Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

DI SUSUN OLEH

Putria Hanggraita 202112040


Tri Artiati Astuti 202112050

Yulianti 202112055

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SINT CAROLUS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
JAKARTA
2023
LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP MEDIS BATU URETER

A. Definisi

Batu Saluran Kemih (Urolithiasis) merupakan kondisi dimana terdapat masa keras
berbentuk batu kristal di sepanjang saluran kemih sehingga menimbulkan rasa nyeri,
pendarahan, dan juga infeksi. Pembentukan batu disebabkan oleh peningkatan jumlah zat
kalsium, oksalat dan asam urat dalam tubuh atau menurunnya sitrat sebagai zat yang
menghambat pembentukan batu (Brunner dan Suddarth, 2000 dalam Silla 2019). Urolithiasis
adalah suatu kondisi dimana dalam saluran kemih individu terbentuk batu berupa kristal yang
mengendap dari urin (Mehmed & Ender, 2015). Pembentukan batu dapat terjadi ketika
tingginya konsentrasi kristal urin yang membentuk batu seperti zat kalsium, oksalat, asam
urat dan/atau zat yang menghambat pembentukan batu (sitrat) yang rendah (Moe, 2006;
Pearle, 2005). Urolithiasis merupakan obstruksi benda padat pada saluran kencing yang
terbentuk karena faktor presipitasi endapan dan senyawa tertentu (Grace & Borley, 2006)
dalam Yanti, Hasian, 2019)

Ureterolithiasis adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat, calculi (batu ginjal)
pada ureter atau pada daerah ginjal. Ureterolithiasis terjadi bila batu ada di dalam saluran
perkemihan. Batu itu sendiri disebut calculi. Pembentukan batu mulai dengan kristal yang
terperangkap di suatu tempat sepanjang saluran perkemihan yang tumbuh sebagai pencetus
larutan urin. Calculi bervariasi dalam ukuran dan dari fokus mikroskopik sampai beberapa
centimeter dalam diameter cukup besar untuk masuk dalam pelvis ginjal. Gejala rasa sakit
yang berlebihan pada pinggang, nausea, muntah, demam, hematuria. Urine berwarna keruh
seperti teh atau merah. (Brunner and Suddarth, 2012)
B. Anatomi dan Fisiologi

Ureter merupakan saluran muskular dengan


lumen yang sempit yang membawa urin dari ginjal
menju vesica urinaria. Bagian superior dari ureter
yaitu pelvis renalis dibentuk oleh 2-3 calyc major
dan masing-masing calyc major dibentuk oleh 2-3
calyc minor. Apex dari pyramidum renalis yaitu
paila renalis akan masuk menekuk ke dalam calyc
minor.5,6 Pars abdominalis dari ureter menempel
peritoneum parietalis dan secara tofografi letaknya adalah retroperitoenal. Ureter bejalan
secara inferomedial menuju anterior dari psoas major dan ujung dari processus transversus
vertebrae lumbalis dan menyilang arteri iliaca externa tepat di luar percabangan arteri
iliaca commonis. Kemudian berjalan di dinding lateral dari pelvis untuk memasuki vesica
urinaria secara oblique.
Ureter secara normal mengalami kontriksi dengan derajat yang bervariasi pada tiga
tempat, yaitu: 1). Junctura ureteropelvicum, 2). Saat ureter melwati tepi dari aditus
pelvicum, dan 3). Saat melewati dinding vesica urinaria. Area-area yang menyempit ini
merupakan lokasi yang potensial untuk terjadinya obstruksi yang disebabkan oleh batu
(kalkuli) ginjal.

Gambar 1. Anatomi Struktur Internal dari ginjal dan Perjalanan Ureter.


Pada saat kedua ureter memasuki vesica urinaria mereka berjarak sekitar 5 cm.
Dan saat vesica urinaria terisi penuh, muara dari kedua ureter ini berjarak sama sekitar
5 cm, tetapi saat vesica urinaria dalam keadaan kosong muara dari kedua ureter
berjarak sekitar 2,5 cm. Diameter lumen dari ureter di junctura ureteropelvicum sekitar
2 mm, di bagian tengah sekitar 10 mm, saat menyilang arteri iliaca externa sekitar 4
mm, dan di junctura ureterovesicalis sekitar 3-4 mm.

Gambar 2. Diameter Lumen Ureter pada masing-masing lokasi penyempitan.

Reseptor nyeri pada traktus urinarius bagian atas berperan dalam persepsi
nyeri dari kolik renalis. Reseptor ini terletak pada bagian sub mukosa dari pelvis renalis,
calyx, capsula renalis, dan ureter pars superior. Terjadinya distensi yang akut merupakan
faktor penting dalam perkembangan nyeri kolik renalis daripada spasme, iritasi lokal, atau
hiperperistaltik ureter. Rangsangan pada peripelvis capsula renalis menyebabkan nyeri
pada regio flank, sedangkan rangsangan pada pelvis renalis dan calyx menyebabkan nyeri
berupa kolik renalis. Iritasi pada mukosa juga dapat dirasakan oleh kemoreseptor pada
pelvis renalis dengan derajat yang bervariasi, tetapi iritasi ini berperan sangat kecil dalam
terjadinya nyeri kolik renalis atau kolik ureteral.

Serat-serat nyeri dari ginjal terutama saraf-saraf simpatis preganglion mencapai


medula spinalis setinggi T11-L2 melalui nervus dorsalis. Ganglion aortorenal, celiac, dan
mesenterika inferior juga terlibat. Sinyal transmisi dari nyeri ginjal muncul
terutama melalui traktus spinothalamikus. Pada ureter bagian bawah, sinyal nyeri
juga didistribusikan melalui saraf genitofemoral dan ilioinguinal. Nervi erigentes, yang
menginervasi ureter intramural dan kandung kemih, bertanggung jawab atas beberapa
gejala kandung kemih yang sering menyertai kalkulus ureter intramural.

Gambar 3. Innervasi Ginjal dan Ureter.

Konsep Asuhan Keperawatan Batu Ureter

Asuhan keperawatan merupakan rangkaian interaksi antara perawat, pasien, dan


lingkungannya untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan kemandirian pasien
dalam merawat dirinya (Tarigan & Handiyani, 2019). Asuhan keperawatan merupakan
proses yang sistematis, terstruktur, dan integratif dalam bidang ilmu keperawatan.
Asuhan ini diberikan melalui metode yang disebut proses keperawatan (Koerniawan,
Daeli, & Srimiyati, 2020). Proses keperawatan adalah pendekatan pemecahan masalah
yang melibatkan berpikir kritis, logis dan kreatif yang merupakan salah satu dasar dari
praktik keperawatan (Siregar, 2021). Proses keperawatan melibatkan beberapa tahapan
yaitu:
A. Pengkajian
1. Identitas

Secara otomatis, faktor jenis kelamin dan usia sangat signifikan dalam proses
pembentukan batu. Namun, angka kejadian batu ureter dilapangan sering kali
terjadi pada laki-laki dan pada masa usia dewasa. Hal ini karena pola hidup,
aktivitas, dan geografis.
2. Keluhan utama

Keluhan sangat bervariasi, terlebih jika terdapat penyakit skunder yang menyertai.
Keluhan utama biasanya yang sering muncul pada pasien dengan batu ureter
adalah nyeri pada perut yang menjalar sampai ke pinggang dan nyeri saat
berkemih.
3. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan yang sering terjadi pada pasien batu ureter ialah nyeri pada saluran kemih
yang menjalar, berat ringannya tergantung pada lokasi dan besarnya batu, dapat
terjadi nyeri/kolik renal. Pasien juga mengalami gangguan gastrointestinal.
4. Riwayat penyakit dahulu

Kemungkinan adanya riwayat gangguan pola berkemih.

5. Riwayat penyakit keluarga

Batu ureter bukan merupakan penyakit menular dan menurun, sehingga silsilah
keluarga tidak terlalu berpengaruh pada penyakit ini.
6. Riwayat psikososial

Kondisi ini tidak selalu ada gangguan jika pasien memiliki koping adaptif. Namun
biasanya, hambatan dalam interaksi interaksi sosial dikarenakan adanya
ketidaknyamanan (nyeri hebat) pada pasien, sehingga fokus perhatiannya hanya
pada sakitnya.
7. Pola fungsi kesehatan

a. Pola persepsi kesehatan

- Riwayat keluarga dengan batu saluran kemih


- Riwayat pemakaia obat diuretik, UTI, gout
- Riwaayt imobilisasi

b. Pola nutrisi metabolik

- Minum teh, jus buah dalam jumlah banyak (batu oxalate)


- Intake tinggi kalsium (susu kacang, keju, bean), purine (ikan , unggas,
daging), oxalate (kopi,makanan instan,bayam)
- Intake cairan kurang

c. Pola eliminasi

- Hematuri
- Melaporkan adanya riwayat UTI ,obstruksi
- Urine keruh, nyeri saat BAK dan sering
- Kencing tidak tuntas
d. Pola aktivitas-latihan
Biasanya pasien kurang beraktivitas

e. Pola istirahat tidur

Biasanya pasien dengan batu ureter mengalami gangguan pola tidur, sulit tidur
dan kadang sering terbangun dikarenakan nyeri yang dirasakan.

f. Pola Kognitif perseptual

Mengatakan sulit mengerti proses terjadinya batu dan tindakan mengatasinya.


g. Pola persepsi-diri

Biasanya pasien mengatakan skala nyeri 0-10

h. Pola peran hubungan

Menggambarkan pola peran kekerabatan dan hubungan

i. Pola seksual reproduksi

Biasanya pasien dengan batu ureter mengalami gangguan ini sehubungan


dengan rasa tidak nyaman.
j. Pola koping -toleransi stress

Pasien cemas dan stress dengan penyakit

k. Pola nilai kepercayaan

Biasanya pasien dengan batu ureter, memiliki komunikasi yang baik dengan
keluarga, perawat, dokter, dan lingkungan sekitar.
8. Pemeriksaan fisik

a. Kondisi umum dan tanda-tanda vital

Kondisi klien batu ureter dapat bervariasi mulai tanpa kelainan fisik sampai
tanda-tanda sakit berat tergantung pada letak batu dan penyulit yang
ditimbulkan. Pada tanda-tanda vital biasanya tidak ada perubahan yang
mencolok, hanya saja takikardi terjadi akibat nyeri yang hebat.
b. Pemeriksaan Fisik

1) Wajah

Inspeksi : warna kulit, jaringan parut, lesi, dan vaskularisasi. Amati


adanya pruritus, dan abnormalitas lainnya.
Palpasi : palpasi kulit untuk mengetahui suhu, turgor, tekstur, edema, dan
massa.
2) Abdomen

Inspeksi : ada tidaknya pembesaran, datar, cekung/cembung, kebersihan


umbilikus.
Palpasi : epigastrium, lien, hepar, ginjal

Perkusi : 4 kuadran (timpani, hipertimpani, pekak)

Auskultasi : 4 kuadaran (peristaltik usus diukur dalam 1 menit, bising


usus)
Nyeri Ketuk kedua ginjal/ posisi pinggang belakang kanan dan kiri
10) Genitalia

Inspeksi : inspeksi (kebersihan, lesi, massa, perdarahan, dan peradangan)


serta adanya kelainan.
Palpasi : palpasi apakah ada nyeri tekan dan benjolan.

1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)

Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien


terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi
yang berkaiaitan dengan kesehatan. jenis diagnosis keperawatan terdiri dari
diagnosis aktual, risiko, dan promosi kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
2017).
Masalah keperawatan yang sering muncul pada penderita batu ureter antara lain :
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedraan fisiologis

b. Gangguan eliminasi urine

c. Gangguan mobilitas fisik

d. Gangguan pola tidur

e. Ansietas

f. Risiko perdarahan

2. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)


Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran
(outcome) yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
Dari diagnosis diatas intervensi utama yang dapat diberikan adalah:

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan
Observasi
dengan agen pencedraan keperawatan 2x 24 jam tingkat
fisiologis nyeri menurun/terkontrol  Identifikasi lokasi,
dengan kriteria hasil karakteristik, durasi,
1. Keluhan nyeri frekuensi, kualitas,
menurun intensitas nyeri
2. Meringis menurun  Identifikasi skala nyeri
3. Sikap protektif  Idenfitikasi respon nyeri
menurun non verbal
4. Gelisah menurun  Identifikasi faktor yang
5. Kesulitan tidur memperberat dan
menurun memperingan nyeri
6. Frekuensi nadi  Identifikasi pengetahuan
membaik dan keyakinan tentang
nyeri
 Identifikasi pengaruh
budaya terhadap respon
nyeri
 Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas hidup
 Monitor keberhasilan
terapi komplementer yang
sudah diberikan
 Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik

 Berikan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri (mis: ,
terapi music, terapi pijat,
aromaterapi, kompres
hangat/dingin)
 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis: suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan
tidur
 Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi

 Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
 Anjurkan menggunakan
analgesik secara tepat
 Ajarkan Teknik
farmakologis untuk
mengurangi nyeri

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

2 Gangguan eliminasi urun Setelah dilakukan tindakan


Manajemen eliminasi
berhubungan dengan keperawatan selama 3x 24 jam
obstruksi eliminasi urin membaik/aliran Observasi
urin teratur
 Identifikasi tanda dan
Dengan kriteria hasil :
gejala retensi atau
1. Sensasi berkemih
inkontinensia urin
meningkat
 Identifikasi faktor yang
2. Desakan berkemih
menyebabkan retensi atau
(urgensi) menurun
inkontinensia urin
3. Distensi kandung
 Monitor eliminasi urin
kemih menurun
(mis. frekuensi,
konsistensi, aroma,
volume, dan warna)

Terapeutik

 Catat waktu-waktu dan


haluaran berkemih
 Batasi asupan cairan, jika
perlu
 Ambil sampel urin tengah
(midstream) atau kultur

Edukasi

 Ajarkan tanda dan gejala


infeksi saluran berkemih
 Ajarkan mengukur asupan
cairan dan haluaran urin
 Ajarkan mengambil
spesimen urin midstream
 Ajarkan mengenali tanda
berkemih dan waktu yang
tepat untuk berkemih
 Anjurkan minum yang
cukup, jika tidak ada
kontraindikasi
 Anjurkan mengurangi
minum menjelang tidur

3 Resiko tinggi infeksi Setelah dilakukan keperawatan


Pencegahan infeksi
berhubungan dengan selama 3x 24 jam infeksi
sumbatan aliran urin terkontrol/todak terjadi dengan Observasi
kriteria hasil :
 Monitor tanda dan gejala
1. Demam menurun
infeksi lokal dan sistemik
2. Kemerahan menurun
3. Nyeri menurun Terapeutik
4. Bengkak menurun
 Batasi jumlah pengunjung
5. Kadar sel darah putih
 Berikan perawatan kulit
membaik
pada area edema
 Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan
pasien
 Pertahankan teknik aseptic
pada pasien berisiko tinggi

Edukasi

 Jelaskan tanda dan gejala


infeksi
 Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
 Ajarkan etika batuk
 Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka
operasi
 Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
 Anjurkan meningkatkan
asupan cairan

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu

Penyuluhan Kesehatan

1. Minum minimal 2-3 liter air putih per hari


2. Olahraga ringan minimal 2 kali seminggu selama 15 menit
3. Batasi minum teh, kopi atau minuman bersoda maksimal 2 gelas per hari
4. Batasi konsumsi sodium
5. Batasi makanan yang mengandung tinggi kalsium seperti : susu es krim , kacang-
kacangan, keju
6. Batasi makanan yang mengandung tinggi oksalat seperti : bayam, tomat seledri, kopi,
the, gandum, kelapa, terigu
7. Batasi konsumsi protein hewani seperti daging, ikan dan telur
8. Hindari makanan yang meyebabkan asam urat tinggi seperti : sarden, kerang , jeroan
9. Batasi makan yang mengandung tinggi phospat seperti organ dalam, kacang-
kacangan, daging merah
10. Kembali ke rumah sakit bila sulit buang air kecil, rasa nyeri dibagian pinggang, BAK
disertai darah dan nyeri saat BAK diertai demam
DAFTAR PUSTAKA

DPP PPNI, T.P.S (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator
Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia

DPP PPNI, T.P.S (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

DPP PPNI, T.P.S (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia

Prihadi, Johannes Cansius, Daniel Ardian Soeselo, C. K. (2020). Konsep Vesicolithiasis.


Konsep Vesicolithiasis, 1(69), 5–24.

Anda mungkin juga menyukai