DI SUSUN OLEH
Yulianti 202112055
A. Definisi
Batu Saluran Kemih (Urolithiasis) merupakan kondisi dimana terdapat masa keras
berbentuk batu kristal di sepanjang saluran kemih sehingga menimbulkan rasa nyeri,
pendarahan, dan juga infeksi. Pembentukan batu disebabkan oleh peningkatan jumlah zat
kalsium, oksalat dan asam urat dalam tubuh atau menurunnya sitrat sebagai zat yang
menghambat pembentukan batu (Brunner dan Suddarth, 2000 dalam Silla 2019). Urolithiasis
adalah suatu kondisi dimana dalam saluran kemih individu terbentuk batu berupa kristal yang
mengendap dari urin (Mehmed & Ender, 2015). Pembentukan batu dapat terjadi ketika
tingginya konsentrasi kristal urin yang membentuk batu seperti zat kalsium, oksalat, asam
urat dan/atau zat yang menghambat pembentukan batu (sitrat) yang rendah (Moe, 2006;
Pearle, 2005). Urolithiasis merupakan obstruksi benda padat pada saluran kencing yang
terbentuk karena faktor presipitasi endapan dan senyawa tertentu (Grace & Borley, 2006)
dalam Yanti, Hasian, 2019)
Ureterolithiasis adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat, calculi (batu ginjal)
pada ureter atau pada daerah ginjal. Ureterolithiasis terjadi bila batu ada di dalam saluran
perkemihan. Batu itu sendiri disebut calculi. Pembentukan batu mulai dengan kristal yang
terperangkap di suatu tempat sepanjang saluran perkemihan yang tumbuh sebagai pencetus
larutan urin. Calculi bervariasi dalam ukuran dan dari fokus mikroskopik sampai beberapa
centimeter dalam diameter cukup besar untuk masuk dalam pelvis ginjal. Gejala rasa sakit
yang berlebihan pada pinggang, nausea, muntah, demam, hematuria. Urine berwarna keruh
seperti teh atau merah. (Brunner and Suddarth, 2012)
B. Anatomi dan Fisiologi
Reseptor nyeri pada traktus urinarius bagian atas berperan dalam persepsi
nyeri dari kolik renalis. Reseptor ini terletak pada bagian sub mukosa dari pelvis renalis,
calyx, capsula renalis, dan ureter pars superior. Terjadinya distensi yang akut merupakan
faktor penting dalam perkembangan nyeri kolik renalis daripada spasme, iritasi lokal, atau
hiperperistaltik ureter. Rangsangan pada peripelvis capsula renalis menyebabkan nyeri
pada regio flank, sedangkan rangsangan pada pelvis renalis dan calyx menyebabkan nyeri
berupa kolik renalis. Iritasi pada mukosa juga dapat dirasakan oleh kemoreseptor pada
pelvis renalis dengan derajat yang bervariasi, tetapi iritasi ini berperan sangat kecil dalam
terjadinya nyeri kolik renalis atau kolik ureteral.
Secara otomatis, faktor jenis kelamin dan usia sangat signifikan dalam proses
pembentukan batu. Namun, angka kejadian batu ureter dilapangan sering kali
terjadi pada laki-laki dan pada masa usia dewasa. Hal ini karena pola hidup,
aktivitas, dan geografis.
2. Keluhan utama
Keluhan sangat bervariasi, terlebih jika terdapat penyakit skunder yang menyertai.
Keluhan utama biasanya yang sering muncul pada pasien dengan batu ureter
adalah nyeri pada perut yang menjalar sampai ke pinggang dan nyeri saat
berkemih.
3. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan yang sering terjadi pada pasien batu ureter ialah nyeri pada saluran kemih
yang menjalar, berat ringannya tergantung pada lokasi dan besarnya batu, dapat
terjadi nyeri/kolik renal. Pasien juga mengalami gangguan gastrointestinal.
4. Riwayat penyakit dahulu
Batu ureter bukan merupakan penyakit menular dan menurun, sehingga silsilah
keluarga tidak terlalu berpengaruh pada penyakit ini.
6. Riwayat psikososial
Kondisi ini tidak selalu ada gangguan jika pasien memiliki koping adaptif. Namun
biasanya, hambatan dalam interaksi interaksi sosial dikarenakan adanya
ketidaknyamanan (nyeri hebat) pada pasien, sehingga fokus perhatiannya hanya
pada sakitnya.
7. Pola fungsi kesehatan
c. Pola eliminasi
- Hematuri
- Melaporkan adanya riwayat UTI ,obstruksi
- Urine keruh, nyeri saat BAK dan sering
- Kencing tidak tuntas
d. Pola aktivitas-latihan
Biasanya pasien kurang beraktivitas
Biasanya pasien dengan batu ureter mengalami gangguan pola tidur, sulit tidur
dan kadang sering terbangun dikarenakan nyeri yang dirasakan.
Biasanya pasien dengan batu ureter, memiliki komunikasi yang baik dengan
keluarga, perawat, dokter, dan lingkungan sekitar.
8. Pemeriksaan fisik
Kondisi klien batu ureter dapat bervariasi mulai tanpa kelainan fisik sampai
tanda-tanda sakit berat tergantung pada letak batu dan penyulit yang
ditimbulkan. Pada tanda-tanda vital biasanya tidak ada perubahan yang
mencolok, hanya saja takikardi terjadi akibat nyeri yang hebat.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Wajah
e. Ansietas
f. Risiko perdarahan
Berikan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri (mis: ,
terapi music, terapi pijat,
aromaterapi, kompres
hangat/dingin)
Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis: suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
Fasilitasi istirahat dan
tidur
Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi
meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
Anjurkan menggunakan
analgesik secara tepat
Ajarkan Teknik
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Terapeutik
Edukasi
Edukasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
Penyuluhan Kesehatan
DPP PPNI, T.P.S (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator
Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia
DPP PPNI, T.P.S (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
DPP PPNI, T.P.S (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia