Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN ABSES GLUTEU

Disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Profesi Ners Departemen Surgikal di
Ruang 14 RSUD. Dr. Saiful Anwar Malang

OLEH :
NUR ZAKIAH OKTAVIANA
170070301111088
KELOMPOK 3

PROGRAM STUDI PREFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN ABSES GLUTEUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN

An. R DENGAN DIAGNOSA OPEN DEGLOVING

Disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Profesi Ners Departemen Surgikal

di Ruang 14 RSUD. Dr. Saiful Anwar Malang

Oleh :

Nur Zakiah Oktaviana

NIM. 170070301111088

Telah diperiksa dan disetujui pada :

Hari :

Tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

( ) ( )
“Abses Gluteus”

A. Definisi
Abses adalah penimbunan nanah yang terjadi akibat infeksi bakteri. Abses dapat
terjadi di mana saja pada bagian tubuh kita. Abses dapat terlihat karena berada di
bagian luar tubuh (pada lapisan kulit) atau terjadi pada organ dalam tubuh, yang tidak
terlihat.Abses merupakan kumpula nanah (netrofil yang telah mati) yang terakumulasi di
sebuah kavitas jaringan karena adanya proses infeksi oleh bakteri, karena adanya
benda asing (misalnya serpihan, luka peluru, atau jarum suntik).
Abses adalah pengumpulan nanah yang terlokalisir sebagai akibat dari infeksi yang
melibatkan organisme progenik, nanah merupakan suatu campuran dari jaringan
nekrokti, bakteri, dan sel darah putih yang sudah mati yang dicairkan oleh enzim
autolitik (Morison, 2008).
Abses merupakan suatu infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri atau parasit
karena adanya benda asing dan mengandung nanah yang merupakan campuran dari
jaringan nefrotik, bakteri, dan sel darah putih yang sudah mati (Siregar, 2007).

B. Etiologi
Menurut Siregar (2007), suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses ketika bakteri
masuk ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi. sebagian sel mati
jaringan yang sehat itu mati, dan hancur meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan
sel-sel yang terinfeksi. Suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui beberapa
cara: bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum yang
tidak sterildan bakteri dapat menyebar dari suatu infeksi di bagian tubuh yang lain.
Kondisi ini memicu sel-sel darah putih yang berfungsi melawan infeksi masuk ke dalam
rongga tersebut, memerangi bakteri, dan kemudian mati. Sel darah putih yang mati
itulah yang membentuk cairan nanah, yang mengisi rongga tersebut. Peluang
terbentuknya suatu abses akan meningkat jika terdapat kotoran atau benda asing di
daerah tempat terjadinya infeksi daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang
kurang terdapat gangguan sistem kekebalan.

C. Patofisiologis

Kuman yang masuk kedalam tubuh akan menyebabkan kerusakan jaringan dengan
cara mengeluarkan toksin. Bakteri melepaskan eksotoksin yang spesifik (sintesis),
kimiawi yang secara spesifik mengawali proses peradangan atau melepaskan
endotoksin yang ada hubunganya dengan dinding sel. Reaksi hipersensitivitas terjadi
bila ada perubahan kondisi respon imunologi mengakibatkan perubahan reaksi imun
yang merusak jaringan. Agent fisik dan bahan kimia oksidan dan korosif menyebabkan
kerusakan jaringan,kematian jaringan menstimulus untuk terjadi infeksi. Infeksi
merupakan salah penyebab dari peradangan, kemerahan merupakan tanda awal yang
terlihat akibat dilatasi arteriol akan meningkatkan aliran darah ke mikro sirkulasi kalor
terjadi bersamaan dengan kemerahan bersifat lokal. Peningkatan suhu dapat terjadi
secara sistemik. Akibat endogen pirogen yang dihasilkan makrofaq mempengaruhi
termoregulasi pada suhu lebih tinggi sehingga produksi panas meningkat dan terjadi
hipertermi. Peradangan terjadi perubahan diameter pembuluh darah mengalir keseluruh
kapiler, kemudian aliran darah kembali pelan. Sel-sel darah mendekati dinding
pembuluh darah didaerah zona plasmatik. Leukosit menempel pada epitel sehingga
langkah awal terjadi emigrasi kedalam ruang ekstravaskuler lambatnya aliran darah
yang mengikuti Fase hyperemia meningkatkan permiabilitas vaskuler mengakibatkan
keluarya plasma kedalam jaringan, sedang sel darah tertinggal dalam pembuluh darah
akibat tekanan hidrostatik meningkat dan tekanan osmotik menurun sehingga terjadi
akumulasi cairan didalam rongga ekstravaskuler yang merupakan bagian dari cairan
eksudat yaitu edema. Regangan dan distorsi jaringan akibat edema dan tekanan pus
dalam rongga abses menyebabkan rasa nyeri. Mediator kimiawi, termasuk bradikinin,
prostaglandin, dan serotonin merusak ujung saraf sehingga menurunkan ambang
stimulus terhadap reseptor mekanosensitif dan termosensitif yang menimbulkan nyeri.
Adanya edema akan mengganggu gerak jaringan sehingga mengalami penurunan
fungsi tubuh yang menyebabkan terganggunya mobilitas litas.
Inflamasi terus terjadi selama, masih ada pengrusakan jaringan bila penyebab
kerusakan bisa diatasi, maka debris akan difagosit dan dibuang oleh tubuh sampai
terjadi resolusi dan kesembuhan. Reaksi sel fagosit yang berlebihan menyebabkan
debris terkumpul dalam suatu rongga membentuk abses di sel jaringan lain membentuk
flegmon. Trauma yang hebat menimbulkan reaksi tubuh yang berlebihan berupa
fagositosis debris yang diikuti dengan pembentukan jaringan granulasi vaskuler untuk
mengganti jaringan yang rusak (fase organisasi), bila fase destruksi jaringan berhenti
akan terjadi fase penyembuhan melalui jaringan granulasi fibrosa. Tapi bila destruksi
jaringan berlangsung terus akan terjadi fase inflamasi kronik yang akan sembuh bila
rangsang yang merusak hilang. Abses yang tidak diobati akan pecah dan mengeluarkan
pus kekuningan sehingga terjadi kerusakan Integritas kulit. Sedangkan abses yang
diinsisi dapat mengakibatkan resiko penyebaran infeksi.

D. Manifestasi Klinis
Tidak dapat dirasakan gejala saat kuman menyerang suatu bagian tubuh tertentu.
Tetapi setelah abses terbentuk, biasanya kita merasa tidak nyaman, terjadi
pembengkakan, demam dan jika abses terjadi di organ luar tubuh, akan terlihat kumpulan
nanah. Sedangkan jika abses terjadi di bagian dalam tubuh, maka yang dapat dirasakan
adalah organ tubuh yang membesar (akibat pembengkakan). abses merupakan salah
satu manifestasi peradangan, maka manifestasi lain yang mengikuti abses dapat
merupakan tanda dan gejala dari proses inflamasi, yakni: kemerahan (rubor), panas
(calor), pembengkakan (tumor), rasa nyeri (dolor), dan hilangnya fungsi.
Menurut Smatzer (2013), gejala dari abses tergantung lokasi dan pengaruhnya
terhadap fungsi atau organ syaraf yaitu bisa berupa:
a. Nyeri tekan
b. Akral teraba hangat
c. Pembengkakan
d. Kemerahan
e. Demam
Suatu abses yang terbentuk tepat bawah kulit biasanya tampak sebagai benjolan.
Adapun lokasi abses antara lain ketiak, telinga, dan tungkai bawah. Jika abses akan
pecah maka daerah pusat benjolan akan lebih putih karena kulit diatasnya menipis.
Suatu abses didalam tubuh sebelumnya menimbulkan gejala seringkali terlrbih tumbuh
lebih besar. Paling sering abses akan menimbulkan nyeri trkan dengan massa yang
berwarna merah, hangat pada permukaan abses.
E. Pathways
Faktor predisposisi Bakteri multiplikasi Tubuh bereaksi untk
merusak jaringan yaitu perlindungan trhdp
benda asing yg menyebabkaan penyebaran infeksi
luka & agen fisik

abses terlokasi Trjd proses peradangan


dr matinya jrngan nekrotik
bakteri & sel drh putih

Operasi Lepasnya zat progen leukosit pd jaringan Cemas

Ansietas

Peradangan
kurang informasi
Kerusakan Demam
integritas
jaringan
Panas
Defisiensi
Resiko pengetahuan
pendarah
Hipertemi
an

F. Pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan diagnostik


Pada penderita abses biasanya pemeriksaandarah menunjukan peningkatan jumlah
sel darah putih. Untuk menentukan ukuran dan lokasi abses dalam, biasanya dilakukan
pemeriksaan:
a. Rontgen
b. USG
c. Ct-Scan

G. Pemeriksaan Medis
Abses luka biasanya tidak membutuhkan penanggan menggunakan antibiotik. Namun
demikian kondisi tersebut butuh ditangani dengan intervensi bedah, debridment, dan
kreatase. Hal ini sangan penting untuk diperhatikan bahwa penanggan hanya dengan
menggunakan antibiotik tanpa drainase pembedahan tindakan yang efektif. Hal tersebut
terjadi karena antibiotik sering tidak mampu masuk kedalam abses dan selain antibiotik
tersebut sering kali dapat bekerja dalam pH yang rendah.

H. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan
Hal-hal yang perlu di kaji antara lain adalah:
- Abses kulit atau di bawah kulit sangat mudah di kenali, sedangkan abses dalam
sering kali sulit ditemukan.
- Riwayat trauma, seperti tertusuk jarum atau terkena peluru.
- Riwayat infeksi sebelumnya yang terasa cepat menunjukan rasa sakit diikuti
adanya rasa eksudat tetapi tidak bisa dikeluarkan.
b. Pemeriksaan Fisik
- Luka terbuka atau tertutup.
- Organ atau terinfeksi.
- Masa eksudat atau dengan bermata.
- Peradangan berwarna pink atau kemerahan .
- Abses dengan ukuran bervariasi.
- Rasa sakit bila dipalpasi akan terasa fluktuatif.
c. Pemeriksaan laboratorium
- Hasil pemeriksaan leukosit menunjukan peningkatan jumlah sel darah putih.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi
b. Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit
c. Resiko perdaraha berhubungan dengan pembedahan
d. Kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan trauma jaringan
e. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan sumber informasi

3. Fokus Intervensi
a. Pre operasi
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan NOC Keperawatan
NIC
1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan keperawatan Pain menejemen
injuri biologis selama...x24 jam diharapkan -Lakukan TTV
nyeri dapat teratasi dengan -Kaji nyeri secara
indikator: komperhensif
Pain level -Anjurkan teknik
Indikator IR ER relaksasi dan distraksi
-Ekspresi nyeri 2 5 -Kolaborasi
pada wajah pemberian analgetik
-Melaporkan 2 5
adanya nyeri
-Frekuensi nyeri 2 5
-Merintih dan 2 5
meringis

Ket:
1. Kuat
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
2. Cemas b.d kurang Setelah dilakukan keperawatan Anooety reduction
pengetahuan selama...x24 jam diharap cemas -Gunakan pendekatan
mengenai mproses dapat teratasi: yang menenangkan
penyakit Asodety control -Berikan informasi
Indikator IR ER faktual
-Menyingkirkan tanda 2 5 -Identifikasi tingkat
kecemasan kecemasan
-Merencanakan 2 5
strategi koping untuk
situasi penuh
-Menggunakan 2 5
strategi koping efektif

Ket:
1. Slalu menunjukan
2. Sering menunjukan
3. Kadang-kadang
menunjukan
4. Jarang menunjukan
5. Tidak pernah menunjukan

b. Post Operasi
No. Diagnosa keperawatan NIC NOC
1. Nyeri b.d proses Setelah dilakukan Pain menejemen
inflamasi keperawatan selama...x24 -Lakukan TTV
jam diharapkan nyeri dapat -Kaji nyeri secara
teratasi dengan indikator: komperhensif
Pain level -Anjurkan teknik
Indikator IR ER relaksasi dan
-Ekspresi nyeri 2 5 distraksi
pada wajah -Kolaborasi
-Melaporkan 2 5 pemberian
adanya nyeri analgetik
-Frekuensi 2 5
nyeri 2 5
-Merintih dan
meringis

Ket:
1. Kuat
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
2. Hipertermia b.d proses Setelah dilakukan -Monitor TTV
penyakit keperawatan selama...x24 -Monitor warna
jam diharapka suhu klien dan suhu tubuh
dalam batas normal: -Tingkatkan
Thermogulation sirkulasi darah
Indikator IR ER -Berikan
-Suhu sesuai 2 5 pengobatan untuk
yang mencegah
diharapkan terjadinya
-Denyut nadi 2 5 menggigil
sesuai
-Pernafasan 2 5
normal
-Hidrasi 2 5
adekuat

Ket:
1. Kuat
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada

3. Resiko pendarahan b.d Setelah dilakukan tindakan -Monitor TTV


pembedahan keperawatan selama...x24 -Kolaborasi
jam diharapkan pendarahan dengan tim medis
teratasi dengan indikator: -Lakukan balut
Indikator IR ER luka
-Frekuensi 2 5
perdarahan
-Melaporkan 2 5
adanya nyeri

Ket:
1. Kuat
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada

4. Kerusakan integritas Setelah dilakukan Pressure


kulit b.d trauma keperawatan selama..x24 managemen
jaringan jam diharapkan granulasi -Anjurkan pasien
jaringan mengalami untuk memakai
peningkatan dengan baju longgar
indikator: -Mobilisasi pasien
Tissue integtiti -Monitor aktivitas
Indikator IR ER pasin
-Temperatur 2 5 -Berikan
jaringan pelembab
-Hidrasi sesuai 2 5
yang di
harapkan
-Perfusi 2 5
jaringan
-Bebas lesi 2 5

Ket:
1. Kuat
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada

5. Defisiensi pengetahuan Setelah dilakukan tindakan -Monitor TTV


b.d sumber informasi keperawatan selama...x24 -Berikan penilaian
jam diharapkan tentang penyakit
pengetahuan meningkat: -Berikan tanda
Knowledge dan gejala yang
Indikator IR ER bisa muncul
- 2 5 -Informasikan
Mendiskripsikan kepada pasien
fator penyebab tentang kondisi
-Mengetahui 2 5 dengan cara yang
tanda dan tepat
gejala 2 5
-Mengetahui
faktor resiko
Ket:
1. Penuh
2. Berat
3. Sedang
4. Sedikit
5. Tidak ada
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoes, A (2007). Kapita Selekta Kedokteraan. Jakarta. EGC


Smeltzer (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol.3. Jakarta : EGC
Nanda Internasional. (2012). NursingDiagnoses Definition and Clasification 2012. Wiley-
Blacwell.United Kingdom
Prise & Wilkinson. (2008). Patofisiologis Konsep Klinis Proses Penyakit. Edisi 4.
Jakarta.EGC
Soeparman & Waspadji. (2012). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta. EGC

Anda mungkin juga menyukai