Disusun Oleh :
NAMA : FITRI WIJAYANTI
NIM : 3720200018
2.1.1 Definisi
Benigna Prostate Hypertrophy (BPH) adalah suatu kondisi yang sering terjadi
sebagai hasil dari pertumbuhan dan pengendalian hormon prostat (Yuliana Elin, 2011).
BPH adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat ( secara umum pada pria
lebih tua dari 50 tahun ) menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan pembatasan
aliran urinarius (Marilynn, E.D, 2000 : 671).
Anatomi Prostat
Kelenjar prostat merupakan organ khusus pada lokasi yang kecil, yang hanya
dimiliki oleh pria. Kelenjar prostat terletak di bawah kandung kemih (vesika urinaria)
melekat pada dinding bawah kandung kemih di sekitar uretra bagian atas. Biasanya
ukurannya sebesar buah kenari dengan ukuran 4 x 3 x 2,5 cm dan beratnya kurang lebih
20 gram dan akan membesar sejalan dengan pertambahan usia. Prostat mengeluarkan
sekret cairan yang bercampur secret dari testis, perbesaran prostate akan membendung
uretra dan menyebabkan retensi urin. Kelenjar prostat, merupakan suatu kelenjar yang
terdiri dari 30-50 kelenjar yang terbagi atas 4 lobus yaitu:
a. Lobus posterior
b. Lobus lateral
c. Lobus anterior
d. Lobus medial
Batas lobus pada kelenjar prostat:
a. Batas superior: basis prostat melanjutkan diri sebagai collum vesica urinaria, otot
polos berjalan tanpa terputus dari satu organ ke organ yang lain. Batas inferior : apex
prostat terletak pada permukaan atas diafragma urogenitalis. Uretra meninggalkan
prostat tepat diatas apex permukaan anterior.
d. Lateral : permukaan lateral prostat terselubung oleh serabut anterior m. levator ani
waktu serabut ini berjalan ke posterior dari os pubis. Ductus ejaculatorius menembus
bagisan atas permukaan prostat untuk bermuara pada uretra pars prostatica pada
pinggir lateral orificium utriculus prostaticus. Lobus lateral mengandung banyak
kelenjar.
Fungsi Prostat
Kelenjar prostat ditutupi oleh jaringan fibrosa, lapisan otot halus, dan substansi
glandular yang tersusun dari sel epitel kolumnar. Kelenjar prostat menyekresi cairan
seperti susu yang menusun 30% dari total cairan semen, dan memberi tampilan susu pada
semen. Sifat cairannya sedikit alkali yang member perlindungan pada sperma di dalam
vagina yang bersifat asam. Sekret prostat bersifat alkali yang membantu menetralkan
keasaman vagina. Cairan prostat juga mengandung enzim pembekuan yang akan
menebalkan semen dalam vagina sehingga semen bisa bertahan dalam serviks.
2.1.2 Etiologi
1. Adanya perubahan keseimbangan antara hormon testosteron dan estrogen pada usia
lanjut.
3. Meningkatnya lama hidup sel-sel prostat karena berkurangnya sel yang mati.
4. Teori sel stem, menerangkan bahwa terjadi proliferasi abnormal sel stem sehingga
menyebabkan produksi sel stroma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi
berlebihan.
b. Rasa tidak puas sehabis miksi, kandung kemih tidak kosong dengan baik.
f. Waktu miksi memanjang yang akhirnya menjadi retensi urine dan inkontinensia
karena pernumpukan berlebih.
g. Pada gejala yang sudah lanjut, dapat terjadi azotemia (akumulasi produk
sampah nitrogen) dan gagal ginjal dengan etensi urun kronis dan volume residu
yang besar.
3. Gejala generalisata seperti keletihan, anoreksia, mual dan muntah, dan rasa tidak
nyaman pada epigastrik.
b. Derajat 2, adanya retensi urin mak timbulah infeksi. Penderita akan mengeluh
pada saat miksi terasa panas (disuria) dan kencing malam bertambah hebat.
c. Derajat 3, timbulnya retensi total. Bila sudah sampai tahap ini maka bisa timbul
aliran refluks ke atas, timbul infeksi askenden menjalar ke ginjal dan dapat
menyebabkan pielonefritis, hidronefrosis.
2.1.4 Patofisiologi
Kelenjar prostat adalah salah satu organ genetalia pria yang terletak di sebelah
inferior buli-buli, dan membungkus uretra posterior. Bentuknya sebesar buah kenari
dengan berat normal pada orang dewasa ± 20 gram. Menurut Mc Neal (1976) yang
dikutip dan bukunya Purnomo (2000), membagi kelenjar prostat dalam beberapa zona,
antara lain zona perifer, zona sentral, zona transisional, zona fibromuskuler anterior dan
periuretra (Purnomo, 2000). Sjamsuhidajat (2005), menyebutkan bahwa pada usia lanjut
akan terjadi perubahan keseimbangan testosteron estrogen karena produksi testosteron
menurun dan terjadi konversi tertosteron menjadi estrogen pada jaringan adipose di
perifer. Purnomo (2000) menjelaskan bahwa pertumbuhan kelenjar ini sangat tergantung
pada hormon tertosteron, yang di dalam sel-sel kelenjar prostat hormon ini akan dirubah
menjadi dehidrotestosteron (DHT) dengan bantuan enzim alfa reduktase.
Dehidrotestosteron inilah yang secara langsung memacu m-RNA di dalam sel-sel
kelenjar prostat untuk mensintesis protein sehingga terjadi pertumbuhan kelenjar prostat.
Oleh karena pembesaran prostat terjadi perlahan, maka efek terjadinya perubahan
pada traktus urinarius juga terjadi perlahan-lahan. Perubahan patofisiologi yang
disebabkan pembesaran prostat sebenarnya disebabkan oleh kombinasi resistensi uretra
daerah prostat, tonus trigonum dan leher vesika dan kekuatan kontraksi detrusor. Secara
garis besar, detrusor dipersarafi oleh sistem parasimpatis, sedang trigonum, leher vesika
dan prostat oleh sistem simpatis. Pada tahap awal setelah terjadinya pembesaran prostat
akan terjadi resistensi yang bertambah pada leher vesika dan daerah prostat. Kemudian
detrusor akan mencoba mengatasi keadaan ini dengan jalan kontraksi lebih kuat dan
detrusor menjadi lebih tebal. Penonjolan serat detrusor ke dalam kandung kemih dengan
sistoskopi akan terlihat seperti balok yang disebut trahekulasi (buli-buli balok). Mukosa
dapat menerobos keluar diantara serat aetrisor. Tonjolan mukosa yang kecil dinamakan
sakula sedangkan yang besar disebut divertikel. Fase penebalan detrusor ini disebut Fase
kompensasi otot dinding kandung kemih. Apabila keadaan berlanjut maka detrusor
menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk
berkontraksi sehingga terjadi retensi urin.Pada hiperplasi prostat digolongkan dua tanda
gejala yaitu obstruksi dan iritasi. Gejala obstruksi disebabkan detrusor gagal berkontraksi
dengan cukup lama dan kuat sehingga kontraksi terputus-putus (mengganggu permulaan
miksi), miksi terputus, menetes pada akhir miksi, pancaran lemah, rasa belum puas
setelah miksi. Gejala iritasi terjadi karena pengosongan yang tidak sempurna atau
pembesaran prostat akan merangsang kandung kemih, sehingga sering berkontraksi
walaupun belum penuh atau dikatakan sebagai hipersenitivitas otot detrusor (frekuensi
miksi meningkat, nokturia, miksi sulit ditahan/urgency, disuria).
Karena produksi urin terus terjadi, maka satu saat vesiko urinaria tidak mampu
lagi menampung urin, sehingga tekanan intravesikel lebih tinggi dari tekanan sfingter dan
obstruksi sehingga terjadi inkontinensia paradox (overflow incontinence). Retensi kronik
menyebabkan refluks vesiko ureter dan dilatasi. ureter dan ginjal, maka ginjal akan rusak
dan terjadi gagal ginjal. Kerusakan traktus urinarius bagian atas akibat dari obstruksi
kronik mengakibatkan penderita harus mengejan pada miksi yang menyebabkan
peningkatan tekanan intraabdomen yang akan menimbulkan hernia dan hemoroid. Stasis
urin dalam vesiko urinaria akan membentuk batu endapan yang menambal. Keluhan
iritasi dan hematuria. Selain itu, stasis urin dalam vesika urinaria menjadikan media
pertumbuhan mikroorganisme, yang dapat menyebabkan sistitis dan bila terjadi refluks
menyebabkan pyelonefritis (Sjamsuhidajat, 2005).
2.1.5 Pathway
2.1.6 Komplikasi
Seiring dengan semakin beratnya BPH dapat terjadi obstruksi saluran kemih,
karena urin tidak mampu melewati prostat. Hal ini dapat menyebabkan infeksi saluran
kemih dan apabila tidak diobati, dapat mengakibatkan gagal ginjal. (Corwin, 2000).
1. Laboratorium
a. Sedimen Urin
Untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi atau inflamasi saluran kemih.
b. Kultur Urin
Mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi atau sekaligus menentukan
sensitifitas kuman terhadap beberapa antimikroba yang diujikan.
2. Pencitraan
a. Foto polos abdomen
Mencari kemungkinan adanya batu saluran kemih atau kalkulosa prostat dan kadang
menunjukan bayangan buii-buli yang penuh terisi urin yang merupakan tanda
dari retensi urin.
b. IVP (Intra Vena Pielografi)
Mengetahui kemungkinan kelainan ginjal atau ureter berupa hidroureter atau
hidronefrosis, memperkirakan besarnya kelenjar prostat, penyakit pada buli-
buli.
c. Ultrasonografi (trans abdominal dan trans rektal)
Untuk mengetahui, pembesaran prostat, volume buli-buli atau mengukur sisa urin dan
keadaan patologi lainnya seperti difertikel, tumor.
d. Systocopy
Untuk mengukur besar prostat dengan mengukur panjang uretra parsprostatika dan
melihat penonjolan prostat ke dalam rektum.
Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan pada pasien dengan BPH adalah:
1. Observasi
Yaitu pengawasan berkala pada klien setiap 3-6 bulan kemudian setiap tahun tergantung
keadaan klien
2. Medika mentosa
Terapi diindikasikan pada BPH dengan keluhan ringan, sedang dan berat tanpa disertai
penyakit. Obat yang digunakan berasal dari : phitoterapi (misalnya : hipoxis
rosperi, serenoa repens, dll) gelombang alfa blocker dan golongan supresor
androgen.
3. Pembedahan
Indikasi:
a. Klien yang mengalami retensi urin akut atau pernah retensi urin akut
3) Perianal prostatectomy.
1. Laboratorium
a. Sedimen Urin
Untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi atau inflamasi saluran kemih.
b. Kultur Urin
Mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi atau sekaligus menentukan
sensitifitas kuman terhadap beberapa antimikroba yang diujikan.
2. Pencitraan
a. Foto polos abdomen
Mencari kemungkinan adanya batu saluran kemih atau kalkulosa prostat dan
kadang menunjukan bayangan buii-buli yang penuh terisi urin yang merupakan tanda
dari retensi urin.
d. Systocopy
Untuk mengukur besar prostat dengan mengukur panjang uretra parsprostatika
dan melihat penonjolan prostat ke dalam rektum.
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Meliputi Meliputi nama,umur, jenis kelamin, agama, suku,alamat, tanggal masuk,
tanggal pengkajian, diagnose medis.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
b. Keluhan saat pengkajian
c. Keluhan terdahulu
d. Riwayat kesehatan keluarga
3. Pola fungsi kesehatan
a. Aktifitas
b. Istirahat
c. Eliminasi
d. Nutrisi
4. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum
- Keadaan umum
- Kesadaran
- TTV
- TB dan BB
b. Pemeriksaan fisik secara head to toe
5. Data psikologis
a. pendidikan
b. hubungan siosial
c. gaya hidup
d. peran dalam keluarga
6. Data penunjang
7. Pengobatan
B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut b/d spasmus kandung kemih dan insisi sekunder pada TURP.
2. Resiko infeksi b/d prosedur inovasif pembedahan.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi mengenai proses
penyakit dan pengobatanya
C. Intervensi
Diagnosa I: Nyeri akut b/d spasmus kandung kemih dan insisi sekunder pada TURP.
1. NOC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam rasa nyeri berkurang atau hilang,
dengan kriteria hasil:
a) klien mengatak an nyeri berkurang / hilang
b) ekspresi wajah klien tenang
c) tanda-tanda vital dalam batas normal
2. NIC
a) Kaji skala nyeri.
R/mengetahui skala nyeri.
b) Jelaskan pada klien tentang gejala dini spasmus kandung kemih
R/klien dapat mendeteksi gejala dini spasmus kandung kemih.
c) Pemantauan klien pada interval yang teratur selama 48 jam, untuk mengenal
gejala-gejala dini dari spasmus kandung kemih.
Diagnosa II: Resiko infeksi b/d prosedur inovasif pembedahan.
1. NOC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam tidak terjadi adanya tanda-tanda
infeksi, dengan kriteria hasil:
a) Klien tidak mengalami infeksi.
b) Dapat mencapai waktu penyembuhan.
c) Tanda-tanda vital dalam batas normal dan tidak ada tanda-tanda shock.
2. NIC
a) Monitor tanda dan gejala infeksi
R/ mengetahui tanda dan gejala infeksi.
b) Ajarkan intake cairan yang cukup sehingga dapat menurunkan potensial
infeksi.
R/meningkatkan output urine sehingga resiko terjadi isk dikurangi dan
mempertahankan fungsi ginjal .
c) Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan antibiotik .
R/ mencegah infeksi.
D. Evaluasi
1. Pasien dapat bergerak dengan baik.
2. Kebutuhan pasien terpenuhi.
3. Tingkat pengetahuan pasien bertambah.
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
IDENTITAS
KELUHAN UTAMA
Pasien datang ke Poli Urologi RSUD Bekasi tgl 30 Januari 2021 pukul 10.00 WIB
dengan keluhan susah pipis sejak 1 minggu yang lalu, tetapi pasien tidak mau
memeriksakan diri karena merasa baik-baik saja. Setelah dipemeriksaan oleh Dokter
urologi. Dokter menyarankan untuk rawat inap untuk persiapan operasi tgl 31 Januari 2021
jam 09.00 WIB dengan Anastesi Spinal. Hasil pemeriksaan vital sign yaitu TD: 130/90
0
mmHg, N: 93 x/m, RR: 20 x/m dan S: 37 C.
Setelah dilakukan tindakan post opp klien mengatakan nyeri di kandung kemih
P: nyeri ketika beraktivitas,
Q: seperti ditusuk-tusuk,
R: dibagian genetalia dan kandung kemih,
S: 5 ,
T: hilang timbul.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
1. Pernah dirawat √ Ya Tidak
Kapan : 2001
Diagnosa : DBD
2. Riwayat penyakit kronik dan menular Ya √ Tidak
Jenis :
Riwayat kontrol :
Riwayat pengunaan obat :
3. Riwayat alergi
Obat Ya √ Tidak Jenis..
Makanan Ya √ Tidak Jenis..
Lain-lain Ya √ Tidak Jenis..
4. Riwayat operasi √ Ya Tidak
- kapan : 31 Januari 2021
- jenis operasi : TURP (Transurethral Resection Of The Prostat)
RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Ya Tidak √
Jenis :
Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Laki-laki meninggal
: Perempuan
: Perempuan meninggal
: Pasien
Alkohol Ya Tidak √
Keterangan :
Merokok Ya √ Tidak
Keterangan : saaat usia 15 tahun sampai saat ini
Obat Ya Tidak √
Keterangan :
Olahraga Ya Tidak √
Keterangan :
OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda-tanda vital
a. RR : 20x/mnt
b Keluhan : - Sesak - Nyeri waktu nafas - Orthopnea
.
batuk - Produktif - Tidak produktif
Sekret : Tidak ada sekret Konsistensi : -
Warna : - Bau : -
c. Penggunaan otot bantu nafas : - Masalah keperawatan :
d PCH Ya √ Tidak
.
e. Irama nafas √ Teratur Tidak teratur
f. Pleural Friction rub :
g Pola nafas - Dispnoe - Kusmaul chey - Stokes
.
- Biot
h Suara nafas - Cracles - Ronkhi - Wheezing
.
i. Alat bantu nafas Ya √ Tidak
Jenis flow I/pm
j. penggunaan WSD : Tidak Menggunakan WSD
jenis :-
jumlah cairan :-
undulasi :-
tekanan :-
k Tracheostomy Ya √ Tidak
.
3. Sistem kardio vaskuler (B2)
Masalah keperawatan :
a. TD : 130/90mmHg
b. N : 93x/mnt
c. Keluhan nyeri dada : Ya √ Tidak
P : -
Q : -
R : -
S : -
T : -
d. Irama jantung : √ Regular Ireguler
e. Suara jantung : √ Normal (S1/S2 tunggal) murmur
Gallop Lain-lain..
f. Ictus Cordis : teraba di ICS IV Sinistra
g. CRT : < 3detik
h. Akral Hangat Kering Merah
Basah Pucat Panas
√ Dingin
i. Sirkulasi perifer : √ Normal Menurun
j. JVP : Tidak ada pembesaran vena jugularis
k. CVP : Normal
l. CTR : Normal
m. EKG & interprestasinya : -
4. Sistem persyarafan (B3)
Masalah keperawatan:
a. TB : 175 Kg BB : 75Kg
Defisit Perawatan Diri
b. IMT : 24,5 Interprestasi :
c. Mulut √ Bersih kotor Berbau
d. Membrane mukosa Lembab √ Kering stomatitis
e. Tenggorokan
Sakit menelan Kesulitan menelan
Pembesaran tonsil Nyeri tekan
f. Abdomen - Tegang Kembung Ansites
g. Nyeri tekan √ Ya Tidak
h. Luka operasi √ Ya Tidak
Tanggal operasi : 31 Januari 2021
Jenis operasi : TURP (Transurethral Resection Of The Prostate)
Lokasi : Genitalia ( kandung kemih/prostat)
Keadaan :
Drain Ya √ Tidak
- jumlah : -
- warna : -
- kondisi area sekitar : -
Peristaltic : 20x/mnt
BAB : 1x/hari Terakhir tanggal : 30-01-2021
Konsistensi Keras √ Lunak
Cair Lendir/darah
Diet Padat √ Lunak cair
Diet khusus :
Nafsu makan Baik √ Menurun Frekuensi: 3 x/hari
Porsi makan Habis √ Tidak Ket: klien hanya
memakan ½ porsi
7. Sistem penglihatan
a. pengkajian segmen anterior dan posterior
OD OS
Normal Visus Normal Masalah keperawatan :
Tidak ada Palpebra Tidak ada
edema edema
Ananemis Conjungtiva Ananemis
Jernih Kornea Jernih
Normal BMD Normal
Isokor pupil Isokor
Normal Iris Normal
Tidak keruh Lensa Tidak keruh
Dalam batas TIO Dalam batas
normal normal
OD OS
Normal Aurcicula Normal Masalah keperawatan :
Normal MAE Normal
Normal Membrane Normal
Normal Tymphani Normal
Normal Rinne Normal
Normal Waber Normal
Normal swabach Normal
b. Tes Audiometri :
c. Keluhan nyeri Ya √ Tidak
P : -
Q : -
R : -
S : -
T : -
d. Luka operasi Ya √ Tidak
Tanggal operasi : -
Jenis operasi : -
Lokasi : -
Keadaan : -
e. Alat bantu dengar : -
5 5
c. Kelainan ekstremitas Ya √ Tidak
d. Kelainan tulang belakang Ya √ Tidak
e. Fraktur Ya √ Tidak Jenis :
f. Traksi Ya √ Tidak
- Jenis : -
- Beban : -
- Lama pemasangan : -
g. Penggunaan spalk/gips : Ya √ Tidak
h. Keluhan nyeri : Ya √ Tidak
P : -
Q : -
R : -
S : -
T : -
i. Sirkulasi perifer : -
j. Kompartemen syndrome Ya √ Tidak
k. Kulit - Ikterik - Sianosis - Kemerahan
- Hiperpigmentasi
l. Turgor √ Baik Kurang Jelek
Jenis
- lama luka : - Masalah keperawatan:
- warna : -
- luas luka : -
- kedalaman : -
- kulit kaki : -
- kuku kaki : -
- Telapak kaki : -
- jari kaki : -
- infeksi Ya √ Tidak
- riwayat luka sebelumnya Ya √ Tidak
Jika ya:
- tahun : -
- janis luka : -
- lokasi : -
- riwayat amputasi sebelumnya Ya Tidak
Jika ya:
- tahun : -
- lokasi : -
f. ABI :
PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
PENGKAJIAN SPIRITUAL
a. Kebiasaan beribadah
- sebelum sakit √ Sering Kadang-kadang Tidak pernah
- selama sakit √ Sering Kadang-kadang Tidak pernah
b. Bantuan yang diperlukan klien untuk memenuhi kebutuhan ibadah
Masalah keperawatan :
LABORATORIUM
14 Juli 2014 Hasil Nilai Normal
Hb 10.0 Lk = 14-16 gr%, Pr = 12-14 gr%
Leukosit 6.600 5.000-10.000 mm3/drh
Hematokrit 44 % Lk = 47-54 %, Pr = 42-46 %
Eritrokit 4.31 4,6-6 Jt mm3/drh
RONTGEN
Dari hasil USG prostat Tanggal 30 Januari 2021 Hipertropi prostat
Terlihat pembesaran sel diprostat
TERAPI
DO:
1. Ps Pasien tampak meringis menahan nyeri
2. Tangan pasien tampak memegangi area nyeri
3. Ps tampak lemah.
4. Terdapat luka post TURP pada prostat
5. Genitalia tampak terpasang DC no 16
6. Ps tampak kesakitan jika melakukan aktivitas.
TTV
TD : 130/90 mmHg
RR : 20x/menit
N : 93x/menit
S : 37oC
7. Ps terpasang infus RL 20 tpm
ANALISA DATA
Hari/tgl/jam DATA ETIOLOGI MASALAH
Agen Pencedera Nyeri Akut
DS:
Fisik (prosedur
Ps mengatakan merasa
kurang nyaman karena operasi)
terpasang selang pipis.
Ps mengatakan sulit tidur
karena nyeri
Ps mengatakan nyeri post
operasi
o P: nyeri ketika
beraktivitas,
o Q: seperti ditusuk-tusuk,
o R: dibagian genetalia
dan kandung kemih,
o S: 5 ,
o T: hilang timbul.
DO:
Ps Pasien tampak
meringis menahan nyeri
Tangan pasien tampak
memegangi area nyeri
Ps tampak lemah.
Genitalia tampak
terpasang DC no 16
Efek prosedur Risiko Infeksi
DS:
invasif
DO:
Terdapat luka post TURP
Hari/
tgl/ No. Dx jam Implementasi paraf jam Evaluasi (SOAP) paraf
jam
03-02- 1.Nyeri Akut b/d 1. Observasi S:
Mengobservasi lokasi,
2021 Agen Pencedera klien mengatakan nyeri belum
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
Rabu Fisik (prosedur intensitas nyeri berkurang
Mengidentifikasi skala nyeri
operasi) O:
Mengidentifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan nyeri klien tampak masih meringis
P : nyeri terasa saat ditekan dan
2.Terapeutik
beraktivitas
Memberikan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi rasa Q : seperti ditusuk jarum
nyeri (teknik relaksasi nafas dalam dan
terapi musik) R : dibagian abdomen bawah
Rasional: (kandung kemih) luka operasi
Klien mampu mengikuti perawat dengan S:5
baik
T : intermitten
3.Edukasi TD: 130/90mmHg RR: 23x/mnt
Mengajarkan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi rasa N: 93x/mnt S: 37ᵒC
nyeri
Rasional: A:
Klien dan keluarga mendengakan dengan
masalah belum teratas
baik
P:
4.Kolaborasi
lanjutkan intervensi 1 dan 4
Berkolaborasi pemberian analgetik
4. Kolaborasi
Berkolaborasi pemberian terapi injeksi
03 -02- 3. Intoleransi 1. Observasi S:
Memonitor pola dan jam tidur
2021 Aktivitas b/d Klien mengatakan tidur lebih
Memonitor lokasi dan
Rabu Imobilitas ketidaknyamanan selama melakukan nyenyak
aktivitas
Klien mengatakan sudah bisa mika
Rasional:
Klien Tidur 5 jam / hari, karena terasa nyeri miki, aktivitas masih dibantu
keluarga
2. Terapeutik
Menyediakan lingkungan O:
nyaman dan rendah stimulus (mis. cahaya,
Klien terlihat lebih tenang
suara, kunjungan)
Melakukan rentang gerak pasif Klien tampak lebih bugar walau
dan/atau aktif
masih sesekali meringis
3. Edukasi A:
Menganjurkan tirah baring
Masalah belum teratasi
Menganjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap P:
Lanjutkan intervensi 1, 2 dan 3
4. Kolaborasi
Berkolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan asupan makanan
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN/CATATAN KEPERAWATAN
Hari/
tgl/ No. Dx jam Implementasi paraf jam Evaluasi (SOAP) paraf
jam
04-02- 1.Nyeri Akut b/d 1. Observasi S:
Mengobservasi lokasi,
2021 Agen Pencedera klien mengatakan nyeri berkurang
karakteristik, durasi, frekuensi,
Kamis Fisik (prosedur kualitas, intensitas nyeri klien mengatakan sudah bisa
Mengidentifikasi skala nyeri mengontrol nyerinya dengan terknik
operasi)
Mengidentifikasi faktor yang relaksasi nafas dalam
memperberat dan memperingan O:
nyeri
klien tampak lebih segar walau masih
2. Terapeutik sering meringis
Memberikan teknik P : nyeri terasa saat ditekan dan
nonfarmakologis untuk beraktivitas
mengurangi rasa nyeri (teknik
Q : seperti ditusuk jarum
relaksasi nafas dalam dan
terapi musik) R : dibagian abdomen bawah
(kandung kemih) luka operasi
3. Kolaborasi
Berkolaborasi pemberian analgetik S:4
T : intermitten
TD: 130/80mmHg RR: 20x/mnt
N: 80x/mnt S: 36,5ᵒC
A:
masalah teratasi sebagian
P:
lanjutkan intervensi
04-02- 2. Risiko 1. Observasi S:
Memonitor tanda
2021 Infeksi b/d Efek Klien mengatakan tidak ada rasa gatal
gejala infeksi lokal dan sistemik
Kamis prosedur invasif Rasional: dan panas
Tidak terdapat tanda tanda infeksi
Klien mengatakan lebih tenang
2. Kolaborasi O:
Berkolaborasi pemberian terapi injeksi
Tidak terdapat tanda dan gejala
infeksi
Klien tampak tenang
A:
Masalah teratasi sebaian
P:
Lanjutkan intervensi
04 -02- 3. Intoleransi 1. Observasi S:
Memonitor pola dan jam
2021 Aktivitas b/d Klien mengatakan tidur lebih nyenyak
tidur
Kamis Imobilitas Memonitor lokasi dan Klien mengatakan sudah bisa
ketidaknyamanan selama melakukan
beraktivitas masih dibantu keluarga
aktivitas
Rasional: O:
Klien Tidur 5 jam / hari, karena terasa
Klien terlihat lebih tenang
nyeri
Klien tampak lebih bugar walau masih
2. Terapeutik
sesekali meringis
Menyediakan lingkungan
nyaman dan rendah stimulus (mis. Klien sudah bisa mobilisasi dibantu
cahaya, suara, kunjungan)
keluarga
Melakukan rentang gerak
pasif dan/atau aktif A:
Masalah belum teratasi
3. Edukasi
Menganjurkan tirah baring P:
Menganjurkan melakukan
Lanjutkan intervensi
aktivitas secara bertahap
4. Kolaborasi
Berkolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN/CATATAN KEPERAWATAN
Hari/
tgl/ No. Dx jam Implementasi paraf jam Evaluasi (SOAP) paraf
jam
05-02- 1.Nyeri Akut b/d 1. Observasi S:
Mengobservasi lokasi,
2021 Agen Pencedera klien mengatakan nyeri semakin
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
Jumat Fisik (prosedur intensitas nyeri berkurang
Mengidentifikasi skala nyeri
operasi) O:
Mengidentifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan nyeri klien tampak lebih segar walau
P : nyeri terasa saat ditekan dan
2. Kolaborasi
beraktivitas
Berkolaborasi pemberian analgetik
Q : seperti ditusuk jarum
R : dibagian abdomen bawah
(kandung kemih) luka operasi
S:3
T : intermitten
TD: 130/70mmHg RR: 19x/mnt
N: 83x/mnt S: 37ᵒC
A:
masalah teratasi sebagian
P:
lanjutkan intervensi
A:
masalah belum teratasi
P:
lanjutkan intervensi 1 dan 4
CATATAN KEPERAWATAN
CATATAN KEPERAWATAN
A:
masalah teratasi sebagian
P:
lanjutkan intervensi