan gigi karena adanya nanah yang
terkumpul akibat infeksi bakteri. Abses gigi bisa menjadi sangat
menyakitkan, bahkan rasa sakitnya bisa menyebar ke telinga dan leher.
Berikut ini beberapa komplikasi dari abses gigi :
- Sepsis
- Oral fistula
- Osteomielitis
- Ludwig angina
- Infeksi sinus

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang


2.1.7.1 Pemeriksaan visual dan taktil
Uji klinis yang paling sederhana adalah pemeriksaan berdasarkan
penglihatan. Hal ini terlalu sering hanya dilakukan sambil lalu selama
pemeriksaan, dan sebagai hasilnya, banyak informasi penting hilang.
Suatu pemeriksaan visual dan taktil jaringan keras dan lunak yang cermat
mengandalkan pada pemeriksaan three Cs’: color, contour, dan
consistency (warna, kontur dan konsistensi). Pada jaringan lunak, seperti
gusi, penyimpangan dari warna merah muda sehat dapat dengan mudah
dikenal bila terdapat inflamasi. Suatu perubahan kontur yang timbul
dengan pembengkakan, dan konsistensi jaringan yang lunak, fluktuan, atau
seperti bunga karang yang berbeda dengan jaringan normal, sehat dan kuat
adalah indikatif dari keadaan patologik. Pada pemeriksaan dengan visual
didapatkan atau ditemukan pembengkakan disertai benjolan pada gusi gigi
M1.
2.1.7.2 Pemeriksaan Radiologi
a. Foto Rontgen
b. Radiografi periapikal

2.1.8 Penatalaksanaan Medis


Langkah utama yang paling penting dalam penatalaksanaan abses gigi
adalah incisi abses, dan drainase pus yang berisi bakteri. Tujuan dari
tindakan insisi dan drainase, yaitu mencegah terjadinya perluasan
abses/infeksi ke jaringan lain, mengurangi rasa sakit, menurunkan jumlah
populasi mikroba beserta toksinnya, memperbaiki vaskularisasi jaringan
(karena pada daerah abses vakularisasi jaringan biasanya jelek) sehingga
tubuh lebih mampu menanggulangi infeksi yang ada dan pemberian
antibiotik lebih efektif, dan mencegah terjadinya jaringan parut akibat
drainase spontan dari abses. Selain itu, drainase dapat juga dilakukan
dengan melakukan open bur dan ekstirpasi jarngan pulpa nekrotik, atau
dengan pencabutan gigi penyebab (Topazian et al, 1994). Prosedur ini
pada umumnya dilakukan apabila sudah di anaestesi lokal terlebih dahulu,
sehingga area yang sakit akan mati rasa. Jika abses periapikal, abses akan
dipindahkan melalui perawatan saluran akar untuk mengeluarkan abses
dan membuang jaringan yang rusak dari pulpa. Kemudian ditumpat untuk
mencegah infeksi peradangan lebih lanjut. Jika abses periodontal, maka
abses akan dikeluarkan, dan secara menyeluruh membersihkan periodontal
pocket. Kemudian melicinkan permukaan akar gigi dengan scaling dan
marginal gingiva untuk membantu penyembuhan dan mencegah
infeksi/peradangan lebih lanjut.
2.2 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia

2.2.1 Definisi Rasa Aman dan Nyaman

Kebutuhan akan rasa aman adalah kebutuhan untuk melindungi diri


dari bahaya fisik. Ancaman terhadap keselamatan seseorang dapat
dikategorikan sebagai ancaman mekanis, kimiawi, dan bakteriologis.
Kebutuhan akan keamanan terkait dengan konteks fisiologis dan hubungan
interpersonal. Keamanan fisiologis berkaitan dengan sesuatu yang
mengancam tubuh dan kehidupan seseorang. Ancaman itu bisa nyata atau
hanya imajinasi misal, penyakit, nyeri, cemas, dan sebagainya. Dalam
konteks hubungan interpersonal bergantung pada banyak faktor, seperti
kemampuan berkomunikasi, kemampuan mengontrol masalah,
kemampuan memahami, tingkah laku yang konsisten dengan orang lain,
serta kemampuan memahami orang-orang di sekitarnya dan
lingkungannya. Ketidaktahuan akan sesuatu kadang membuat perasaan
cemas dan tidak aman. (Asmadi, 2011)

Meningkatkan kebutuhan rasa nyaman diartikan perawat telah


memberikan kekuatan, harapan, hiburan, dukungan, dorongan, dan
bantuan. Secara umum dalam aplikasinya pemenuhan kebutuhan rasa
nyaman adalah kebutuhan rasa nyaman bebas dari rasa nyeri, dan
hipo/hipertermia. Hal ini disebabkan karena kondisi nyeri dan
hipo/hipertermia merupakan kondisi yang mempengaruhi perasaan tidak
nyaman pasien yang ditunjukan dengan timbulnya gejala dan tanda pada
pasien.

2.2.2 Penyebab Rasa Tidak Aman dan Nyaman

Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak


menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial
atau yang digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut.Mekanisme
timbulnya nyeri didasari oleh proses multipel yaitu nosisepsi, sensitisasi
perifer, perubahan fenotip, sensitisasi sentral, eksitabilitas ektopik,
reorganisasi struktural, dan penurunan inhibisi. Antara stimulus cedera
jaringan dan pengalaman subjektif nyeri terdapat empat proses tersendiri :
tranduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi. Mochamad Bahrudin (2017)

2.2.2 Tanda dan Gejala


2.2.2.1 Tanda subyektif
Klien mengatakan bahwa klien merasa nyeri dibagian mulut
2.2.2.2 Tanda Obyektif
Ekspresi klien meringis kesakitan ketika muncul rasa nyeri

2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rasa Aman dan Nyaman


2.2.3.1 Emosi
Kecemasan, depresi, dan marah akan mudah terjadi dan mempengaruhi
keamanan dan kenyamanan.
2.2.3.2 Status Mobilisasi
Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot, dan kesadaran menurun
memudahkan terjadinya resiko injury.
2.2.3.3 Gangguan Persepsi Sensory
Mempengaruhi adaptasi terhadap rangsangan yang berbahaya seperti
gangguan.
2.2.3.4 Keadaan Imunitas
Gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh kurang sehingga
mudah terserang penyakit.
2.2.3.5 Tingkat Kesadaran
Pada pasien koma, respon akan menurun terhadap rangsangan, paralisis,
disorientasi, dan kurang tidur.
2.2.3.6 Informasi dan Komunikasi
Gangguan komunikasi seperti aphasia atau tidak dapat membaca dapat
menimbulkan kecelakaan.
2.2.3.7 Status Nutrisi
Keadaan kurang nutrisi dapat menimbulkan kelemahan dan mudah
menimbulkan penyakit, demikian sebaliknya dapat beresiko terhadap
penyakit tertentu.
2.2.3.8 Usia
Perbedaan perkembangan yang ditemukan diantara kelompok usia anak-
anak dan lansia mempengaruhi reaksi terhadap nyeri.
2.2.3.9 Jenis Kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam
merespon nyeri dan tingkat kenyamanannya.

2.2.4 Patofisiologi Nyeri


Stimulus penghasil nyeri mengirimkan impuls melalui serabut saraf
perifer. Serabut nyeri memasuki medula spinalis dan menjalani salah satu
dari beberapa rute saraf dan akhirnya samapai didalam massa berwarna abu –
abu di medula spinalis. Terdapat tesan nyeri dapat berinteraksi dengan
inhibitor, mencegah stimulus nyeri sehingga tidak mencapai otak atau
ditransmisi tanpa hambatan kekorteks cerebral. Sekali stimulus nyeri
mencapai korteks cerebral, maka otak menginterprestasikan kualitas nyeri
dan memproses informasi tentang pengalaman dan pengetahuan yang lalu
serta asosoasi kebudayaan dalam upaya mempersepsikan nyeri.
Semua kerusakan seluler disebabkan oleh stimulus termal, mekanik,
kimiawi atau stimulus listrik menyebabkan pelepasan substansi yang
mengahasilkan nyeri.
Pathway

Chemic, thermik, mekanik

Nyeri

Nosiseptor

Nyeri kronik/akut

Susah tidur Imobilisasi Ansietas


2.2.5 Pengukuran Nyeri
a. Skala Deskristif
Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS) merupakan
sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsian
yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis. Pendeskripsi
ini dirangking dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri yang tidak
tertahankan”.
b. Skala Penilaian Numerik
Numerical Rating Scale (NRS) menilai nyeri dengan menggunakan
skala 0-10. Skala ini sangat efektif untuk digunakan saat mengkaji
intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik.
c. Skala Analog Visual
Visual Analog Scale (VAS) merupakan suatu garis lurus yang
mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan memiliki alat
pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala ini memberikan
kebebasan penuh pada pasien untuk mengidentifikasi keparahan nyeri.

2.2.6 Skala Nyeri dan Cara Pengukuran Nyeri


2.2.6.1 Pengertian Nyeri
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang
dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri,
2011).
Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah
sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat
terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau
menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.
SKALA NYERI
0 Tidak nyeri
1 Seperti gatal, tersetrum / nyut-nyut
2 Seperti melilit atau terpukul
3 Seperti perih
4 Seperti keram
5 Seperti tertekan atau tergesek
6 Seperti terbakar atau ditusuk-tusuk
7–9 Sangat nyeri tetapi dapat dikontrol oleh klien dengan
aktivitas yang biasa dilakukan.
10 Sangat nyeri dan tidak dapat dikontrol oleh klien.
Keterangan : 1 – 3    (Nyeri ringan)
4 – 6    (Nyeri sedang)
7 – 9    (Nyeri berat)
10        (Sangat nyeri)

2.2.7 Efek Yang Ditimbulkan Oleh Nyeri


2.2.7.1 Tanda dan gejala fisik
Tanda fisiologis dapat menunjukkan nyeri pada klien yang
berupaya untuk tidak mengeluh atau mengakui ketidaknyamanan. Sangat
penting untuk mengkaji tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik termasuk
mengobservasi keterlibatan saraf otonom. Saat awitan nyeri akut, denyut
jantung, tekanan darah, dan ftekuensi pernapasan meningkat.
2.2.7.2 Efek Perilaku
Pasien yang mengalami nyeri menunjukkan ekspresi wajah dan
gerakan tubuh yang khas dan berespon secara vokal serta mengalami
kerusakan dalam interaksi sosial. Pasien seringkali meringis,
mengernyitkan dahi, menggigit bibir, gelisah, imobilisasi, mengalami
ketegangan otot, melakukan gerakan melindungi bagian tubuh sampai
dengan menghinndari percakapan, menghindari kontak sosial dan hanya
fokus pada aktivitas menghilangkan nyeri.
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan
2.3.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan proses keperawatan yang meliputi
usaha untuk mengetahui permasalahan klien yaitu pengumpulan data
tentang status kesehatan klien secara sistematis, akurat, menyeluruh,
singkat, dan berkesinambungan yang dilakukan perawat. Komponen dari
pengkajian keperawatan meliputi anamnesa, pemeriksaan kesehatan,
pengkajian, pemeriksaan diagnostik serta pengkajian penatalaksanaan
medis. Dalam pengkajian keperawatan memerlukan keahlian dalam
melakukan komunikasi, wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik
(Muttaqin, 2012 dalam Wibowo 2016 ).
2.3.1.1 Identitas Klien
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku,pekerjaan, status
perkawinan tanggal mrs, pengkajian, penanggung jawab, No. regester,
diagnosa masuk, alamat.
2.3.1.2 Keluhan Utama
Demam, gusi bengkak, rasa sakit saat mengunyah, demam, sakit gigi yang
menyebar ke telinga dan rahang, kemerahan dibagian wajah dan
pengbengkakan di bagian wajah.
2.3.1.4 Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Terutama adanya riwayat sakit gigi dan abses dibagian wajah
2.3.1.5 Riwayat Penyakit Keluargg
Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit abses gigi
2.3.1.6 Psikososial
Meliputi perasaan klien terhadap penyakitnya, bagaimana cara
mengatasinya serta bagaimana prilaku klien pada tindakan yang akan
dilakukan terhadap dirinya.
2.3.1.7 Pemeriksaan Fisik
2.3.1.7.1Keadaan umum

2.3.1.7.2Kesadaran

2.3.1.7.3Inspeksi
Meliputi pemeriksaan gusi dan gigi, apakah gusi merah dan warna gigi
berubah
2.3.1.7.4Palpasi
Tes sederhana ini dilakukan dengan ujung jari menggunakan
tekanan ringan untuk memeriksa konsistensi jaringan dan respon rasa
sakit. Meskipun sederhana,tetapi merupakan suatu tes yang penting.
Berdasarkan kasus diatas, apabila dilakukan tes perkusi hasilnya
positif, karena adanya benjolan atau gumboil.
2.3.1.7.5 Pemeriksaan Mata
1) Akomodasi
2) Gerakan bola mata
3) Luas lapang pandang
4) Konvergensi:
Didapatkan hasil : alis mata dan bulu mata keatas, tidak bisa melihat keatas.
Strabismus, nystaqmus, atropi optic.

2.3.2 Diagnosa Keperawatan


1) Hipotermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan kulit
terasa hangat, suhu tubuh diatas nilai normal SDKI (D.0130 : Hal. 284)
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai
dengan klien mengeluh nyeri. SDKI (D.0077 : Hal 172)
3) Defisit Nutrisi berhubungan dengan Ketidakmampuan dalam mengunyah
makanan SDKI (D.0019 : Hal 56)

2.3.3 Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan Intervensi Kriteria Hasil


Hiportermia Setelah 1. Memonitor suhu 1. Suhu tubuh klien
dilakukan tubuh
kembali normal
tindakan 2. Memonitor warna da
keperawatan suhu kulit 2. Untuk mengetahui
selama 1x7 jam 3. Melakukan
warna dan suhu tubuh
diharapkan klien pendinginan
akan eksternal klien
4. Ajarkan pasien dan
3. Membantu menurunkan
keluarga
panas tubuh klien

Defisit Setelah 1. Demonstrasikan cara 1. Mulut klien menjadi


dilakukan membersihkan mulut higienis
Nutrisi
tindakan 2. Demonstrasikan cara 2. Keluarga dapat
keperawatan mengatur posisi saat
memantau kondisi
selama 1x7 jam makan
diharapkan 3. Ajarkan pasien dan kekurangan nutrisi
pasien akan keluarga memantau
mempertahanka kondisi kekurangan
n jalan nutrisi nutrisi
Nyeri akut Setelah 1. Tentukan lokasi, 1. Mengidentifikasi faktor
dilakukan karakteristik, penyebab nyeri
tindakan durasi, frekuensi, 2. Mampu
keperawatan kualitas, intensitas mendeskripsikan
selama 1x7 nyeri. rencana untuk
Nyeri akut 2. Identifikasi skala perawatan di rumah
berkurang. nyeri 3. Mengidentifikasi skala
3. Memberikan nyeri.
tehknik pengalihan
rasa nyeri dengan
terapi music.
4. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
5. Kolaborasi medis
untuk pemberian
analgesik.
6. Memonitor efek
samping
penggunaan
analgesic.

2.3.4 Implementasi Keperawatan


Pelaksanaan adalah dari rencana tindakan yang spesifik untuk
membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan (nursalam, 2014).
Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan perwujudan dan
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada
tahap ini, perawat sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi perlu melibatkan
secara integrasi semua profesi kesehatan yang menjadi tim perawatan
(Setiadi, 2010).
2.3.5 Evaluasi Keperawatan
Tahap terakhir dari proses keperawatan adalah evaluasi. Tahap
penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan keluarga dengan tujuan yang telah
ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan
pasien dengan tenaga kesehatan lainnya.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Fredrick Immanuel


Nim : 2018.C.10a.0963
Ruang Praktek : Flamboyan
Tanggal Praktek : 2-Juni-2020
Tanggal & Jam Pengkajian : 3-Juni-2020 & 09:00 WIB

3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Klien
Nama : Ny. I
Umur : 35 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Agama : Kristen
Pekerjaan : Siswa
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jln. Kenangan
TGL MRS : 3 Juni 2020
Diagnosa Medis : Abses gigi

3.1.2 Riwayat Kesehatan


3.1.2.1 Keluhan Utama
Nyeri dibagian gusi dan gigi dan badan terasa panas.
3.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Ny. I dibawa suaminya ke RSUD dr Doris Sylvanus pada tanggal 03 Juni
2020. Mula –mula klien dari 7 hari yang lalu mengeluh badan terasa panas
dan sakit dibagian gusi dan gigi. Sakit dibagian gusi dan gigi kemudian
timbul pembengkakan dan nanah. Klien mengatakan ketika makan klien
merasakan nyeri di bagian gusi dan gigi. Klien pernah berobat ke
puskesmas terdekat.
3.1.2.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya
Klien mengatakan belum pernah mengalami keluhan yang sama
sebelumnya, tidak ada riwayat hipertensi dan diabetes.
3.1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Anggota keluarga tidak ada yang menderita penyakit seperti yang dialami
oleh klien.

Genogram Klien :

KETERANGAN:
= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
= Hubungan keluarga
= Menikah
= =Tinggal serumah
= Pasien

3.1.3 Pemeriksaan Fisik


3.1.3.1 Keadaan Umum
Klien tampak lemah, terpasang infus RL – 14 tts/m, posisi tidur terlentang
dengan kepala ditinggikan 30 º.
3.1.3.2 Status Mental
3.1.2.1.1 Tingkat Kesadaran : Compos metis
3.1.2.1.2 Ekspresi Wajah : Nampak gelisah.
3.1.2.1.3 Bentuk Badan :-
3.1.2.1.4 Cara Berbaring/Bergerak : Semi Fowler / Baik
3.1.2.1.5 Berbicara : Pasian dapat berkomunikasi denganperawat
3.1.2.1.6 Suasana Hati : Sedih
3.1.2.1.7 Penampilan : Tidak rapi
3.1.2.1.8 Fungsi Kognitif:
 Orientasi Waktu : Pasien dapat menyadari waktu siang,sore, dan
malam
 Orientasi Orang : Pasien dapat mengenali perawat dan keluarganya
 Orientasi Tempat : Pasien dapat mengetahui sedang di rawat di ruang
mana
3.1.2.1.9 Halusinasi : Tidak Ada
3.1.2.1.10 Proses Berpikir : Cricumstansial
3.1.2.1.11 Insight : Baik
3.1.2.1.12 Mekanisme Pertahanan Diri: Adaptif
Keluhan Lainnya : Tidak Ada Keluhan

3.1.4 Tanda-tanda Vital


3.1.4.1 Suhu/T : 39 oC Axilla
3.1.4.2 Nadi/HR : 100 x/menit
3.1.4.3 Pernapasan/RR : 20 x/menit
3.1.4.4 Tekanan Darah/BP : 110/60 mmHg
Keluhan lainnya : Klien mengatakan badan klien mengigil
Masalah Keperawatan : Hipotermia

3.1.5 Pernapasan (Breathing)


Bentuk dada klien teraba simetris, klien tidak memiliki kebiasaan merokok,
klien mengalami batuk sejak ± 1 bulan yang lalu, tidak terdapat, tidak
sianosis, type pernapasanan klien tampak menggunakan dada, irama
pernapasan teratur dan suara nafas klien vesikuler, ada ada suara nafas
tambahan Ronchi basah.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3.1.6 Cardiovaskuler (Bleeding)
Terdapat nyeri di bagian dada, cappilary refill ≤2 detik, pasien tidak
pucat, tidak ada peningkatan Vena Jugularis, Bunyi Jantung Lup-Dup,
irama Reguller.
Keluhan Lainnya: Tidak ada
Masalah Keperawatan: Tidak ada
3.1.7 Persyarafan (Brain)
3.1.7.1 Fungsi cerebral/kortikal
Tingkat Kesadaran Menurut GCS
E : 4  Klien dapat spontan membuka mata
M : 6  Klien dapat bergerak menurut perintah
V : 5  Klien dapat berbicara dengan baik, tidak ada
disorientasi tempat, waktu dan orang.
GCS : 15
Kesadaran compos menthis
- Oraientasi Terhadap Orang, Tempat dan Waktu
Klien merespon ketika dipanggil namanya, klien bisa menyebutkan
namanya. Klien mengetahui bahwa ia sedang dirawat di RS. Doris
Sylvanys di Ruang Flamboyan, klien mengetahui kapan dia dibawa ke
RS. Doris Sylvanus untuk berobat oleh keluarganya.
- Daya Ingat dan Memori
Klien dapat mengingat tadi pagi pukul 11.50 WIB klien dibawa ke UGD
untuk diperiksa.
Klien dapat mengingat sebelum dilakukan pemeriksaan fisik oleh perawat
klien dibantu keluarga berjalan ke WC untuk buang air kecil.
- Bicara
Klien dapat berbicara dengan baik dan berkomunikasi dengan perawat dan
keluarganya dengan bahasa Indonesia dan bahasa Dayak. Klien dapat
mengulang kata-kata yang diucapkan perawat dan mengerti apa yang
diucapkan perawat.

Keluhan lainnya : Klien mengatakan merasa nyeri di gusi dan gigi


Masalah Keperawatan: Nyeri akut
3.1.8Eliminasi Uri (Bladder)
Produksi urine 1500 ml 2-4x/hari warna urine kuning jernih, bau urine
amoniak. Eliminasi An. Itidak ada masalah atau lancar keluhan dan masalah
keperawatan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah.
Keluhan Lainnya: Tidak Ada Keluhan
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah

3.1.9 Eliminasi Alvi (Bowel)


Sistem pencernaan, bibir terlihat tampak kering, tidak ada lesi. Gigi
lengkap (atas, bawah, kanan dan kiri) tidak caries, gusi tidak ada
peradangan dan perdarahan, lidah berwana merah muda dan tidak ada
peradangan, tidak ada perdarahan pada mukosa, tidak ada peradangan pada
tonsil, tidak ada keluhan nyeri pada tenggorokan saat menelan. Palpasi
abdomen tidak teraba massa dan tidak ada nyeri tekan pada abdomen.
Tidak ada hemoroid pada rectum. Pasien BAB 1x sehari warna kuning dan
lunak konsistensinya.
Keluhan Lainnya : Tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah
3.1.10 Tulang – Otot – Integumen (Bone)
Pergerakan Ny. I secara bebas dan tidak terbatas dan ekstremitas bawah
normal pergerakanya ,tidak ada peradangan maupun deformitas pada tulang,
maupun patah tulang.

3.1.11 Pola Fungsi Kesehatan


3.1.11.1 Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit:
Pasien mengetahui keadaannya yang sedang tidak sehat dan klien
mengetahui tentang penyakitnya.
3.1.11.2 Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
3.1.11.3 Gizi :BB : 50 kg,TB : 160 cm,status gizi baik
3.1.11.4 Kemandirian dalam bergaul: Mandiri dan dapat bergaul
3.1.11.5 Motorik halus : Baik sesuai usia
3.1.11.6 Motorik kasar : Baik sesuai usia
3.1.11.7 Kognitif dan bahasa : Mampu berbicara
3.1.11.8 Psikososial : Baik

3.1.11.9 Nutrisida Metabolisme


TB : 150 cm
BB sekarang : 40Kg IMT : 17.7
BB sebelum sakit : 50 Kg IMT : 22.2
Diet:
 Biasa  Cair  Saring  Lunak
Diet Khusus:
 Rendah garam  Rendah kalori  TKTP
 Rendah lemak  Rendah purin  Lainnya: Tidak Ada
Mual
 Muntah
Kesukaran menelan  Ya  Tidak
Rasa haus
Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit
Frekuensi/hari 2x1 sehari 2-3x1 sehari
Porsi 1/2 porsi Rumah Sakit 1-2 porsi
Nafsu makan Menurun Baik
Jenis makanan Bubur, lauk, sup, sayur Nasi, sayur, lauk, sayur
dan buah
Jenis minuman Air putih, Susu Bebas
Jumlah minuman/cc/24 jam ± 1200cc ± 1800cc
Kebiasaan makan Dibantu perawat dan Mandiri, teratur
keluarga, teratur
Masalah Keperawatan: Defisit nutrisi

3.1.11.10 Pola istirahat dan tidur:


Sebelum sakit : 4 jam malam hari 1 jam siang hari
Sesudah sakit : 6 jam malam hari 1 jam siang hari

Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan


3.1.11.11 Kognitif:
Pasien dan keluarga sudah mengetahui penyakitnya setelah diberikan
penjelasan dari dokter dan tenaga medis lainnya.
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan
3.1.11.12 Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga
diri, peran):
- Gambaran Diri : Pasien merasa kurang percaya diri dengan kondisinya
- Ideal Diri : Pasien mengatakan ingin segera sembuh dan pulang
kerumah
- Identitas Diri : Pasien dapat mengenali diri sendiri
- Harga Diri : Pasien dapat disayangi oleh anggota keluarganya saat
sakit keluarga datang menjenguk
- Peran : Pasien mengatakan sebagai suami dan ayah kalau
dirumah bekerja untuk mencukupi kebutuhan istri dan anaknya

Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan


3.1.12 Sosial dan spiritual
Pasien dapat memahami apa yang disampaikan oleh perawat dan dapat
mengatakan keluhannya dengan baik
3.1.15.1 Bahasa sehari-hari :
Pasien berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia kepada perawat
danbahasa Dayak pada keluarganya
3.1.15.2 Hubungan dengan Keluarga :
Pasien sebagai kepala rumah tangga dengan 3 anak, setiap hari mencari
nafkah
3.1.15.3 Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain :
Pasien selalu terbuka terhadap perawat.
3.1.15.4 Orang berarti/terdekat :
Pasien mengatakan sangat mencintai keluarganya karena selalu
memberikan motivasi kepada pasien
3.1.15.5 Kebiasaan menggunakan waktu luang :
Pasien mengatakan setiap harinya sekolah
3.1.15.6 Kegiatan beribadah :
Pasien selau berdoa agar diberi kesembuhan

3.1.13 Data Penunjang


Pemeriksaan Lab. Tanggal 03 juni 2020
Jenis pemeriksaan Hasil Nilai Satuan
normal
HEMATOLOGI
FALL HEMOSTASIS
MASA
PROTROMBIN 14,3 12,8-15,9 Detik
Hasil 14,2 11,2-17,9 Detik
Contro PT 1,02 -
INR
APTT 33,9 21,0-53,0 Detik
Hasil 34,2 28,6-41,6 Detik
Kontrol APTT
KIMIA
KARBOHIDRAT 111 <180 mg/dl
Gula Darah Sewaktu
FUNGSI HATI 40 0-50 U/L
SGOT 32 0-50 U/L
SGPT
FUNGSI GINJAL 28 0-50 mg/dl
Ureum 0,6 0,0-1,3 mg/dl
Creatinin
ELEKTROLIT 136 135-147 mEq/L
Natrium (Na) 3,8 3,5-5,0 mEq/L
Kalium (K) 96 96-105 mEq/L
Chlorida (Cl)

3.1.14 Penatalaksaan medis


Nama obat Dosis
Ampicillin sulbactam 4x1,5 gr
Metronidazole 3x500 mg
Paracetamol 3x1000 mg
Ranitidin 2x50 mg
RL 500 ml/hari

Palangkaraya, 3 Mei 2020


Mahasiswa

Fredrick Immanuel
Tabel analisis data
No DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB

1 DS : Klien mengatakan badan Infeksi pada gigi Hipotermia


klien mengigil

DO : Inflamasi
- Gelisah 
- Tampak lesu
- Suhu tubuh diatas Suhu tubuh diatas normal
normal 
- Kulit merah
- Kulit terasa hangat Hipotermia

2 DS : Klien mengatakan bahwa Jaringan terinfeksi Nyeri Akut


klien merasakan nyeri di 
bagian belakang kepala. Pembengkakan di gusi
DO : - 
Sakit/Nyeri gusi dan gigi
- Pola nafas klien 
berubah
Nyeri akut
- Klien tampak meringis
- Klien gelisah

3 DS : Klien mengatakan sakit Desakan pada gusi Defisit Nutrisi


tenggorokan 
DO : Nyeri akut
- Nafsu makan klien 
berkurang Sukar mengunyah
- Sukar untuk menelan 
makanan Berat badan turun 10%
- Penurunan BB 10% 
Defisit Nutrisi
Prioritas Masalah
1. Hipotermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan kulit
terasa hangat, suhu tubuh diatas nilai normal.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai dengan
klien mengeluh nyeri. P : Timbul ketika mengunyah makanan,Q : Terasa
seperti berdenyut, R : Gusi, T : ±10 Menit.
3. Defisit Nutrisi berhubungan dengan Ketidakmampuan dalam mengunyah
makanan ditandai dengan penurunan berat badan. Penurunan berat badan
pasien turun 10% dari berat badan pasien ketika sehat.
Rencana Keperawatan
Nama Pasien : An. I
Ruang : Flamboyan
Diagnosa Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional
Keperawatan

Diagnosa 1 Tujuan : 1x7 jam setelah 1. Memonitor suhu tubuh 1. Memonitor suhu apakah suhu tubuh klien
diberikan intervensi 2. Memonitor warna dan suhu kulit kembali normal atau turun
Penurunan kapasitas 3. Melakukan pendinginan 2. Memonitor warna dan suhu kulit klien
eksternal
adaptif intrakranial apakah warna kulit klien kembali menjadi
4. Ajarkan pasien dan keluarga
kembali efektif dengan untuk melakukan pendinginan normal atau tidak
kreteria evaluasi: eksternal 3. Untuk menurunkan suhu tubuh

1. Suhu tubuh klien


kembali normal
2. Untuk mengetahui
warna dan suhu
tubuh klien
3. Membantu
menurunkan panas
tubuh klien

Diagnosa 2 Tujuan : 1x7 jam setelah 1. Tentukan lokasi, karakteristik, 1. Menentukan lokasi, karakteristik, durasi,
diberikan intervensi Nyeri durasi, frekuensi, kualitas, frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri dapat
akut berkurang dengan intensitas nyeri. menjadi penilaian untuk mengetahui
Nyeri yang seberapa kuat rasa nyeri yang di alami
kreteria evaluasi : 2. Identifikasi skala nyeri
berhubungan dengan 2. Identifikasi skala nyeri dapat membantu
3. Memberikan tehknik
tekanan tumor pada 1. Nyeri berkurang. Skala menilai efektivitas perawatan yang akan di
pengalihan rasa nyeri dengan lakukan
jaringan penunjang nyeri 0-2 terapi music. 3. Obat analgesic dapat mengurangi rasa nyeri
ditandai dengan 2. Ekspresi klian membaik
4. Kontrol lingkungan yang 4. Lingkungan yang tidak kondusif dapat
nyeri dibagian dada tak tampak meringis
memperberat rasa nyeri menambah parah rasa nyeri.
lagi
5. Mengajarkan tehnik pengalihan 5. Untuk mengurangkan nyeri
3. Membuat pasien rilex
nyeri.
Diagnosa 3 Dalam waktu 1 x 7 jam 1. Kaji adanya alergi makanan 1. Mengkaji adanya alergi pada klien dapat
setelah diberikan mengetahui apakah klien memiliki alergi
Defisit Nutrisi intervensi Defisit nutrisi 2. Identifikasi makanan yang di
atau tidak
berhubungan dengan dengan kreteria evaluasi: sukai klien 2. Memberikan makanan yang disukai dapat
sakit tenggorokan 1. Tidak terjadi membantu menambah nafsu makan klien
3. Kolaborasi dengan ahli gizi
ditandai dengan penurunan berat badan 3. Kolaborasi gizi dapat membantu mengetahui
yang berarti untuk menentukan jumlah seberapa jumlah nutrisi yang diperlukan
Ketidakmampuan
2. Adanya peningkatan klien
dalam menelan kalori dan nutrisi yang
berat badan sesuai 4. Monitor tugor kulit bertujuan apakah cairan
makanan dibutuhkan pasien dalam tubuh tercukupi atau tidak
dengan tujuan
3. Berat badan ideal 5. Banyak minum dapat membantu mestabilkan
4. Monitor turgor kulit
sesuai dengan tinggi suhu dan metabolism dalam tubuh
badan 5. Anjurkan banyak minum
4. Tidak ada tanda tanda
malnutrisi
Implementasi dan Evaluasi
Nama Pasien : An. I
Ruang : Flamboyan
Hari/Tanggal, Implementasi Evaluasi Tanda Tangan dan
Jam Nama Perawat

1. 20 Mei 1. Memonitor suhu tubuh S: Fredrick Immanuel


2020, 2. Memonitor warna dan suhu kulit
10:00 3. Melakukan pendinginan eksternal 1. Klien mengatakan klien
4. Ajarkan pasien dan keluarga untuk merasakan dingin di bagian
WIB.
melakukan pendinginan eksternal kaki

O:

1. Klien nampak masih lesu dan


lemas
2. Suhu TTV : TD 110/60 mmHg,
RR 20 x/mnt, N 100 x/mnt, T
37,5 C
3. Warna kulit merah
A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

2. 20 Mei 1. Kaji adanya alergi makanan S: Fredrick Immanuel


2020, 2. Identifikasi makanan yang di sukai klien 1. Klien mengatakan sudah mulai
10:50 3. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk kembali nafsu makan
WIB. menentukan jumlah kalori dan nutrisi O:
yang dibutuhkan pasien
1. Klien nampak lebih segar dan
4. Monitor turgor kulit baik
5. Monitor mual dan muntah 2. Turgor kulit cukup
6. Anjurkan banyak minum 3. TTV : TD 110/60 mmHg, RR
7. Lakukan oral hygiene 20 x/mnt, N 100 x/mnt, T 37,5
C
4. Klien tampak lebih tenang/rileks
A: Masalah defisit nutrisi teratasi
sebagian
P: Lanjutkan intervensi
1. Lakukan oral hygiene dan
berikan makanan yang sudah di
resepkan ahli gizi.
20 Mei 2020, 1. Mengobservasi lokasi, karakteristik, S : Klien mengatakan nyeri yang ia Fredrick Immanuel
12:30 WIB. durasi, frekuensi, kualitas, intensitas rasakan berkurang
nyeri.
2. Mengidentifikasi skala nyeri O:
3. Memberikan tehknik pengalihan rasa
nyeri dengan terapi music. 1. Skala nyeri klien=2
4. Kontrol lingkungan yang memperberat 2. Nadi : 61x/mnt
rasa nyeri 3. Klien tampak lebih baik dan
tidak meringis

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi

1. Kontrol lingkungan yang


memperberat rasa nyeri
BAB 4

Penutup

4.1 Kesimpulan
Jadi kesimpulannya pada pengkajian yang telah dilakukan penulis
pada tanggal 20 Mei 2020 diperoleh dari hasil pengkajian Ny. I didapatkan
data objektif klien terpasang Infus NaCl, respirasi 20x/menit, irama nafas
ireguler, pernafasan dada . Diagnosa utama pada klien Ny. I yaitu
Hipotermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan kulit
terasa hangat dan peningkatan suhu tubuh diatas nilai normal didukung
dengan data subjektif pada Ny. I adalah terlihat gelisah lemah letih, infus
NaCl, bentuk dada simetris, irama nafas ireguler. Intervensi keperawatan
yang diberikan pada klien sudah sesuai dengan standar diagnosa
keperawatan indonesia. Implementasi keperawatan yang dilakukan adalah
dengan memberikan asuhan keperawatan dan Identifikasi penyebab
peningkatan TIK.

4.2 Saran
Penulis mengharapkan agar materi laporan ini dapat bermanfaat
bagi pembaca agar dapat menambah wawasan tentang keilmuan
keperawatan penyakit Hidrosefalus dengan kebutuhan dasar rasa aman dan
nyaman, dan semoga keilmuan keperawatan terus dapat berkembang
dalam bidang ilmu pengetahuan.

Daftar Pustaka

- Buttaro TM, Trybulski J, Bailey PP, and Cook JS. 2013. Primary Care: A
Collaborative Practice. USA: Elseiver Mosby. pp.385-386.
- Baumann MA and Beer R, 2010. Endodontology. USA: Thieme.
- Ghosh PK, 2006. Synopsis of Oral and Maxillofacial Surgery. New Delhi:
Jaypee. pp.112-116.
- Cawson RA ; Odell EW. Cawson’s Essentials of Oral Pathology & Medicine
8th Edition.
- Gilangrasuna. Juni 2010. Mari Belajar!, Penjalaran Infeksi Odontogen.
Patogenesa, Pola Penyebaran, dan Prinsip Terapi Abses Rongga Mulut.
Available at http//www. Abses periapikal. Com

Anda mungkin juga menyukai