Di Susun Oleh:
Mengetahui:
Ketua Program Studi S1 Keperawatan,
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkah rahmat dan hidayahNya jugalah penyusunan laporan ini dapat
terselesaikan dalam bentuk yang sederhana.
Walaupun dalam penyusunan laporan ini memenuhi banyak kendala yang
dihadapi namun berkat dukungan dan motivasi dari semua pihak sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan ini.
Didalam menyelesaikan laporan ini masih banyak hambatan dan kendala
yang dihadapi, namun berkat dukungan dan kerja sama yang baik dari semua
pihak hingga penulis dapat menyelsaikan laporan ini tepat pada waktunya. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
terlibat.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan............................................................................
4.2 Saran......................................................................................
Daftar Pustaka.........................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Abses gigi merupakan peradangan pada gigi dan struktur pendukungnya
yang disebabkan oleh infeksi mikroba dan terjadi dalam proses yang akut.
Proses peradangan ini akan menghasilkan akumulasi pus pada area sekitar gigi
yang umum disebut dengan abses. Abses dapat terjadi akibat infeksi
endodontal, disebut dengan abses endodontal, atau akibat infeksi periodontal
yang dapat menyebabkan terjadinya abses periodontal, perikoronal, atau
gingiva. (Doemain 2011)
Abses gigi adalah abses yang terjadi pada pulpa dan peripekal
sehinggamenyebabkan adanya penumpukan nanah yang kemudian menyebar
dari gigi yang sakit ke jaringan yang berada didekat gigi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, rumusan masalah dari
laporan ini adalah:Bagaimana asuhan keperawatan yang komprehensif pada
pasien dengan gangguan penyakit Abses Gigi dan Kebutuhan Dasar Aman dan
Nyaman?
2.1.2 Etiologi
Kebanyakan abses gigi terjadi sebagai komplikasi infeksi bakteri di gigi
dan mulut. Bakteri yang biasanya tinggal dalam plak akan menginfeksi
dan mencari jalur untuk menyerang gigi.
Maka dari itu, terjadilah pembengkakan dan peradangan di ujung akar.
Berikut beberapa jenis penyebab terjadinya abses gigi:
2.1.2.1 Abses Periapikal
Bakteri masuk ke gigi melalui lubang-lubang kecil yang disebabkan
oleh karies. Karies terbentuk pada enamel gigi (lapisan luar gigi yang
keras). Karies akhirnya memecah jaringan di bawah enamel gigi, yang
disebut dentin. Bila hal ini terus terjadi, akhirnya lubang tersebut akan
sampai ke bagian gigi yang lunak bernama pulp. Infeksi pulp disebut
dengan pulpitis. Seiring pulpitis makin parah, bakteri akan menembus
tulang yang menyangga gigi (tulang alveolar). Alhasil, terbentuklah abses
periapikal.
2.1.2.2 Abses Gusi
Bakteri yang hidup di plak bisa menginfeksi gusi sehingga menyebabkan
penyakit periodontitis. Kondisi ini menyebabkan gusi meradang, sehingga
ligamen gusi (jaringan yang mengelilingi akar gigi) akan terlepas dari
pangkal gigi. Lepasnya ligamen gusi akan menciptakan lubang kecil yang
mudah kotor dan sulit dibersihkan. Semakin banyak bakteri yang tinggal
di lubang tersebut, abses gusi pun akan terjadi. Selain kondisi mulut yang
kotor, abses gusi juga bisa disebabkan karena efek samping dari operasi
atau prosedur medis lainnya pada gigi dan mulut. Bahkan dalam beberapa
kasus, kerusakan gusi bisa berujung jadi abses gusi meskipun tidak
mengalami periodontitis.
2.1.3 Klasifikasi
2.1.3.1 Abses Periapikal
Periapikal abses terjadi pada daerah apex gigi di sekitar akar gigi.
Penanganan dari periapikal abses adalah dengan mendrainase pus melalui
insisi pada jaringan gusi di daerah akar gigi atau melalui pelubangan gigi
(terapi saluran akar). Insisi gusi dilakukan di daerah akar gigi sampai
tempat pus. Sebelum melakukan insisi diperlukan foto rontgen untuk
menentukan apakah pus pada periapikal abses belaum menembus tulang
atau telah menembus tulang dan mengumpul pada subgingiva. Jika pus
telah menembus tulang dan mengumpul pada subgingiva maka insisi
dilakukan pada gusi saja. Jika belum menembus tulang maka selain insisi
gusi juga dilakukan pelubangan pada tulang rahang menuju tempat akar
gigi dimana pus berada. Terapi saluran akar juga sebaiknya dilakukan
karena pada umumnya perapikal abses berasal dari daerah pulpa gigi.
2.1.3.2 Abses Periodontal
Prinsip terapi pada periodontal abses yaitu menstabilkan drainase
inflamasi. Drainase pada periodontal abses lebih mudah dikeluarkan, dapat
menggunakan sonde tumpul. Sonde tumpul dimasukkan perlahan pada
ruang periodontal gigi sampai ke tempat abses. Pada saat memasukkan
sonde tumpul dibutuhkan anestesi untuk menghlangkan rasa sakit selama
menjalani prosedur tersebut. Tindakan bedah dapat dilakukan dengan
menginsisi gusi pada daerah periodontal untuk mempermudah drainase.
Tindakan bedah ini harus dilakukan hati-hati dan menghindari kerusakan
dari jaringan periodontal yang lain. Hal ini harus diperhatikan karena
jaringan periodontal berfungsi sebagai penahan agar gigi tetap tertanam
pada tulang rahang. Jadi diusahakan insisi pada daerah periodontal tidak
dilakukan secara sembarangan.
2.1.4 Patofisiologi
Abses adalah reaksi perlindungan oleh jaringan untuk mencegah
perluasan atau penyebaran infeksi ke bagian lain tubuh. sel-sel lokal
dibunuh oleh organisme atau benda asing yang pada akhirnya
menyebabkan pelepasan sitokin. Sitokin memicu sebuah respon inflamasi,
yang menarik sejumlah besar sel-sel darah putih (leukosit) ke area tersebut
dan meningkatkan aliran darah setempat. Abses mempunyai struktur akhir
berupa terbentuknya dinding abses atau kapsul oleh sel-sel sehat
disekelilingnya abses agar mencegah pus menginfeksi struktur lain
disekitar. Namun, seringkali proses enkapsulasi tersebut justru cenderung
menghalangi sel-sel imun untuk menjangkau penyebab peradangan (agen
infeksi atau benda asing) dan melawan bakteri-bakteri yang terdapat dalam
pus (Bolognia, 2014).
Abses merupakan suatu penimbunan nanah, biasanya disebabkan
suatu infeksi bakteri. Jika bakteri memasuki ke dalam jaringan yang sehat,
maka akan terjadi infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan
rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih
yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, lalu bergerak
ke dalam rongga tersebut. Setelah menelan bakteri, sel darah putih akan
mati. Sel darah putih yang mati inilah yang membentuk nanah sebagai
pengisi rongga tersebut. Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan di
sekitarnya akan terdorong. Jaringan pada akhirnya tumbuh di sekeliling
abses dan menjadi dinding pembatas abses. Hal ini merupakan mekanisme
tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut. Apabila suatu
abses pecah di dalam maka infeksi bisa menyebar di dalam tubuh maupun
dibawah permukaan kulit, tergantung kepada lokasi abses.
Abses merupakan rongga patologis yang berisi pus yang
disebabkan oleh infeksi bakteri campuran. Bakteri yang berperan dalam
proses pembentukan abses ini yaitu Staphylococcus aureus dan
Streptococcus mutans. Staphylococcus aureus dalam proses ini memiliki
enzim aktif yang disebut koagulase yang fungsinya untuk mendeposisi
fibrin. Sedangkan Streptococcus mutans memiliki 3 enzim utama yang
berperan dalam penyebaran infeksi gigi, yaitu streptokinase,
streptodornase, dan hyaluronidase. Hyaluronidase adalah enzim yang
bersifat merusak jembatan antar sel, yang pada fase aktifnya nanti, enzim
ini berperan layaknya parang yang digunakan petani untuk merambah
hutan
WOC
Pembengkakan
Pembedahan
Tumor, Pecah
Trismus
Kalor,
Drainase abses
Rubor,
Dolor, Resiko Intake nutrisi
fungsiolaesa Penyebaran menurun Luka Insisi
infeksi
Kurang Pengetahuan
tentang penyakit
MK: Gangguan MK : Nyeri
Integritas Kulit (Post Op)
MK : Cemas
2.1.5 Manifestasi Klinis
- Onset cepat, gusi mengalami pembengkakan, berwarna kemerahan serta
terjadi perlunakan
- nyeri yang berlanjut pada saat mengunyah dan pada tindakan perkusi
- tidak ada gambaran radiografi yang spesifik, meskipun umumnya
berhubungan dengan periodontal pocket yang dalam
- pus dari lesi biasanya akan mengering sepanjang permukaan akar ke
muara periodontal pocket; di dalam pocket pus dapat meluas melalui
tulang alveolar untuk bermuara ke sinus yang terbuka pada ginggiva yang
berdekatan
- akibat drainase pus yang intermiten, infeksi cenderung terlokalisir,
pembengkakan ekstraoral bukan hal yang lazim
- abses yang tidak diterapi akan mengarah ke destruksi yang lebih berat
dari jaringan periodontal dan tanggalnya gigi.
2.1.6 Komplikasi
Abses gigi adalah pembengkakan gigi karena adanya nanah yang
terkumpul akibat infeksi bakteri. Abses gigi bisa menjadi sangat
menyakitkan, bahkan rasa sakitnya bisa menyebar ke telinga dan leher.
Berikut ini beberapa komplikasi dari abses gigi :
- Sepsis
- Oral fistula
- Osteomielitis
- Ludwig angina
- Infeksi sinus
Nyeri
Nosiseptor
Nyeri kronik/akut
2.3.1.7.2Kesadaran
2.3.1.7.3Inspeksi
Meliputi pemeriksaan gusi dan gigi, apakah gusi merah dan warna gigi
berubah
2.3.1.7.4Palpasi
Tes sederhana ini dilakukan dengan ujung jari menggunakan
tekanan ringan untuk memeriksa konsistensi jaringan dan respon rasa
sakit. Meskipun sederhana,tetapi merupakan suatu tes yang penting.
Berdasarkan kasus diatas, apabila dilakukan tes perkusi hasilnya
positif, karena adanya benjolan atau gumboil.
2.3.1.7.5 Pemeriksaan Mata
1) Akomodasi
2) Gerakan bola mata
3) Luas lapang pandang
4) Konvergensi:
Didapatkan hasil : alis mata dan bulu mata keatas, tidak bisa melihat keatas.
Strabismus, nystaqmus, atropi optic.
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Klien
Nama : Ny. I
Umur : 35 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Agama : Kristen
Pekerjaan : Siswa
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jln. Kenangan
TGL MRS : 3 Juni 2020
Diagnosa Medis : Abses gigi
Genogram Klien :
KETERANGAN:
= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
= Hubungan keluarga
= Menikah
= =Tinggal serumah
= Pasien
Fredrick Immanuel
Tabel analisis data
No DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
Diagnosa 1 Tujuan : 1x7 jam setelah 1. Memonitor suhu tubuh 1. Memonitor suhu apakah suhu tubuh klien
diberikan intervensi 2. Memonitor warna dan suhu kulit kembali normal atau turun
Penurunan kapasitas 3. Melakukan pendinginan 2. Memonitor warna dan suhu kulit klien
eksternal
adaptif intrakranial apakah warna kulit klien kembali menjadi
4. Ajarkan pasien dan keluarga
kembali efektif dengan untuk melakukan pendinginan normal atau tidak
kreteria evaluasi: eksternal 3. Untuk menurunkan suhu tubuh
Diagnosa 2 Tujuan : 1x7 jam setelah 1. Tentukan lokasi, karakteristik, 1. Menentukan lokasi, karakteristik, durasi,
diberikan intervensi Nyeri durasi, frekuensi, kualitas, frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri dapat
akut berkurang dengan intensitas nyeri. menjadi penilaian untuk mengetahui
Nyeri yang seberapa kuat rasa nyeri yang di alami
kreteria evaluasi : 2. Identifikasi skala nyeri
berhubungan dengan 2. Identifikasi skala nyeri dapat membantu
3. Memberikan tehknik
tekanan tumor pada 1. Nyeri berkurang. Skala menilai efektivitas perawatan yang akan di
pengalihan rasa nyeri dengan lakukan
jaringan penunjang nyeri 0-2 terapi music. 3. Obat analgesic dapat mengurangi rasa nyeri
ditandai dengan 2. Ekspresi klian membaik
4. Kontrol lingkungan yang 4. Lingkungan yang tidak kondusif dapat
nyeri dibagian dada tak tampak meringis
memperberat rasa nyeri menambah parah rasa nyeri.
lagi
5. Mengajarkan tehnik pengalihan 5. Untuk mengurangkan nyeri
3. Membuat pasien rilex
nyeri.
Diagnosa 3 Dalam waktu 1 x 7 jam 1. Kaji adanya alergi makanan 1. Mengkaji adanya alergi pada klien dapat
setelah diberikan mengetahui apakah klien memiliki alergi
Defisit Nutrisi intervensi Defisit nutrisi 2. Identifikasi makanan yang di
atau tidak
berhubungan dengan dengan kreteria evaluasi: sukai klien 2. Memberikan makanan yang disukai dapat
sakit tenggorokan 1. Tidak terjadi membantu menambah nafsu makan klien
3. Kolaborasi dengan ahli gizi
ditandai dengan penurunan berat badan 3. Kolaborasi gizi dapat membantu mengetahui
yang berarti untuk menentukan jumlah seberapa jumlah nutrisi yang diperlukan
Ketidakmampuan
2. Adanya peningkatan klien
dalam menelan kalori dan nutrisi yang
berat badan sesuai 4. Monitor tugor kulit bertujuan apakah cairan
makanan dibutuhkan pasien dalam tubuh tercukupi atau tidak
dengan tujuan
3. Berat badan ideal 5. Banyak minum dapat membantu mestabilkan
4. Monitor turgor kulit
sesuai dengan tinggi suhu dan metabolism dalam tubuh
badan 5. Anjurkan banyak minum
4. Tidak ada tanda tanda
malnutrisi
Implementasi dan Evaluasi
Nama Pasien : An. I
Ruang : Flamboyan
Hari/Tanggal, Implementasi Evaluasi Tanda Tangan dan
Jam Nama Perawat
O:
P : Intervensi dilanjutkan
P : Lanjutkan intervensi
Penutup
4.1 Kesimpulan
Jadi kesimpulannya pada pengkajian yang telah dilakukan penulis
pada tanggal 20 Mei 2020 diperoleh dari hasil pengkajian Ny. I didapatkan
data objektif klien terpasang Infus NaCl, respirasi 20x/menit, irama nafas
ireguler, pernafasan dada . Diagnosa utama pada klien Ny. I yaitu
Hipotermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan kulit
terasa hangat dan peningkatan suhu tubuh diatas nilai normal didukung
dengan data subjektif pada Ny. I adalah terlihat gelisah lemah letih, infus
NaCl, bentuk dada simetris, irama nafas ireguler. Intervensi keperawatan
yang diberikan pada klien sudah sesuai dengan standar diagnosa
keperawatan indonesia. Implementasi keperawatan yang dilakukan adalah
dengan memberikan asuhan keperawatan dan Identifikasi penyebab
peningkatan TIK.
4.2 Saran
Penulis mengharapkan agar materi laporan ini dapat bermanfaat
bagi pembaca agar dapat menambah wawasan tentang keilmuan
keperawatan penyakit Hidrosefalus dengan kebutuhan dasar rasa aman dan
nyaman, dan semoga keilmuan keperawatan terus dapat berkembang
dalam bidang ilmu pengetahuan.
Daftar Pustaka
- Buttaro TM, Trybulski J, Bailey PP, and Cook JS. 2013. Primary Care: A
Collaborative Practice. USA: Elseiver Mosby. pp.385-386.
- Baumann MA and Beer R, 2010. Endodontology. USA: Thieme.
- Ghosh PK, 2006. Synopsis of Oral and Maxillofacial Surgery. New Delhi:
Jaypee. pp.112-116.
- Cawson RA ; Odell EW. Cawson’s Essentials of Oral Pathology & Medicine
8th Edition.
- Gilangrasuna. Juni 2010. Mari Belajar!, Penjalaran Infeksi Odontogen.
Patogenesa, Pola Penyebaran, dan Prinsip Terapi Abses Rongga Mulut.
Available at http//www. Abses periapikal. Com