PEDIS
Oleh
Munazilatul Chasanah
NIM 202311101154
Pankreas adalah kelenjar berwarna merah muda keabuan dengan panjang sekita
12 – 15 cm berbentuk tranversal yang membentang pada dinding abdomen posterior
dibelakang lambung, pankreas juga merupakan kelenjar endokrin terbesar yang
terdapat di dalam tubuh baik hewan maupun manusia. Bagian depan (kepala)
kelenjear pankreas terletak pada lekukan yang dibentuk oleh duodenum dan bagian
pilorus dari lambung. Bagian badan ini yang merupakan bagian utama dari oran
tubuh. Dari segi perkembangan embriologis kelenjar pankreas terbentuk dari epitel
lapisan epitel yang membentuk usus. Kelenjar inilah yang mengekresikan insulin
melalui pulau langerhans yang berada dalam kelenjar pankreas. Didalam kelenjar
pankreas terdapat sel beta yang menghasilkan insulin, didalam penkreas mengandung
lebih kurang 100.000 pulau langerhans dan tiap pulau berisi 100 sel beta. Selain itu
pankreas juga terdapat sel alfa, yang bekerja sebaliknya insulin, sel ini menghasilkan
glukagon yang berfungsi untuk meningkatkan gula darah.
Insulin adalah suatu hormon yang menurunkan kadar gula darah dengan
meransang perubahan glukosa menjadi glukagen untuk disimpan dan dengan
meningkatkan ambilan glukosa selular. Dan berfungsi memperbaiki kemampuan sel
tubuh untuk mengobservasi dan menggunakan glukosa serta lemak. Asupan glukosa
yang terdapat dalam darah dihasilkan dari pemecahan karbohidrat dalam berbagai
bentuk termasuk monosakarida dan unit-unit kimia yang komplek, disakarida dan
polisakarida. Karbohidrat dikosumsi didalam tubuh dan dipecahkan menjadi
monosakarida kemudian diserap dalam tubuh melalui duodenum dan jejunum
proksimal. (Evelyn C. Pearce, 2002 dalam Hansen 2017)
Data epidemiologi menurut The National Institue of Dibetes and Degestive and
Kidney Disease, diperkirakan sekitar 16 juta orang di Amerika Serikat menderita
diabetes. Dan jutaan diantaranya berisko menderita diabetes. Dari keseluaran
penerita dibetes 15% diantaranya menderita ulkus kaki dibetikum, dan 12- 14% dari
yang menderita ulkus di bagian kaki memerlukan amputasi. Di Indonesia sendiri
berdasarkan pengukuran tahun 2013 ada sekitar 2,1% lebih tinggi dibanding dengan
tahun 2007 sekitar 1,1%, meningkat dua kali lipat. Dan ada sebanyak 31 provinsi
di Indonesia 93,9% menunujukan kenaikan prevalensi akibat DM yang cukup
drastis. Selain itu berdasarkan data dari rekam medik RSUD Dr. Chasan Boesoirie
Ternate tahun 2016, dlam 4 tahun terakhir 2011 sampai tahun 2015 jumalah
penderita DM dan jumlah kasus mengenai ulkus kaki diabetik cenderung
menunujukan peningkatan. Jika dilihat dari 10 besar penyakit rawat jalan tahun
2011 jumlah kasus DM berada pada peringkat ke tiga dengan jumlah kasus
sebanyak 984 (1,48%,) dan pada tahun 2012 kasus DM berada pada peringkat
yang sama dengan jumlah kasus 820 (1,18%), tahun 2013 jumlah kasus 830
(14,50%), dan pada yahun 2014 kasus DM turun menjadi 541 kasus (14,50%),
karena tingginya prevalensi ulkus kaki diabetik di indonesia termasuk di Provinsi
Maluku Utara, maka dari itu perlu diketahui determinan ulkus kaki diabetik agar
dapat dilakukan prencanaan program pencegahan atau penanganan pmengenai
penyakit ini.
D. ETIOLOGI
Etiologi ulkus kaki dibatik adalah gabungan dari neuropati, penyakit arteri,
tekanan (trauma), dan deformitas kaki. Penyebab terbesar terjadinya ulkus daibetik
adalah neuropati, yang biasa ditemukan pada80 – 90 % pasien dengan ulkus.
Adanya kondisi iskemik disebebkan oleh penyakit arteri perifer yang menghambat
penyembuhan, terutama saat terjadi infeksi dimana demand lebih banyak
diperlukan. Deformitas atau abnormalitas struktur pada kaki memainkan peran
yang cukup penting dalam pembentukan ulkus akibat DM, karena dapat
memberikan tekanan yang abnormal yang dapat membentuk luka. Abnormalitas
bentuk kaki yang dimaksud diantaranya flat foot, halux valgus, charcot
neuroartropati atau hammer foot. Pada ulkus kaki diabetik diperkirakan kondisi
infeksi yang terjadi disebabkan oleh polimikrobial yang dapat melibatkan 5-7
organisme yang berbebeda. Pola dalam mikrobial ulkus diabetik dapat dipengaruhi
oleh kedalaman luka, jaringan yang terlibat, dan penggunaan antibiotik
sebelumnya.
a. Infeksi superfisial, yang sering kali mengandung kokus aerobik gram
positif (S. aureus, S. agalactiae, S. pyogenes, dan Staphylococcus
coagulase-negative).
b. Infeksi dalam, yang sering kali mengandung jenis bakteri yang ada infeksi
superfisial dan ditambah dengan organisme enterokokus,
Enterobacteriaceae, Pseudomonas aeruginosa, dan bakteri anaerob.
c. Infeksi dengan inflamasi ekstensif, nekrosis, cairan eksudat berbau, atau
gangrene dengan tanda-tanda toksisitas sistemik dapat mengandung semua
organisme di atas dan organisme anaerobik. Patogen-patogen yang
termasuk adalah Streptococcus anaerob, spesies Bacteroides, dan spesies
Clostridium.
F. MANIFESTASI KLINIS
Ulkus kaki diabetik ini umumnya terdpat pada daerah plantar kaki, dan
biasanya ada kelainan bentuk pada kaki (deformitas kaki), jalannya kurang
seimbang, adanya fisura dan kering pada kulit, pembentukan kalus pada area yang
tertekan, luka biasnya dalam dan berlubang, hialng atau berkurangnya sensasi nyeri,
xerosis (keringnya kulit kronik), biasanya luka tampak merah. Proses
makroangiopati menyebabkan sumbatan pembuluh darah, sedangkan secara akut
emboli akan memberikan gejala klinis 5 P, yaitu:
a. Pain (nyeri).
b. Paleness (kepucatan).
c. Paresthesia (parestesia dan kesemutan).
d. Pulselessness (denyut nadi hilang).
e. Paralysis (lumpuh).
Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut pola dari
Fontaine, yaitu 4:
a. Stadium I: asimptomatis atau gejala tidak khas (kesemutan)
b. Stadium II: terjadi klaudikasio intermiten.
c. Stadium III: timbul nyeri saat istirahat.
d. Stadium IV: berupa manisfestasi kerusakan jaringan karena anoksia (ulkus)
(Smeltzer C Suzanne, 2001 dalam Kartika, 2017)
G. KLASIFIKASI
1. Diabetes Mellitus Tipe 1
Proses autoimun sehingga terjadi kerusakan pada sel beta, biasanya
mengarah pada defisiensi insulin secara murni. DM ini sangat bergantung
pada insulin, karena tubuh tidak mampu untuk memproduksi insulin
akibat dari sistem kekebalan tubuh merusak sel yang bertugas untuk
mensekresi insulin.
2. Diabetes Mellitus Tipe 2
Gangguan dari sekresi insulin dan resisten terhadap kerja insulin, DM tipe
2 menunjukkan seseorang obesitas karena adanya resistensi insulin. Selain
itu, hipertensi dan dislipidemia juga ditemukan pada individu ini. DM tipe
2 paling banyak ditemukan dan berkaitan dengan riwayat diabetes pada
keluarga, usia yang lebih tua, obesitas dan kurang aktivitas fisik atau
berolahraga.
3. Diabetes Mellitus Gestasional
Mengidentifikasi wanita yang menderita diabetes mellitus selama
kehamilan, mulai muncul pada trimester ketiga. DM gestasional terjadi
akibat dari hormon yang dihasilkan oleh plasenta yang menghambat dari
proses kerja insulin.
Menurut Wagner ada enam tingkatan ulkus kaki diabetik, yaitu:
1. Wagner 0: Kulit masih terliahat utuh, namun ada kelainan bentuk pada kaki
akibat dari neuropati.
2. Wagner 1: Ulkus superfisial.
3. Wagner 2: Ulkus terlihat lebih dalam dan mengenai lapisan dermis, tendon,
ligamen, kapsul sendi, atau tulangsering terjadi dengan adanya selulitis, tidak
abses atau infeksi tulang.
4. Wagner 3: ulkus dalam yang disertai timbulnya abses.
5. Wagner 4: gangren lokal (ibu jari atau tumit).
6. Wagner 5: gangren kaki.
Keperawatanan
Penatalaksanaan keperawatan dalam hal ini meliputi:
a. Memperbaiki keadaan umum penderita dengan nutrisi yang memadai
b. Pemberian anti agregasi trombosit jika diperlukan, hipolipidemik dan
anti hopertensi
c. Bila dicurigai suatu gangren, segera diberikan antibiotik spektrum luas,
meskipun untuk menghancurkan klostridia hanya diperlukan penisilin.
d. Dilakukan pengangkatan jaringan yang rusak. Kadang-kadang jika
sirkulasi sangat jelek, sebagian atau seluruh anggota tubuh harus
diamputasi untuk mencegah penyebaran infeksi.
e. Terapi oksigen bertekanan tinggi (oksigen hiperbarik) bisa juga
digunakan untuk mengobati gangren kulit yang luas. Penderita
ditempatkan dalam ruangan yang mengandung oksigen bertekanan
tinggi, yang akan membantu membunuh klostridia.
f. Bersihkan luka di kulit dengan seksama.
g. Waspada akan tanda-tanda terjadinya infeksi (kemerahan, nyeri,
keluarnya cairan, pembengkakan).
J. Pathway
Diabetes Melitus
Hiperglikemia
Resistensi Insulin
Darah mengental,
aliran darah ke kaki
berkurang
Nutrisi jaringan
berkurang
Jaringan
Gangguan Citra
Tubuh
KONSEP ASUHAN KEPARAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
1.1. Anamnesa
a. Identitas Klien
Klien dengan ADHF rata rata berada pada rentang usia 65 tahun keatas
b. Keluhan Utama: Adanya rasa seperti kesemuatan pada kaki tungkai bawah,
adanya luka yang tidak kunjung sembuh, rasa raba yang menurun.
c. Riwayat Kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan mulai terjadinya luka tersebut, apa penyeab dari timbulnya
luka tersebut, upaya apa yang telah dilakukan pasien untuk mengatasi lukanya.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Bisa terjadi karean adanya riwayat penyakit DM atau penyakit- penyakit lain
yang ada kaitannya insulin misalnya penyakit seperti pankreas. Adanya riwayat
penyakit jantung, obesitas. Tindakan apa yang sebelumnya pernah di dapat oleh
pasien, serta obat- obatan apa saja yang pernah dikonsumsi oleh pasien
sebelumnya.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang
juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan
terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung, obesitas.
f. Riwayat psikososial
Dapt Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami
penderita sehubungan dengan penyakitnya.
1.2 Pemeriksaan Fisik
a. Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan
dan tanda- tanda vital.
b. Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga
kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa
tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan
berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
c. Sistem integument
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada
kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku
d. Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah
terjadi infeksi.
e. Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/ hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
f. Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase,
perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
g. Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
h. Sistem musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat lelah,
lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
i. Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, Kacau
mental,disorientasi.
j. Seksualitas
Impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita.
k. pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan darah: lekositosis mungkin menandakan adanya abses atau
infeksi lainnya pada kaki. Penyembuhan luka dihambat oleh adanya anemia.
Adanya insufisiensi arterial yang telah ada, keadaan anemia menimbulkan
nyeri saat istirahat.
2. Profil metabolik: pengukuran kadar glukosa darah, glikohemoglobin dan
kreatinin serum membantu untuk menentukan kecukupan regulasi glukosa
dan fungsi ginjal
3. Pemeriksaan laboratorium vaskuler noninvasif: Pulse Volume Recording
(PVR) atau plethymosgrafi.
B. DIAGNOSA
a) Perfusi Perifer Tidak Efektif
b) Nyeri Akut
c) Gangguan Integritas Jaringan
d) Gangguan Mobilitas Fisik
e) Gangguan Citra Tubuh
C. Penatalaksanaan Keperawatan
No. Pengkajian Terfokus Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan (SLKI) (SIKI)
(SDKI)
1. Data objektif: Perfusi Perifer Tidak Tujuan: Perawatan sirkulasi l.02079
1. Nadi kepilar Efektif (D.0009) Setelah dilakukan intervensi Definisi: mengidentifikasi dan
menurun atau tidak b.d hiperglikemia d.d keperawatan selama 3x24 jam merawat area lokal dengan
teraba DO&DS status sirkulasi membaik dengan keterbatasan sirkulasi perifer
2. Akral teraba dingin kriteria hasil : Observasi :
3. Warn akulit pucat 1. Pucat menurun 1. Periksa sirkulasi perifer
4. Turgor kulit 2. Akral dingin menurun 2. Identifikasi faktor risiko
menurun 3. Edema perifer menurun gangguan sirkulasi
5. Edema 4. Parestesia menurun 3. Monitor panas, kemerahan,
6. Indeks ankle nyeri, atau bengkak pada
brakial <90 ekstremitas
Terapeutik
Data subjektif: 1. Hindari pemasangan infus
1. 1. Parastesia atau pengambilan darah di
2. 2. Nyeri ekstremitas area keterbatasan perfusi
3. 2. Hindari pengukuran tekanan
darah pada ektremitas
dengan keterbatasan perfusi
3. Lakukan perawatan kaki dan
kuku
4. Lakukan pencegahan infeksi
5. Lakukan hidrasi
Edukasi:
1. Informasikan tanda dan
gejala yang harus dilaporkan
2. Ajurkan menghindari
penggunaa obat penyekat
beta
3. Anjukan berhenti merokok
4. Anjurkan berolahraga rutin
5. Anjurkan menggunkan obat
penurun tekanan darah,
antikoagulan, dan penurun
kolestrol
6. Anjurkan minum obat
pengontrol tekanan darah
secara teratur
7. Anjurkan program
rehabilitasi vaskular
8. Anjurkan program diet
untuk memperbaiki sirkulasi
9. Informasikan tanda dan
gejala darurat yang harus
dilaporkan.
2. Data objektif: Nyeri akut b.d agen Tujuan: Manajemen nyeri (I.08238)
Setelah dilakukan tindakan
1. Tampak meringis pencedera fisik (abses, Definisi: Mengidentifikasi dan
asuhan keperawatan selama 2 x
2. Gelisah amputasi, terbakar, mengelola pengalaman sensorik
24 jam diharapkan :
3. Frekuensi nadi terpotong, mengagkat atau emosional yang berkaitan
Kriteria hasil:
meningkat berat, prosedur operasi, dengan kerusakan jaringan atau
Tingkat Nyeri (L.08066)
4. Bersikap protektif trauma, latihan fisik fungsional dengan onset
1. Keluhan yeri cukup
(waspada berlebihan) d.d DO & mendadak atau lambat dan
menurun.
menghindari nyeri) DS berinteraksi ringan hingga berat
2. Kesulitan tidur cukup
5. Sulit tidur. dan konstan.
menurun.
6. Tekanan darah Observasi
3. Tekanan darah membaik.
meningkat 1. Identifikasi skala nyeri
4. Freuensi nadi membaik.
7. Pola napas berubah 2. Identifikasi lokasi,
5. Pola tidur membaik
8. Proses berfikir karakteristik, durasi,
terganggu frekuansi,
9. Nafsu makan kualitas,intensilitas nyeri.
berubah Terapeutik
10. Menarik diri. 1. Berikan teknik non
Data subjektif: farmakologis untuk
Klien mengeluh nyeri mengurangi rasa nyaeri.
2. Fasilitasi istirahat tidur.
3. Pertimbangankan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri.
Edukasi
1. Jelaskan strategi
mengurangi nyeri.
2. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri.
3. Ajarkan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri.
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik jika perlu.
Latihan pernapasan (I. 01007)
Definisi: latihan menggerakan
dinding dada untuk
meningkatkan bersihan jalan
napas, meningkatkan
pengembangan paru,
menguatkan otot otot napas, dan
meningkatkan relaksasi atau rasa
nyaman.
Observasi
1. Monitor frekuensi, irama
dan kedalaman napas
sebelum dan sesudah
latihan.
Terapeutik
1. Sediakan tempat yang
tenang
2. Posisikan pasien nyaman
dan rileks.
3. Ambil napas dalam secara
perlahan melalui hidung dan
tahan selama tujuh hitungan.
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur latihan pernapasan
2. Anjurkan mengulangi
latihan 4 -5 kali.
3. Data objektif: Gangguan integritas Tujuan: Perawatan integritas kulit (I.
1. Kerusakan jaringan kulit atau jaringan Setelah dilakukan tindakan 11353)
atau kerusakan b.d perubahan sirkulasi, asuhan keperawatan selama 2 x Definisi: mengidentifikasi dan
kulit kekurangan volume 24 jam diharapkan : merawat kulit untuk menjaga
2. Nyeri cairan, suhu lingkungan Kriteria hasil: keutuhan, kelembapan, dan
Integritas kulit dan jaringan (
3. Kemerahan yang ekstrim, bahan mencegah perkembangan
L.14125)
4. Hematoma kimia iritatif, faktor mikroorgansime
1. Kerusakan jaringan
elektris, kurang terpapar Observasi:
sedang.
informasi tentang upaya 1. Identifikasi penyebab
2. Kerusakan lapisan kulit
mempertahankan atau gangguan integritas kulit
sedang.
melindungi integritas (mis, perubahan sirkulasi,
3. Nyeri cukup menurun.
jaringan d.d DO & DS perubahan status nutrisi,
penurunan kelembapan, suhu
lingkungn ekstrem,
penurunan mobilitas)
Edukasi:
1. Anjurkan unutk minm air
yang cukup.
2. Anjurkan untuk menigkatkan
asupan nutrisi
Perawatan luka (I. 14564)
Definisi: Mengidentifikais dan
meningkatakan penyembuhan
luka serta mencegah terjaidnya
komplikasi luka.
Obseravasi:
1. Monitor karakteristik luka
(mis, drainase, warna,
ukuran, bau)
Terapeutik:
1. Bersihkan denga cairan NaCl
atau pembersih nontoksik,
sesuai dengan kebutuhan.
2. Berikan salep yang sesuai
degan kulit, lesi jika perlu.
3. Pasang balutan sesuai jenis
luka.
4. Pertahankan teknik steril saat
melakukan perawatan luka.
5. Ganti balutan sesui jumlaj
eksudat dan drainase.
6. Brrikan suplemen, vitamin
dan meniral.
Edukasi:
1. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi.
2. Ajarkan prosdur perawatn
luka secara mandiri.
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian
antibiotik jika perlu.
4. Data objektif: Gangguan mobilitas Tujuan: Dukungan mobilisasi ( I.05173)
Setelah dilakukan tindakan
1. Kekuatan otot fisik b.d kerusakan Definisi: memfasilitasi pasien
asuhan keperawatan selama 2 x
menurun. integritas struktur tulang unutk meningkatkan aktivitas
24 jam diharapkan :
2. Rentang gerak d.d DO & DS pergerakan fisik.
Mobilitas fisik (L.05042)
(ROM) menurun. Observasi:
1. Pergerakan ektremitas
3. Gerakan terbatas 1. Identifikasi adanya nyeri
sedang.
atau keluhan fisik lainnya.
4. Gerakan tidak 2. Rentang gerak (ROM) 2. Identifikasi toleransi fisik
terkoordinasi. sedang melakukan ambulasi.
5. Fisik lemah. 3. Gerakan terbatas sedang Terapeutik:
Data subjektif: 4. Gerakan tidak terkoordinasi 1. Fasilitasi melakukan
1. Megeluh sulit sedang pergerakan, jika perlu.
untuk menggerakn 5. Nyeri sedang 2. Libatkan keluarga untuk
ektremitas 6. Kelemahan fisik sedang dapat membantu pasien
2. Nyeri saat bergerak 7. Cemas sedang dalam meningkatkan
3. Enggan melakukan pergerakan.
pergerakan. Edukasi:
4. Merasa cemas saat 1. Jelaskan tujuan dan prosedur
bergerak mobilisasi.
2. Anjurkan melakukan
mobilisasi dini.
3. Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis, berjalan dari
tempattidur ke kursi roda,
berjalan dari tempat tidur ke
kamar mandi, berjalan sesuai
toleransi).
Dukungan ambulasi (I.06171)
Definisi: memfasilitasi pasien
untuk meningktakan aktivitas
berpindah.
Terapeutik:
1. Fasilitasi aktivitas ambulasi
dengan alat bantu (mis
tongkat, kruk).
2. Fasilitasi melakukan
mobilitas fisik jika perlu.
Edukasi:
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
ambulasi
2. Anjurkan melakukan
ambulasi dini.
5 Data objektif: Gangguan citra tubuh Tujuan: Promisi citra tubuh (I. 09305)
1. Mengungkapkan b.d perubahan struktur Setelah dilakukan tindakan Definisi: meningkatan perbaikan
kecacatan atau atau bentuk tubuh, asuhan keperawatan selama 2 x perubahan persepsi terhadap fisik
kehilangan bagian perubahan fungsi tubuh, 24 jam diharapkan: pasien.
efek tindakan atau
tubuh. Kriteria hasil: Observasi:
pengobatan dari
2. Kehilngan bagian Citra tubuh (L.09067)
pembedahan d.d DO&
tubuh DS 1. Melihat bagian tubuh 1. Identifikasi harapan citra
3. Fungsi atau cukup membaik. tubuh berdasrkan tahap
struktur tubh 2. Vebralisasi kecacatan perkembangan
berubah. bagian tubuh sedang 2. Identifikasi perubahan
3. Vebralisasi perasaan citra tubuh yang
Data Subjektif:
negatif tentang perubahan mengakibatkan isolasi
1. Tidak mau
tubuh sedang sosial.
mengungkapkan
4. Hubungn sosial sedang Terapeutik:
kecacatan atau
1. Diskusikan perubahan
kehilangan bagian
tubuh dan fungsinya
tubuh
2. Diskusikan perbedaan
2. Mengungkapkan
penampilan terhadap
perubahan gaya
harga diri.
hidup
3. Diskusikan stres yang
3. Mengungkapakan
berpengaruh pada citra
oerasaan negatif
tubuh (mis, luka,
tentang perubahan
penyakit, pembedahan)
tubuh
Edukasi:
1. Latih fungsi tubuh yang
dimiliki.
DAFTAR ISI
Ghandi Chinmay, Kadam., P, Kamepalli,. V, dkk .2019. Pedis Grading And Its Role
In Diabetic Foot Ulcer Management. International surgery journal. Vol
6(7)
Suyanto. 2018. Penurunan Sensasi Kaki Dan Ulkus Kaki Diabetik. Jurnal
Keperawatan. Vol : 10 (01) 53 – 59.
Suyanto. 2018. Penurunan Sensasi Kaki Dan Ulkus Kaki Diabetik. Jurnal
Keperawatan. Vol : 10 (01) 53 – 59.
Arvizu, Gamaliel Benitez, dkk. 2015. Células troncales mesenquimales autólogas
e injerto cutáneo autólogo para tratamiento de una úlcera crónica
secundaria a diabetes mellitus tipo 2. Elsevier . Vol : 83(6):532-536.
Nasif Hansen, Nesa Agistia, dkk. 2017. Effectiveness of antibiotics in patients with
diabetic foot ulcers. Jurnal Sains & Farmasi Klinis. Vol : 4(2) 43–48.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi
dan Kriteria hasil Keperawatan. Dewan pengurus pusat PPNI. Edisi :1.
Jakarta
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi Dan Tindakan Keperawatan. Dewan pengurus pusat PPNI. Edisi
:1. Jakarta
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawata Indonesia
Definisi Dan Indikator Diagnostik. Dewan pengurus pusat PPNI. Edisi
:1. Jakarta.