Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN ABSES GLUTEUS

O
L
E
H

EUFRASIA GANUR
NPM: 20203012
1.Pengertian
Abses adalah penimbunan nanah yang terjadi akibat infeksi bakteri.
Abses dapat terjadi di mana saja pada bagian tubuh kita. Abses dapat terlihat
karena berada di bagian luar tubuh (pada lapisan kulit) atau terjadi pada organ
dalam tubuh, yang tidak terlihat. Abses (Latin: abscessus) merupakan
kumpulan nanah (netrofil yang telah mati) yang terakumulasi di sebuah
kavitas jaringan karena adanya proses infeksi (biasanya oleh bakteri atau
parasit) atau karena adanya benda asing (misalnya serpihan, luka peluru, atau
jarum suntik).ini abses yang berupa nanah tersebut terdiri atas sel darah putih
dan jaringan yang nekrotik dan menair. Abses biasanya disebabkan oleh
kuman potogen misalnya bisul. Abses gluteus merupkan abses yang terdapat
pada area gluteus.

II. Etiologi
Penyebab Abses antara lain:
1. Infeksi microbial
Ialah satu penyebab yang paling sering ditemukan pada proses radang
ialah infeksi mikrobial. Virus menyebabkan kematian sel dengan ara
multiplikasi intraseluler. Bakteri melepaskan eksotoksin yang spesifik
yaitu suatu sintesis kimiawi yang secara spesifik mengawali proses radang
atau melepaskan endotoksin yang ada hubungannya dengan dinding sel.

2. Reaksi hipersentivitas
Reaksi hipersentivitas terjadi bila perubahan kondisi respons imunologi
mengakibatkan tidak sesuainya atau berlebihannya reaksi imun yang akan
merusak jaringan.

3. Agen fisik
Kerusakan jaringan yang terjadi pada proses radang dapat melalui trauma
fisik, ultraviolet atau radiasi ion, terbakar atau dingin yang berlebih
(frosbite.

4. Bahan kimia iritan dan korosif


Bahan kimiawi yang menyebabkan korosif (bahan oksidan, asam, basa)
akan merusak jaringan yang kemudian akan mem provokasi terjadinya
proses radang. disamping itu, agen penyebab infeksi dapat melepaskan
bahan kimia&i spesifik yang mengiritasi dan langsung mengakibatkan
radang.

5.Nekrosis jaringan

Aliran darah yang tidak mencukupi akan menyebabkan berkurangnya


pasokan oksigen dan makanan pada daerah bersangkutan, yang akan
mengakibatkan terjadinya kematian jaringan, kematian jaringan sendiri
merupakan stimulus yang kuat untuk terjadinya infeksi. Pada tepi daerah
infark sering memperlihatkan suatu respons, radang akut.

III. Manifestasi Klinik


Tanda dan gejala yang muncul pada abses antara lain
a. Nyeri tekan
b. Nyeri lokal
c. Bengkak
d. Kenaikan suhu
e. Leukositosis
f. Rubor ( kemerahan ).
g. Kolor (panas) menggigil atau demam ( lebih dari 1,12 3 ).
h. Dolor ( nyeri ).
i. Rumor ( bengkak ) terdapat pus ( rabas ) bau membusuk.
j. Fungtio laesa.

IV. Patofisiologi

Terjadinya abses dikarenakan masuknya bakteri melalui luka atau infeksi


di bagian tubuh lain maupun bakteri dalam tubuh yang tidak menimbulkan
gangguan, lama kelamaan bagian yang terkena terjadi infeksi. Infeksi ini
menyebabkan sebagian sel mati dan hanur sehingga bagian tersebut
berongga berisi bakteri, sedangkan sebagian sel darah putih melakukan
perla&anan dan akhirnya mati, karena jumlah sel tersebut sedikit. sel tersebut
menjadi pus dan akhirnya terdorong seperti benjolan yang disebut abses lalu
terjadi peradangan yang menimbulkan nyeri, membuat tidak nafsu makan.
Peradangan tersebut akhirnya pecah terjadi perdarahan sehingga
menimbulkan kecemasan.

V. Pathway

Faktor Predisposisi

Bakteri mengadakan multipikasi dan merusak jaringan yang ditempati tubuh bereaksi untuk
perlindungan terhadap penyebaran infeksi.

Peradangan

Nyeri akut Terbentuk Abses

Dilepasnya Zat

Pirogen leukosit pada jaringan

Panas

Hipertermi
VI. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang dari abses antara lain:
a. Kultur 5 mengidentifikasi organisme penyebab abses sensitivitas
menentukan obat yang paling efektif.
b. Sel darah putih, hematokrit mungkin meningkat, Leukopenia,
Leukositosis(15.000-30.000) mengindikasikan produksi sel darah putih
tak matur dalam jumlah besar.

c. Elektrolit serum, berbagai ketidakseimbangan mungkin terjadi dan


menyebabkan asidosis, perpindahan cairan dan perubahan fungsi ginjal
d. Pemeriksaan pembekuan : /rombositopenia dapat terjadi karena agregasi
trombosit, PT/PTT mungkin memanjang menunjukan koagulopati yang
diasosiasikan dengan iskemia hati /sirkulasi toksin/status syok.
e. Laktat serum : meningkat dalam asidosis metabolik, disfungsi hati, syok.
f. ;lukosa serum, hiperglikemi menunjukkan glukogenesis dan glikogenesis
di dalam hati sebagai respon dari puasa/perubahan seluler dalam
metabolism.
g.BUN kreatinin :Peningkatan kadar diasosiasikan dengan
dehidrasi,ketidakseimbangan/kegagalan ginjal dan disfungsi/kegagalan
hati.
h. GDA : Alkalosis respiratori hipoksemia,tahap lanjut hipoksemia asidosis
respiratorik dan metabolik terjadi karena kegagalan mekanisme
kompensasi.
i. Urinalisis : Adanya sel darah putih/bakteri penyebab infeksi sering muncul
protein dan sel darah merah.
j. Sinar X: Film abdominal dan dada bagian bawah yang mengindikasikan
udara bebas di dalam abdomen/organ pelvis.
k. EKG : Dapat menunjukan perubahan segmen STdan gelombang ,dan
disritmia yang menyerupai infak miokard.

VII. Penatalaksanaan
a. Abses luka biasanya tidak membutuhkan penanganan menggunakan
antibiotik. 0amun demikian, kondisi tersebut butuh ditangani dengan
intervensi bedah, debridemen, dan kuretase. hal yang sangat penting
untuk diperhatikan bahwa penanganan hanya dengan menggunakan
antibiotik tanpa drainase pembedahan jarang merupakan tindakan yang
efektif. hal tersebut terjadi karena antibiotik sering tidak mampu masuk
ke dalam abses, selain bah&a antibiotik tersebut seringkali tidak dapat
bekerja dalam PH yang rendah.
b. suatu abses harus diamati dengan teliti untuk mengidentifikasi penyebabnya, utamanya
apabila disebabkan oleh benda asing, karena
benda asing tersebut harus diambil. Apabila tidak disebabkan oleh benda asing, biasanya
hanya perlu dipotong dan diambil absesnya, bersamaan
dengan pemberian obat analgesik dan mungkin juga antibiotik.

c. Drainase abses dengan menggunakan pembedahan biasanya


diindikasikan apabila abses telah berkembang dari peradangan serosa
yang keras menjadi tahap nanah yang lebih lunak.

d. Apabila menimbulkan risiko tinggi, misalnya pada area8area yang kritis,


tindakan pembedahan dapat ditunda atau dikerjakan sebagai tindakan
terakhir yang perlu dilakukan.

e. Karena sering kali abses disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus,


antibiotik antistafilokokus seperti fluclocacillin atau diclocacillin sering
digunakan. dengan adanya kemunculan staphylococcus aureus resisten Methicillin (MRSA)
yang didapat melalui komunitas, antibiotik biasa
tersebut menjadi tidak efektif. Untuk menangani MRSA yang didapat
melalui komunitas, digunakan antibiotik lain: Clindamycin,
trimethoprim-sulfamethoxacole, dan doxycycline.

VIII. Asuhan Keperawtan

a. Data Fokus Pengkajian


 Aktifitas / istirahat
gejala : malaise

 Sistem kardiovaskuler
Tanda : Tekanan darah normal/sedikit dibawah jangkauan normal
(selama curah jantung tetap meningkat). denyut perifer kuat, cepat
(perifer hiperdinamik)5 lemah/lembut/mudah hilang, takikardi ekstrem (syok). cuara
jantung : disritmia dan perkembangan S3dapat mengakibatkan disfungsi miokard, efek
dariasidosis/ketidakseimbangan elektrolit. Kulit hangat, kering,
berbahaya (vasodilatasi), pucat, lembab, burik (vasokonstriksi).

 Sistem pencernaan
Gejala : Anoreksia, mual, muntah./anda : Penurunan berat badan, penurunan lemak
subkutan/masaotot (malnutrisi). Penurunan haluaran, konsentrasi urine;
perkembangan ke arah oliguria, anuria.

 Neurosensori

gejala : sakit kepala, pusing, pingsan.

Tanda : ;elisah, ketakutan, kacau mental, disorientasi,


Delirium/koma.

 Pernafasan
Tanda :T akipnea dengan penurunan kedalaman pemafasan,
penggunaan kortikosteroid, infeksi baru, penyakit viral.

 Sistem reproduksi
Gejala : Perineal pruritus, baru saja menjalani kelahiran/aborsi
Tanda : Maserasi vulva, pengeringan vaginal purulen.

 Penyuluhan /pembelajaran.
Gejala : Masalah kesehatan kronis/melemahkan misal: DM,
kanker, hati, jantung, ginjal, kecanduan alkohol. riwayat
splenektomi. Baru saja menjalani operasi prosedur invasive, luka
traumatik.
 Penyuluhan / pembelajaran
 Hasil pemeriksaan leukosit menunjukan peningkatan jumlah sel darah
putih.
 Untuk menentukan ukuran dan lokasi abses dilakukan pemeriksaan
rontgen, USG,CT SCAN atau MRI

Analisa Data & Masalah Keperawatan

Tanda Etiologi Masalah Keperawatan


DS : klien mengeluh Faktor predisposis Nyeri akut/kronis
Nyeri. Abses
DO: luka terbuka / proses peradangan
tertutup, nyeri tekan Agen injuri biologis
Nyeri
DO : peningkatan sel faktor predisposis Resiko infeksi
darah putih, terdapat Abses
luka, suhu diatas Proses peradangan
normal (37,5) Pus
terdapat Pus. benjolan
Resiko infeksi

DO: luka Faktor predisposis


Terbuka/tertutup, Abses kerusakan integritas
benjolan, Peradangan jaringan
Operasi
Kerusakan integritas
jaringan

Diagnosa Keperawatan
1.Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi.
2.Resiko infeksi berhubungan dengan ketidak adekuatatan
pertahanan sekunder.
3.Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan trauma
jaringan.
NO Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan Keperawatan
1. Nyeri berhubungan Setelah dilakukan -Kaji tingkat nyeri -Untuk
dengan agen injuri tindakan -klien mampu mengetahui
biologi. keperawatan mengontrol seberapa berat
selama rasanyeri melalui rasa
3x24masalah aktivitas. nyeri yang
nyeri teratasi - dirasakan dan
dengan Mendemontrasika mengetahui
kriteria hasil: n pemberian terapi
-klien mampu tehnik relaksasi sesuai indikasi.
mengontrol rasa danpengalihan rasa -Untuk
nyeri nyeri melalui mengurangi
melalui aktivitas aktivitas yang rasa nyeri dan
- mungkin. memberikan
Mendemontrasika -Kolaborasi dalam kenyamanan.
n pemberian terapi -Untuk
tehnik relaksasi analgetik sesuai mengalihkan
danpengalihan rasa indikasi. perhatian pasien
nyerimelalui terhadap rasa
aktivitas yang nyeri
mungkin.
-Mengikuti
program
Pengobatan.

2. Resiko infeksi Setelah dilakukan -Pantau secara -menurunkan


Berhubungan dengan tindakan teraturdan catat resiko
ketidak kepera&atan tanda -tanda pasien terkena
Adekuatatan pertahanan selama 3X24 jam infeksi. infeksi dan
sekunder masalah infeksi -teliti adanya nyeri mengontrol.
teratasi dengan dan demam. penyebaran
kriteria hasil : -Kolaborasi infeksi.
-Jumlah leukosit dengan -Timbulnya
dalam batas tim medis dalam tanda
normal pemberian klinis yang terus
-Menunjukan antibiotic. menerus
kemampuan untuk -pertahankan merupakan
timbulnya infeksi tekhnik indikasi
-Pasien bebas dari aseptik. perkemban
tanda dan gejala gan
infeksi mikroorganisme.
-Infeksi dapat
berkembang dan
memerlukan
intervensi lanjut.
-Bermanfaat
untuk
pencegahan
mikro bakteri
3. Kerusakan integritas setelah dilakukan -kaji ukuran, -Memberikan
jaringan tindakan warna,kedalamam informasi dasar
berhubungan kepera&atan luka,perhatikan tentang
dengan trauma selama 3x24 jam jaringan kebutuhan
jaringan masalahkerusakan nekrotik dan penambahan
integritas kulit nekrotik kulit dan
teratasi dan kondisi sekitar kemungkinan
dengan kriteria luk. petunjuk tentang
hasil: -Berikan sirkulasi pada
-Menunjukan pera&atan luka area
terjadinya proses yang tepat dan luka.
penyembuhan tindakan kontrol -Menurunkan
luka. infeksi. resiko
- -Pertahankan Infeksi.
penutupan -Mencegah
luka sesuai kontaminasi
indikasi. dengan
-Siapkan/bantu agent dan
prosedur mencegah
Pembedahan. infeksi.
-mempercepat
penyembuhan
abses
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, Amin Huda dan Kusuma Hardi. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Bersasarkan Diagnonas Media dan NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : Media
Action, 2015.

www.scrbd.com

Anda mungkin juga menyukai