Anda di halaman 1dari 12

1

LAPORAN PENDAHULUAN
KISTA OVARIUM

1. Review Konsep Anatomi Sistem reproduksi


1.1 Anatomi

1.2 Fisiologi
Ovarium adalah sepasang organ berbentuk kelenjer dan tempat
menghasilkan ovum. Kelenjer itu berbentuk biji buah kenari, terletak di kanan
dan kiri uterus, di bawah tuba uterine dan terikat di sebelah belakang oleh
ligamentum latum uteri.
Ovarium terdiri atas korteks di sebelah luar dan diliputi oleh epitelium
germinativum yang berbentuk kubik dan di dalam terdiri dari stroma serta
folikel primordiial dan medula sebelah dalam korteks tempat terdapatnya
stroma dengan pembuluh darah, serabut sara dan sedikit otot polos.
Fungsi ovarium adalah:
- Memproduksi ovum
Hormon gonodotrofik dari kelenjar hipofisis bagian anterior
mengendalikan (melalui aliran darah) produksi hormon ovarium. Hormon
perangsangfolikel (FSH) penting untuk awal pertumbuhan folikel de graaf,
hipofisis mengendalikan pertumbuhan ini melalui Lutenizing Hormon (LH)
dan sekresi luteotrofin dari korpus lutenum.

- Memproduksi hormon estrogen


Hormon estrogen dikeluarkan oleh ovarium dari mulai anak-anak sampai
sesudah menopause (hormon folikuler) karena terus dihasilkan oleh sejumlah
besar folikel ovarium dan seperti hormon beredar dalam aliran darah.
2

Estrogen penting untuk pengembangan organ kelamin wanita dan


menyebabkan perubahan anak gadis pada masa pubertas dan penting untuk
tetap adanya sifat fisik dan mental yang menandakan wanita normal.

- Memproduksi hormon progesterone


Hormon progesteron disekresi oleh luteum dan melanjutkan pekerjaan
yang dimulai oleh estrogen terhadap endometrium yaitu menyebabkan
endometrium menjadi tebal, lembut dan siap untuk penerimaan ovum yang
telah dibuahi.

2. Konsep penyakit Kista Ovarium


2.1 Definisi
Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan / abnormal pada
ovarium yang membentuk seperti kantong (Agusfarly, 2008).
Kista ovarium merupakan tumor jinak berupa kantong abnormal berisi
cairan atau setengah cair yang tumbuh dalam (indung telur) ovarium.
(Kusuma, 2008).
Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan/abnormal pada
ovarium yang membentuk seperti kantong.Kista ovarium secara fungsional
adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus
mentsruasi. (Lowdermilk, dkk. 2005: 273)
Kista adalah tumor jinak di yang paling sering ditemui. Bentuknya kistik,
berisi cairan kental, dan ada pula yang berbentuk anggur. Kista juga ada yang
berisi udara, cairan, nanah, ataupun bahan-bahan lainnya.
Kista termasuk tumor jinak yang terbungkus selaput semacam jaringan.
Kumpulan sel-sel tumor itu terpisah dengan jaringan normal di sekitarnya dan
tidak dapat menyebar ke bagian tubuh lain. Itulah sebabnya tumor jinak
relatif mudah diangkat dengan jalan pembedahan, dan tidak membahayakan
kesehatan penderitanya.
Berdasarkan tingkat keganasannya, kista terbagi dua, yaitu non-neoplastik
dan neoplastik. Kista non-neoplastik sifatnya jinak dan biasanya akan
mengempis sendiri setelah 2 hingga 3 bulan. Sementara kista neoplastik
umumnya harus dioperasi, namun hal itu pun tergantung pada ukuran dan
sifatnya.
3

Selain pada ovarium kista juga dapat tumbuh di vagina dan di daerah
vulva (bagian luar alat kelamin perempuan). Kista yang tumbuh di daerah
vagina, antara lain inklusi, duktus gartner, endometriosis, dan adenosis.
Sedangkan kista yang tumbuh di daerah vulva, antara lain pada kelenjar
bartholini, kelenjar sebasea serta inklusi epidermal.

2.2 Etiologi
Penyebab dari kista belum diketahui secara pasti tapi ada beberapa factor
pemicu yaitu :
2.2.1 Gaya hidup tidak sehat. Diantaranya :
a. Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat
b. Zat tambahan pada makanan
c. Kurang olah raga
d. Merokok dan konsumsi alcohol
e. Terpapar dengan polusi dan agen infeksius
f. Sering stress
g. Zat polutan
2.2.2 Faktor genetic
Dalam tubuh kita terdapat gen gen yang berpotensi memicu
kanker, yaitu yang disebut protoonkogen, karena suatu sebab
tertentu, misalnya karena makanan yang bersifat karsinogen,
polusi, atau terpapar zat kimia tertentuatau karena radiasi,
protoonkogen ini dapat berubah menjadi onkogen, yaitu gen
pemicu kanker.

2.3 Tanda dan Gejala


Kebanyakan kista ovarium tidak menunjukan tanda dan gejala. Sebagian
besar gejala yang ditemukan adalah akibat pertumbuhan aktivitas hormon
atau komplikasi tumor tersebut. Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium
tidak menimbulakan gejala dalam waktu yang lama. Gejala umumnya sangat
bervariasi dan tidak spesifik.

Tanda dan gejala yang sering muncul pada kista ovarium antara lain :
a. Menstruasi yang tidak teratur, disertai nyeri.
b. Perasaan penuh dan dtertekan diperut bagian bawah.
4

c. Nyeri saat bersenggama.


d. Perdarahan menstruasi yang tidak biasa. Mungkin pendarahan lebih
lama, mungkin lebih pendek, atau mungkin tidak keluar darah menstruasi
pada siklus biasa atau siklus menstruasi tidak teratur.
-Pada stadium awal gejalanya dapat berupa:
a. Gangguan haid
b. Jika sudah menekan rectum mungkin terjadi konstipasi atau sering
berkemih.
c. Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang
menyebabkan nyeri spontan dan sakit diperut.
d. Nyeri saat bersenggma
-Pada stadium lanjut :
a. Asites
b. Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta oran organ di dalam
rongga perut (usus dan hati)
c. Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan,
d. Gangguan buang air besar dan kecil.
e. Sesak nafas akibat penumpukan cairan terjadi pada rongga dada
akibat penyebaran penyakit ke rongga dada yang mengakibatkan penderita
sangat merasa sesak nafas.

Bila ditemukan sifat kista seperti tersebut diatas, harus dilakukan


pemeriksaan lebih lanjut untuk memperkuat dugaan ke arah kanker ovarium
seperti tindakan USG dengan Doppler untuk menentukan arus darah dan
bahkan mungkin diperlukan untuk menunjang diagnosis adalah pemeriksaan
tumor marker seperti Ca-125 dan Ca 72-4, beta – HCG dan alfafetoprotein.
Semua pemeriksaan diatas belum bisa memastikan diagnosis kanker ovarium,
akan tetapi hanya sebagai pegangan untuk melakukan tindakan operasi.
Prosedur operasi pada pasien yang tersangka kanker ovarium sangat berbeda
dengan kista ovarium biasa.

2.4 Patofisiolgis
Kista terdiri atas folikel – folikel praovulasi yang telah mengalami atresia
(degenerasi). Pada wanita yang menderita ovarium polokistik, ovarium utuh
dan FSH dan SH tetapi tidak terjadi ovulasi ovum. Kadar FSH dibawah
5

normal sepanjang stadium folikular daur haid, sementara kadar LH lebih


tinggi dari normal, tetapi tidak memperlihatkan lonjakan. Peningkatan LH
yang terus menerus menimbulkan pembentukan androgen dan estrogen oleh
folikel dan kelenjar adrenal. Folikel anovulasi berdegenerasi dan membentuk
kista, yang menyebabkan terjadinya ovarium polikistik. (Corwin, 2002)

Kista bermetastasis dengan invasi langsung struktur yang berdekatan


dengan abdomen dan pelvis dan sel – sel yang menempatkan diri pada rongga
abdomen dan pelvis. Penyebaran awal kanker ovarium dengan jalur intra
peritonial dan limfatik muncul tanpa gejala atau tanda spesifik.

Gejala tidak pasti yang akan muncul seiring dengan waktu adalah perasaan
berat pada pelvis. Sering berkemih dan disuria dan perubahan fungsi gastro
intestinal, seperti rasa penuh, mual, tidak enak pada perut, cepat kenyang dan
konstipasi. Pada beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan abnormal
vagina skunder akibat hiperplasia endometrium, bila tumor menghasilkan
estrogen beberapa tumor menghasilkan testosteron dan menyebabkan
virilisasi. (Price, Wilson, 2006)

Kista nonneoplastik sering ditemukan, tetapi bukan masalah serius. Kista


folikel dan luteal di ovarium sangat sering ditemukan sehingga hampir
dianggap sebagai varian fisiologik. Kelainan yang tidak berbahaya ini berasal
dari folikel graaf yang tidak ruptur atau pada folikel yang sudah pecah dan
segera menutup kembali. Kista demikian seringnya adalah multipel dan
timbul langsung di bawah lapisan serosa yang menutupi ovarium, biasanya
kecil, dengan diameter 1- 1,5 cm dan berisi cairan serosa yang bening, tetapi
ada kalanya penimbunan cairan cukup banyak, sampai mencapai diameter 4
hingga 5 cm sehingga dapat di raba massa dan menimbulkan nyeri panggul.
Jika kecil, kista ini dilapisi granulosa atau sel teka, tetapi seiring dengan
penimbunan cairan timbul tekanan yang dapat menyebabkan atropi sel
tersebut. Kadang – kadang kista ini pecah, menimbulkan perdarahan
intraperitonium, dan gejala abdomen akut. (Robbins, 2007)
6

2.5 Patway

2.6 Komplikasi
Beberapa ahli mencurigai kista ovarium bertanggung jawab atas terjadinya
kanker ovarium pada wanita diatas 40 tahun. Mekanisme terjadinya kanker
masih belum jelas namun dianjurkan pada wanita yang berusia diatas 40
tahun untuk melakukan skrining atau deteksi dini terhadap kemungkinan
terjadinya kanker ovarium.
Faktor resiko lain yang dicurigai adalah penggunaan kontrasepsi oral
terutama yang berfungsi menekan terjadinya ovulasi. Maka dari itu bila
seorang wanita usia subur menggunakan metode konstrasepsi ini dan
kemudian mengalami keluhan pada siklus menstruasi, lebih baik segera
melakukan pemeriksaan lengkap atas kemungkinan terjadinya kanker
ovarium.
7

2.7 Prognosis
Prognosis untuk kista yang jinak baik. Walaupun penanganan dan
pengobatan kista ovarium telah dilakukan dengan prosedur yang benar namun
hasil pengobatannya sampai sekarang ini belum sangat menggembirakan
termasuk pengobatan yang dilakukan di pusat kanker terkemuka di dunia
sekalipun. Angka kelangsungan hidup 5 tahun penderita kista ovarium
stadium lanjut hanya kira-kira 20-30%, sedangkan sebagian penderita 60-70%
ditemukan dalam keadaan stadium lanjut sehingga penyakit ini disebut
dengan silent killer. Prognosis dari kista ovarium juga tergantung dari
beberapa hal: stadium, jenis histologis, derajat diferensiasi kista, residu kista,
umur penderita, ukuran kista dan free disease interval. Kista yang timbul
pada wanita usia reproduktif umumnya baik dan tidak menimbulkan dampak.
Kista yang timbul pada wanita menopause tidak boleh diabaikan karena
merupakan gejala dari adanya tumor patologis maupun ganas. Dari tipe kista:
kalau kista jinak umumnya tidak berbahaya namun, sebagian kecil berpotensi
untuk menjadi ganas. Sedangkan , kista ganas berbahaya, bila kista ganas
terdeteksi pada stadium lanjut maka survival rateakan semakin kecil

2.8 Penanganan Medis


Pengobatan kiste ovarii yang besar biasanya adalah pengangkatan melalui
tindakan bedah. Jika ukuran lebar kiste kurang dari 5 cm dan tampak terisi
oleh cairan atau fisiologis pada pasien muda yang sehat, kontrasepsi oral
dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan kiste.
Perawatan paska operatif setelah pembedahan serupa dengan perawatan
pembedahan abdomen. Penurukan tekanan intraabdomen yang diakibatkan
oleh pengangkatan kiste yang besar biasanya mengarah pada distensi
abdomen yang berat, komplikasi ini dapat dicegah dengan pemakaian gurita
abdomen yang ketat.

3. Rencana asuhan klien dengan penyakit pre eklamsi berat


3.1 Pengkajian
 Identitas
 Riwayat penyakit sekarang, dahulu dan keluarga
8

a. Riwayat kesehatan sekarang : Keluhan yang dirasakan klien adalah nyeri


pada daerah abdomen bawah, ada pembengkakan pada daerah perut,
menstruasi yang tidak berhenti, rasa mual dan muntah.
b. Riwayat kesehatan yang lalu : Sebelumnya tidak ada keluhan.
c. Riwayat keluarga : Kista ovarium bukan penyakit menular/keturunan.

 Pemeriksaan fisik
Dilakukan mulai dari kepala sampai ekstremitas bawah secara sistematis.
a. Kepala
a) Hygiene rambut
b) Keadaan rambut
b. Mata
a) Sklera : ikterik/tidak
b) Konjungtiva : anemis/tidak
c) Mata : simetris/tidak
c. Leher
a) pembengkakan kelenjer tyroid
b) Tekanan vena jugolaris.
d. Dada
Pernapasan
a) Jenis pernapasan
b) Bunyi napas
c) Penarikan sela iga
e. Abdomen
a) Nyeri tekan pada abdomen.
b) Teraba massa pada abdomen.
f. Ekstremitas
a) Nyeri panggul saat beraktivitas.
b) Tidak ada kelemahan.
g. Eliminasi, urinasi
a. Adanya konstipasi
b. Susah BAK

 Pemeriksaan penunjang
Data laboratorium
9

a. Pemeriksaan Hb
b. Ultrasonografi
Untuk mengetahui letak batas kista.

3.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa 1 : Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis.
a. Definisi
Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang
muncul secara aktual atau potensial kerusakan jaringan atau
menggambarkan adanya kerusakan (Asosiasi Studi Nyeri Internasional):
serangan mendadak atau pelan intensitasnya dari ringan sampai berat yang
dapat diantisipasi dengan akhir yang dapat diprediksi dan dengan durasi
kurang dari 6 bulan.
b. Batasan Karakteristik
Merintih
c. Faktor yang berhubungan
Agen injuri biologis

Diagnosa 2 : Cemas b.d krisis situasional


a. Definisi
Menggambarkan kehawatiran dengan keaadan yang dialami
b. Batasan Karakteristik
Gelisah
c. Faktor yang berhubungan
Krisis situasional

3.3 Perencanaan
Diagnosa 1 : Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis
a. Tujuan dan kriteria hasil
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2×24 jam diharapkan
nyeri berkurang dan hilang
Kriteria hasil :
 Tampak rileks
 Mampu tidur, istirahat dengan baik
10

 Skala nyeri berkurang


b. Intervensi keperawatan dan rasional
Intervensi Rasional
1. Kaji secara komphrehensif tentang nyeri, 1. Untuk mengetahui tingkat nyeri
meliputi: lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya
nyeri, dan faktor-faktor pencetus
2. Observasi isyarat-isyarat verbal dan non 2. Mengurangi rasa nyeri
verbal dari ketidaknyamanan, meliputi
ekspresi wajah, pola tidur, nasfu makan,
aktitas dan hubungan sosial.
3. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai 3. Kolaborasi:
dengan anjuran. Pemberian analgetik Analgetik dapat mengurangi nyeri
harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut : prinsip pemberian obat 6 benar
(benar nama, benar obat, benar dosis,
benar cara, benar waktu pemberian, dan
benar dokumentasi)
4. Gunakan komunikiasi terapeutik agar 4. Membina hubungan saling percaya
pasien dapat mengekspresikan nyeri
5. Kaji pengalaman masa lalu individu 5. Dapat membantu perawat dalam\
tentang nyeri memberikan intervensi berikutnya
6. Evaluasi tentang keefektifan dari 6. Dapat meningkatkan keefektifan edukasi
tindakan mengontrol nyeri yang telah perawat
digunakan
7. Berikan dukungan terhadap pasien dan 7. Sebagai motivator
keluarga
8. Berikan informasi tentang nyeri, seperti: 8. Dapat mengurangi rasa gelisah
penyebab, berapa lama terjadi, dan
tindakan pencegahan
9. Ajarkan penggunaan teknik non- 9. Kemadirian
farmakologi (seperti: relaksasi, guided
imagery, terapi musik, dan distraksi)
10. Modifikasi tindakan mengontrol nyeri 10. Agar menghindari kejenuhan
berdasarkan respon pasien
11. Anjurkan klien untuk meningkatkan 11. Menjaga kenyamanan
tidur/istirahat
12. Anjurkan klien untuk melaporkan kepada 12. Dapat melakukan intervensi selanjutnya
11

tenaga kesehatan jika tindakan tidak


berhasil atau terjadi keluhan lain

Diagnosa 2 : Cemas b.d krisis situasional


a. Tujuan dan kriteria hasil
Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan ibu berkurang atau
hilang, kriteria hasilnya ibu tampak tenang, kooperatif, ibu tampak
menerima kondisi yang dialaminya sekarang
b. Intervensi keperawatan dan rasional
Intervensi Rasional
1. Tenangkan pasien dan kaji tingkat 1. Mengatahui seberpa tingkat kecemasan
kecemasan pasien
2. Jelaskan seluruh prosedur tindakan kepada 2. Membina hubungan saling percaya
pasien dan perasaan yang mungkin muncul
pada saat melakukan tindakan
3. Berusaha memahami keadaan pasien 3. Empati
4. Berikan informasi tentang diagnosa, 4. Dapat mengurangi gelisah
prognosis dan tindakan dengan komunikasi
yang baik
5. Mendampingi pasien untuk mengurangi 5. Sebagai konseling
kecemasan dan meningkatkan kenyamanan
6. Dorong pasien untuk menyampaikan 6. Menggugah apa yang dirasakan pasien
tentang isi perasaannya
7. Ciptakan hubungan saling percaya 7. Komunikasi teraupiutik
8. Bantu pasien menjelaskan keadaan yang 8. Sebagai konseling
bisa menimbulkan kecemasan
9. Bantu pasien untuk mengungkapkan hal hal 9. Kemadirian
yang membuat cemas dan dengarkan
dengan penuh perhatian
10. Ajarkan pasien teknik relaksasi 10. Pemenuhan spritual
11. Anjurkan pasien untuk meningkatkan 11. Mengurangi kecemasan pasien
ibadah dan berdoa
12. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian obat-obatan
12

4. Daftar Pustaka
Doengoes, Marilyn E (2000). Rencana Asuhan keperawatan. Edisi 3. EGC.
Jakarta.
http://atmeyvriska.blogspot.com/2013/05/askep-kista-ovarium.html diakses pada
tanggal 21 jini 2014
http://putri-yohana.blogspot.com/2013/02/kista-ovarium.html diakses pada
tanggal 21 juni 2014
http://d3keperawatanperintis.blogspot.com/2011/01/asuhan-keperawatan-kista-
ovarium.html diakses pada tanggal 21 juni 2014
http://jerryns-ilmukeperawatanj-ry.blogspot.com/2013/10/askep-kista-
ovarium_31.html diakses pada tanggal 21 juni 2014
http://nurlizaa-anissa.blogspot.com/ diakses pada tanggal 21 Juni 2014
http://lpkeperawatan.blogspot.com/2013/11/laporan-pendahuluan-kista
ovarium.html#.U6ciU7EZJOJ diakses pada tanggal 21 juni 2014
http://patofis.blogspot.com/2012/04/kista-ovarium.html diakses pada tanggal 21
juni 2014
Mansjoer, Arif.1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta; Media
Aesculapius. FKUI.
Mohtar Rustam. 1999. Sinopsis Obstetris, Obstetri Fisiologis, Obstetri Patologi
Edisi 2. Jakarta; EGC.
Prawirto Hardjo, Sarwono. 1997. Ilmu Kandungan Edisi 2. Jakarta; Yayasan Bina
Pustaka.

Banjarmasin, 24 April 2017


Preseptor akademik, Preseptor klinik,

( Meti Agustini, Ns., M.Kep ) ( )

Anda mungkin juga menyukai